Powered By Blogger

Rabu, 31 Maret 2021

SELALU TAKJUB DENGAN SKENARIO ALLAH SWT


 

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Pentingkah kita selalu berpikiran positif? Menurut penulis sangat penting kita selalu berpikiran positif. Mengapa kita harus selalu berpikiran positif? Karena berpikiran positif itu menyehatkan dan menenteramkan. Kebalikannya, berpikiran negatif itu capek dan tidak menyehatkan. Apakah Anda percaya? Jika tidak percaya, silakan buktikan sendiri. Bandingkan ketika Anda berpikiran positif dengan ketika berpikiran negatif, mana yang terasa enak dan nyaman di badan.

Dalam menjalani kehidupan, kita hendaknya selalu berpikiran positif kepada Allah Swt. Lho, apakah ada orang yang berpikiran negatif terhadap Allah? Banyak. Contohnya adalah orang yang tidak yakin dengan rezekinya, orang yang selalu kawatir dengan kehidupannya di masa depan, orang yang hatinya selalu was-was, dan lain sebagainya. Orang-orang yang bersikap seperti itu merupakan ciri-ciri orang yang berpikiran negatif terhadap Allah. Kok bisa? Bagaimana penjelasannya? Gampang kok penjelasannya.

Orang yang tidak yakin bahwa Allah akan menjamin rezekinya sehingga ia selalu was-was dan khawatir tidak mendapat rezeki itu ciri orang yang berpikiran negatif atau berpikiran positif? Pasti jawabnnya adalah orang yang berpikiran negatif karena jika orang tersebut berpikiran positif pasti ia percaya bahwa Allah Swt pasti akan memberinya rezeki kepadanya jika ia berusaha dan bekerja dengan sebaik-baiknya dan niat yang baik serta untuk tujuan yang baik yaitu memberikan nafkah untuk keluarganya karena memberikan nafkah kepada keluarga adalah sedekah terbaik yang diridhai Allah Swt. Orang yang berpikiran positif terhadap Allah Swt pasti tidak mungkin punya pikiran negatif kalau Allah Swt tidak akan memperdulikan hamba-Nya. Orang yang berpikiran positif pada Allah Swt pasti yakin bahwa Allah Swt pasti menyayangi hamba-Nya yang mau berusaha menjemput rezekinya.

Demikian pula halnya dengan yang penulis lakukan. Penulis berusaha selalu berpikiran positif kepada Allah Swt. Penulis meyakini bahwa rasa cinta dan kasih sayang Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya karena Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bukan Tuhan yang suka marah-marah. Allah Swt bukan Tuhan yang mudah marah dan murka, apalagi mudah mengazab. Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Sabar yang sabar menunggu hamba-hamba-Nya bertaubat dan menyadari kesalahan dan kekhilafannya. Penulis selalu berpikiran positif bahwa Allah Swt akan selalu menyayangi dan mengasihi hamba-hamba-Nya serta akan menunjukkan jalan terbaik yang penuh maslahat untuk hamba-hamba-Nya yang tiada pernah putuh asa dari mengharapkan rahmat-Nya.

Berpikiran positif adalah ciri sikap muslim yang baik. Seorang muslim dilarang berpikiran negatif kepada Allah Swt karena sikap seperti itu menunjukkan lemahnya iman. Jika kita beriman kepada Allah Swt, maka kita harus selalu berprasangka baik pada Allah Swt. Berprasangka baik atau ber-husnudhan adalah sikap berpikiran positif. Ridha Allah Swt bergantung pada prasangka hamba-Nya. Jika seseorang berparasangka buruk bahwa hidupnya akan sengsara, maka berarti ia memang memilih jalan hidup sengsara, ia telah memilih takdir buruknya sendiri. Sebaliknya jika seseorang berprasangka bahwa hidupnya pasti sukses dan berkecukupan, maka sebenarnya ia telah selangkah meraih kesuksesannya karena Allah Swt meridhainya.

