Powered By Blogger

Senin, 19 September 2022

MENJADI IBU RUMAH TANGGA ATAU WANITA KARIER? PRIORITASKAN UNTUK KEBAHAGIANAN KELUARGA DAN PENDIDIKAN ANAK!

 


MENJADI IBU RUMAH TANGGA ATAU WANITA KARIER? PRIORITASKAN UNTUK KEBAHAGIANAN KELUARGA DAN PENDIDIKAN ANAK!

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah membawa bekal masing-masing. Bekal kehidupan tersebut merupakan titipan dari sang khalik Allah Swt yang diberikan kepada setiap manusia yang akan memasuki kehidupan dunia. Bekal kehidupan tersebut berupa potensi diri yang nantinya akan dapat berkembang tanpa batas seiring manusia tersebut menjalani proses kehidupannya. Pengalaman-pengalaman hidup yang dialami seseorang akan mewarnai perkembangan potensi diri dalam dirinya. Seseorang yang banyak melakukan eksplorasi potensi diri dengan melakukan banyak aktivitas yang bertujuan untuk mengungkap potensi diri dan kompetensi dirinya akan banyak memiliki bekal kehidupan yang nantinya akan menjadikan dirinya sukses dalam memerankan perannya selaku khalifatullahi fil-ardhi.

Manusia diciptakan dalam dua jenis gender, yakni laki-laki dan perempuan. Masing-masing gender tersebut memiliki keunikan dan kekhasan yang berbeda satu jenis dengan jenis yang lain. Setiap manusia mempunyai potensi diri yang sudah disesuaikan dengan karakteristik jenis gendernya. Potensi diri dalam diri seorang laki-laki pasti berbeda dengan potensi diri yang ada dalam diri seorang perempuan. Perbedaan jenis gender memang bukan untuk dibanding-bandingkan karena itu merupakan fitrah dan takdir dari Tuhan yang menciptakan. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda jenis kelamin bukan untuk menunjukkan kelemahan masing-masing jenis, tetapi untuk saling bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan masing-masing.

 Dilahirkan sebagai laki-laki ataupun sebagai perempuan pada dasarnya tidak ada masalah karena setiap manusia membawa bekal potensi diri dan tugas kehidupan masing-masing. Setiap orang akan bertanggungjawab dengan kehidupannya sendiri. Sebenarnya masalah yang seharusnya menjadi perhatian setiap orang adalah apakah dirinya telah memaksimalkan potensi dirinya dengan mempelajari berbagai kompetensi dan skill? Apakah dirinya telah menjalankan peran dan fungsi kehidupannya secara benar? Sudahkan dirinya menjalankan fitrah kehidupan yang disematkan oleh Allah Swt pada dirinya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang seharusnya dipikirkan oleh setiap orang, bukan malah membanding-bandingkan perbedaan gender . Laki-laki memiliki tanggung jawab sendiri dengan potensi dan kompetensi dirinya. Demikian pula halnya dengan perempuan juga mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab tersendiri sesuai dengan kodrat yang melekat pada dirinya. Masing-masing orang tidak perlu saling iri atau memandang rendah orang lain hanya dikarenakan perbedaan jenis kelaminnya.

Ketika memasuki jenjang pernikahan, antara laki-laki dan perempuan memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Laki-laki di dalam keluarga menjadi suami dan kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan nafkah dan kehidupan yang layak dan sejahtera untuk istri dan anak-anaknya. Perempuan dalam keluarga memainkan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga yang bertanggung jawab untuk melayani suami dan anak-anaknya agar kehidupan keluarganya harmonis, damai dan tenteram. Suami bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya, sedangkan istri bertanggung jawab mengurus rumah tangganya dengan membelanjakan nafkah suaminya untuk kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Ini adalah fungsi utama kaitannya dengan pembagian peran dan fungsi suami istri dalam keluarga. Sedangkan fungsi lain bisa dilakukan secara bersama-sama antara suami dan istri, seperti fungsi pendidikan, fungsi keharmonisan, fungsi kebahagiaan, dan lain sebagainya. Sebagai misal fungsi pendidikan bukan hanya tugas suami atau istri saja melainkan dapat direncanakan dan diprogramkan secara bersama-sama, model pendidikan keluarga yang bagaimana yang akan diselenggarakan di keluarga.  Demikian pula misalnya tentang iklim komunikasi di keluarga mau direncanakan seperti apa, apakah akan dibuat sistem demokrasi ataukah sistem otoriter dimana anak hanya boleh manut saja apa perkataan dan keputusan orang tua. Hal-hal ini bisa dibicarakan dan didiskusikan bersama antara suami dan istri, karena merupakan tanggung jawab bersama sebagai orang tua. Keuntungan dan kerugian dari jenis sistem pengelolaan keluarga yang dipilih menjadi bahan pertimbangan bagi suami dan istri dalam menentukannya.

