Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Maret 2025

KEISTIMEWAAN RAMADHAN KAMI TAHUN INI

 

KEISTIMEWAAN RAMADHAN KAMI TAHUN INI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Di bulan Ramadhan ini umat Islam meyakini bahwa Allah Swt sangat murah pengampunannya. Oleh karena itulah, maka bulan Ramadhan sering dijuluki sebagai bulan maghfirah yang berarti bulan yang penuh ampunan. Di bulan Ramadhan ini pula umat Islam meyakini bahwa segala aktivitas ibadah dan amal kebaikan akan dilipatgandakan pahala kebaikannya oleh Allah Swt. Maka tidaklah mengherankan jika setiap kali datang bulan Ramadhan, umat Islam berlomba-lomba melakukan ibadah dan memperbanyak amalan-amalan kebaikan.

 

Terkait keistimewaan bulan Ramadhan, sudah banyak penulis ataupun para pendakwah yang menjelaskannya. Informasi ataupun sumber-sumber referensi tentang keutamaan dan keistimewaan amalan di bulan Ramadhan juga mudah diperoleh di era digital sekarang ini. Oleh karena itu, pada artikel ini saya tidak akan membahas tentang keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan sebagaimana sudah banyak dibahas dan dijelaskan oleh banyak orang. Tetapi pada artikel ini saya akan menulis keistimewaan bulan Ramadhan versi kami sendiri. Pengalaman menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini memiliki kesan tersendiri bagi kami sekeluarga.

 

Bulan Ramadhan tahun ini, putri kecil kami sudah masuk sekolah dasar (SD). Sejak sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK), dia sudah berlatih menjalankan puasa Ramadhan walaupun masih puasa setengah hari. Tetapi ketika di TK B, di minggu terakhir bulan Ramadhan tahun kemarin, tiba-tiba dia menyatakan ingin menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh dengan keinginanannya sendiri. Berbekal pengalamannya di tahun sebelumnya tersebut, maka di bulan Ramadhan tahun ini kami memotivasi putri kecil kami yang baru berusia 7 tahun untuk menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Walaupun begitu, kami tidak memaksa dia untuk harus menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Kami hanya memotivasinya saja karena dia sejak sekolah TK sudah berlatih puasa Ramadhan. Awalnya dia ragu-ragu dan tidak begitu yakin dengan dirinya sendiri apakah akan kuat menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Tetapi setelah kami memotivasinya dan meyakinkannya bahwa adek pasti kuat karena saat sekolah TK B pernah kuat menjalankan puasa sehari penuh, maka akhirnya dia mau mencoba berpuasa sehari penuh di bulan Ramadhan tahun ini.

 

Bulan Ramadhan tahun 2025 ini terasa begitu istimewa bagi keluarga kami. Ada dua keistimewaan utama yang kami rasakan ketika menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Keistimewaan yang pertama berhubungan dengan tumbuh kembang putri kecil kami, khususnya terkait implementasi ajaran agama dalam kehidupannya. Memasuki bulan Ramadhan hari ke-28 saat artikel ini ditulis, alhamdulillah putri kecil kami mampu menjalakan puasa Ramadhan sehari penuh selama 27 hari tanpa terputus. Alhamdulillah selama 27 hari menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh, dia belum pernah membatalkan puasanya ataupun mengubah puasanya menjadi puasa setengah hari. 


Kami sangat bangga dan bersyukur kepada Allah Swt. karena putri kecil kami tetap komitmen melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sehari penuh sebagaimana niat di awal bulan Ramadhan. Alhamdulillah juga kami panjatkan karena selama 27 hari berpuasa Ramadhan sehari penuh, putri kecil kami tidak pernah mengeluh dengan beratnya menahan diri dari makan dan minum sejak sahur hingga berbuka. Setiap kali kami sekeluarga berbuka puasa bersama di meja makan, saya melihat wajah putri kami terlihat senang dan bahagia. Saya tidak melihat tanda-tanda adanya rasa keterpaksaan dan kemalasan untuk menjalankan puasa hari berikutnya.

 

Keistimewaan Ramadhan yang kedua di tahun ini adalah berhubungan dengan kondisi saya pribadi.  Selama dua bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya, saya tidak mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh satu bulan. Ada beberapa hari saya terpaksa tidak berpuasa karena kondisi kesehatan saya yang pasca menjalani tindakan operasi tidak memungkinkan untuk berpuasa. Selama dua tahun berturut-turut, menjelang datang bulan Ramadhan saya dijadwalkan oleh dokter Rumah Sakit untuk menjalani tindakan operasi. Oleh karena itu, ketika memasuki bulan Ramadhan, tubuh saya belum sepenuhnya siap menjalani ibadah puasa Ramadhan. 


Nah bulan Ramadhan tahun ini, alhamdulillah sampai Ramadhan hari ke-28 saya mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan tanpa ada kendala yang berarti. Walaupun selama menjalani ibadah puasa Ramadhan di tahun ini, saya beberapa kali mengalami kondis kesehatan yang kurang baik dimana kondisi kesehatan saya agak ngedrop sehingga menyebabkan kondisi tubuh yang kurang nyaman karena munculnya keluhan rasa sakit di beberapa bagian anggota tubuh saya. Kondisi tubuh yang kurang sehat dan sangat tidak nyaman tersebut berakibat mengganggu aktivitas kerja dan kenyamanan saya dalam menjalankan ibadah puasa. Akahirnya saya memeriksakan kondisi kesehatan saya ke  dokter di Rumah Sakit. Dengan mematuhi nasihat dokter dan meminum obat yang diresepkan dokter, alhamdulillah akhirnya kondisi kesehatan saya menjadi lebih baik sehingga mampu tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan lancar.

 

Demikianlah keistimewaan puasa Ramadhan tahun ini yang kami rasakan. Kami sangat bersyukur kepada Allah Swt. karena kami sekeluarga diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Kami juga sangat bersyukur sekali karena atas izin dan kehendak Allah Swt lah kami dimudahkan dalam mengajak putri kecil kami untuk berlatih menjalankan  ibadah puasa Ramadhan sehari penuh selama satu bulan. Dengan berbekal pemberian contoh ketauladanan dalam kehidupan beragama di lingkungan keluarga, kami dimudahkan dalam mengajarkan pokok-pokok ajaran agama Islam kepada anak-anak kami secara demokrasi. Kami memilih pendekatan demokrasi dan komunikatif dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada anak-anak melalui pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Kami berdoa semoga keluarga kami selalu dalam limpahan kebaikan dan keberkahan sehingga seluruh anggota keluarga kami selalu dalam perlindungan dan ridha Allah Swt. Hanya kepada-Nya lah kami berserah diri dan berharap. Tiada daya dan upaya yang mampu mewujudkan segala keinginan dan harapan-harapan kami selain atas izin dan kehendak-Nya.  Semoga Allah Swt mengabulkan segala doa-doa dan harapan kami sekeluarga. Amin. []

 

Gumpang Baru, 28 Maret 2025

Jumat, 21 Maret 2025

MENCEGAH DIRI DARI BERBUAT ZALIM




MENCEGAH DIRI DARI  BERBUAT ZALIM 

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro 


Dalam menjalani kehidupan ini, saya berusaha untuk tidak merugikan orang lain dan tidak merendahkan ataupun menghina orang lain. Kepada siapapun saya berusaha untuk menghormatinya. Saya berusaha untuk jangan sampai menzalimi orang lain. Apalagi menzalimi orang lemah, na'udzu billahi min dzalik. 