Dulu ketika awal membangun kehidupan berumah tangga, penulis tidak memiliki apa-apa. Waktu itu penulis hanyalah seorang dosen baru dengan gaji kecil dan belum memiliki apa-apa, hanya punya sebuah motor tua dari hasil membeli dengan uang tabungan saat menjadi guru GTT (Guru Tidak Tetap) secara kredit yang angsurannya pun belum lunas. Penulis berani meminang seorang muslimah shalehah yang sekarang menjadi pendamping hidup penulis hanyalah bermodal telah memiliki pekerjaan tetap dan keyakinan bahwa kelak Allah Swt pasti akan melimpahkan rezeki-Nya kepada penulis dan keluarga penulis. Penulis yakin bahwa Allah Swt tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesusahan dan kemiskinan selama hamba-Nya tersebut mau berusaha menjemput rezekinya yang telah ditetapkan menjadi jatahnya. Maka memiliki pekerjaan tetap adalah modal pertama penulis untuk menjemput jatah rezeki yang telah dijatahkan Allah Swt dan modal berikutnya adalah keyakinan dan berpikiran positif bahwa Allah Swt pasti akan menunjukkan jalannya agar penulis mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga penulis.

Pada awal minggu keempat bulan Juli 2006 penulis melangsungkan akad pernikahan dan bulan Agustus penulis mendapat tugas belajar melanjutkan pendidikan ke jenjang Pascasarjana S2 ke Universitas Gadjah Mada. Karena harus mengikuti perkuliahan teori full selama dua semester, maka penulis memutuskan nge-kost di Yogyakarta sedangkan istri tetap di Solo karena ia menjadi guru GTT di SMA di Solo. Setiap Jumat sore penulis pulang ke Solo.

Di Yogyakarta penulis selain menjalani kesibukan sebagai mahasiswa S2, yang setiap hari berjalan kaki pulang-pergi antara kost-kampus, penulis juga mulai memikirkan bagaimana kelanjutan kehidupan penulis sekeluarga. Gaji dan beasiswa penulis tidak cukup untuk membeli rumah, bahkan hanya untuk DP-nya saja tidak punya uang. Waktu itu penulis punya rencana jika nanti telah lulus S2 akan mengajukan pinjaman ke KPRI kampus untuk membeli sebidang tanah dulu, masalah membangun rumah belum ada bayangan sedikitpun. Yang terpenting nanti lulus S2 bisa punya tanah dulu paling tidak ukuran 100 m2 untuk suatu saat jika ada rezeki (entah kapan yang penulis sendiri belum punya rencana) baru dibangun rumah sederhana. Jadi rencana penulis waktu itu adalah baru bagaimana berpikir agar bisa membeli tanah saja, belum berani berpikir kapan mempunyai rumah karena penulis berpikir realistis. Walaupun begitu, penulis selalu berdoa kepada Allah Swt agar melimpahkan rezeki-Nya dan mengabulkan doa-doa penulis.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis tetap melanjutkan aktivitas menulis. Ketika sedang menempuh pendidikan S2 itulah penulis memutuskan ikut lomba penulisan buku pelajaran MIPA untuk MA/SMA yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI (Dulu masih bernama Departemen Agama RI). Dengan bersusah payah membagi waktu antara kuliah dan menulis, antara mengerjakan tugas-tugas kuliah dan menulis buku, bahkan harus sampai kurang tidur untuk lembur menyelesaikan naskah buku, akhirnya penulis bersama teman kuliah S2 mampu menyelesaikan naskah buku pelajaran kimia dan mengirimkannya ke panitia lomba di Jakarta. Bulan Juli 2007 ketika anak pertama penulis baru berusia satu bulan, penulis mendapat surat dari Kementerian Agama RI yang isinya undangan mempresentasikan naskah buku di hadapan dewan juri. Maka penulis segera berangkat ke Jakarta untuk mempresentasikan naskah buku lomba. Setelah acara presentasi tersebut, para penulis diberikan waktu beberapa bulan untuk memperbaiki naskah bukunya sesuai saran-saran masukan dari dewan juri. Keputusan pemenang lomba akan diumumkan setelah penilaian oleh dewan juri.