Berkaitan dengan trend keluarga zaman sekarang dimana suami maupun istri semuanya bekerja, manakah yang lebih baik? Apakah suami saja yang bekerja mencari nafkah ataukah istri juga ikut bekerja? Manakah yang lebih baik, istri bekerja dan memiliki karier pekerjaan ataukah istri hanya menjadi ibu rumah tangga? Sebenarnya ini bukanlah sebuah pilihan yang membuat pusing dan masalah dalam kehidupan berumah tangga. Hal ini seharusnya bisa didiskusikan di internal keluarga oleh suami dan istri. Prinsip pokok yang harus dipegang adalah tugas mencari nafkah atau bekerja adalah pada suami, sedangkan istri tidak mempunyai kewajiban mencari nafkah karena kewajiban istri adalah mengelola nafkah dari suaminya untuk kesejahteraan keluarga. Istri ikut bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, keduanya sama-sama mengandung kebaikan selama itu merupakan keputusan dan kesepakatan bersama keluarga, dengan syarat kedua belah pihak yakni suami dan istri sama-sama memegang komitmen untuk menjalankan fungsi, peran, dan kewajibannya masing-masing dengan penuh tanggung jawab.

Menurut pendapat penulis, ketika seorang istri bekerja di luar rumah maka pasti konsekuensi yang diakibatkan, yaitu adanya sebagian proporsi waktu untuk keluarga yang hilang karena digunakan untuk bekerja. Hal inilah yang harus disadari oleh para perempuan yang memutuskan berkarier di dunia kerja. Permasalahan kemudian yang muncul adalah apakah suami dan anak-anak mau dan bisa menerima kondisi konsekuensi tersebut? Jika keluarga bisa menerima kondisi tersebut dengan segala konsekuensinya, maka hal itu bukanlah masalah bagi keluarga. Tetapi jika keluarga (suami atau anak-anak) tidak bisa menerima konsekuensi dari kondisi tersebut, maka di situlah muncul sebuah masalah. Permasalahan tersebut harus diurai terlebih dahulu sebelum mencari solusi terbaik. Kembali ke prinsip awal dalam berumah tangga bahwa tugas utama mencari nafkah keluarga adalah suami. Jika suami mampu memberikan nafkah keluarga secara cukup dan memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya, maka tidak ada alasan mendesak bagi istri untuk ikut mencari nafkah. Terkecuali kondisinya berbeda dimana penghasilan suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak, maka istri boleh membantu keuangan keluarga dengan ikut bekerja, dengan catatan seizin suami. Di sinilah pentingnya kesepakatan bersama antara suami dan istri jika istri mau ikut bekerja. Jika suami mengizinkan dan menerima segala konsekuensinya, maka keputusan istri untuk bekerja adalah bukan suatu masalah karena tujuannya untuk keluarga. Satu hal yang harus diingat oleh para istri yang bekerja bahwa ia bekerja dengan meninggalkan sebagian peranannya di rumah adalah untuk membantu keuangan keluarga. Maka uang yang dihasilkan oleh istri juga harus untuk kepentingan keluarga, bukan dianggap uang pribadi sang istri. Uang yang dihasilkan suami maupun istri adalah uang keluarga, jadi digunakan untuk kepentingan keluarga. Tidak ada yang namanya uang suami ataupun uang istri, yang ada adalah uang keluarga. Dengan memahami prinsip dan konsep uang  keluarga ini, maka suami ataupun istri tidak akan menggunakan uang hasil kerjanya untuk kepentingan pribadi yang tidak berkaitan dengan keluarga.

Di kehidupan keluarga saya pribadi, istri saya pernah memerankan diri sebagai wanita karier (bekerja) di dunia pendidikan sebagai seorang pendidik, dan sekarang memerankan diri sebagai istri dan ibu rumah tangga sepenuhnya. Sebagai suami, saya bisa merasakan keuntungan dan kerugian saat istri ikut bekerja dan saat istri sepenuhnya mengurus keluarga. Saya sendiri merasa lebih nyaman jika istri di rumah fokus mengurus keluarga dan mengelola keuangan keluarga. Saya menyadari bahwa sebagai suami dan kepala keluarga, saya lah yang seharusnya  bertanggung jawab mencari nafkah keluarga, bukan istri. Bagi saya, peranan istri sebagai ibu rumah tangga bukanlah peranan yang kurang penting tetapi justru sangat penting dan urgen karena tanpa keberadaan istri di rumah maka kondisi kehidupan keluarga pasti terganggu. Dulu ketika istri masih bekerja, terkadang urusan penyiapan makanan untuk keluarga kurang terlayani dengan baik karena waktu istri sangat terbatas karena harus buru-buru berangkat kerja. Akibatnya terkadang istri menyiapkan makanan untuk keluarga ala kadarnya. Ketika sore hari istri pulang kerja dalam kondisi capek, akibatnya penyiapan makan malam juga terkadang kurang memuaskan. Semua ketidaknyamanan dan ketidakpuasan ini berangkat dari hilangnya sebagian waktu istri untuk melayani keluarga karena tersita untuk urusan pekerjaan. Akhirnya dengan pertimbangan khusus dan melihat kondisi keluarga yang sedang memiliki balita, saya memutuskan untuk meminta istri berhenti dari bekerja.