Berkaitan dengan akibat dari menzalimi orang lain, ada cerita dari almarhum ayah saya. Dulu beberapa hari sebelum wafat, ayah saya pernah berwasiat kepada saya yaitu jangan pernah menyakiti (menzalimi) orang lemah karena doa orang yang terzalimi itu sangat mustajab (mudah dikabulkan Allah SWT). Beliau berwasiat seperti itu karena berdasarkan pengalaman pribadinya. Beliau tidak ingin anaknya mengalami seperti yang beliau lihat. 


Ayah saya pernah bercerita. Ketika muda beliau kerap kali mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan berupa penghinaan, direndahkan, diperlakukan tidak adil, dll. dari orang-orang di sekitarnya. Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan orang-orang di sekitarnya yang sangat zalim tersebut, maka beliau mendoakan keburukan pada salah seorang yang telah menzaliminya. Dan di kemudian waktu, ternyata beliau melihat nasib buruk menimpa orang zalim yang didoakan tersebut. 


Orang yang menzalimi ayah saya tersebut mengalami kejadian buruk seperti yang dibaca saat beliau berdoa. Dari kejadian tersebut, ayah saya menyadari betapa dahsyatnya doa orang yang terzalimi. Orang ketika terzalimi harus hati-hati dalam berdoa karena doanya mudah dikabulkan Allah SWT. Beliau berkata, "Andaikan dulu bapak bisa sedikit lebih bersabar lagi (menahan sakitnya penghinaan) untuk tidak mendoakan keburukan, mungkin nasib buruk tidak akan menimpa orang tersebut". 


Sahabat pembaca. Saya meyakini bahwa mayoritas orang pasti menginginkan kehidupan yang damai, tenteram dan bahagia. Mereka sebisa mungkin menghindarkan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang akan dapat mendatangkan  kemudharatan di kemudian hari. Mereka akan berupaya melakukan banyak amal kebaikan agar di masa depannya dapat mengunduh hasil tabungan amal kebaikannya. 


Maka aneh sekali jika ada orang yang menyengaja diri melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain. Sangat aneh jika ada orang yang menyengaja diri melakukan tindakan menghina, merendahkan, dan menjelek-jelekkan orang lain. Istilah sekarang melakukan perundungan. Mungkin orang yang melakukan tindakan perundungan tersebut menganggap perbuatannya biasa-biasa saja, tetapi tidak demikian bagi orang yang terkena dampak akibat dari perbuatannya. Boleh jadi akibat perbuatannya tersebut, orang lain bisa menjadi sangat dirugikan. Kalau sampai terjadi hal yang demikian, maka orang tersebut disebut telah berbuat zalim ke orang lain. 


Orang yang terzalimi bisa jadi masih bisa bersabar dengan perlakuan orang lain tersebut. Tetapi bisa jadi orang yang menjadi korban kezaliman tersebut tidak mampu menahan kesabarannya lagi sehingga akhirnya memilih mengadu kepada Allah SWT dan menuntut keadilan kepada-Nya. 


Hal itu sebagaimana yang pernah dialami almarhum ayah saya dulu. Akibatnya Allah SWT memberikan Keadilan-Nya dengan mengabulkan doa ayah saya. Apa yang selanjutnya yang terjadi pada orang yang telah berbuat zalim kepadanya? Dengan izin Allah SWT, dia akhirnya mengalami nasib buruk sebagaimana isi doa ayah saya. Mengerikan sekali bukan?Tidakkah kita takut akan akibat perbuatan zalim kita kepada orang lain? 


Marilah kita segera melakukan introspeksi diri  atau muhasabah, apakah kita pernah melakukan perbuatan zalim ke orang lain, baik sengaja maupun tidak sengaja? Jika merasa pernah melakukan, segeralah bertaubat memohon ampun kepada Allah SWT dan meminta maaf kepada orang yang pernah kita zalimi. Jangan menunda-nunda waktu sebelum terlambat. Semoga kita semua dijaga Allah SWT dari melakukan perbuatan-perbuatan yang berpotensi menzalimi orang lain. Amin. []


Gumpang Baru, 20 Maret 2025

Kamis, 20 Maret 2025

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI: MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 



MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI:
MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari raya Idul Fitri merupakan momen membahagiakan bagi setiap orang Islam yang telah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Datangnya hari raya Idul Fitri di tangggal 1 syawal menjadi penanda bahwa mereka telah selesai menunaikan kewajibannya selama sebulan penuh dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan bersama bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan hati bahagia dan penuh riang gembira. Jangan sampai ada di antara umat Islam yang saat hari Raya Idul Fitri menampakan muka murung dan sedih.

Pada saat hari raya Idul Fitri, di pagi hari semua umat Islam berbondong-bondong pergi menuju tanah lapang atau masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak, baik orang kaya maupun orang miskin, dan bahkan para perempuan yang sedang berhalangan sholat (datang bulan) pun juga dianjurkan untuk ikut datang ke tempat diselenggarakannya sholat Idul Fitri, walaupun mereka tidak ikut sholat. Hal itu disunnahkan agar semua umat Islam merasakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama menyambut datangnya hari raya Idul Fitri.

Di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi atau budaya kearifan lokal yaitu selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, umat Islam saling mengunjungi satu sama lain, mengunjungi dari satu rumah ke rumah lain untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan satu sama lain atas kesalahan dan kekhilafaan yang mungkin pernah dilakukan, baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Tradisi ini bisanya dinamakan “Halal bi Halal”. Tradisi Halal bi Halal ini memang tidak selalu ada di setiap daerah, dan mungkin bentuk kegiatannya bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.

Saat acara Halal bi Halal tersebut, tuan rumah yang dikunjungi para tetangga dan kerabatnya biasanya akan menyiapkan aneka hidangan makanan yang lezat untuk menjamu para tamu yang hadir. Semua itu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa keterpaksaan dan penuh suka cita atau kegembiraan karena mengharapkan keberkahan hari raya Idul Fitri. Para tamu dengan suka cita akan menyantap hidangan makanan yang disajikan oleh tuan rumah dan tuan rumah pun akan merasa bahagia ketika melihat para tamunya menyantap hidangan makanan yang dimasak dan disiapkannya dengan penuh kegembiraan.

