Powered By Blogger

Senin, 30 Oktober 2023

HIDUP SEDERHANA SESUAI TUNTUNAN AGAMA, MUDAHKAH?


Sumber Gambar: https://www.finansialku.com/hidup-sederhana/


HIDUP SEDERHANA SESUAI TUNTUNAN AGAMA, MUDAHKAH?

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kehidupan dan bagaimana kehidupan dijalani. Hidup menurut Islam bukanlah sekadar memenuhi semua kebutuhan jasmani dan rohani. Hidup menurut Islam lebih dari itu semua, orang hidup selain dituntut memenuhi hak dan kebutuhan dirinya juga dituntut untuk memenuhi kewajibannya terhadap Tuhannya. Maka dalam menjalani kehidupan ini, setiap orang Islam seharusnya mengadopsi rambu-rambu atau panduan bagaimana Islam mengatur kehidupan.


Dalam Al-Quran surat An-Nahl [16]: 96 Allah Swt berfirman:

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl [16]: 96).

Ayat ini memberitahukan bahwa kehidupan di dunia ini adalah bersifat sementara, sedangkan kehidupan akhirat itu adalah kekal. Karena kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, maka semua yang kita miliki juga bersifat sementara atau suatu saat akan hilang atau kita tinggalkan. Sedangkan kehidupan akhirat itu kekal, maka sudah sepantasnyalah kalau kita selama hidup di dunia ini sambil mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Selama menjalani kehidupan di dunia ini, kita harus selalu sabar dalam menghadapi segala masalah dan ujian kehidupan karena kehidupan di dunia memang penuh ujian. Hanya orang-orang yang sabar sajalah yang akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah Swt.

Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 7).

Firman Allah ini menguatkan penjelasan di atas bahwa hidup di dunia ini penuh dengan ujian. Allah Swt sengaja menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai ujian untuk menilai siapa-siapa yang terbaik amal perbuatannya selama hidup di dunia. Allah Swt menjadikan segala pernak-pernik kehidupan di dunia ini sebagai perhiasan sehingga menarik hati setiap orang. Ketika seseorang merasakan ketertarikan yang sangat tinggi terhadap keindahana isi dunia hingga terlenakan dan melupakan kehidupan akhirat, maka Allah Swt akan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sikap yang baik adalah menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya tanpa melupakan kehidupan akhirat, yaitu menjalani kehidupan di dunia dalam rangka mempersiapkan bekal hidup di akhirat. Dunia dan segala isinya adalah sementara, maka apapun yang kita miliki di dunia ini jika sewaktu-waktu hilang dari genggaman kita, maka kita harus ikhlas menerimanya. Semua hal yang awalnya kita anggap berharga dan penting ketika di dunia, bisa jadi menjadi hal yang tidak berharga dan tidak penting di akhirat. Hanya amal kebaikan dan ketundukkan serta keikhlasan kita dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt yang menjadi bekal kita di kehidupan akhirat kelak.

Berkaitan dengan sifat dunia yang sementara dan fungsinya sebagai alat penguji bagi seluruh umat manusia, maka seyogyanya kita dalam menjalani kehidupan ini tidak perlu berlebih-lebihan. Allah Swt sangat membenci sifat berlebih-lebihan dan sifat berlebih-lebihan merupakan temannya syaitan. Konsep hidup terbaik adalah moderat atau wasathan atau sederhana. Konsep hidup sederhana tidak dimaknai sebagai hidup serba kekurangan atau hidup miskin. Hidup sederhana adalah hidup berkecukupan, tidak berlebih-lebihan, atau hidup sewajarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sederhana bermakna: (1). bersahaja; tidak berlebih-lebihan; (2). sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya); (3). tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dan sebagainya); tidak banyak pernik; lugas. (https://kbbi.web.id/sederhana)

Allah Swt memerintahkan umat-Nya untuk hidup tidak berlebih-lebihan sebagaimana termaktum dalam Al-Quran surat Al-A’raf [7]: 31.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A’raf [7]: 31).

Dengan menggunakan dasar KBBI di atas tampak bahwa istilah “tidak berlebih-lebihan” itu bermakna sama dengan “sederhana”, maka ayat ini dapat dipergunakan sebagai dalil bahwa Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk senantiasa hidup sederhana. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Swt menyukai orang-orang yang hidup sederhana. Pola hidup sederhana merupakan pola hidup yang dianjurkan oleh Allah Swt dan Allah Swt menyukainya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pola hidup sederhana merupakan ciri khas kehidupan umat Islam. Hidup sederhana adalah brand umat Islam. Umat Islam adalah umat yang menyukai hidup sederhana. Hal ini dicontohkan langsung oleh baginda Rasulullah Muhammad Saw, keluarganya, dan para sahabat-sahabatnya.

Dari uraian di atas, sudah jelas bahwa ciri khas umat Islam adalah kehidupannya sederhana. Umat Islam adalah umat yang menyukai kesederhanaan. Kalimat ini mudah diucapkan tetapi sulit dibayangkan. Hidup sederhana yang dimaksudkan oleh ayat-ayat di atas seperti apa? Bagaimana deskripsi pola hidup sederhana? Adakah batasan untuk menentukan bahwa seseorang hidupnya telah sederhana? Bagaimana fakta di kehidupan nyata, apakah pola hidup sederhana benar-benar telah dipraktikkan oleh umat Islam?

Membahas tentang anjuran hidup sederhana memang tidak sesederhana kalau diucapkan. Dalil tentang anjuran hidup sederhana juga perlu dikaitkan dengan dalil tentang anjuran menampakkan rasa syukur atas karunia nikmat Allah Swt. Bagian syukur dari nikmat adalah dengan menampakkan nikmat tersebut secara lahiriyah. Bukan malah kita menjadi orang pelit dan pura-pura “kere” (miskin). Kalau memang Allah beri kelapangan rizki, nampakkanlah nikmat tersebut pada makanan dan pakaian kita (Tuasikal, 2011). Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman:

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan”. (Q.S. Adh-Dhuhaa [93]: 11).

Dari Abu Nadhroh, ia berkata,

“Dahulu kaum muslimin menganggap dinamakan mensyukuri nikmat adalah dengan seseorang menyiarkan (menampakkan) nikmat tersebut.” Diriwayatkan oleh Ath Thobari dalam kitab tafsirnya, Jaami’ Al Bayaan ‘an Ta’wili Ayyil Qur’an (24: 491). (Tuasikal, 2011).

