Powered By Blogger

Selasa, 25 Oktober 2022

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Sumber Gambar : https://banten.antaranews.com/berita/178838/pembelajaran-daring-dan-keterampilan-bahasa-yang-garing

PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

A.      Pendahuluan

            Sejak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) segera mengambil langkah sigap untuk menjamin keselamatan kepada semua warga sekolah. Oleh karena itu Kemendikbud RI mengambil kebijakan untuk mengalihkan proses pembelajaran dari bentuk tatap muka secara langsung di kelas (luring, luar jaringan) menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan teknologi internet. Moda pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi internet ini dikenal dengan beberapa istilah seperti e-learning, pembelajaran daring (pembelajaran dalam jaringan), ataupun spada (sistem pembelajaran daring).

            Proses pembelajaran dipindahkan lokasinya dari sekolah ke rumah sehingga dikenal istilah BDR (Belajar Dari Rumah). Pemindahan lokasi pembelajaran dari sekolah ke rumah ini memang bukanlah langkah tanpa cacat. Banyak persoalan yang kemudian bermunculan seiring dengan waktu pengimplementasian kebijakan tersebut. Tetapi walaupun begitu, setidaknya itulah langkah terbaik dan tepat yang dapat diambil oleh Kemendikbud untuk menjamin keselamatan seluruh warga sekolah dan memastikan proses pembelajaran tetap dapat berlangsung.


B.       Pengertian Pembelajaran Daring

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI Online, 2021). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Anonim, 2019)

            Daring merupakan singkatan dari kata “dalam jaringan” yang merupakan kata serapan yang dibakukan untuk terjemahan kata “online”. Kata daring sering dikaitkan dengan internet. Jika kata “pembelajaran” dan “daring” digabung menjadi satu membentuk kata baru yaitu “pembelajaran daring”, maka hal ini mengandung makna bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan melalui media teknologi internet. Pelaksanaan moda pembelajaran daring memerlukan sarana akses internet. Tanpa keberadaan akses internet, maka pembelajaran daring tidak bisa dilaksanakan.

Istilah pembelajaran daring menjadi popular di masa pandemi Covid-19 sejak pemerintah (Kemendikbud RI) mencanangkan kebijakan “Belajar Dari Rumah” atau BDR melalui moda pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan media internet. Proses pembelajaran daring dilaksanakan dengan memanfaatkan beberapa aplikasi pembelajaran berbasis internet, seperti Zoom Meeting, Google Meeting, WhatsApp, Telegram, Youtube, maupun aplikasi lainnya.


C.      Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan sebuah pilihan paling tepat saat pandemi Covid-19 ini. Memang pembelajaran daring bukanlah moda pembelajaran yang terbaik, tetapi minimal dapat memfasilitasi peserta didik tetap dapat mengikuti pembelajaran (bersekolah) tanpa ada rasa kekawatiran para orang tua terhadap keselamatan mereka. Dengan pengalihan tempat pendidikan dari kelas ke rumah, para orang tua dapat ikut mendampingi anak-anaknya belajar.

Sebagai metode baru dalam pembelajaran berbasis teknologi internet, pastilah metode ini tetap memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu perlu sikap yang bijaksana dari para pendidik dalam menggunakan moda pembelajaran daring tersebut agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Janganlah pendidik mengalami euforia pembelajaran daring yang kemudian berpikiran akan meninggalkan pembelajaran secara luring. Ada beberapa hal terkait proses pendidikan yang tidak bisa tergantikan oleh moda pembelajaran daring.

Beberapa keunggulan dari pembelajaran daring antara lain adalah proses pembelajaran dapat diakses dengan mudah, biaya pembelajaran lebih terjangkau, waktu belajar fleksibel, dan wawasan peserta didik menjadi lebiih luas. Pelaksanaan pembelajaran daring cukup menggunakan smartphone atau laptop yang terhubung akses internet. Selain itu lebih hemat biaya karena hanya memerlukan biaya paket internet saja. Dengan model pembelajaran daring, proses pembelajaran dapat dilakukan kapanpun dan di manapun. Karena berbasis internet, maka kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan dan wawasan menjadi sangat terbuka (Anonim, 2021).