Menjelang akhir tahun 2007 penulis mendapat telepon dari panitia lomba agar datang ke kantor Kementerian Agama RI di Jakarta untuk keperluan syuting acara HUT Amal Bakti Kementerian Agama RI. Waktu itu penulis membatin, kok dapat undangan untuk syuting? Apa mungkin dapat juara? Kalau tidak menang tidak mungkin diminta ikut syuting? Ah, positif thinking ajalah bahwa buku penulis menang lomba. Ya Allah, semoga buku penulis dapat juara 1. Begitulah dalam hati penulis berdoa dan memohon kepada Allah Swt agar diberikan rezeki menjadi juara 1 pada lomba penulisan buku pelajaran tersebut. Setelah di Jakarta dan bertemu dengan sesama peserta lomba buku, penulis heran kok hanya beberapa orang saja yang diundang, sedangkan peserta lain yang dulu ikut presentasi tidak diundang. Dalam hati, penulis menduga-duga jangan-jangan ini yang diundang hanya yang menjadi juara 1 saja. Peserta lain juga seperti penulis menduga-duga jangan-jangan mereka dapat juara 1. Setelah bertemu dengan ketua panitia lomba, barulah dugaan semua peserta tersebut terjawab, ternyata memang yang diundang hari itu hanyalah peserta lomba yang menjadi juara 1. Mendengar pernyataan ketua panitia lomba tersebut, dalam hati penulis mengucap syukur Alhamdulillah dan berterima kasih kepada Allah Swt yang telah meridhai usaha kerja keras penulis dalam menyiapkan naskah buku dan mengabulkan doa-doa penulis menjadi juara 1.

Penyerahan piala dan piagam penghargaan juara lomba langsung diserahkan oleh bapak Menteri Agama RI di hadapan segenap tamu undangan dan tokoh-tokoh penting nasional yang bertempat di gedung Auditorium kantor Kementerian Agama RI pada acara HUT Amal Bakti Kementerian Agama RI. Waktu acara penyerahan hadiah lomba tersebut, penulis mengajak istri tercinta ke Jakarta untuk ikut menyaksikan suaminya menerima piala penghargaan dan hadiah lomba juara 1 dari Menteri Agama RI. Bangga sekali dapat mengajak istri menghadiri acara di tingkat nasional tersebut. Para pemenang lomba ditempatkan di tempat duduk khusus yang eksklusif yang berbeda dengan tempat duduk tamu lain. Saat itu, penulis merasa begitu bangga dan bahagia mendapatkan kehormatan tersebut. Penulis yang hanyalah orang desa tidak pernah menyangka jika suatu saat akan hadir di acara besar Kementerian Agama RI dengan penyambutan yang begitu mewah dan dapat bertemu langsung serta bersalaman menerima piala dan hadiah dari bapak Menteri Agama RI. Sebuah pengalaman hidup yang luar biasa bagi penulis. Sebuah jalan hidup yang luar biasa yang dipilihkan Allah Swt untuk penulis. Terima kasih ya Allah, nikmat yang Engkau berikan begitu luar biasa.

Dari hadiah menjadi juara 1 lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut, penulis mendapatkan hadiah uang hampir seratus juta rupiah yang kemudian penulis pergunakan untuk membeli sebuah rumah yang sekarang penulis tempati bersama keluarga. Ternyata Allah Swt belum selesai memberikan kejutan kebahagiaan untuk penulis. Satu tahun kemudian, Kementerian Agama memutuskan akan menerbitkan buku-buku pemenang lomba dan para penulis tetap mendapatkan royalty karena di awal lomba ada ketentuan hak cipta buku tetap pada penulis. Dari penerbitan buku tersebut, alhamdulillah penulis mendapatkan royalty sebesar 80an juta rupiah. Masih di tahun yang sama ternyata buku yang pernah penulis tulis bersama dosen lain dibeli hak ciptanya oleh Kemendikbud RI. Dari hasil pembelian hak cipta buku tersebut, setelah dibagi ke semua penulis, penulis mendapat uang sebesar harga motor baru karena uangnya penulis belikan sebuah motor baru untuk istri.