Dua firman Allah Swt di atas sekilas seolah-olah saling bertentang satu dengan yang lain. Ayat pertama melarang hidup berlebih-lebihan, sedangkan ayat kedua justru memerintahkan menampakkan nikmat yang diterima. Hidup sederhana banyak dimaknai dengan hidup yang tidak berlebih-lebihan. Sehingga dalam praktik di kehidupan bermasyarakat, ada anggapan bahwa orang yang hidup sederhana adalah orang yang hidupnya tidak bermewah-mewahan, hidupnya tidak glamour, dan hidupnya tidak berfoya-foya. Sementara pemahaman terhadap ayat kedua bahwa Allah Swt memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menampakkan secara lahiriyah terhadap nikmat-nikmat Allah yang diterimanya. Berdasarkan dua ayat tersebut diatas, tampak bahwa kata “hidup sederhana” itu sulit dideskripsikan. Hidup sederhana bukanlah hidup layaknya orang miskin. Hidup sederhana bukanlah hidup tanpa berkecukupan. Hidup sederhana bukanlah hidup serba kekurangan. Dan hidup sederhana bukanlah hidup yang serba pelit.

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hidup sederhana itu merupakan sebuah konsep tentang implementasi cara hidup yang tidak berlebih-lebihan dengan tetap menampakkan nimat-nikmat Allah Swt yang telah diterima. Merujuk pengertian ini, maka batasan tentang bagaimana hidup sederhana tidak terletak pada orang lain, melainkan pada diri sendiri. Seseorang tidak dapat menilai orang lain apakah telah menerapkan hidup sederhana atau hidup bermewah-mewahan karena ia pasti menggunakan standar hidupnya sendiri untuk menilai kehidupan orang lain. Batasan hidup sederhana ditentukan oleh masing-masing orang dimana antara orang satu dengan orang lain mungkin saja berbeda. Sebagai ilustrasi misalnya A adalah  orang yang berpenghasilan 10 juta perbulan, setiap hari ia pergi ke kantor mengendarai mobil dan makan di restoran. Sementara B adalah orang yang berpenghasilan 1 juta perbulan, setiap hari ia mengendarai sepeda motor dan makan di warung pinggir jalan. Apakah A dan B termasuk hidup sederhana atau berlebih-lebihan? Maka jawabannya adalah keduanya bisa termasuk menerapkan hidup  sederhana tapi juga bisa termasuk kategori hidup berlebih-lebihan. Mengapa? Karena bergantung pada parameter yang digunakan untuk menilai. A bisa saja menilai B hidupnya terlalu pelit karena makannya memilih di warung pinggir jalan yang murah, sedangkan B bisa saja menilai A hidup berlebih-lebihan karena makannya selalu di restoran mahal (menurut ukuran dia). Tetapi baik A maupun B bisa juga dikategorikan sebagai hidup berlebih-lebihan menurut pandangan C yang kerjanya sebagai buruh serabutan dengan penghasilan kecil dan tidak menentu. Bagi C, baik makan di warung kecil di pinggir jalan maupun di restoran mahal sama-sama pemborosan dan menghambur-hamburkan uang. Bagi si C, kalau seandainya A dan B membawa bekal makan dari rumah, maka uangnya dapat dihemat.

Demikianlah setiap orang memiliki parameter dan sudut pandang tersendiri untuk mengkategorikan hidup sederhana atau berlebih-lebihan. Maka sikap yang bijaksana adalah janganlah kita menilai gaya hidup orang lain. Janganlah kita ngrusuhi hidup orang lain.  Setiap orang memiliki pola kehidupan dan gaya hidup yang berbeda-beda menyesuaikan lingkungannya. Gaya hidup orang yang berada di lingkungan kerja perkantoran akan berbeda dengan gaya hidup orang yang berada di lingkungan buruh. Kita harus menyadari bahwa setiap orang memiliki jenis kebutuhan dan skala prioritas yang berbeda-beda. Mungkin ada orang yang setiap hari baru mampu memenuhi kebutuhan pokok saja, misalnya kebutuhan makan, itupun masih kerepotan., tetapi ada pula orang yang sudah melampaui kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok, ia bahkan mampu memenuhi kebutuhan sekunder dan mungkin tersier. Maka gaya hidup dan skala prioritas kebutuhan hidup mereka pastilah berbeda.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kita ambil pelajaran hidup bahwa janganlah suka menilai kehidupan orang lain karena kita tidak mengetahui bagaimana tuntutan dan prioritas kebutuhan hidup orang lain. Ingatlah peribahasa “janganlah menilai ukuran sepatu orang lain dengan ukuran kaki kita”, yang maksudnya adalah janganlah menilai kehidupan orang lain dengan standar kehidupan kita. Seseorang dikategorikan hidup sederhana atau tidak bergantung parameter hidup yang digunakan. Kita sendirilah yang paling tahu apakah gaya hidup kita  selama ini masuk kategori sederhana, berlebih-lebihan atau masih wajar-wajar saja. Semuanya kembali ke masing-masing orang. Tetapi yang terpenting, dalam menjalani kehidupan ini untuk urusan duniawi lihatlah orang lain yang lebih rendah dari kita sehingga akan muncul rasa syukur kepada Allah Swt atas karunia nikmat-nikmat-Nya.

Syukur merupakan intisari dalam menjalani kehidupan dunia ini. Syukur merupakan indikator atau parameter derajat ketakwaan seseorang. Syukur merupakan manifestasi dari peribadahan kita. Orang yang bertakwa akan selalu mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah Swt. Allah Swt telah menjanjikan bahwa bagi hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat-nikmat-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut.  

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim [14]: 7).

Hidup sederhana memang mudah diucapkan secara lisan tetapi sulit dideskripsikan, apalagi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimanakah gambaran hidup sederhana yang benar sebagaimana yang dituntunkan agama, hanya Allah Swt sajalah yang Mahamengetahui. Demikian pembahasan tentang hidup sederhana menurut tuntutan agama ini penulis sampaikan. Semoga bermanfaat. Amin. []

 

Referensi :

Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Tersedia online di https://kbbi.web.id

Tuasikal, M.A. (2011). Tampakkanlah nimat Allah. Tersedia online di https://rumaysho.com/2027-tampakkanlah-nikmat-allah.html. Diakses tanggal 02 Maret 2020.


__________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA

 


SILATURAHMI DAN WAKTU KEBERSAMAAN KELUARGA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Beberapa waktu yang lalu ada undangan silaturahmi keluarga besar Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS. Acara silaturahmi diselenggarakan di rumah salah seorang kolega dosen yang tempatnya berada di kawasan Tawangmangu. Karena tempat acara silaturahmi cukup jauh dan dekat dengan banyak tempat wisata, maka saya berencana mengajak keluarga untuk ikut menghadiri acara.