Sedangkan menurut Budiatun Kurniawati (2020), sistem pembelajaran daring memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :

1.  Waktu dan tempat belajar lebih efektif. Peserta didik dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dari rumah.

2.   Peserta didik tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga dapat untuk melakukan riset sendiri melalui internet.

3.  Otomatis peserta didik dilatih untuk lebih menguasai teknologi informasi yang terus berkembang.

4.  Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik bahwa gawai tidak hanya sekadar untuk bermain social media dan game, tetapi bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif dan mencerdaskan.

Di samping memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka di kelas (pembelajaran luring), pembelajaran secara daring juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan pembelajaran daring menurut Budiatun Kurniawati (2020) adalah :

1. Guru kesulitan untuk mengontrol mana peserta didik yang serius mengikuti pembelajaran dan mana yang tidak serius.

2. Pembelajaran lebih banyak bersifat teoritis dan minim praktik karena tidak memungkinkan guru berinteraksi langsung dengan peserta didik.

3. Bagi peserta didik yang tinggal di lokasi yang infrastruktur komunikasinya masih kurang memadai akan mengalami kesulitan dalam mengakses internet.

4. Tidak semua peserta didik memiliki dan mampu mengakses peralatan pendukung pembelajaran daring, seperti komputer, laptop, atau smartphone.

5.  Karena pembelajaran dilakukan di rumah, maka kemungkinan muncul faktor lain yang bisa mengganggu konsentrasi peserta didik saat belajar, seperti suasana rumah, anggota keluarga, dan lain sebagainya.

Di samping beberapa kelemahan di atas, model pembelajaran daring juga mengalami kendala dalam mengajarkan pendidikan karakter dan sikap baik ke peserta didik. Pembelajaran daring cenderung hanya mampu mengakomodir proses transfer of knowledge di ranah pengetahuan (kognitif), sedangkan untuk ranah sikap dan keterampilan sulit terakomodasi.

Melihat keunggulan dan kelemahan dari moda pembelajaran daring di atas, maka cara terbaik yang dapat dilakukan pihak sekolah adalah dengan mengkombinasikan antara pembelajaran daring dan pembelajaran luring. Kombinasi moda pembelajaran daring dan luring ini dikenal dengan istilah “Blended Learning”.


D.      Profil Pelaksanaan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Dari mini survei yang dilakukan oleh Profesor Suhubdy (2020 : 142), ditemukan bahwa sebanyak 62,2% peserta didik mengalami kesulitan dalam pembelajaran secara daring. Dari survei tersebut juga terjaring beberapa alasan yang mendukung tentang opini “kesulitan” melakukan pembelajaran daring, di antaranya:

1)    36% responden menyatakan jaringan internet yang tidak  memadai;

2)    23,4% responden menyatakan tidak tersedianya secara khusus fasilitas yang memadai;

3)   19,8% responden menyatakan kurangnya pengetahuan tentang perangkat lunak yang dapat digunakan;

4)   8,1% responden menyatakan lingkungan tempat bekerja (WFH) kurang kondusif; dan

5)   6,3% responden menyatakan infrastruktur teknis pengajaran tidak memadai (kurang tersedianya gawai canggih seperti komputer, handphone, dll). 

Sementara itu, Puspaningtyas & Dewi (2020) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa mayoritas peserta didik mengalami kendala terkait sinyal selama pembelajaran daring. Banyak peserta didik juga belum dapat menguasai aplikasi pembelajaran daring dengan baik sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dan lebih menyukai berdiskusi secara tatap muka serta peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.

Menghadapi perubahan model pembelajaran selama pandemi Covid-19 dari moda luring menjadi moda daring tersebut, para orang tua dituntut untuk bisa mendukung program sekolah daring. Bentuk dukungan dan peran aktif orang tua dalam mendukung kesuksesan proses belajar-mengajar anak-anaknya di rumah adalah dengan mendampingi proses belajar anak. Kata mendampingi tidak hanya diartikan dengan mendampingi secara fisik, tetapi juga dapat diartikan dalam arti spirit dan motivasi serta pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran daring menggunakan internet.