Di hari raya Idul Fitri, bagi anak-anak, untuk menambah kegembiraan mereka menyambut hari raya Idul Fitri, selain mendapatkan baju baru (baju lebaran), umumnya para orang tua juga membagi-bagikan uang fitrah (sebutan lain untuk istilah THR sekarang) untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat  senang dan semakin gembira saat menerima uang fitrah. Intinya, hari raya Idul Fitri atau hari raya Lebaran adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan bersama umat Islam.  

Hari raya Idul Fitri memiliki makna tersendiri. Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Kata “Fitri” ada yang mengartikan fitrah atau suci. Idul Fitri artinya kembali suci. Jadi umat Islam yang selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, seluruh dosa-dosanya telah diampuni Allah Swt sehingga dirinya kembali suci bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Idul Fitri ada juga yang mengartikan kembali makan. Jadi hari raya Idul  Fitri adalah hari raya untuk makan-makan setelah selama sebulan penuh berpuasa Ramadan. Terlepas dari perbedaan pemaknaan arti Idul Fitri tersebut, Idul Fitri tetaplah hari raya bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan suka cita dan penuh kegembiraan.

Hari raya Idul Fitri memiliki nama lain yaitu hari raya Lebaran. Istilah “Lebaran” ini memiliki makna filosofis yang tinggi. Lebaran berasal dari kata “lebar” yang artinya pada hari raya Idul Fitri atau lebaran, umat Islam saling memaafkan dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Pada saat merayakan hari raya Idul Fitri atau lebaran inilah, banyak di daerah-daerah di Indonesia yang mengadakan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan dengan saling berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan saudara.

Di Indonesia, setiap kali hari raya Idul Fitri, ada tradisi saling meminta maaf  yang disebut “Halal bi Halal”. Halal bi halal memang tradisi yang ada di Indonesia, di negara asal agama Islam yaitu Arab Saudi tidak ada tradisi acara Halal bi Halal ini. Halal bi Halal merupakan bentuk tradisi kearifan lokal yang dirumuskan oleh para ulama nusantara zaman dulu. Walaupun merupakan budaya lokal di Indonesia, tradisi Halal bi Halal merupakan acara keagamaan yang banyak nilai positifnya. Karena adanya acara Halal bi Halal inilah, keluarga yang saling berjauhan dapat berkumpul kembali dan saling menjalin silaturahmi.

Momen Halal bi Halal ini dapat menjadi sarana penting untuk menyambung tali silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin hidup dan tinggal di luar kota yang belum tentu setiap waktu dapat berkumpul. Justru karena ada tradisi Halal bi Halal inilah dapat terjalin tali silaturahmi antar keluarga, antar tetangga, antar teman, antar kolega kerja, dan lain sebagainya. Pada acara Halal bi Halal inilah ada acara pembacaan ikrar Halal bi Halal yang berisi permintaan maaf dari anggota muda kepada anggota yang lebih tua dan sebaliknya. Jadi di akhir acara Halal bi Halal, semua anggota keluarga saling memaafkan dan semakin mempererat tali silaturahmi.

Peringatan hari raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal. Bulan Syawal memiliki arti bulan peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa ketika memasuki bulan Syawal, umat Islam yang telah menjalani proses penggemblengan diri selama sebulan penuh di bulan Ramadan diharapkan dapat mengalami peningkatan kualitas dirinya, baik kualitas keimanan, kualitas ketakwaan, kualitas ibadahnya, maupun kualitas etos kerjanya. Peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal dapat dimaknai bahwa umat Islam seyogyanya mengalami peningkatan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

        Puasa Ramadan selama sebulan penuh seharusnya telah membakar (sesuai arti Ramadan yaitu panas yang membakar) seluruh dosa-dosa dan membakar sifat-sifat kebinatangan setiap umat Islam, sehingga ketika memasuki bulan Syawal atau bulan peningkatan, maka umat Islam menjadi pribadi-pribadi yang baru yang memiliki semangat baru dan tingkat ketakwaan yang baru sebagaimana tujuan diperintahkannya puasa Ramadan untuk menjadikan orang yang bertakwa.

      Hari raya Idul Fitri bukanlah akhir dari proses penggeblengan diri menjadi pribadi yang bertakwa dan berkualitas tinggi, melainkan justru menjadi titik start untuk memulai memperbaiki kualitas diri dalam segala hal. Bulan Syawal seyogyanya menjadi bulan momentum untuk kembali memasang target-target kehidupan atau resolusi hidup untuk dua belas bulan yang aka datang.

      Mari kita jadikan peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal tahun ini sebagai momentum untuk meng-update dan meng-upgrade diri kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas tinggi dan pastinya juga menjadi pribadi-pribadi yang muttaqin karena itulah tujuan kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadahan selama satu bulan penuh. Semoga Allah Swt meridlai niat hati kita dan memudahkan langkah-langkah kaki kita untuk bertransformasi menjadi pribadi yang berkualitas tinggi dan mampu menggapai derajat muttaqin. Amin. []

           

Gumpang Baru, 16 Maret 2025

Sabtu, 15 Maret 2025

PERAN PENTING KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

 


PERAN PENTING KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Di dalam keluarga kami, pendidikan karakter kami ajarkan ke anak-anak melalui metode keteladanan. Kami mendidik anak-anak dengan pemberian contoh nyata dalam sikap dan tindakan. Kami tidak sekadar menasihati, tapi juga memberikan contoh nyata perilaku yang benar kepada anak-anak.

Dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di lingkungan keluarga, kami menggunakan pendekatan yang demokratis. Kami tidak memaksakan ke anak-anak untuk melakukan suatu aktivitas. Kami lebih banyak memberikan contoh keteladanan ke anak-anak.

Di bulan Ramadhan ini, kami mengajarkan puasa untuk si kecil Icha. Waktu masih sekolah TK, si kecil Icha sudah pernah puasa sehari penuh, walaupun masih bolong-bolong diselingi puasa setengah hari. Kami tidak memaksanya untuk berpuasa penuh. Kami hanya memotivasinya untuk bisa berpuasa penuh. Ketika dia belum mau puasa penuh, kami tidak memaksanya. Pernah di minggu terakhir bulan Ramadhan, tiba-tiba si kecil Icha bilang besok ingin puasa penuh. Kami cukup kaget mengapa tiba-tiba dia ingin puasa penuh.

Saat ini si kecil Icha sudah sekolah SD kelas 1. Bulan Ramadhan tahun ini merupakan bulan Ramadhan pertama dia sekolah SD. Karena waktu di sekolah TK dia sudah pernah berpuasa sehari penuh, maka di bulan Ramadhan tahun ini kami memotivasinya untuk berpuasa penuh. Awalnya dia masih ragu-ragu apakah nanti kuat berpuasa sehari penuh. Tetapi setelah kami meyakinkan dia bahwa adek pasti kuat karena waktu masih TK sudah pernah berpuasa penuh, akhirnya si kecil Icha bersedia berpuasa sehari penuh.