Biasanya memang di setiap menghadiri acara silaturahmi keluarga kampus, saya juga hampir selalu membawa semua anggota keluarga. Hanya, setelah anak pertama masuk sekolah SMA, dia sudah jarang mau diajak acara-acara silaturahmi seperti itu. Biasanya kalau hari libur dia punya acara sendiri dengan teman-temannya.

Tetapi khusus untuk acara silaturahmi di Tawangmangu tersebut, saya menawarinya mau ikut atau tidak karena tempat acaranya dekat lokasi wisata dan juga tempat acara adalah rumah temannya sewaktu sekolah Madrasah Aliyah. Alhamdulillah ternyata dia mau ikut.

Acara silaturahmi dijadwalkan akan dimulai pada pukul 11.00 wib. Karena acara mulai agak siang, maka kami berangkat agak pagi agar sampai di Tawangmangu beberapa jam sebelum mulai acara silaturahmi. Selang waktu sebelum acara silaturahmi, kami manfaatkan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Tawangmangu.

Kami membuat agenda seperti itu karena putri kecil kami belum pernah piknik ke Tawangmangu. Jadi kami sengaja mengajak si kecil untuk piknik ke Tawangmangu. Si kecil sangat senang dan antusias jika diajak jalan-jalan ke tempat wisata. Kami memang sengaja memperbanyak acara-acara pergi bersama anak-anak agar anak-anak memiliki banyak memori kenangan kebersamaan dengan orang tuanya.

Kami menyadari bahwa jika orang tua banyak menyempatkan waktu bersama anak-anak, maka kelak ketika mereka sudah dewasa dan orang tua sudah lansia, mereka akan juga banyak meluangkan waktu untuk mengunjungi orang tua. Memori-memori indah dan membahagiakan anak bersama orang tuanya semoga dapat menjadi tali pengikat hubungan emosional antara anak dan orang tua.

Setiap orang pasti ingin mengulang momen-momen yang indah dan membahagiakan dalam hidupnya. Dengan menggunakan asumsi seperti ini, kami berharap ketika kami nanti sudah lanjut usia, anak-anak kami selalu mengingat momen-momen indah bersama orang tuanya dan ingin selalu mengulanginya dengan sering mengunjungi kami. Semoga Allah SWT mengabulkan dan meridhoi doa dan harapan kami. Amin. []

Surakarta, 30 Oktober 2023

Selasa, 24 Oktober 2023

DINAMIKA PRODUKTIVITAS Di KOMUNITAS MENULIS

 


DINAMIKA PRODUKTIVITAS DI KOMUNITAS MENULIS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Manusia saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mampu dipenuhi sendiri. Karena keterbatasan dan kelemahannya, manusia saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


Dalam dunia literasi, kerjasama antar penulis juga diperlukan. Para penulis perlu saling berinteraksi untuk saling menjaga spirit menulis. Terkadang penulis mengalami kemunduran semangat menulis. Ketika bertemu dengan sesama penulis dalam komunitas literasi, para penulis dapat saling memotivasi satu sama lain.


Dalam komunitas penulis, terkadang terjadi dinamika fluktuasi produktivitas menulis. Ada anggota komunitas yang mampu meningkatkan produktivitasnya dalam menulis, ada anggota komunitas yang stagnan produktivitasnya, dan ada juga anggota yang menurun produktivitasnya. 


Fenomena tersebut adalah wajar karena masing-masing anggota memiliki kemampuan dan spirit menulis yang berbeda-beda. Yang tidak wajar adalah ketika anggota komunitas tidak saling memotivasi satu sama lain karena hal itu bertentangan dengan tujuan komunitas dibentuk. Hal tidak wajar lainnya adalah manakala anggota yang mengalami penurunan produktivitas tidak mau berusaha mencari motivasi bagaimana meningkatkan semangat menulisnya dan bisa kembali produktif menghasilkan karya tulis. 


Jika seseorang bergabung dalam sebuah komunitas penulis tapi tidak mau aktif berlatih menulis dan hanya pasif saja juga tidak wajar karena hal itu tidak ada gunanya. Kemampuan menulis tidak akan meningkat jika tidak dilatih dengan menulis secara rutin. Menulis merupakan keterampilan yang dapat dilatih dan semakin sering dilatih akan semakin terampil. Sebaliknya, semakin jarang berlatih menulis maka kemampuan menulis seseorang juga akan menurun. Hal itu berkaitan dengan pencarian ide tulisan.


Orang yang sering berlatih menulis atau menuangkan ide pemikiran dalam bentuk tulisan, maka akan semakin mudah ide-ide tulisan muncul dalam pikirannya. Sebaliknya, orang yang jarang sekali menulis pasti akan mengalami kesulitan mencari ide tulisan karena pikirannya seperti buntu. Itulah sebabnya mengapa masalah utama yang dihadapi para penulis pemula adalah umumnya kesulitan menemukan bahan yang akan ditulis. 


Sebenarnya bahan atau ide tulisan itu banyak sekali dan dapat diperoleh di mana saja. Tetapi karena kurang mampu mengelola ide dan juga kurang peka terhadap kemunculan ide, maka para penulis pemula kebingungan mau menulis apa. Ibaratnya di pikiran banyak sekali ide-ide tulisan yang berseliweran dan bercampur aduk sehingga karena pikiran kurang fokus ataupun kurang mampu mengkoneksikan keterkaitan antar ide-ide tersebut menjadikan penulis pemula kesulitan menentukan ide mana yang akan ditulis. 


Selama seseorang masih mau berpikir, pasti ide itu akan muncul dalam pikiran karena pada dasarnya setiap apa yang dilihat, didengar, dipikirkan, dan direnungkan maka informasi tersebut akan tersimpan dalam memori jangka pendek. Ketika informasi tersebut diproses dengan cara dikelola dengan baik, misalnya dengan cara ditulis, maka informasi tersebut akan berpindah ke memori jangka panjang sehingga  mudah diingat. Jadi menuliskan kembali apa yang dibaca merupakan cara mengikat makna sehingga informasi dalam bacaan tidak mudah hilang atau tidak mudah lupa. []


Gumpang Baru, 25 Oktober 2023

Sabtu, 21 Oktober 2023

MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

 


MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro


 

Menekuni dunia kepenulisan memang tidak mudah. Selain mampu menulis, menekuni dunia kepenulisan juga dituntut untuk memiliki spirit menulis yang terus terperlihara. Salah satu cara agar spirit menulis terus terjaga adalah dengan cara bergabung di komunitas penulis. Di komunitas penulis akan bertemu dengan banyak penulis dan terbiasa dengan aktivitas menulis secara rutin. Setiap komunitas penulis pasti memiliki program menulis rutin untuk mendorong anggotanya agar tetap semangat menulis.