E.       Penutup

Kebijakan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 merupakan pilihan terbaik yang diambil oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjamin keselamatan seluruh warga (sivitas) sekolah dari potensi tertulari virus Covid-19 dan menjamin peserta didik tetap mendapatkan pendidikan. Walaupun bukan kebijakan tanpa kelemahan, namun setidaknya Kemendukbud telah mengambil langkah strategis dalam upaya menjamin terlaksananya proses pendidikan di masa pandemi Covid-19. Perlu peran aktif orang tua dalam mendukung proses pembelajaran daring agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dukungan dan peran aktif orang tua dalam mendampingi proses belajar anak akan sangat membantu kesuksesan belajar anak-anak selama masa pandemi Covid-19. []


F.       Daftar Pustaka

Anonim. (2019, June 28). Apa itu Pembelajaran? Retrieved February 23, 2021, from https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html

Anonim. (2021). WANTIKNAS - Empat Kelebihan dan Kekurangan Dalam Menerapkan E-Learning. Retrieved February 24, 2021, from http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-learning

KBBI Online. (2021). Arti kata ajar—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Retrieved February 11, 2021, from https://kbbi.web.id/ajar

Kurniawati, B. (2020, November 11). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring. Retrieved February 24, 2021, from KOMPASIANA website: https://www.kompasiana.com/budiatun73333/5fabac87d541df232e54a673/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-daring

Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3(6), 703–712. doi: http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v6i1.234

Suhubdy. (2020). Penyiapan dan Pengemasan Materi Perkuliahan Daring di Masa Pandemi Covid-19: Kendala, Tantangan, dan Solusi. In Potret Pendidikan Tinggi di Masa Covid-19 (1st ed., pp. 135–155). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

 


 

Selasa, 18 Oktober 2022

SPIRITUALITAS DAN HUMANISME DALAM PENDIDIKAN

 

Sumber Gambar : https://www.dailypioneer.com/2016/vivacity/make-moral-and-spiritual-education-compulsory.html

SPIRITUALITAS DAN HUMANISME DALAM PENDIDIKAN

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban manusia. Pendidikan merupakan aset dan investasi berharga bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Tingkat pendidikan menjadi parameter kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju sistem pendidikannya pasti menjadi negara yang maju dan sejahtera. Sebaliknya negara yang sistem pendidikannya buruk dan tingkat pendidikan warganya rendah, maka pasti negara tersebut sulit maju dan tingkat kemakmuran warga negaranya juga rendah.

Di tingkat individual, orang yang berpendidikan akan berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Orang yang berpendidikan akan memiliki wawasan dan cara pandang yang luas dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Orang yang berpendidikan akan dominan menggunakan akal dan pemikiran dalam merespon permasalahan dan menyelesaikannya, sedangkan orang yang tidak berpendidikan akan cenderung menggunakan emosional dan otot dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan. Aristoteles, seorang filsuf besar bangsa Yunani, pernah mengatakan bahwa “Orang yang berpendidikan berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan sebagaimana orang hidup berbeda dengan orang mati”.

            Proses pembangunan dan peningkatan kesejahteraan suatu negara tidak bisa dilepaskan dari bagaimana sistem pendidikan di negara tersebut. Pendidikan merupakan sebuah sistem untuk memperbaiki diri dan meningkatan kompetensi. Proses pendidikan melibatkan semua kompetensi dan aspek yang dimiliki manusia, mulai dari aspek intelektual, emosional, spiritual hingga afeksi. Pendidikan adalah proses abadi tentang penyesuaian besar manusia yang secara fisik dan mental berkembang, bebas, sadar terhadap Tuhan, seperti yang diwujudkan dalam lingkungan intelektual, emosional, dan kemauan manusia (Horne, 2021).