Untuk memotivasi si kecil Icha agar semangat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, terkadang kami mengajak dia berbuka puasa di luar (di rumah makan). Dan ternyata si kecil Icha sangat senang dan bahagia saat bisa buka puasa bersama di luar karena dia bisa bebas memilih menu makanan berbuka yang diinginkan.

Saat ini bulan Ramadhan telah memasuki hari ke-15, alhamdulilah si kecil Icha telah mampu berpuasa sehari penuh tanpa jeda. Biasanya ketika melatih anak kecil berpuasa menghadapi masalah saat membangunkan anak untuk makan sahur. Tetapi tidak demikian dengan si kecil Icha, alhamdulillah dia mudah dibangunkan dan mau makan sahur.

Ada sedikit drama masalah ketika hari pertama si kecil Icha masuk sekolah setelah libur sekolah awal Ramadhan. Ketika pulang sekolah di hari pertama masuk sekolah, dia merengek-rengek mau puasa setengah hari. Setelah kami tanya mengapa mau puasa setengah hari, padahal sudah beberapa hari kuat berpuasa sehari penuh. Ternyata dia berubah mau puasa setengah hari dikarenakan ada teman sekelasnya yang berpuasa setengah hari. Setelah kami bujuk-bujuk dan motivasi, akhirnya si kecil Icha kembali mau berpuasa sehari penuh.

Berdasarkan pengalaman si kecil Icha tersebut, ternyata lingkungan pergaulan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Ketika di lingkungan keluarga kami latihkan, biasakan dan contohkan untuk berpuasa sehari penuh, dan dia mampu menjalankan puasa sehari penuh tanpa ada hambatan. Tetapi ketika bertemu dengan teman-teman di sekolah yang ternyata ada sebagian teman-temannya yang masih berpuasa setengah hari, maka si kecil Icha terpengaruh juga mau berpuasa setengah hari. Tetapi dengan motivasi dan dukungan keluarga, si kecil Icha bisa kembali semangat menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Di sinilah peran penting keluarga dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. []


Gumpang Baru, 15 Maret 2025

Kamis, 23 Januari 2025

KEAJAIBAN INTI ATOM DAN MISTERI HARI KEBANGKITAN

 Seri Filsafat Kimia (10)



KEAJAIBAN INTI ATOM DAN MISTERI HARI KEBANGKITAN

Oleh: 

Agung Nugroho Catur Saputro 



Hari kebangkitan merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus diimani atau diyakini oleh setiap orang Islam. Keyakinan terhadap sesuatu yang belum terjadi terkadang memang sulit dilakukan, kecuali ada bukti yang cukup kuat untuk mendukung keyakinan tersebut. Demikian juga halnya dengan keyakinan terhadap adanya hari kebangkitan (kiamat).


Mungkin banyak orang yang tidak mempercayai adanya hari kebangkitan. Hari kebangkitan adalah hari di mana semua makhluk dibangkitkan lagi setelah mati dan hancur jasadnya. Pertanyaan yang mungkin sering muncul adalah "bagaimana mungkin kita dibangkitkan kembali, sedangkan tubuh kita sudah hancur dan menjadi tanah? Bagaimana caranya bagian-bagian penyusun tubuh kita akan disatukan kembali, sedangkan tubuh kita sudah terurai menjadi atom-atom?" 


Ketidakpercayaan terhadap adanya hari kebangkitan juga diungkapkan oleh orang-orang kafir sebagaimana diceritakan dalam Al Quran : 

"Dan orang-orang kafir berkata," Hari kebangkitan (kiamat) itu tidak akan datang kepada kami." Katakanlah, "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, hari kebangkitan itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sekalipun seberat zarrah, baik yang di langit maupun yang di bumi, yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar, semuanya (tertulis) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)". (QS. Saba [34] : 3).

Jadi bagi orang-orang kafir, hari kebangkitan (kiamat) itu tidak akan terjadi, mereka tidak beriman pada adanya hari akhir.


Menurut mereka yang tidak mempercayai hari akhir, hari kebangkitan itu tidak pernah ada. Menurut persepsi mereka, kalau mereka nanti sudah meninggal dan dikuburkan dalam tanah, maka tubuh mereka akan hancur dan berubah atau bercampur dengan tanah. Bagaimana caranya bagian-bagian tubuh mereka yang sudah terurai menjadi atom-atom akan disatukan kembali menjadi tubuh utuh?


Orang yang tidak percaya hari akhir berpendapat bahwa tidak mungkin tubuh yang sudah hancur dan terurai menjadi atom-atom dapat disatukan kembali. Benarkah demikian? Bagaimanakah cara Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa membangkitkan manusia yang sudah meninggal dan menjadi tanah itu merupakan suatu perkara yang mudah bagi-Nya? Bagaimana para ilmuwan sains mengungkap ilmu Allah Swt tersebut? Bagaimanakah mekanisme Allah Swt dalam membangkitkan manusia pada hari akhir nanti? Silakan lanjutkan membaca artikel ini.


Saat ini, para ilmuwan sains telah mendata dan menyusun semua unsur yang dikenal dalam bentuk Tabel Periodik Unsur. Selain itu, ilmuwan sains juga telah mampu mengidentifikasi  proton dalam inti atom sebuah atom hidrogen dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Nah, belum lama ini suatu penemuan telah membuktikan bahwa medan magnetik yang terdapat pada inti atom sebagian besar dipengaruhi oleh medan magnetik luar. 


Intensitas medan magnetik pada suatu inti atom merupakan suatu fungsi dari elektron-elektron yang mengelilingi inti atom dan juga dipengaruhi oleh elektron-elektron dari atom-atom lain yang berdekatan. Interaksi elektron-elektron dengan medan magnetik luar menyebabkan perubahan medan magnetik inti atom, sehingga menimbulkan apa yang disebut "chemical shift" (pergeseran kimia). 


Pada suatu medan magnetik luar tertentu, setiap inti atom dari suatu spesies tertentu yang secara kimia berbeda beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda. Ini menyebabkan timbulnya puncak-puncak resonansi magnetik yang berbeda, yang dapat dilihat melalui Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS).


Sebagaimana MRI menghasilkan gambaran anatomis, MRS menghasilkan informasi kimiawi secara kuantitatif. Sekarang ini dapat diberikan dalam format gambar dan disebut sebagai Magnetic Resonance Spectroscopic Imaging (MRSI).


Jadi, meskipun inti atom dari unsur-unsur yang berbeda terdiri dari proton-proton yang pada dasarnya serupa, efek terhadap mereka dari elektron-elektron luar yang mengelilinginya dan juga elektron-elektron dari atom-atom yang berdekatan, menyebabkan mereka menghasilkan resonansi dengan frekuensi-frekuensi berbeda yang dapat dibedakan. 