Ketika seseorang memutuskan diri untuk bergabung di sebuah  komunitas penulis, tidak serta merta ia akan semangat menulis. Bergabung di komunitas penulis perlu mengaktifkan diri dengan aktivitas menulis. Berada di lingkungan yang kondusif untuk menulis belum tentu mampu menjadikan diri semangat menulis selama tidak memaksa diri untuk terus menulis. Tidak ada manfaatnya bergabung di komunitas penulis manakala tidak belajar menulis. Kata kunci untuk menjadi penulis yang produktif adalah memulai menulis. Menulis adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapapun yang mau belajar. 


Setiap komunitas penulis pasti pernah mengalami munculnya fenomena turunnya semangat para anggota dalam menulis. Para anggota komunitas cenderung pasif dan kurang semangat dalam menulis. Dampaknya adalah program menulis rutin yang menjadi aktivitas utama komunitas menjadi kurang hidup. Fenomena ini ternyata juga terjadi di komunitas penulis Sahabat Pena Kita (SPK). Program menulis wajib Setoran Wajib ternyata mulai banyak dilanggar para anggota komunitas. Terkesan para anggota grup SPK mengalami kejenuhan atau kurang termotivasi dalam menulis. Fenomena yang menyedihkan tersebut menjadi pemikiran serius pengurus grup SPK. Maka agar masalah tersebut tidak berlama-lama dan semakin parah, maka perlu dirancang kegiatan refreshing bagi anggota grup agar motivasi menulisnya bangkit kembali.


Maka pada hari ini, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023 grup Sahabat Pena Kita (SPK) mengadakan webinar literasi yang dikemas dalam bentuk Podcast bernama Ruang Inspirasi. Pada Podcast batch #1 ini menghadirkan dua orang narasumber yang sangat berkompeten dalam bidang literasi menulis. Kedua narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. dan Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI. Kedua narasumber merupakan sesepuh dan penasihat di grup SPK. Kedua narasumber menyampaikan materi yang berisi motivasi bagaimana menjaga dan membangkitkan spirit menulis. 


Dengan gaya penyampaian materi yang khas, kedua narasumber menyampaikan materinya dengan sangat jelas dan menggugah motivasi. Narasumber yang pertama menyampaikan paparan materi adalah Prof. Dr. Ngainun Naim dan kemudian dilanjutkan paparan materi kedua oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin. Sebelum kedua narasumber menyampaikan paparan materinya, terlebih dahulu acara webinar dibuka oleh ketua grup SPK ibu Dr. Hitta Alfi Muhimmah dengan dipandu oleh moderator mas Roni Ramlan, M.Ag. Mas Roni Ramlan ini adalah ketua grup SPK cabang Tulungagung. 


Para artikel ini, penulis akan mencoba menyampaikan kembali ulasan materi yang telah disampaikan oleh kedua narasumber menurut penangkapan dan pemahaman penulis pribadi. Selama mengikuti acara webinar, penulis mencoba membuat coretan sederhana ringkasan materi dari kedua narasumber dengan menggunakan teknik Mind Map. Teknik Mind Map membantu penulis mencatat kata-kata kunci dari paparan materi kedua narasumber. Dengan berdasarkan hasil Mind Map yang penulis buat selama mengikuti acara webinar, penulis kemudian mengubahnya menjadi tulisan artikel ini. 


Kesempatan pemaparan materi yang pertama diberikan kepada Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau menyampaikan bahwa ruh dari kegiatan literasi adalah menulis. Menulis itu memang mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Banyak orang yang ingin bisa menulis tetapi enggan untuk segera mulai menulis. Prof. Dr. Ngainun Naim menjelaskan bahwa ada lima tipe orang yang ingin belajar menulis. Tipe pertama adalah orang yang mau menulis tetapi tidak segera menulis. Orang tipe pertama ini penganut paham idealisme tapi tidak realistis. Dia baru tahap memiliki keinginan atau cita-cita menjadi penulis, tapi sayangnya cita-citanya tidak didukung dengan tindakan nyata dengan segera mulai menulis. Orang tipe pertama ini tidak akan pernah menjadi seorang penulis dan tidak akan pernah menghasilkan tulisan. 


Tipe kedua adalah orang yang mau menulis dan mampu merealisaiskannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini memiliki semangat dan keinginan menulis dan segera merealisasikannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini punya peluang untuk bisa menulis jika mampu menekuninya dengan disiplin, komitmen dan konsisten. Tipe ketiga adalah orang yang lemah keinginan menulis dan kemampuannya menulis juga lemah. Orang tipe ketiga ini akan sangat sulit untuk bisa menulis karena keinginan untuk menulis saja lemah, apalagi juga lemah dalam kemampuan menulis, maka akan sangat sulit bisa menulis. 


Kemudian tipe keempat adalah orang yang keinginannya tinggi tetapi kemampuan menulisnya rendah. Orang tipe keempat ini memiliki peluang besar akan bisa menulis karena ia telah punya modal keinginan yang tinggi untuk menulis. Walaupun kemampuan menulisnya masih rendah, jika ia mau belajar menulis secara tekun dan disiplin, maka suatu saat nanti ia pasti akan menghasilkan tulisan yang baik. Adapun tipe kelima adalah orang yang mampu menulis dan mau menulis. Orang tipe kelima ini adalah tipe yang paling ideal karena ia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis. Ia memiliki kemampuan yang tinggi dalam menulis dan juga memiliki kemauan yang kuat untuk menulis. Orang tipe kelima inilah yang nanti akan sukses menjadi penulis yang produktif dan professional. 


Prof. Dr. Ngainun Naim juga menegaskan bahwa berdasarkan pengamatan beliau terhadap orang-orang yang menjalani aktivitas menulis, beliau menemukan fakta bahwa ternyata para penulis yang produktif menghasilkan karya tulis bukanlah orang-orang pengangguran, melainkan justru orang-orang yang punya banyak kesibukan pekerjaan atau aktivitas. Ternyata para penulis produktif bukanlah orang-orang yang punya banyak waktu longgar, tetapi justru mereka adalah orang-orang yang menyisihkan waktu di antara kesibukannya untuk menulis. Para penulis produktif adalah orang-orang yang mampu mengelola waktu dengan baik sehingga mereka mampu menyisihkan sebagian waktunya yang padat kegiatan untuk menulis secara rutin. 