            Pendidikan selain media untuk mentransfer pengetahuan, juga menjadi sarana untuk mengajarkan agama dan nilai-nilai moral. Sebagai contoh, keberhasilan dakwah agama Islam yang awalnya hanya di kota Mekah dan Madinah akhirnya bisa diterima oleh seluruh penduduk di Jazirah Arab dan bahkan ke seluruh penjuru dunia dikarenakan Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang pendidik. Rasulullah Saw memiliki metode pendidikan tersendiri dalam mengajarkan agama Islam kepada para sahabatnya dan penduduk Arab. Metode dakwah dan pendidikan beliau inilah yang ditauladani umatnya dalam mendakwahkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Hingga tahun 2020 jumlah umat Islam di seluruh dunia telah mencapai 1,9 milyar orang yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Jumlah umat Islam di seluruh dunia menempati urutan kedua terbesar setelah umat Kristen sebanyak 2,3 milyar yang merupakan gabungan dari umat Protestan dan Katolik (Yasmin, 2020). Data ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang bisa diterima oleh bangsa manapun. Islam diturunkan memang bukan hanya untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia.

            Kesalahan dan kegagalan dunia pendidikan dalam mengajarkan ilmu agama dan nilai-nilai moral kepada siswa akan berdampak pada munculnya pandangan bahwa agama dan moral itu tidak perlu diajarkan ke siswa di sekolah karena setiap anak membawa fitrah kebaikan dalam dirinya.  Hal ini sebagaimana terjadi pada Alexander Sutherland Neill (1883-1973) yang melakukan penolakan terhadap pendidikan moral dan agama. Ia berpendapat bahwa jika seorang anak dibiarkan berkembang secara alami, maka ia tidak akan membutuhkan paksaan dan sanksi moral serta ajaran agama karena kebaikan alamiahnya akan terungkap dengan sendirinya. Neill lebih jauh lagi menegaskan bahwa “Saya percaya bahwa perintah morallah yang membuat anak menjadi nakal. Saya menduga apabila saya meruntuhkan ajaran moral yang diterima anak nakal, ia justru akan menjadi anak yang baik”. Agama, menurutnya, sama sekali tidak diperlukan, “Anak bebas yang menghadapi hidup dengan hasrat dan keberanian yang besar sama sekali tidak membutuhkan Tuhan.” (Hobson, Hinshelwood, Thornton, & dkk., 2015).

            Berdasarkan uraian pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor terpenting dalam menciptakan tatanan peradaban manusia yang unggul, bermoral, religius dan bermartabat yang mengedepankan kemaslahatan bersama, kesejahteraan dan keharmonisan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sekolah-sekolah sekarang terkesan bukannya memfasilitasi siswa mengembangkan segala potensi diri yang dimilikinya, tetapi justru mengekangnya dalam aturan-aturan yang membelenggu kreativitas siswa. Siswa sekarang lebih banyak diarahkan sesuai keinginan guru (sekolah) dibandingkan keinginan siswa. Apa yang terjadi di sebagian sekolah-sekolah Islam terpadu adalah gambaran bagaimana potensi diri dan daya kreativitas siswa terbelenggu oleh materi pendidikan sekolah yang kurang memanusiakan sisi kemanusiaan dari siswa. Di sekolah-sekolah Islam terpadu jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler dibatasi hanya untuk kegiatan-kegiatan yang dianggap ada nilai ibadahnya. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak memiliki nilai ibadah dianggap tidak pantas untuk diselenggarakan.

Pengamatan penulis pribadi yang subjektif, penulis membandingkan bagaimana kondisi lingkungan sekolah dasar waktu anak penulis belajar dengan kondisi lingkungan sekolah dasar saat penulis dulu belajar. Dulu setiap ada acara-acara ceremonial di sekolah, anak-anak dilibatkan dalam mengisi acara. Berbagai jenis pertunjukkan mulai dari bermain drama, menyanyi, demonstrasi pencak silat, membaca puisi, lomba pidato, dan lain sebagainya dipertunjukkan oleh siswa. Sedangkan di sekolah anak penulis, hampir tidak ada pertunjukkan bakat dan kreativitas oleh siswa. Secara umum, siswa sekarang seperti tidak memiliki kreativitas dalam mengeksplorasi kemampuan dirinya dan menunjukkan di depan umum. Siswa-siswa zaman sekarang hanya tahunya belajar dan menikmati fasilitas yang disediakan orang tuanya dan sekolah. Siswa-siswi zaman sekarang kurang berjuang untuk memaksimalkan potensi dirinya.