Teknik tersebut di atas dan banyak teknik lainnya ada pada sang Pencipta. Allah Swt memiliki daftar semua atom yang menyusun alam semesta ini. Oleh karena itu, pada hari kebangkitan, Allah Swt tidak akan kesulitan dalam merekonstruksi setiap makhluk hidup.


Berdasarkan ulasan di atas, dapat kita pahami bahwa inti atom dalam setiap atom memiliki resonansi yang berbeda-beda tergantung dengan atom apa dia berdekatan. Jadi setiap atom di alam semesta ini seolah-olah memiliki sensor untuk mendeteksi atom lain yang pernah berikatan dengannya. 


Dengan cara seperti itulah pada hari kebangkitan nanti Allah Swt akan menyatukan dan merekonstruksi kembali jasad manusia yang telah hancur dan terurai menjadi atom-atom. Tidak ada yang sulit bagi Allah Swt. Ibaratnya Allah Swt tinggal "mengaktifkan" sensor magnetik tersebut, maka setiap atom akan bergerak sendiri mencari atom-atom pasangannya yang dulu pernah berikatan dan menyatu kembali membentuk jasad tubuh yang utuh. Ya, memang tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika berkehendak, maka Allah Swt cukup berfirman "Kun" (jadilah), maka "fayakun" (maka menjadilah) apa yang menjadi semua kehendak-Nya. Wallahu a'lam. []


Sumber Bacaan: 

Adel M.A. Abbas, 2000, Singgasana-Nya di Atas Air, Jakarta: Penerbit Lentera.


*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Sabtu, 18 Januari 2025

PAHALA DAN SELF-IMPROVEMENT



 PAHALA DAN SELF-IMPROVEMENT

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Dalam ajaran Islam banyak ditemukan dorongan untuk melakukan perbuatan baik. Balasan perbuatan baik dijanjikan balasan berupa "pahala" dan surga. Allah Swt lebih suka memberi pahala daripada memberi dosa. Allah Swt suka melipatgandakan pahala suatu perbuatan kebaikan, tetapi tidak demikian dengan perbuatan keburukan.

Dalam Islam banyak dijumpai keterangan tentang keutamaan suatu perbuatan dibandingkan perbuatan lain, misalnya hadits tentang "Tangan di atas (memberi) "lebih baik" daripada tangan di bawah (meminta-minta)". Hadits ini memberikan dorongan kepada umat Islam agar suka memberi (membantu orang lain), karena memberi itu perbuatan yang lebih mulia dibandingkan meminta-minta.

Tetapi hadits di atas jangan kemudian dimaknai bahwa meminta-minta itu hukumnya haram dan perbuatan yang dibenci Allah Swt dan pantas untuk dihina. Tidak seperti itu dalam memaknai isi hadits tersebut. Islam itu agama yang menentramkan, agama yang mengutamakan kemuliaan, tidak pernah menyuruh umatnya untuk mengejek dan menghina umat lain.

Dalam Islam, seseorang tidak diharamkan untuk meminta "sedekah" pada orang yang kaya kalau dia termasuk kategori fakir dan miskin, tetapi tetap pada batas kewajaran dan cara yang baik. Mengapa meminta-minta sedekah tidak diharamkan? Karena pada harta orang kaya terkandung sebagian hak fakir miskin yang harus diberikan, dan justru itu menjadi kewajiban bagi orang kaya untuk menunaikannya.

Pada kasus di atas, jika seseorang yang fakir miskin tersebut tidak mau mengambil haknya dengan meminta sedekah dan "lebih suka" bekerja, maka itu lebih utama dan lebih mulia serta lebih disukai Allah Swt. Hal ini seiring dengan hadits lain yang menyatakan keutamaan bekerja, "Sedekah yang paling baik adalah yang berasal dari hasil tangan sendiri (bekerja)".

Dalam redaksional lain, terkadang Allah Swt menggunakan kata " melipatgandakan pahala" untuk mendorong umat Islam berbuat baik, misalnya "Setiap harta yang disedekahkan akan dibalas dengan kelipatan 700 kali bahkan bisa lebih kalau Allah Swt berkehendak. Contoh lain adalah "Puasa Ramadhan yang dilanjutkan puasa enam hari di bulan Syawal pahalanya seperti puasa satu tahun penuh".

Dari beberapa hadits tersebut di atas, tampak sekali bahwa Allah Swt tidak menggunakan "ukuran kuantitatif" dalam membalas perbuatan baik, tetapi Allah Swt selalu menggunakan "ukuran kualitatif". Allah Swt tidak pernah membalas suatu perbuatan baik karena perbuatan itu sendiri dengan mengatakan perbuatan itu "pahalanya sekian" (ukuran kuantitatif), tetapi selalu membandingkan dengan perbuatan lain (ukuran kualitatif). Apa makna tersirat dari ajaran-ajaran Islam tersebut?

Ajaran-ajaran dalam Islam tersebut mengisyaratkan bahwa setiap umat Islam itu harus selalu melakukan perbuatan yang "lebih baik", setiap umat Islam harus mengerjakan pekerjaannya maupun kewajibannya dengan lebih baik. Atau dengan redaksional lain, Islam sangat menjunjung tinggi aktivitas "perbaikan diri" dan "peningkatan kualitas diri" (self-improvement).

Islam tidak menganjurkan umatnya untuk cepat berpuas diri dengan capaian prestasinya. Islam tidak menganjurkan umatnya "merasa" sudah lebih baik dibandingkan umat lain yang bisa mengakibatkan sifat sombong dan takabur. Justru Islam sangat peduli dengan sikap "ahsan" atau "profesional" dalam setiap aktivitas atau pekerjaan. Ya, sikap PROFESIONAL adalah ciri khas kinerja umat Islam yang sangat disukai Allah Swt. Bagaimana kenyataan di kehidupan sehari-hari? Bagaimana kondisi kinerja umat Islam secara umum? Mari kita renungkan bersama. WaAllahu a'lam. []


*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Jumat, 17 Januari 2025

MENGAPA AGAMA DAN SAINS PERLU DIINTEGRASIKAN?

Sumber Gambar: https://piuii17.blogspot.com/2018/08/islamisasi-dan-integrasi-ilmu-kajian.html
 

MENGAPA AGAMA DAN SAINS PERLU DIINTEGRASIKAN?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Agama dan sains adalah dua topik pembicaraan yang masih hangat untuk didiskusikan. Mengapa dua istilah ini menarik untuk dibahas? Karena sampai saat ini masih ada saja orang yang mempertanyakan bagaimana hubungan antara agama dan sains? Apakah agama dan sains itu selaras atau bertentangan? Bagaimana mensikapi keadaan ketika dijumpai ada ayat-ayat dalam kitab suci yang tampak bertentangan dengan teori sains yang telah diterima kebenarannya? Mana yang lebih dipercaya kebenarannya, antara kebenaran agama atau kebenaran sains? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang membuat topik hubungan agama dan sains tidak habis-habisnya untuk terus dikaji dan didiskusikan.