Setelah Prof. Ngainun Naim selesai memaparkan materinya, narasumber kedua yaitu Prof. Dr. Muhammad Chirzin mendapat giliran untuk menyampaikan materi webinar. Di awal penyampaian materinya, Prof.. Dr. Muhammad Chirzin menjelaskan bahwa dalam menulis beliau terinspirasi dari surat Al-Alaq ayat 1-5. Manusia adalah folowers Tuhan, manusia adalah teamwork Tuhan dalam menyediakan bacaan melalui aktivitas menulis untuk mewujudkan perintah membaca. Membaca membutuhkan bahan bacaan (tulisan). Jika tidak ada tulisan, lantas mau membaca apa? Berarti menulis merupakan aktivitas membantu Tuhan dalam menyediakan bahan bacaan bagi umat manusia agar perintah iqra’ dapat terealisasikan. 


Dalam paparan materinya, beliau menyampaikan bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu yang disukai untuk dilakukan. Menulis itu harus disukai jika ingin bisa menulis. Suka menulis menjadi motivasi internal untuk menjadi penulis. Menulis adalah belajar. Menulis adalah meninggalkan warisan peradaban. Menulis adalah tanda cinta kepada orang-orang yang disayangi melalui persembahan buku. Beliau mengaitkan aktivitas menulis buku dengan sebuah peribahasa yang sangat terkenal, yaitu gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Sedangkan kalau manusia mati meninggalkan buku. Buku memiliki beberapa arti penting, yaitu buku adalah sumber ilmu, buku adaah teman setiap waktu, buku adalah jendela dunia, dan buku adalah penggerak perubahan.  


Terkait motivasi menulis, beliau menyampaikan bahwa menulis menunjukkan eksistensi diri. “Saya menulis, maka saya ada”. Menulis adalah merangkai kata. Bahan tulisan bisa dari apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan. Menulis seharusnya bukan pekerjaan, melainkan kebutuhan. Menulis adalah kegiatan sehari-hari. Menulis itu dari hati. Menulis itu laksana Tuhan berfirman. Menulis itu bagaikan Nabi bersabda. Karena firman Tuhan dan Sabda Nabi tidak pernah salah, maka seorang penulis harus berusaha seminimal mungkin melakukan kesalahan dalam tulisannya dengan cara selesai menulis kemudian membaca kembali dan melakukan self editing. Menulis merupakan sebuah keterampilan. Maka untuk belajar menulis dilakukan dengan cara menulis. Menulis sangat dekat dengan kegiatan membaca. Untuk menulis sebuah buku perlu membaca minimal sepuluh buku. 


Demikian ringkasan materi motivasi menulis yang disampaikan kedua narasumber yang mampu penulis catat dan pahami. Semoga tulisan sederhana ini menjadi sarana menyebarluaskan materi webinar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin dan Prof. Dr. Ngainun Naim. Dan semoga dengan diselenggarakannya webinar literasi ini semangat dan motivasi menulis anggota grup SPK dan para penulis yang sempat turun kembali bangkit. Salam semangat menulis. [] 


Gumpang Baru, 21 Oktober 2023


__________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Jumat, 20 Oktober 2023

CAPAIAN PRESTASI TAHUN 2023


CAPAIAN PRESTASI TAHUN 2023

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Pencapaian diri menjelang akhir tahun 2023. Melihat pencapaian diri sebagai cara untuk mengevaluasi produktivitas diri. Bukan untuk membandingkan dengan prestasi orang lain, melainkan sekadar untuk mengukur kemajuan diri. 


Memang bukan prestasi luar biasa yang pantas dibanggakan. Tetapi hanya sebuah pencapaian diri yang patut diapresiasi karena hasil ini merepresentasikan semangat, komitmen, konsistensi, dan perjuangan. 



Bukan hasil akhir yang menjadi kebanggaan. Tetapi dapat tercapainya hasil tersebut menunjukkan bahwa pada diri ini masih ada perjuangan dan usaha terus-menerus untuk berkarya dan berkreasi melalui tulisan. Menulis untuk mengabadi dan mengabdi untuk negeri.


Sabtu, 14 Oktober 2023

UNDANGAN MENJADI NARASUMBER WEBINAR PENULISAN BUKU MONOGRAF DAN REFERENSI



UNDANGAN MENJADI NARASUMBER WEBINAR PENULISAN BUKU MONOGRAF DAN REFERENSI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Setelah beberapa waktu sebelumnya di tahun 2021 bekerjasama dalam penyelenggaraan workshop penulisan buku ajar, tahun 2023 ini CV. Mitra Edukasi Negeri kembali mengundang dan memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjadi narasumber webinar penulisan buku monograf dan buku referensi.

Terima kasih ibu Filu Putri, CEO CV. Mitra Edukasi Negeri yang telah mengundang dan memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi narasumber pada acara webinar tersebut.

Terima kasih CV. Mitra Edukasi Negeri yang telah memfasilitasi penyelenggaraan webinar tentang penulisan buku monograf dan referensi. Alhamdulillah pesertanya cukup banyak, beragam dari berbagai perguruan tinggi, dan antusias mengikuti acara webinar sampai selesai. Sukses dan semakin maju CV. Mitra Edukasi Negeri. Amin.

PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH



 PUTRI KECIL KAMI YANG SHALIHAH

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Tadi sore si kecil minta diajak jalan-jalan (maksudnya pergi ke toko) karena ada yang ingin dibeli. Saya mengiyakan permintaan si kecil sekalian makan malam di luar. Kamipun pergi menuju mall terdekat. Sampai di parkiran mall, ternyata adzan Maghrib sudah berkumandang, maka kami pun segera menuju ke masjid untuk sholat Maghrib.

Karena maminya sedang tidak sholat, maka kami bertanya ke si kecil, "Mami sedang libur sholat, adek sholatnya bagaimana?" Si kecil menjawab, "Adek sholat sendiri, mami mengantar saja". Akhirnya maminya menemani si kecil berwudhu, kemudian si kecil masuk ke masjid sendirian dan bergabung dengan jamaah putri.