Semuanya itu terjadi karena sekolah dan kalangan pendidik tidak memanusiakan siswa-siswi selayaknya manusia ciptaan Tuhan yang dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang unik. Sekolah telah mematikan daya imajinasi dan kreativitas siswa dan mencetaknya menjadi layaknya robot-robot yang miskin inovasi. Para siswa dididik layaknya robot yang hanya manut pada instruksi, bukan bagaimana mengeksplorasi segala daya kreasi dan inovasi yang ada dalam dirinya. Inilah permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan saat ini.

Anak-anak sekolah sekarang juga jarang yang bisa menyanyikan lagu-lagu nasional. Mereka lebih hafal lagu-lagu pop, rock, dangdut, dan lain sebagainya dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan yang merupakan lagu kepatriotisme dan nasionalisme. Hal itu terjadi karena mereka tidak mendapat pelajaran menyanyi lagu-lagu perjuangan tersebut. Mereka tidak pernah atau jarang sekali diperdengarkan lagu-lagu nasional tersebut. Dalam hal penumbuhan jiwa nasionalisme dan patriotisme, siswa-siswi sekarang hampir tidak pernah atau jika boleh dikatakan jarang sekali mengikuti upacara bendera. Di sekolah-sekolah terpadu jarang sekali menyelenggarakan upacara bendera setiap hari senin yang mana hal itu dilakukan secara rutin di sekolah-sekolah negeri. Di sinilah terjadi perbedaan yang mencolok antara sistem pendidikan di sekolah negeri dengan di sekolah Islam terpadu.

Mensikapi kondisi yang memperihatinkan tersebut, maka perlu ada upaya serius dari pemerintah (Kemendikbud, Dinas Pendidikan pemerintah daerah) untuk memantau sistem pendidikan di sekolah-sekolah islam terpadu agar jangan sampai di sekolah-sekolah tersebut terjadi degradasi rasa cinta tanah air, bangga pada bangsa dan negara sendiri, dan lunturnya nasionalisme dan patriotisme pada siswa.

Sistem pendidikan sekarang ini telah kehilangan beberapa aspek penting yang seharusnya tetap dan selalu ada. Hilangnya beberapa aspek penting tersebut dari sistem pendidikan kita tidak terlepas dari bergesernya pola pikir dan pandangan hidup orang-orang zaman sekarang yang cenderung berpikir pragmatis dibandingkan berpikir filosofis, dan berubahnya orang-orang zaman sekarang dalam memahami teks-teks kitab suci secara tekstual dibandingkan secara kontekstual. Dampaknya adalah terjadinya penyempitan dan penyederhanaan makna pendidikan secara dipaksakan.     

            Dunia selalu berubah mengikuti perubahan dan perkembangan sains dan teknologi yang terus berubah semakin modern. Oleh karena itu dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki kemampuan untuk selalu berubah. Kemampuan beradaptasi, bertahan, dan mengembangkan diri merupakan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki manusia-manusia zaman sekarang. Keengganan dan kemalasan untuk memperbaiki kualitas diri dan berkreasi-inovasi hanya akan membuat seseorang akan jauh tertinggal dari yang lain dan akan menjadi makhluk asing di tengah pesatnya kemajuan peradaban dan modernitas kehidupan.

Mensikapi kondisi tersebut di atas, maka dunia pendidikan harus berani mengambil peran strategis dalam menyiapkan calon-calon manusia yang tangguh, survive, dan kreatif-inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan dan persaingan global. Dunia pendidikan harus memiliki formulasi yang tepat bagaimana membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan serta kompetensi yang tidak mudah using oleh zaman dan berguna sepanjang masa. Oleh karena itu, pemangku dan pemegang kebijakan pendidikan harus mampu merumuskan kebijakan pendidikan yang berlaku jangka panjang dan tidak mudah usang. Maka dalam hal ini diperlukan duduk bersama semua komponen bangsa untuk membicarakan dan menemukan bentuk sistem pendidikan yang paling cocok untuk bangsa Indonesia yang berakar dari filsafat hidup bangsa Indonesia yang sudah terbukti mampu menjadikan bangsa Indonesia (bangsa Nusantara) menjadi bangsa yang besar, berdaulat, dan berperadaban tinggi.