Mengenang kejadian-kejadian tersebut, penulis bersyukur sekali. Allah swt telah begitu baik kepada penulis dan keluarga dengan memberikan nikmat rezeki yang melimpah sehingga akhirnya penulisnya bisa memiliki rumah sendiri sebelum lulus studi S2. Rencana awal penulis selesai pendidikan S2 akan mengajukan pinjaman ke koperasi kampus untuk membeli sebidang tanah ternyata dikabulkan oleh Allah swt dengan nikmat yang jauh lebih baik, yakni penulis dimampukan oleh Allah swt untuk membeli rumah sebelum lulus pendidikan S2. Ya Allah…begitu menakjubkan sekali skenario yang Engkau buat untuk hamba-Mu ini. Begitu besar kasih sayang yang Engkau berikan kepada hamba-Mu ini. Begitu melimpah rezeki yang Engkau karuniakan kepada hamba-Mu ini. Hanya syukur dan sujud hamba kepada-Mu yang mampu hamba lakukan. Sungguh, Engkau adalah Tuhan yang Maha Mendengarkan doa-doa hamba-Nya.

Ketika tahun 2018 penulis mendapatkan tugas kembali untuk melanjutkan studi lanjut jenjang doktor dengan status tugas belajar, maka penulis menyadari akan kembali mengalami masa-masa keprihatinan dan penghematan karena penulis akan kehilangan sebagian penghasilan penulis. Penulis harus memberitahukan kepada keluarga penulis bahwa selama penulis studi lanjut nanti, maka penghasilan penulis akan turun drastis sehingga harus bersiap-siap untuk hidup hemat. Penulis pribadi sebenarnya sedikit trauma dengan tugas belajar ini karena teringat pengalaman dulu waktu tugas belajar S2 yang harus hidup dengan penghematan yang luar biasa. Maka untuk tugas belajar S3 yang sekarang ini, penulis harus lebih siap lagi baik secara finansia maupun secara mental agar jangan sampai mengalami kondisi keuangan keluarga yang kritis seperti waktu S2 dulu. Tetapi ternyata di tahun pertama studi S3, goncangan perekonomian keluarga sudah mulai terasa dan situasi itu sangat mempengaruhi pikiran penulis. Penulis berusaha tetap fokus menjalani perkuliahan dan kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Saat penulis mendapat tugas belajar, istri penulis sudah tidak bekerja lagi (atas permintaan penulis sendiri) karena memiliki balita yang baru berumur beberapa bulan. Keputusan yang sangat berat harus penulis ambil selaku kepala keluarga karena penulis akan melanjutkan studi lanjut ke luar kota, sementara jika istri tetap bekerja maka yang akan merawat anak-anak siapa. Jika akan mencari pengasuh bayi juga akan menambah pengeluaran keluarga karena penghasilan penulis akan turun drastis karena beberapa tunjangan akan dihentikan. Selain itu. waktu itu penulis masih memiliki tanggungan angsuran mobil yang dulu penulis belikan untuk istri. Andaikan masih bisa ditawar untuk pengunduran jadwal studi lanjut, mungkin pikiran penulis tidak akan seruwet itu, tapi ternyata pimpinan mengharuskan tahun itu penulis harus sudah studi lanjut. Maka dengan membaca bismillah, penulis harus berangkat studi lanjut dan mempersiapkan diri menghadapi kondisi keuangan keluarga yang mungkin akan goncang.

Tahun pertama penulis menjalani status dosen tugas belajar, kondisi perekonomian keluarga terasa sangat berat. Sementara jadwal perkuliahan begitu padatnya dimana setiap hari penulis harus berangkat ke luar kota untuk mengikuti perkuliahan. Penulis sebenarnya juga berpikir mencari alternatif penghasilan untuk menopang kebutuhan keluarga, tapi mau kerja apa belum terpikirkan karena pikiran dan waktu habis untuk kuliah. Di tengah kondisi pikiran yang sumpek antara stress mikir beban tugas-tugas kuliah dan mikir kondisi ekonomi keluarga yang mepet, Alhamdulillah Allah swt kembali menunjukkan kasih sayangnya kepada penulis. Allah swt kembali menunjukkan kasih sayang-Nya dengan memberikan jalan alternatif kepada penulis untuk memperoleh tambahan penghasilan untuk menopang kebutuhan keluarga.