Alhamdulillah, kami bersyukur si kecil sudah mampu menjaga sholat fardhunya. Di usianya yang belum ada tujuh tahun, baru mendekati enam tahun, dia sudah mau mendirikan sholat fardhu dan sholat sunah setiap harinya. Ya Allah, jagalah hati putri kecil kami agar selalu dekat dengan-Mu. Aamiin yaa robbal'aalamiin.


MEMOTIVASI VS MENGINSPIRASI

 


MEMOTIVASI VS MENGINSPIRASI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 



Di era sekarang ini banyak orang yang berprofesi sebagai motivator. Munculnya profesi motivator karena banyak orang yang membutuhkan motivasi. Mereka memotivasi orang lain agar bisa sukses antara lain dengan belajar dari kisah-kisah kesuksesan yang dibagikan. Dilihat dari asalnya kisah-kisah kesuksesan yang dibagikan kepada audiens, maka penulis memunculkan dua istilah yaitu memotivasi dan menginspirasi. Menurut KBBI, memotivasi artinya memberikan motivasi; menciptakan suasana yang subur untuk lahirnya motif. Adapun menginspirasi artinya menimbulkan inspirasi; mengilhami.

 

Kata memotivasi dan menginspirasi merupakan dua kata yang sangat berkaitan dan sama-sama bertujuan baik, yaitu mendorong terjadinya perubahan pihak lain menjadi lebih baik. Tetapi dampak positif yang dihasilkan dari memotivasi dan menginspirasi bisa berbeda. Aktivitas menginspirasi mampu menghasilkan dampak yang jauh lebih besar dibandingkan sekadar memotivasi. Menginspirasi mampu menumbuhkan atau membangkitkan dorongan untuk bangkit dengan kesadaran sendiri dan dengan cara sendiri. Sementara memotivasi mampu memberikan dorongan kepada orang lain untuk bangkit mengejar kesuksesannya. Jadi, menurut pandangan penulis, menginspirasi itu seperti memberikan dorongan semangat dari dalam diri seseorang, sedangkan memotivasi seperti memberikan dorongan semangat dari luar diri seseorang.

 

Apakah sama antara memotivasi dengan menginspirasi? Di sini yang dimaksud memotivasi adalah membagikan motivasi yang umumnya berasal dari kisah kehidupan orang lain, sedangkan maksud menginspirasi adalah membagikan motivasi dari kisah kehidupan sendiri. Membagikan motivasi dari kisah kehidupan orang lain itu mudah, tak ubahnya seperti memutarkan film kehidupan seorang tokoh. Berbeda halnya dengan memotivasi dari kisah kehidupan sendiri karena seseorang harus menjadi tauladan (contoh nyata) dari kisah yang diceritakan.

 

Dalam konteks pengertian tersebut di atas, maka memotivasi tidak berbeda dengan orang yang membagikan cerita kesuksesan orang lain. Memotivasi dengan cara seperti itu terasa kurang hidup dan hasilnya kurang tertanam di hati. Lain halnya jika bahan motivasi tersebut berasal dari kisah kesuksesan diri sendiri, maka kisahnya akan terasa lebih hidup dan bermakna. Inilah yang dimaksud dengan menginspirasi karena yang bercerita adalah sang tokoh sendiri dalam cerita tersebut, sehingga ia tahu betul bagaimana seluk beluk perjuangannya hingga menjadi sukses. Sementara orang yang hanya membagikan kisah kesuksesan orang lain hanya tahu kulitnya saja, ia tidak tahu bagaimana bagian dalam dari kisah perjuangan menuju kesuksesan yang dialami sang tokoh. Membagikan kisah kesuksesan orang lain menurut pandangan penulis pribadi terasa kurang ada ikatan emosional karena kisah tersebut bukan kisah kehidupan sang motivator sendiri.

 

Banyak motivator yang membagikan kisah-kisah kesuksesan orang lain sebagai bahan untuk memotivasi. Menurut pendapat penulis, alangkah lebih baiknya jika motivator tersebut membagikan pengalaman hidupnya sendiri sebagai bahan memotivasi karena dengan begitu kisahnya terasa lebih hidup karena tokoh pelakunya ia sendiri. Tetapi hal itu tentunya tidaklah mudah dilakukan karena tergantung apakah ia memiliki kisah kesuksesan hidupnya yang menarik untuk dibagikan. Memang lebih mudah membagikan kisah kehidupan tokoh lain daripada kisah kehidupannya sendiri yang belum tentu menarik untuk dibagikan.

 

Mendorong orang lain agar bisa sukses dengan menceritakan kisah-kisah hidup tokoh-tokoh yang telah berhasil meraih kesuksesan adalah sebuah perbuatan baik. Tetapi alangkah lebih baik lagi jika kisah kesuksesan yang diceritakan tersebut adalah kisah kehidupannya sendiri sehingga ketika ia bercerita seakan-akan kisah tersebut benar-benar hidup dan nyata sehinga mampu  menginspirasi orang yang mendengarkan. Semangat mendorong orang lain agar bisa sukses adalah baik, tetapi alangkah lebih baiknya lagi jika itu dilakukan ketika yang bersangkutan sudah berhasil meraih kesuksesan terlebih dahulu, sehingga ia berbagi kisah kesuksesannya sendiri. Jangan sampai terjadi orang yang belum sukses memotivasi orang lain agar sukses.  

 

Dalam konteks bidang pendidikan, pendidik (guru, dosen, ustadz) seharusnya menjadi role model atau contoh ketauladanan bagi peserta didiknya. Ketika mengajarkan moral character yang baik, sebaiknya pendidik telah menerapkan moral character dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Ketika mengajarkan performance character kepada peserta didik, sebaiknya pendidik telah menunjukkan performance character-nya terlebih dahulu dalam kinerjanya. Ketika memotivasi peserta didik agar berprestasi, maka sebaiknya pendidik juga memiliki banyak prestasi agar peserta didik dapat melihat langsung contohnya sehingga mereka dapat menauladani prestasi yang diraih oleh pendidiknya. Jangan sampai terjadi ada peserta didik yang berprestasi memenangkan lomba kejuaraan dengan mendapatkan juara satu kemudian diklaim sebagai prestasi gurunya, sementara sang guru belum pernah memenangkan lomba di bidang yang sama.