Nilai-nilai kebanggaan dan kecintaan pada bangsa dan negara harus mendapatkan perhatian yang besar. Kecintaan pada nilai-nilai fasafah hidup bangsa sendiri yang digali dan berakar dari nilai-nilai hidup para pendahulu bangsa harus terus dipupuk dan dihidupkan di setiap hati para siswa. Kepekaan dan kesakralan hati dan pikiran terhadap sifat-sifat kemanusiaan harus terus dipompakan ke dalam hati dan sanubari setiap siswa agar mereka memiliki jiwa yang bersih dan suci.

Pendidikan sejak semula beriringan dengan kepercayaan. Kepercayaan terhadap sifat-sifat hakiki kemanusiaan sendiri, dan kepercayaan terhadap ada atau tidak adanya daya rohani yang lebih besar disbanding kekuatan manusia, yang memayungi jagat seisinya. Tiap kepercayaan bersifat lokal dan pewarisannya pada anak-cucu merupakan intisari pendidikan (Freire, Illich, Fromm, & dkk., 2015).

Pendidikan merupakan pilar peradaban dunia. Rusaknya sistem pendidikan akan beradampak pada rusak dan bobroknya peradaban dunia. Tidak terbayang bagaimana kondisi dunia ketika manusia sudah tidak memiliki peradaban yang mengedepankan nilai-nilai spiritualitas dan nilai-nilai humanisme. Sebuah tatanan kehidupan dunia yang hanya menghargai kehidupan dari sudut pandang materialistik. Sebuah bayangan yang sangat mengerikan. Na’udzubillah min dzalik.

Allah swt selalu memerintahkan umat-Nya untuk selalu berjiwa optimis dan tidak mudah berputus asa dari mengharap rahmat-Nya. Demikian pula halnya terhadap sistem pendidikan yang sedang berlangsung di Indonesia, kita tidak boleh berputus asa untuk selalu memperbaikinya dan berharap ke depannya sistem pendidikan nasional semakin baik dan mendukung sisi-sisi kemanusiaan yang spiritualis.

Kita berharap dan berdoa kepada Allah Swt, Tuhan yang membolak-balikkan hati dan pikiran manusia, agar negara kita dikaruniai para pemimpin yang sangat peduli dengan nasib generasi penerus bangsa sehingga tergerak hati mereka untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional. Kita berharap agar sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia akan bergeser ke arah sistem pendidikan yang menjadikan kesucian batin (spiritualisme) dan nilai-nilai humanisme sebagai acuan dan tujuannya. Kita berharap agar sistem pendidikan nasional kita akan mampu membentuk siswa-siswi yang memiliki kepribadian mulia dan menghargai sisi kemanusiaan layaknya seorang manusia hakiki, bukan manusia berhati robot. Produk sistem pendidikan nasional ke depannya semoga merupakan sumber daya manusia yang unggul dalam penguasaan pengetahuan sains dan teknologi dengan dijiwai hati yang suci dan dipenuhi dengan semangat berperikemanusiaan. Semoga Allah Swt meridai. Amin. []

 

Gumpang Baru, 18 Oktober 2022

 


REFERENSI

Freire, P., Illich, I., Fromm, E., & dkk. (2015). Menggugat Pendidikan: Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hobson, P., Hinshelwood, R., Thornton, S. J., & dkk. (2015). Ide-Ide Brilian 50 Pakar Pendidikan Kontemporer  Paling Berpengaruh di Dunia Pendidikan Modern. Yogyakarta: IRCiSoD.

Horne, H. H. (2021). The Philosophy of Education. Yogyakarta: IndoLiterasi.