Tidak disangka-sangka, ternyata aktivitas menulis buku yang mulai penulis tekuni kembali sejak  tahun 2017 telah menjadi jalan alternatif bagi penulis untuk memperoleh tambahan penghasilan. Ketika berhasil menerbitkan lima judul buku di tahun 2018, penulis baru tersadarkan bahwa ternyata di kampus penulis ada kesempatan untuk mendapatkan tunjangan kinerja atau remunerasi di atas standar dari penulisan buku. Mengetahui informasi tersebut, maka segera saja buku-buku yang baru terbit di tahun 2018 penulis daftarkan untuk mendapatkan tunjangan kinerja di atas standar. Awalnya penulis menduga bahwa dari lima judul buku tersebut hanya akan dihargai paling tinggi sekitar 5 jutaan saja. Dugaan penulis tersebut didasarkan pada tarif  tunjangan kinerja publikasi artikel di prosiding internasional yang hanya dihargai 1 juta rupiah. Dengan fakta tersebut, penulis berasumsi penghargaan terhadap penulisan buku pasti lebih rendah lagi, atau maksimal sama besarnya yaitu 1 juta rupiah/buku sehingga kalau 5 judul buku akan mendapat total maksimal 5 juta rupiah.

Tetapi ternyata dugaan penulis tersebut justru meleset jauh. Menjelang pertengahan tahun 2019 ada dana masuk ke rekening penulis dengan berita remunerasi penulisan buku yang besarnya empat kali perkiraan penulis. Penulis sangat kaget dan bersyukur sekali dengan masuknya dana segar tersebut karena dapat membantu menenangkan pikiran penulis dan menyelesaikan sebagian kebutuhan keluarga. Di awal tahun 2020 kembali penulis memperoleh remunerasi penulisan buku yang besarnya lima kali lipat yang berasal dari penerbitan 7 judul buku, dan di awal tahun 2021 ini kembali penulis memperoleh remunerasi penulisan buku sebesar sepuluh kali lipat atau hampir setara dengan gaji penulis selama satu tahun. Penulis tidak pernah menyangka bahwa aktivitas penulis menulis buku merupakan jalan yang dipilhkan Allah swt untuk mengatasi permasalahan keuangan keluarga penulis selama menjalani tugas belajar S3.

Demikian sharing pengalaman penulis mendapatkan kejuatan-kejutan kebahagiaan dari Allah Swt. Allah Swt begitu sayang dan perhatian kepada penulis. Ternyata jika kita mau berusaha dan berdoa dengan tulus kepada-Nya, Allah Swt akan membantu memberikan jalan keluar dari permasalahan hidup kita. Penulis sangat bersyukur dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya. Ya Allah….begitu indah jalan hidup yang Engkau pilihkan untuk hamba. Hamba-Mu ini selalu takjub dengan skenario-Mu. Hanya kebaikan dan kebahagiaan yang engkau karuniakan kepada hamba-Mu yang banyak dosa ini. Sungguh, hanya rasa syukur dan sujud-sujud hamba yang mampu hamba baktikan kepada-Mu. Semoga Engkau meridhai jalan hidup yang hamba jalani sekarang ini. Amin. []

 

Gumpang Baru, 31 Maret 2021


Sumber Artikel : https://sahabatpenakita.id/selalu-takjub-dengan-skenario-allah-swt/

___________________________________________

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

Sabtu, 27 Maret 2021

UMUR DAN KARYA BUKU

 


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Di grup WhatsApp Sahabat Pena Kita (SPK) di mana penulis menjadi anggotanya, beberapa hari yang lalu hangat dibicarakan tentang jumlah buku yang telah ditulis disaat memperingati hari ulang tahun. Diskusi tersebut terjadi karena diawali oleh postingan bunda Rita Audriyanti yang memposting terbitnya buku ke-62 di penghujung usia beliau yang ke-60. Target awal beliau adalah ketika ultah ke-60 telah menerbitkan 60 judul buku. Ternyata target beliau malah sudah terlampaui sebelum hari ultah beliau.

 

Tidak lama kemudian bapak Much. Khoiri menanggapi postingan bunda Rita tersebut dengan menyatakan bahwa jumlah bukunya yang terbit juga telah melampaui usianya. Pak Emcho, panggilan untuk bapak Much. Khoiri, memakai istilah hadiah ulang tahun untuk merayakan peringatan hari kelahirannya dengan terbitnya buku-buku beliau. Beliau berusaha setiap tahun memberikan hadiah ulang tahunnya sendiri dengan terbitnya buku-buku baru.