 

Mendidik dengan memberikan motivasi itu sangat baik. Tetapi lebih baik lagi jika mendidik diiringi dengan menginspirasi. Pendidik yang inspiratif pasti juga seorang motivator sejati bagi peserta didiknya. Pendidik inspiratif terkadang tidak pandai berorasi layaknya seorang motivator ulung, tetapi ia mampu menghipnosis peseta didiknya melaui contoh ketauladanan yang dilakukannya. Pendidik inspiratif akan mampu memotivasi peserta didik melalui rekam jejak ketauladanan dan capaian prestasi yang diraihnya. Menginspirasi dengan karya nyata jauh lebih bermakna dibandingkan sekadar bercerita tentang keberhasilan orang lain. Menjadi pendidik inspiratif itu hebat. []

 

Gumpang Baru, 14 Oktober 2023

 

___________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Kamis, 12 Oktober 2023

AKTIF VS PRODUKTIF

 


AKTIF VS PRODUKTIF

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Dalam kehidupan ini, setiap orang hendaknya dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat jangka panjang. Penting sekali untuk dapat mewariskan karya peninggalan yang dapat diakses oleh generasi lintas geografis maupun lintas waktu. Salah satu karya warisan yang termasuk  kategori tersebut adalah karya tulis. Aktivitas menulis merupakan kerja keabadian karena karya tulis yang dihasilkan dapat menjadi warisan yang mampu menembus batas-batas geografis dan bahkan lintas generasi. Menulis dapat menjadi sarana mengabadikan diri-dalam arti nama penulis akan dikenang sepanjang waktu.

 

Menulis bukan pekerjaan jangka pendek, melainkan kerja jangka panjang. Menulis bukan hanya terkait kemampuan menulis, tetapi juga berkaitan dengan daya tahan, komitmen, dan konsistensi. Menulis membutuhkan daya tahan yang prima karena seorang penulis harus mampu menulis secara terus-menerus dalam situasi dan kondisi apapun, bukan hanya saat mood saja. Oleh karena itu, menulis membutuhkan stamina semangat yang terus-menerus, bukan semangat sesaat.

 

Menulis juga membutuhkan komitmen yang tinggi. Tanpa memiliki komitmen yang tinggi, umumnya orang yang tidak mampu memenuhi target penulisan. Terkadang menulis itu dibatasi oleh waktu, khususnya ketika menulis yang berkaitan dengan pihak lain, maka pasti ada target waktu yang harus dipenuhi. Nah, penulis yang tidak memiliki komitmen tinggi seringkali molor waktu penyelesaian naskah tulisannya, dan hal itu pastinya merugikan karena akan berdampak pada perubahan jadwal. Apalagi jika menulis karya kolaborasi yang melibatkan banyak orang, pasti dituntut mematuhi jadwal waktu penyelesaian naskah karena walau ada satu saja penulis yang tidak tepat waktu maka akan berdampak ke mundurnya jadwal penyelesaian naskah yang akhirnya pasti juga merugikan penulis lain yang tepat waktu.

 

Seorang penulis tidak boleh bersikap egois dengan hanya memikirkan kepentingan diri sendirinya, tetapi ia juga harus  memikirkan  kepentingan orang lain. Jangan sampai karena alasan kesibukan diri- menganggap orang lain tidak sibuk- kemudian meminta orang lain memaklumi keterlambatannya dalam mengirimkan naskah tulisan sesuai waktu yang disepakati. Di sinilah pentingnya memiliki komitmen tinggi ketika mau menekuni aktivitas menulis. Bisa menulis saja tidak cukup, tapi masih perlu memiliki komitmen yang tinggi.

 

Untuk dapat menjadi penulis yang profesional juga harus konsisten dalam menulis. Menulis tidak hanya di waktu-waktu tertentu saja tetapi setiap waktu harus siap menulis. Menulis tidak hanya saat ada mood saja, tetapi setiap saat pada kondisi apapun harus siap menulis. Oleh karena itu, seseorang yang sedang belajar menulis harus berlatih menulis di setiap waktu dan kondisi apapun. Berlatih menulis berbagai tema juga bagus untuk melatih konsistensi menulis. Maka perlu terus berlatih mencari ide-ide tulisan dan terus melatih pikiran agar peka dalam menangkap ide bahan tulisan. Ide tulisan bisa diperoleh di manapun dan dalam situasi apapun. Selama pikiran siap dan peka terhadap bersitan ide di pikiran, maka pasti akan ada bahan untuk ditulis.

 

Menjadi seorang penulis harus memiliki tekat untuk produktif menghasilkan karya. Produktif berkarya dalam arti secara kuantitas jumlah karya tulisnya terus bertambah banyak dan secara kualitas karya tulis yang dihasilkan terus meningkat mutunya. Produktif harus mencakup dua parameter tersebut, yaitu kuantitas dan kualitas. Maka ketika saat ini sedang banyak orang yang  demam teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membuat karya tulis, mungkin secara kuantitas bisa menghasilkan banyak tulisan secara cepat karena pada dasarnya yang membuat tulisan bukan mereka, melainkan komputer yang bekerja. Tetapi secara kualitas sama sekali tidak ada peningkatan karena pada dasarnya mereka tidak pernah menghasilkan karya sama sekali. Jumlah karya tulis yang dihasilkan dengan bantuan AI bukanlah hasil karya mereka. Jadi jumlah karya tulis yang banyak tersebut hanyalah tumpukan karya tanpa makna terhadap kompetensi menulisnya.

 

Kondisi seperti itu tidaklah termasuk kategori produktif. Memang mereka aktif, tetapi tidak produktif karena yang bekerja bukan mereka melainkan  komputer. Di sinilah bedanya aktif dengan produktif. Jadi jangan tertipu dengan kata aktif yang belum tentu produktif. Justru kata produktif pasti juga mencakup kata aktif. Orang yang produktif menghasilkan karya pastilah aktif menulis. Tetapi aktif menulis menggunakan bantuan AI bukanlah produktif. Orang-orang yang menghasilkan karya tulis dengan bantuan AI dan mengklaim sebagai hasil karya sendiri adalah orang-orang yang sedang bermimpi. Mereka membohongi diri mereka sendiri dengan menganggap dirinya produktif berkarya. Semoga kita tidak termasuk orang-orang seperti mereka. Semoga kita menjadi orang yang benar-benar kompeten dan produktif berkarya. Amin. []

 

Gumpang Baru, 07 Oktober 2023

 

___________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Selasa, 10 Oktober 2023

WAJAH SANTRI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Sumber Gambar: https://digitalbisa.id/artikel/kesalehan-sosial-ala-santri-milenial-cq8JW

WAJAH SANTRI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Santri identik dengan pondok pesantren, kopyah bersarung (laki-laki), berjilbab (perempuan), membawa kitab kuning atau mushaf Al-Qur’an, dan belajar agama Islam. Masyarakat Indonesia pasti tidak asing dengan kata “Santri” karena istilah tersebut memang hanya ada di Indonesia. Menurut Wikipedia, santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Santri biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Biasanya, santri setelah menyelesaikan masa belajarnya di pesantren, mereka akan mengabdi ke pesantren dengan menjadi pengurus (Wikipedia, 2023).