Yasmin, P. (2020, Des   14:55 WIB). Agama Terbesar di Dunia 2020 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya. Retrieved January 31, 2021, from Detiknews website: https://news.detik.com/berita/d-5279850/agama-terbesar-di-dunia-2020-berdasarkan-jumlah-pemeluknya

 

 

 

 

 

Minggu, 16 Oktober 2022

NIKMAT SEHAT DAN RASA SYUKUR

Sumber Gambar : https://tasawufpsikoterapi.fuda.iainkediri.ac.id/kesehatan-adalah-nikmat-allah-yang-tak-ternilai-harganya/


NIKMAT SEHAT DAN RASA SYUKUR

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Semua orang pasti menginginkan hidup sehat. Tidak ada orang yang mau sakit. Mengapa? Karena sakit itu tidak enak. Seringan apapun suatu penyakit, tetaplah tidak enak. Maka banyak orang berusaha menjaga kesehatan agar tidak sakit, seperti rutin berolah raga, menjaga pola makan, menjaga pola kerja, menjaga keseimbangan jasmani dan rohani, dll.

 

Walaupun sudah berusaha menjaga kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat, terkadang ada orang yang tiba-tiba mendapat cobaan berupa sakit. Penyakit yang dideritanya bisa saja berupa penyakit langka atau jenis penyakit baru yang belum ada obatnya. Terkadang ada sebagian orang menyikapi orang yang menderita penyakit aneh atau langka dengan pandangan negatif, misalnya menyalahkan perilakunya. Mereka beranggapan bahwa orang yang mengidap penyakit aneh atau langka adalah pelaku dosa atau orang yang perilakunya tidak baik. Tepatkah sikap seperti itu?

 

Menurut pendapat saya, kita sebaiknya tidak mudah menghakimi orang lain yang sedang mendapat cobaan hidup berupa sakit dengan dugaan-dugaan tak berdasar atau memberikan komentar yang justru bisa menyinggung perasaan orang yang sakit. Pengalaman pribadi. Dulu saya pernah sakit dan harus dirawat di RS hingga seminggu lamanya. Setelah pulang ke rumah, ada tetangga yang menjenguk. Tetangga tersebut menanyakan saya sakit apa. Setelah saya jelaskan sakitnya, dia berkomentar yang kesannya menganggap remeh sakit yang saya derita hanya karena saya tidak sampai dioperasi.

 

Mendengar komentar tetangga saya tersebut, saya agak tersinggung. Komentar tetangga saya tersebut terasa menyakitkan hati saya karena sakit yang saya derita dianggapnya ringan padahal saya yang merasakan luar biasa sakitnya sampai saya menangis karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, kok dia begitu gampangnya menganggap sakit saya tidak berat.

 

Dari pengalaman tersebut, saya berusaha untuk tidak mudah memberikan komentar terhadap sakit seseorang. Setiap menjenguk orang sakit atau mendengar sahabat maupun kerabat sedang sakit, saya lebih suka mendoakan baik saya ucapkan secara lisan maupun hanya dalam hati saja agar mereka cepat sembuh dan kembali sehat. Saya merasa tidak berhak untuk menghakimi seseorang yang sakit dengan predikat-predikat negatif yang kurang berdasar atau menasihatinya agar dia meningkatkan ibadah dan amal kebaikannya supaya sakitnya cepat diangkat Allah.

 

Sakit memang tidak kita inginkan, tapi jika ternyata takdir sakit mendatangi kita maka kita harus bersabar. Sabar dalam arti semangat berikhtiar mencari kesembuhan, semangat optimis bisa sembuh, dan tidak berputus asa dari mengharapkan kesembuhan dari Allah Swt. Seperti halnya yang saya alami dalam seminggu ini. Selama seminggu ini, penyakit lama saya ternyata kembali kambuh dengan agak parah. Setiap hari saya merasakan rasa sakit yang cukup menyiksa. Walau saya telah berusaha mengurangi rasa sakit dengan minum obat pereda nyeri tetapi efeknya kurang terasa.