 

Sebenarnya kalau semua orang memahami dan menyadari bahwa agama dan sains itu memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, maka tidak akan ada yang akan mempermasalahkan hubungan antara agama dan sains. Dasar penentuan kebenaran antara agama dan sains sudah jelas berbeda. Kebenaran agama didasarkan atas kandungan isi kitab suci yang merupakan firman-firman Tuhan, sedangkan kebenaran sains didasarkan atas pengamatan empiris dan pengujian mengikuti metode yang sistematis. Agama membahas masalah keimanan, ibadah, akhlak, pekerti, dan nilai-nilai spiritual. Sedangkan sains membahas masalah sifat-sifat dan gejala yang terjadi pada materi fisik di alam semesta. Jadi kedua bidang tersebut memiliki kapling kajian yang berbeda dan metode pemerolehan yang berbeda pula, sehingga keduanya memang tidak perlu dipertentangkan.

 

Apakah agama dan sains saling bertentangan ataukah saling selaras? Jika dipandang dari dasar asalnya kebenaran, maka seharusnya agama dan sains tidak bertentangan. Agama dan sains harusnya saling melengkapi sehingga pemahaman dan penghayatan kita terhadap kehidupan menjadi komprehensif. Agama dan sains bagi manusia merupakan kebutuhan asasi. Artinya, keduanya merupakan kebutuhan pokok bagi hidup dan sistem kehidupan manusia. Agama bagi manusia sebagai pedoman, petunjuk, kepercayaan, dan keyakinan bagi pemeluknya untuk hidup sesuai dengan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir (Muhaimin et al., 2001 : 282). Eksistensi sains bagi agama berfungsi sebagai pengukuh dan penguat agama bagi pemeluknya, karena dengan sains mampu mengungkap rahasia-rahasia alam semesta dan seisinya, sehingga akan menambah khidmat dan khusyuk dalam beribadah dan bermuamalah. Sains bermanfaat untuk mendapatkan kedamaian hidup secara individual dan secara kolektif bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemanfaatan sains luar biasa dan akan menjadikan manusia dekat dengan Tuhan, hidup lebih nikmat, bahagia, dan sejahtera (Maksudin, 2013: 2).

 

Terkait hubungan antara agama dan sains, Maksudin (2013) menganalogikan hubungan agama dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Di samping itu, bila dikaji menurut fitrah manusia, agama dan sains keduanya pada hakikatnya sama-sama berasal dari Tuhan. Hal ini sebagaimana ditekankan oleh Ibnu Rusyid bahwa “Kebenaran (wahyu) tidak bisa bertentangan dengan hikmah (filsafat, metode rasional dengan pembuktian); sebaliknya, keduanya mesti saling sepakat dan saling mendukung” (Guessoum, 2020: 128).  Lebih lanjut, Maksudin (2013) menyatakan bahwa agama sebagai dasar-dasar petunjuk Tuhan untuk dipatuhi dan diamalkan dalam hidup dan sistem kehidupan manusia, sedangkan sains diperolehnya melalui abilitas dan kapasitas atau potensi manusia yang dibawanya sejak lahir (h.3). Agama tidak menjadikan pemeluknya menjauhi sains dan demikian juga sains bagi saintis tidak meninggalkan agama, akan tetapi agamawan dan ilmuwan saintis saling memperkuat, memperkukuh, dan saling mengisi kekurangan dan kelemahan sehingga yang ada saling fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan) (h.4). Tegasnya, kata Maksudin melanjutkan, agama dan sains dimiliki bagi setiap manusia secara utuh, terintegrasi, menyatu padu, sehingga benar-benar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kecerdasan keberagamaannya, atau disebut menjadi manusia saleh individual sekaligus saleh sosial (h.5).

 

Berkaitan dengan tujuan membentuk manusia yang saleh individual dan saleh sosial, maka wacana pengintegrasian agama dan sains menjadi semakin urgen untuk dilakukan .  Sudah banyak ahli dan pemikir yang mencoba merumuskan bagaimana formula untuk mengintegrasikan agama dan sains. Upaya mengintegrasikan agama dengan sains ini ada yang menyebutnya dengan istilah islamisasi ilmu, sains yang islami, maupun sains berbasis wahyu.

 

Penulis sendiri memiliki pandangan bahwa agama dan sains harus diintegrasikan, tetapi bukan integrasi kontennya karena keduanya jelas berbeda bahan kajian dan metode pembuktian kebenarannya. Melainkan penulis lebih cenderung memaknai paradigma integrasi sains dan agama yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan karakter. Dengan memaknai dan mengambil hikmah kebaikan di balik proses-proses sains, maka dengan keyakinan bahwa hukum-hukum alam yang menjadi bahan kajian ilmu sains adalah juga berasal dari Allah SWT sebagaimana kitab suci Al-Qur’an, maka pastilah di balik berlakunya hukum-hukum alam dalam kajian ilmu sains juga mengandung pelajaran tentang nilai, moral, akhlak, dan karakter baik. Wallahu a’lam. []

 

Referensi :

Guessoum, N. (2020). Memahami sains modern: Bimbingan untuk kaum muda muslim. Jakarta: PT. Qaf Media Kreativa.

Maksudin. (2013). Paradigma agama dan sains nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhaimin, et al., (2001). Paradigma pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya.


____________________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro adalah staff pengajar kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 Nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI, dan Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP yang telah menulis 120+ judul buku, baik buku tunggal maupun buku kolaborasi. 

Senin, 13 Januari 2025

NETRALKAH SAINS?

 Seri Filsafat Kimia (9)


NETRALKAH SAINS?
Oleh : 

Agung Nugroho Catur Saputro 




Alhamdulillah, sekarang ini minat dan semangat umat Islam untuk belajar semakin tinggi,  baik belajar ilmu sains maupun ilmu agama. Pada dasarnya, ilmu sains mempelajari tentang alam semesta sedangkan ilmu agama mempelajari Al-Qur'an. 


Ilmu sains maupun ilmu agama sebenarnya sama-sama mempelajari ayat-ayat Allah SWT. Sains mempelajari ayat-ayat kauniyah berupa hukum-hukum Allah SWT di alam sedangkan ilmu agama mempelajari ayat-ayat qouliyah berupa hukum-hukum Allah SWT di dalam Al-Qur'an. 


Berdasarkan pemikiran tersebut, seharusnya hasil belajar sains maupun agama adalah sama, yaitu menemukan bukti-bukti ke-Mahakuasa-an dan ke-Mahabesar-an Allah SWT karena sama-sama mempelajari ayat-ayat-Nya. Seharus orang-orang yang mempelajari ilmu sains maupun ilmu agama sama-sama menjadi orang yang beriman, percaya pada Allah SWT, Tuhan penguasa seluruh alam semesta ini. Tetapi faktanya bagaimana? 