 

Pembahasan tentang memperingati hari kelahiran atau hari ulang tahun memang masih ada yang pro dan kontra. Biasanya yang kontra dikaitkan dengan ajaran agama sedangkan yang pro memandang sebagai waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri dan mensyukuri nikmat Allah. Tetapi membuat target jumlah karya buku sebanyak usia saat peringatan hari kelahiran adalah sesuatu yang unik dan menarik. Mengapa unik dan menarik? Karena hal itu berkaitan dengan bagaimana menghabiskan umur dengan semangat berkarya dan mencatatkan rekam jejak diri dalam menulis buku. Menulis buku merupakan sebuah aktivitas yang positif dan banyak manfaatnya baik bagi diri penulis maupun orang lain yang membaca bukunya.

 

Penulis sendiri mengawali menulis buku bersama kolega dosen di kampus tahun 2005 sebanyak 3 judul. Tahun 2007 penulis menerbitkan 1 judul buku bersama teman studi S2 di Kementerian Agama RI. Tahun 2008 buku penulis bersama teman studi S2 kembali terbit. Tahun 2010 penulis menulis buku bersama kolega dosen senior. Kemudian tahun 2013 penulis menerbitkan buku solo pertama. Setelah itu penulis vakum menulis buku. Jadi di tahun 2013 ketika penulis berusia 36 baru menerbitkan buku sebanyak 7 judul. Jika dibandingkan dengan jumlah usia penulis waktu itu, maka jumlah buku penulis masih sangat jauh sekali.

 

Penulis mulai aktif kembali menekuni aktivitas menulis buku di tahun 2017 setelah mengikuti pelatihan online menulis buku ajar (PMBA) yang diselenggarakan oleh yayasan Matapena School. Pada tahun 2017 penulis bisa menerbitkan buku antologi sebanyak 1 judul yang merupakan karya bersama peserta pelatihan menulis. Kemudian di tahun 2018 penulis bisa menerbitkan 3 judul buku solo dan 2 judul buku antologi. Tahun 2019 penulis mampu menerbitkan 3 judul buku solo dan 4 judul buku antologi. Selanjutnya di tahun 2020 penulis berhasil menerbitkan 3 judul buku solo dan 12 judul buku antologi. Akhir tahun 2020 penulis telah memiliki karya buku baik buku solo maupun buku antologi sebanyak 36 judul. Penulis mentarget di tahun 2021 nanti harus bisa memiliki karya buku sebanyak usia penulis.

 

Di awal tahun 2021 ini penulis terus semangat menulis untuk mencapai target jumlah karya buku sebanyak jumlah usia saat peringatan hari ulang tahun. Ternyata di awal tahun ini penulis telah mencatat total jumlah judul buku yang berhasil penulis tulis sebanyak 53 judul. Tahun 2021 ini nanti penulis akan berusia 44 tahun, sedangkan jumlah karya buku penulis sudah mencapai 53 judul dan insyaAllah akan terus bertambah. Ini berarti jumlah karya buku penulis sudah jauh melampaui jumlah usia penulis.

 

Melihat jumlah karya buku penulis sudah jauh melampaui target usia, apakah kemudian penulis merasa berpuas diri dan tidak menulis lagi? Tidak, penulis belum merasa puas dengan capaian jumlah karya buku tersebut. Penulis tetap semangat menulis karena bagi penulis, menulis itu sebuah klangenan atau hobi.

 

Penulis menikmati proses dalam menulis. Tidak ada pihak luar yang memaksa penulis untuk menulis. Penulis menulis buku juga bukan untuk semata-mata berorientasi untuk naik pangkat. Tapi penulis menulis buku karena ada kepuasan dan kebahagiaan tersendiri. Rasanya bahagia dan bangga ketika buku penulis telah terbit. Rasa puas dan bahagia berkarya itulah faktor pendorong penulis tetap semangat menulis.

 

Bagi penulis, yang penting terus menulis, entah nanti bisa diakui untuk PAK kenaikan pangkat atau tidak, entah nanti bukunya ada peminatnya yang mau membeli atau tidak, penulis tidak ambil pusing. Bagi penulis, rasa puas dan bangga itu sudah cukup. Di samping itu, penulis percaya bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Penulis juga percaya bahwa Allah SWT akan memberikan rezeki kepada penulis melalui aktivitas menulis walau tidak harus dari penjualan buku.