 

Saya "bersahabat" dengan penyakit tersebut sudah beberapa tahun lamanya, dan hampir setiap hari dengan durasi waktu yang bervariasi - mulai dari beberapa jam, setengah hari hingga bahkan bisa sampai seharian - dan intensitas rasa sakit yang juga bervariasi - dari sedikit sakit hingga sangat sakit sekali yang mengakibatkan saya terkadang sampai menangis dan hanya bisa berguling-guling di tempat tidur menahan rasa sakit. Beberapa ikhtiar mencari kesembuhan dengan berbagai metode pengobatan - mulai dari pengobatan medis hingga pengobatan alternatif- sudah saya coba dan belum membuahkan hasil yang menggembirakan.

 

Awal mengidap penyakit tersebut dan mendengar penjelasan dokter bedah yang pernah menangani penyakit saya, saya sempat shock dan berputus asa. Tapi seiring waktu, akhirnya saya bisa menerima kondisi saya dan berusaha menjalani hidup seperti biasa. Saya berusaha mengatur pola hidup sehari-hari. Jika tiba-tiba sakitnya kambuh, saya langsung istirahat sampai rasa sakit hilang. Kalau rasa sakit masih bisa saya tahan, maka saya tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Tetapi jika rasa sakitnya tak tertahankan, maka saya langsung istirahat dan berusaha untuk tidur agar tidak merasakan rasa sakit yang bisa berlangsung berjam-jam.

 

Demikianlah saya menjalani hidup sehari-hari dalam beberapa tahun ini. Saya berusaha bisa menerima kondisi tubuh saya dan berusaha bisa bersahabat dengan rasa sakit tersebut. Saya bersyukur walau setiap hari harus merasakan rasa sakit dengan intensitas dan frekuensi yang bervariasi, saya masih tetap bisa menjalankan aktivitas dan mengerjakan tugas-tugas pekerjaan walau tidak semaksimal dulu sebelum sakit. Saya percaya pasti ada hikmah kebaikan di balik penyakit yang saya derita saat ini. Saya tetap berusaha menjalani hidup dengan bahagia dan beraktivitas secara normal.

 

Setiap ketika rasa sakit itu mendera, saya begitu merindukan rasanya sehat. Begitu rasa sakit tersebut hilang, saya merasakan betapa nikmatnya rasa sehat itu. Rasanya plong sekali bagaikan baru saja terlepas dari beban hidup yang berat. Ternyata memang benar, sehat itu adalah karunia Allah Swt yang nikmatnya tiada tara. Nikmat sehat akan sangat terasa manakala kita sedang sakit. Maka benar sekali ajaran agama agar kita menjaga kesehatan sebelum datangnya sakit. Sudahkah kita mensyukuri nikmat sehat yang dikaruniakan Allah Swt?

 

Saya paham bahwa hidup itu hanya "sawang sinawang". Apa yang kita lihat pada orang lain belum tentu sama dengan yang sebenarnya. Pun demikian yang orang lain lihat pada diri kita juga belum tentu sama dengan kondisi kita sebenarnya. Kita jangan merasa hidup kita paling menderita karena bisa jadi ada orang lain yang jauh lebih menderita dari kita, hanya karena tidak diperlihatkan maka kita tidak mengetahuinya. Jangan merasa masalah hidup yang kita hadapi itu paling berat karena bisa jadi ada orang lain yang punya masalah jauh lebih berat, hanya kita tidak mengetahuinya.

 

Dalam kehidupan ini, kita harus yakin bahwa setiap orang pasti punya masalah dan beban hidup masing-masing. Maka yang harus kita lakukan adalah kita tetap selalu tersenyum dalam menjalani kehidupan ini. Kita harus selalu optimis bahwa hidup kita akan semakin baik. Dan yang terpenting kita terus berusaha agar bisa menjadi orang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Semoga Allah Swt meridai niat dan usaha baik kita. Amin. []

 

Gumpang Baru, 15 Oktober 2022

 

_________________________

*) Penulis adalah Ketua komunitas menulis SAHABAT PENA KITA (SPK), sebuah komunitas menulis skala nasional yang sejak 23 Juli 2019 sudah berbadan hukum, sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-001097.AH.01.04.Tahun 2019, tentang pengesahan pendirian badan hukum Yayasan Sahabat Pena Kita.

Postingan Populer