Menurut bahasa, istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta, "shastri" yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama, dan pengetahuan. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantubegawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekuensinya ketua pondok pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut (Wikipedia, 2023). Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, santri diartikan sebagai orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang saleh (KBBI Online, 2023). Definisi KBBI ini menegaskan bahwa santri itu identik dengan orang yang sedang belajar agama Islam. Istilah santri biasanya dinisbatkan kepada mereka yang tengah menimba ilmu agama Islam di sebuah tempat bernama pesantren (Anonim, 2016).


Saat ini kita telah memasuki era revolusi industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 telah berlangsung saat dunia memasuki abad 21. Ciri-ciri revolusi industri 4.0 bisa dikenali lewat maraknya pemakaian teknologi otomasi di berbagai sektor industri. Ciri revolusi industri 4.0 lainnya adalah semakin cepatnya inovasi teknologi. Salah satu dampak revolusi industri 4.0 yang cukup besar tantangannya terjadi di ranah sosial-ekonomi. Maraknya penggunaan teknologi otomasi membuat lapangan pekerjaan terkesan menyempit karena manusia tergantikan oleh mesin (Nancy, 2023). Era revolusi industri 4.0 ditandai oleh kemunculan berbagai teknologi maju yang semakin mempermudah banyak pekerjaan manusia. Sejumlah jenis pekerjaan yang dulu dibantu oleh mesin bahkan tidak lagi memerlukan tenaga pengawas atau pengendali manusia.


Teknologi otomasi itu didukung oleh sejumlah inovasi seperti superkomputer, robot pintar, hingga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sementara itu, ciri-ciri revolusi industri 4.0 bisa dikenali lewat tiga indikator. Dikutip dari publikasi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur, ketiganya adalah inovasi, otomasi, dan transformasi (Nancy, 2023)


Era revolusi industri 4.0 menyisakan tantangan tersendiri bagi para santri yang sedang belajar agama Islam di pondok-pondok pesantren. Agama yang identik dengan pengetahuan zaman dulu karena agama Islam turun sudah ribuan tahun yang lalu harus dimaknai secara visioner agar keberadaan agama tidak menjadi batu penghambat kemajuan umat Islam tetapi justru menjadi motor pendorong terwujudnya kemajuan peradaban umat Islam di berbagai bidang kehidupan.


Di era sekarang ini, para santri harus mampu menerjemahkan ilmu-ilmu agama Islam ke dalam konteks kehidupan modern di era revolusi industri  4.0. Jangan sampai para santri hanya menerima secara mentah ilmu-ilmu agama yang dipelajari di pondok pesantren tanpa berusaha mengalihwahanakan ke dalam konteks kehidupan terkini. Para santri dengan berbekal pengetahuan dasar ilmu agama Islam harus mampu menjawab dan memberikan solusi yang tepat dan memuaskan terhadap berbagai persoalan kehidupan di era modern ini. Jangan sampai para santri hanya mampu menghafal banyak ayat dan hadis tanpa mampu mengimplementasikan dalam kehidupan nyata saat ini.


Era revolusi industri yang salah satunya ditunjukkan oleh munculnya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah memberikan tantangan baru bagi para santri dan perkembangan metode dakwah agama Islam pada umumnya. Kalau zaman dulu ilmu agama Islam sudah cukup disampaikan dengan melalui ceramah ataupun mengkaji kitab, maka di era AI ini metode konvensional tersebut tidaklah cukup. Para ahli dakwah ataupun para santri harus juga bisa memanfaatkan teknologi AI sebagai metode inovasi dalam penyampaian dakwah Islam.


Munculnya teknologi animasi dan simulasi yang semakin canggih dengan adanya teknologi AI semakin menjadi tantangan yang serius bagi metode dakwah. Kisah-kisah dalam ajaran agama Islam yang dulu hanya sebatas cerita lisan sekarang bisa diwujudkan menjadi video animasi. Karena kecanggihan teknologi AI ini, jika para santri dan pelaku dakwah tidak mulai masuk di dalamnya dalam mengisi konten-konten dakwah tersebut, maka dikawatirkan konten-konten dakwah Islam akan diisi oleh orang-orang yang minim ilmu agamanya. Dampak negatifnya adalah akan terjadi banyak penyimpangan ataupun kekeliruan dalam pemahaman ajaran Islam. Para santri dan ahli dakwah harus ikut terlibat dalam desain dakwah di era digital sekarang ini. Para santri dan ahli dakwah harus terlibat dalam pengisian konten dakwah dan juga sebagai verifikator kebenaran konten dakwah. Jangan sampai konten dakwah yang belum tervalidasi kebenarannya sampai beredar luas di dunia maya dan menjadi panutan para generasi muda.


Pada momentum peringatan Hari Santri yang akan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober ini, mari kita (umat Islam) persiapkan para santri era revolusi industri yang unggul dalam pemahaman ilmu agama Islam dan kompeten dalam penguasaan skill abad 21. Sosok santri yang berwawasan luas, mendalam pemahaman ilmu agamanya, memiliki jiwa problem solver, peka terhadap permasalahan umat, peduli terhadap permasalahan umat Islam, mampu memberikan solusi atas persoalan umat Islam, dan mampu menjadi motor penggerak kemajuan peradaban umat Islam sehingga menjadi umat yang berkualitas, sejahtera dan beradab. Kontribusi positif para santri dalam membangun dan memperbaiki kualitas hidup umat Islam akan mampu membantu mempercepat terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baldatun thoyyibatun warabbun ghofuur. InsyaAllah. Amin. []

 

Surakarta, 10 Oktober 2023

 

 

Daftar Referensi

Anonim. (2016). 5 Makna Penting Seorang Santri. NU Online. https://nu.or.id/daerah/5-makna-penting-seorang-santri-ho3f8

KBBI Online. (2023). Arti kata santri—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. https://kbbi.web.id/santri

Nancy, Y. (2023). Ciri-ciri Revolusi Industri 4.0 Beserta Dampak dan Tantangannya. tirto.id. https://tirto.id/ciri-ciri-revolusi-industri-40-beserta-dampak-dan-tantangannya-gNHa

Wikipedia. (2023). Santri. In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Santri&oldid=24025124

 

____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 37 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Postingan Populer