Ternyata ada juga ilmuwan yang tidak percaya adanya Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa ada "sesuatu" yang kurang tepat dalam ilmu sains. Seolah-olah sains itu bertentangan dengan agama (ketuhanan). Benarkah demikian? Jadi, apakah sains itu netral? Bagaimana pendapat Anda?


Sains dapat didefinisikan sebagai himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yg kritis terhadap data-data pengukuran yg diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam (Baiquni, 1996).


Berdasarkan definisi tersebut tampaknya tidak ada masalah karena sains tampak netral. Misalnya dalam ilmu kimia, reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen membentuk air. Apakah  pengetahuan tentang reaksi tersebut baik atau buruk? Dimana kebaikannya atau keburukannya? 


Coba kita pikirkan. Kalau orang menggunakan reaksi pembentukan tsb untuk mengelas pipa saluran air minum yg bocor, itu tindakan yg baik, tetapi jika ia dipergunakan untuk meledakkan rumah orang lain, itulah kejahatan. Di sini tampak sekali bahwa ilmu kimia itu netral. Memang demikian tampaknya kalau kita hanya meninjau sekelumit saja dari ilmu kimia.


Tetapi ternyata ilmu kimia tidak mengkaji reaksi-reaksi saja. Ilmu kimia tidak hanya berisi kumpulan pengetahuan tentang reaksi kimia saja. Ilmu kimia juga mengajarkan "Hukum Kekekalan Massa" atau "Hukum Kekekalan Materi". Jika tidak "dipagari" dengan bijaksana, hukum tersebut dapat berpotensi  untuk menjerumuskan para siswa pada suatu kepercayaan atau keyakinan "bahwa alam semesta ini tidak pernah diciptakan, tetapi ada selama-lamanya, sejak waktu tak terhingga yang telah lampau sampai waktu tak terhingga yang akan datang. Jadi, ilmu kimia itu tidak netral. Ia mengandung potensi yang berbahaya bagi aqidah maupun keimanan siswa yang mempelajarinya. 


Bahaya tersebut sudah barang tentu tidak akan menimpa siswa yg pendidikan agamanya (keimanannya) kuat, tetapi bagi siswa yg imannya tidak begitu kuat, goncangan akan terjadi dalam menghadapi "ketidakselarasan" antara sains yg mengajarkan kekekalan materi yg tidak pernah diciptakan, dan agama yg mengajarkan bahwa segala sesuatu diciptakan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.


Berdasarkan pemikiran dan argumen di atas, maka pembelajaran ilmu sains, khususnya ilmu kimia sangat perlu "dipagari" dan diintegrasikan dengan nilai-nilai religius (ajaran agama) agar pembelajaran kimia dan penanaman aqidah berjalan beriringan sehingga mampu menghasilkan siswa yang berkualitas, kuat ilmu dunia dan kuat ilmu akhirat. Wallahu a'lam. []


Referensi : 

Baiquni,A., 1996, Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.



*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).

Kamis, 09 Januari 2025

FENOMENA ADANYA "MASS DEFECT" PADA INTI ATOM DAN HIKMAH NYA

 Seri Filsafat Kimia (8)


FENOMENA ADANYA "MASS DEFECT" PADA INTI ATOM DAN HIKMAHNYA

Oleh: 
Agung Nugroho Catur Saputro 




Ketika pengetahuan ilmuwan tentang inti atom semakin baik, para ilmuwan dikejutkan oleh kemunculan suatu fenomena yang "aneh" terkait massa inti atom. Inti atom tersusun atas proton yang bermuatan listrik positif dan neutron yang tidak bermuatan listrik atau netral. Jika massa proton dan massa neutron digabungkan, maka total massa yang diperoleh "seharusnya" akan sama dengan massa inti atom keseluruhan.


Misalnya atom helium yang memiliki 2 elektron pada kulit atomnya. Pada inti atom helium  terkandung 2 proton dan 2 neutron. Jika massa 2 proton dan massa 2 neutron dijumlahkan, seharusnya massa hasil penjumlahan tersebut akan sama dengan massa inti atom helium. Secara logika seharusnya seperti itu, tetapi faktanya tidak seperti itu. Bagaimana fakta yang ditemukan para ilmuwan? 


Para ilmuwan ternyata menemukan fakta yang "ganjil" atau aneh terkait massa inti atom. Jika hasil penjumlahan massa proton dan massa neutron suatu inti atom dibandingkan dengan massa inti atom, ternyata "selalu" diperoleh fakta bahwa massa inti atom keseluruhan pasti lebih kecil. Fenomena aneh tersebut dikenal dengan sebutan "Cacat Massa" atau "Mass Defect". Jadi seakan-akan ada massa yang hilang. Lantas ke manakah selisih massa yang hilang tersebut? 


Teori Relativitas menyatakan bahwa massa yang hilang dari total massa nukleon-nukleon penyusun inti atom berubah menjadi energi ikatan inti (nuclear binding energy). Dengan menggunakan persamaan hubungan kesetaraan massa-energi Einstein (E = mc2, (angka dua sebagai bilangan pangkat) dimana E: energi, m: massa, c: kecepatan cahaya), kita dapat menghitung besarnya energi ikatan inti pernukleon.


Penjelasan keberadaan energi ikatan inti ini sangat berguna dalam menjelaskan kestabilan inti atom. Kita tahu bahwa di dalam inti atom terdapat proton yang bermuatan listrik positif dan neutron yang netral. Seharusnya karena sama-sama bermuatan positif, antar proton dalam inti akan tolak-menolak (sesuai hukum Coulomb) dan menyebabkan inti atom tidak stabil. Tetapi faktanya banyak inti atom yang stabil, hanya beberapa inti atom tertentu yang bersifat tidak stabil (inti  radioaktif). Bagaimana kestabilan inti ini dijelaskan dengan konsep energi ikatan inti? 


Gaya tolakan antar muatan positif yang mendorong proton-proton cenderung saling menjauhi seolah-olah dinetralkan atau di nol-kan oleh keberadaan energi ikatan inti. Jadi energi ikatan inti ini seakan-akan mengikat nukleon-nukleon di inti atom (proton dan neutron) begitu kuatnya sehingga mereka tetap stabil di dalam inti. 


Hikmah apa yang dapat kita ambil dari fenomena "Mass Defect" tersebut? Fenomena adanya "Mass Defect" pada inti atom mengajarkan kepada kita tentang arti penting sebuah energi ikatan. Energi ikatan inti mampu menjaga kestabilan inti atom dari dorongan ketidakstabilan dari dalam inti atom sendiri. Energi ikatan inti tersebut bukan berasal dari luar inti, tetapi justru muncul dari inti atom sendiri sebagai efek dari massa nukleon inti atom yang hilang. 


Konsep ini jika kita implementasikan dalam kehidupan, akan sangat besar dampak positifnya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika ada orang yang lemah  dikumpulkan dengan sesama orang yang lemah, apakah lemahnya bertambah besar?