 

Alhamdulillah penulis bisa membeli rumah yang sekarang penulis tempati bersama keluarga dan motor baru untuk istri juga karena menulis buku. Jadi penulis meyakini bahwa selama kita mau terus bergerak, berkarya, berusaha, bekerja dan berprestasi, Allah pasti akan memberi kita rezeki dari jalan yang tidak kita sangka-sangka. Wallahu a'lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 27 Maret 2021

_______________________

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Senin, 22 Maret 2021

MENGUBAH PENGHINAAN MENJADI TANGGA KESUKSESAN

 


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Dihina itu memang menyakitkan. Direndahkan itu memang membuat kita emosi. Seseorang yang merasa sakit hati karena dihina itu wajar. Seseorang marah karena direndahkan harga dirinya itu juga wajar. Tetapi jika kemudian ia membalas dengan menghina dan merendahkan orang yang menghinanya, maka itu bukan sikap yang baik karena hal itu menunjukkan ia tidak lebih baik dari orang yang telah menghinanya lebih dulu.

Jika hinaan dibalas dengan hinaan (yang biasanya lebih menyakitkan), maka yang menghina dan yang dihina (yang kemudian juga menghina) sama-sama buruknya. Tidak ada yang lebih baik, keduanya buruk akhlaknya. Orang yang memulai menghina duluan tidak lebih buruk dari pada orang yang dihina kemudian membalas menghina dengan hinaan yang lebih menyakitkan lagi.

Sebuah sikap yang luar biasa manakala ada orang yang dihina dan direndahkan tapi tidak membalas penghinaan yang diterimanya. Tetapi justru ia menjadikan penghinaan yang diterimanya sebagai cambuk diri untuk memperbaiki diri dan membuktikan bahwa ia bukan orang hina dengan menunjukkan capaian berbagai prestasi. Ini adalah sikap yang tidak mudah dilakukan.

Perlu perjuangan yang sangat berat untuk meyakinkan diri dan membangkitkan semangat diri bagi orang yang sering mendapat penghinaan dan direndahkan untuk dapat mencetak prestasi. Terkadang perasaan ingin menyerah dan berputus asa selalu membayangi hidupnya setiap waktu. Hanya keberanian yang luar biasa untuk menghadapi hidup lah yang membuat ia tetap tegar pantang menyerah dan semangat berjuang meraih prestasi. Keyakinannya adalah Allah swt pasti akan memberikan balasan kehidupan yang lebih baik bagi hamba-Nya yang semangat berusaha dan pantang berputus asa.

Buku "Memoar Titik Terendah dalam Hidupku dan Finally bisa Move on" yang akan segera terbit di tahun 2021 ini adalah salah satu buku antologi penulis yang berisi kisah perjalanan hidup penulis dalam menaklukan hinaan dan sakit hati menjadi tangga mencapai kesuksesan. Tulisan penulis dalam buku ini memang bukan tulisan yang luar biasa, hanya sekadar tulisan ringan berisi tentang kisah pengalaman hidup nyata dari penulis yang dulunya sering mendapatkan penghinaan dan pandangan merendahkan dari orang lain tetapi akhirnya bisa mencapai kesuksesan (versi penulis sendiri) dan mendapatkan kehormatan diri.

Buku ini adalah potret perjuangan penulis dalam berjuang mengalahkan hinaan orang lain dan menunjukkan kemampuan diri melalui capaian prestasi. Buku ini berisi kisah nyata inspiratif bagaimana penulis bangkit dari kondisi titik terendah kehidupan dan menggapai prestasi kehidupan.

