Powered By Blogger

Senin, 03 Mei 2021

MEMBERI MAKANAN BERBUKA SEPERTI BERPUASA?

Sumber Gambar : https://sharinghappiness.org/SedekahBerbukaYatimDhuafa

 

MEMBERI MAKANAN BERBUKA SEPERTI BERPUASA?

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Ada sebuah hadis Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa orang yang memberi makan buka puasa bagi orang lain yang sedang berpuasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Hadis Rasulullah Saw ini mendorong umat Islam berbondong-bondong bersedekah memberikan makanan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa. Umumnya makanan berbuka puasa tersebut diberikan atau dititipkan di masjid-masjid. Sehingga muncullah tradisi orang berbuka puasa di masjid. Setiap bulan Ramadan, semua masjid menyediakan menu berbuka puasa bagi siapa saja yang ingin berbuka puasa. Inilah dampak positif dari hadis Rasulullah Saw di atas.

 

Terkait hadis Rasulullah Saw tersebut di atas, ada yang perlu kita (umat Islam) renungkan yaitu  apakah sebatas itu saja (memberikan makanan berbuka puasa) makna dari hadis Rasulullah Saw tersebut? Apakah dorongan memberikan makanan untuk orang yang berpuasa hanya di bulan Ramadan saja? Ataukah hadis Rasulullah Saw tersebut hanyalah sekadar pemancing untuk pembentukan sikap kepedulian kepada orang lain yang lebih  membutuhkan bantuan di waktu-waktu di luar bulan Ramadan? Kira-kira hikmah atau pesan tersirat apa yang hendak disampaikan Rasulullah Saw melalui sabdanya tersebut?

 

Menurut pendapat penulis pribadi, hadis Rasulullah Saw tersebut hanyalah sekadar pancingan untuk mengajarkan kepada umat Islam tentang kepedulian terhadap sesama manusia yang lebih membutuhkan. Waktunya pun juga tidak terpaku hanya di bulan Ramadan. Kebaikan pada sesama manusia khususnya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan uluran bantuan seharusnya tidak mengenal batas waktu dan tempat. Kapan pun dan di manapun kita berada, kita harus selalu berbuat kebaikan dan menebarkan manfaat. Jika pahala memberi makanan (representasi dari makanan buka puasa) pada orang yang kelaparan (representasi dari orang berpuasa) hanya ketika bulan Ramadan saja, maka ajaran ini bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia harus berbuat baik pada sesama manusia di sepanjang waktu dan di sembarang tempat. Tidak hanya di bulan Ramadan saja umat Islam seharusnya berbagi makanan sedekah. Bersedekah dan bersikap dermawan seharusnya tidak hanya di bulan Ramadan saja, tetapi juga di semua bulan di luar bulan Ramadan. Jika benar Islam mengajarkan kebaikan hanya di bulan tertentu saja, maka ajaran tersebut tidak bisa diterima sebagai ajaran yang luhur dan universal. Maka lebih masuk akal jika hadis Rasulullah Saw tersebut mengandung pesan tersirat agar umat Islam memiliki rasa empati dan kepedulian sosial yang tinggi kepada sesama manusia yang membutuhkan bantuan.

 

Ungkapan dalam hadis Rasulullah Saw tersebut yang menyamakan pahala kebaikan orang yang memberikan makanan buka puasa seperti pahala orang yang berpuasa menunjukkan betapa seriusnya Rasulullah Saw dalam mengajak umat Islam untuk memiliki rasa empati dan kepedualian sosial yang tinggi. Stimulus balasan pahala yang besar jangan dimaknai secara harfiah saja tetapi harus dimaknai secara kontekstual bahwa membantu orang-orang yang menderita kelaparan (representasi dari kemiskinan dan penderitaan) merupakan sebuah amal kebaikan yang sangat mulia. Semua umat Islam harus memiliki sikap dan kepribadian yang luhur yaitu bersifat dermawan dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi yang ditunjukkan dari sikap kepeduliannya terhadap nasib penderitaan orang lain.

 

Demikianlah makna dan hikmah hadis Rasulullah Saw di atas menurut pandangan dan pemikiran penulis pribadi. Kebenaran atas pandangan dan pemikiran penulis ini bersifat relatif dan tidak mengikat siapapun. Hanya kepada Allah Swt semata penulis berserah diri atas kebenaran pemahaman penulis ini. Maka, jika pembaca tidak sepakat dengan pandangan ini, itu tidak menjadikan mengapa. Tetapi jika ada pembaca yang sepakat dengan pandangan pemikiran penulis ini, silakan diimplementasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hanya dari Allah Swt sajalah kebenaran hakiki itu datang. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

 

Gumpang Baru, 18 Ramadan 1442 H (30 April 2021)

*) Tulisan dalam artikel ini adalah pendapat pribadi penulisnya.

Postingan Populer