Ternyata berkumpulnya orang-orang yang sama-sama lemah tidak menyebabkan semakin meningkatnya kelemahan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya yakni semakin berkurangnya kelemahan dan efek lainnya yaitu munculnya kekuatan baru  yang entah datangnya dari mana karena sebelumnya pada diri orang-orang lemah tersebut tidak ada kekuatan. Aneh bukan?


Paradigma inilah yang mungkin dulu dipergunakan oleh para pendiri bangsa ini ketika berjuang membebaskan diri dari kekangan penjajah dan berusaha memerdekakan diri menjadi negara merdeka yang berdaulat.  Ketika rakyat berjuang sendiri-sendiri maka perjuangan tersebut sangat mudah dikalahkan oleh penjajah. Rakyat waktu itu dibuat lemah oleh penjajah, baik lemah secara ekonomi maupun lemah secara pemikiran agar tidak ada potensi untuk memberontak.


Tetapi para pendiri bangsa ini mengetahui "rahasia luar biasa" dari sebuah ikatan (persatuan). Persatuan tidak harus dibangun dari persamaan, tetapi justru bisa dibangun dari adanya "perbedaan". Kita tahu bahwa menurut hadits Rasulullah Saw,  perbedaan itu adalah rahmat. Adanya perbedaan adalah suatu keniscayaan, tetapi munculnya upaya mempersatukan perbedaan tersebut adalah sebuah rahmat dari Allah Swt.


Karena Indonesia adalah bangsa yang bhinneka, majemuk, beraneka ragam suku dan bahasa, maka rasa persatuan bisa dibangun dari perbedaan-perbedaan tersebut. Maka dideklarasikan "Sumpah Pemuda" yang mempersatukan rakyat Indonesia walau berbeda suku, agama, ras, bahasa, pakaian maupun tradisi. Semua perbedaan tersebut yang sebenarnya bisa berpotensi untuk memecah belah persatuan, tetapi oleh para pendiri bangsa ini justru dijadikan sebagai "dasar persatuan". Lantas apa dampak dari persatuan (Sumpah Pemuda) tersebut? 


Dampaknya adalah munculnya "energi luar biasa" terhadap semangat perjuangan. Semua rakyat Indonesia semangat berjuang, mengorbankan segala kepentingan pribadi dan golongan, hanya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seandainya rakyat Indonesia waktu itu tidak mau berkorban, lebih mementingkan kepentingan suku dan golongannya, mungkin saat ini kita masih berada di bawah tekanan penjajah.


Begitulah hebatnya energi yang muncul dari sebuah ikatan (persatuan). Sebuah ikatan tidak hanya sekedar menyatukan, tetapi justru bisa memunculkan energi baru. Inilah rahmat dari sebuah ikatan. Ikatan yang bisa dibangun dari fondasi perbedaan akan membawa rahmat yang luar biasa. Mungkin demikianlah tujuan mengapa Allah Swt menciptakan manusia berbeda-beda suku dan bangsa. Wallahu a'lam.[]



*) Staf Pengajar Kimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)

Minggu, 08 Desember 2024

JANGAN SOMBONG


 JANGAN SOMBONG

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Allah SWT menciptakan setiap manusia dengan dibekali kemampuan spesifik yang berbeda-beda tetapi unik. Setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing. Boleh jadi seseorang ahli di bidang tertentu tetapi lemah di bidang lain. Sementara orang lain bisa jadi ahli di bidang yang menjadi kelemahannya tetapi juga memiliki kelemahan di bidang lainnya lagi.

Setiap orang memiliki keunggulan sekaligus juga pasti memiliki kelemahan. Tidak ada orang yang hanya memiliki keunggulan tanpa memiliki kelemahan. Begitu juga tidak ada orang yang hanya memiliki kelemahan tanpa memiliki keunggulan.

Allah SWT adalah Tuhan yang Maha adil dengan memberikan keunggulan dan kelemahan kepada setiap hamba-Nya. Dengan memiliki keunggulan dan sekaligus kelemahan agar menjadikan manusia tidak berlaku sombong.

Keunggulan yang dimiliki seseorang bukan untuk disombongkan karena ia juga memiliki kelemahan di bidang lain. Kelemahan yang dimilikinya boleh jadi justru menjadi keunggulan orang lain.

Demikian pula kelemahan yang dimiliki seseorang bukan menjadi alasan baginya untuk merasa lemah karena dia pasti juga memiliki keunggulan di bidang tertentu yang tidak dikuasai orang lain. Menjadi kewajibannya untuk mengeksplorasi dan mengenali apa keunggulan yang diberikan Allah SWT.

Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya berlaku sombong. Manusia tidak berhak dan tidak pantas untuk menyombongkan diri. Tidak ada bagian dari dirinya maupun yang dimilikinya untuk menjadi alasan baginya menjadi sombong.

Kecantikan dan ketampanan seseorang suatu saat akan hilang dimakan usia. Kekayaan yang diperoleh dan dimiliki seseorang juga suatu saat akan habis. Semua yang dimiliki seseorang orang, baik berupa keindahan tubuh, kedudukan (jabatan) yang tinggi, maupun kekayaan harta benda merupakan berkat karuniai Allah SWT.

Allah SWT mudah memberikan nikmat keindahan tubuh (kecantikan dan ketampanan) kepada seseorang dan juga mudah mengambilnya kembali. Allah SWT mudah memberikan nikmat harta yang banyak kepada seseorang tetapi juga mudah mencabut kembali. Allah SWT mudah menaikkan derajat yang tinggi bagi seseorang tetapi juga sangat mudah menjatuhkannya kembali. Semuanya tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT.

Semua yang kita miliki di dunia ini karena nikmat dari Allah SWT. Boleh jadi kita diuji dengan dimudahkan dalam usaha memperoleh harta yang banyak. Boleh jadi Allah SWT sedang menguji kita dengan memberikan kedudukan dan jabatan yang tinggi. Dan boleh jadi Allah SWT sedang menguji kita dengan wajah yang cantik atau tampan.

Maka dengan menyadari kemungkinan tersebut, seyogyanya kita berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku agar tidak tergelincir dalam perilaku sombong. Jangan sampai kita menunggu Allah SWT mencabut semua kenikmatan tersebut dan menghinakan kita sampai level terendah. Dihinakan Allah SWT itu pasti sangat menyakitkan.

Allah SWT sangat tidak menyukai orang-orang yang sombong karena sangat tidak pantas. Hanya Allah SWT semata yang berhak menyombongkan diri karena Allah SWT maha segalanya. Tidak ada yang berhak menyombongkan diri menyamai-Nya. Manusia tidak boleh dan tidak pantas sombong karena masih memiliki kelemahan. Segala keunggulan yang dimilikinya semata-mata karena kebaikan dari Allah SWT. []


Gumpang Baru, 07 Desember 2024

Postingan Populer