Kesuksesan itu memang harus diperjuangkan, tidak cukup hanya ditunggu. Perlu perjuangan yang berat untuk menggapai kesuksesan yang terkadang harus menghadapi hambatan dan rintangan yang menghadang. Kesuksesan akan dapat kita raih manakala kita telah mampu mengalahkan hambatan dan rintangan dalam diri kita sendiri. Kita sebenarnya tidak pernah berkompetisi dengan orang lain, justru sebaliknya kita berkompetisi dengan diri kita sendiri. Mampukah kita mengalahkan diri kita sendiri sehingga kita layak untuk sukses? []

 

Gumpang Baru, 22 Maret 2021

 

 

___________________________________________________

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 52 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Sabtu, 20 Maret 2021

MENYIBUKAN DIRI MENGENALI DIRI SENDIRI

 

Sumber Gambar : Muhasabah, Arti, Makna dan Manfaat untuk Diri – AsSajidin.com

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Seorang bayi ketika dilahirkan belum bisa melakukan apa-apa. Ia masih sangat bergantung pada bantuan orang lain. Seorang bayi yang baru lahir tampak begitu lemah, tetapi sebenarnya di dalam dirinya tersimpan potensi yang luar biasa. Ya, potensi diri yang dititipkan Allah swt kepada setiap makhluk-Nya.

 

Sang bayi seiring waktu semakin bertumbuh dan mulai mengeksplorasi potensi dirinya. Potensi motorik, dia mulai belajar tengkurap, merangkak, berjalan, berlari. Potensi sosial, dia mulai mengenali orang-orang di sekitarnya dan belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Potensi psikis, dia mulai belajar menampakan perasaan hatinya dengan tersenyum, tertawa, bergembira maupun menangis. Dan potensi-potensi lainnya yang terus dia eksplorasi sebagai bagian dari tugas perkembangannya.

 

Belajar dari perilaku sang bayi, kita harus menyadari bahwa di dalam diri kita terkandung potensi diri yang luar biasa. Potensi diri yang dikaruniakan oleh sang pemberi kehidupan yakni Allah swt harus kita syukuri. Bagaimana cara mensyukurinya? Dengan menjalankan kehendak-Nya.

 

Allah swt mengkaruniakan potensi ke setiap diri kita agar kita mampu mengenali diri kita dan mengeksplorasinya. Setiap diri kita dititipkan berbagai kemampuan dan ketrampilan untuk menjalani kehidupan. Bekal kehidupan yang telah dititipkan Allah swt kepada kita janganlah kita sia-siakan. Sangat lah merugi bagi orang yang menyia-nyiakan titipan bekal kehidupan dari Tuhannya.

 

Sebagai bentuk rasa syukur kita atas kemurahan Allah swt, marilah kita eksplorasi diri kita, mari kita kenali diri kita, mari kita berdayakan diri kita, mari kita jalankan kehendak-Nya melalui potensi diri kita. Amat beruntung lah hamba-hamba yang pandai bersyukur.

 

Untuk memaksimalkan rasa bersyukur kita, marilah kita sibukan diri kita dengan berbagai aktivitas mengeksplorasi potensi diri. Marilah kita berdayakan diri kita dengan berbagai karya prestasi. Kita sibukan diri kita mengejar prestasi kita masing-masing sehingga kita tidak ada waktu untuk mencari-cari kekurangan orang lain. Kita kenali kelemahan diri kita sehingga tidak sempat mengorek-ngorek kelemahan orang lain. Kita hisab amal perbuatan kita sehingga tidak terpikirkan untuk menghisab amal perbuatan orang lain.

 

Setiap kita diberi potensi oleh Allah swt dan setiap kita akan mempertanggungjawabkan atas amanah tersebut. Kita tidak akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan orang lain. Kita mempunyai tanggungjawab atas diri kita sendiri dan orang lain juga punya tanggung jawab atas dirinya sendiri. Masing-masing orang punya tanggung jawab sendiri terhadap kehidupan sendiri.

Berdasarkan renungan di atas, marilah kita belajar menjalankan kehendak-Nya melalui mengimplementasikan potensi diri. Marilah kita jalankan fitrah kehidupan kita dengan menebar banyak kebaikan. Marilah kita sibukan diri kita dengan banyak prestasi kehidupan. Marilah kita perbanyak syukur kita dengan menebar manfaat. Sebagai akhir kata, marilah selalu kita ingat bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat untuk orang lain.

 

Demikian renungan kehidupan ini penulis sampaikan sebagai bagian dari muhasabah diri. Semoga bermanfaat. Salam literasi.

 

 

_______________________________________________

Profil Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 52 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Postingan Populer