Walaupun awalnya keputusan tersebut terasa sangat berat bagi istri, saya selalu berusaha memberikan pengertian kepada istri bahwa keputusan ini demi kebaikan keluarga. Setelah istri tidak bekerja, istri mempunyai waktu maksimal untuk melayani keluarga dan mengelola urusan rumah tangga. Sebagai konsekuensi dari keputusan tersebut, saya selaku suami dan kepala keluarga juga komitmen mengganti pendapatan istri yang hilang pasca berhenti bekerja dengan menambah lebih uang bulanan dengan tetap mempertimbangkan kondisi keuangan keluarga. Alhamdulillah hingga sekarang keluarga kami bisa hidup dengan baik dan bahagia walau memang kondisi keuangan keluarga sempat mengalami penurunan karena sumber keuangan hanya dari satu sumber saja. Tetapi kondisi tersebut berlangsung hanya sesaat saja karena beberapa waktu kemudian Allah Swt menambah rezekinya untuk keluarga kami sehingga kehidupan keluarga kembali normal. Setelah istri berhenti bekerja, saya menjadi lebih kreatif mencari sumber pendapatan tambahhan alternatif agar pola dan gaya hidup keluarga penulis tidak berubah banyak pasca istri berhenti bekerja.

Setelah istri tidak bekerja lagi, keluarga kami memiliki lebih banyak waktu untuk kebersamaan. Kemanapun saya ada acara di luar, saya selalu berusaha mengajak istri dan anak-anak. Boleh dibilang di mana ada saya di situ pasti ada keluarga saya. Saya memang lebih suka jika bepergian atau menghadiri acara undangan tertentu dengan ditemani istri dan anak-anak. Bagi saya, keluarga adalah segala-galanya. Semua yang saya lakukan semata-mata demi keluarga. Apapun akan saya lakukan agar keluarga saya dapat hidup dengan layak dan sejahtera.

Setelah istri resign dari tempat kerja dan full beraktivitas di rumah, saya sekarang punya lebih banyak waktu kebersamaan dengan istri tercinta. Saya sekarang merasa lebih bahagia karena setiap saat bisa bersama istri dan setiap hari bisa merasakan lezatnya makanan masakan istri. Pola makan saya yang sebelumnya tidak teratur sekarang menjadi lebih teratur setelah istri setiap hari rutin menyiapkan makanan dan bekal makan siang untuk saya. Saya dan istri sekarang juga lebih bisa merancang dan membuat program pendidikan keluarga untuk anak-anak. Kami jadi bisa lebih sering diskusi dan ngobrol-ngobrol santai membahas perkembangan pendidikan anak-anak. Sejak dua tahun yang lalu, kami telah mengadakan program pendidikan keluarga berupa kajian keluarga rutin bakda sholat Maghrib hingga masuk waktu sholat isya’. Isi kajian keluarga bisa berupa kajian keagamaan, diskusi monitoring perkembangan pendidikan anak, program pengembangan kompetensi anak, dan lain sebagainya. Selain itu, kami juga menjadi lebih punya banyak kesempatan untuk memonitoring perkembangan pertumbuhan si kecil. Kami melihat ada dampak positif yang signifikan terhadap  prestasi belajar anak dan perkembangan pertumbuhan anak. Demikianlah manfaat positif yang keluarga kami rasakan pasca keputusan bersama istri tidak bekerja lagi. []

 

Gumpang Baru, 09 Maret 2022

 

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 80 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) berupa hak cipta buku, Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih Inovasi dan P2M Award LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 5000 Scientists ”AD Scientific Index” (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT,  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner, Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

 

Sabtu, 17 September 2022

SCIENTIFIC WRITING VS FREE WRITING

 


SCIENTIFIC WRITING VS  FREE WRITING

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Saya mengawali belajar menulis mulai dengan tulisan-tulisan bebas di buku harian. Kemudian berlanjut dengan menulis karya tulis ilmiah waktu sekolah di Madrasah Aliyah. Ketika mahasiswa aktif menulis ilmiah melalui lomba karya tulis ilmiah mahasiswa (LKTM). Saya pernah menjuarai beberapa lomba karya tulis mahasiswa, mulai tingkat jurusan hingga tingkat universitas, bahkan pernah menjadi finalis pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang Penulisan Ilmiah mewakili Universitas Sebelas Maret. Setelah lulus sarjana, kebiasaan mengikuti lomba-lomba karya tulis ilmiah terus berlanjut. Setelah lulus sarjana, saya bekerja menjadi guru Kimia SMA. Saat menjadi guru inilah saya kembali menjadi juara 1 lomba karya tulis ilmiah guru yang diselenggarakan sekolah dalam rangka HUT sekolah.

 

Setelah menjadi guru honorer di SMA selama 2,5 tahun, akhirnya saya bisa lolos seleksi tes CPNS dosen di Universitas Sebelas Maret. Setelah menjadi dosen, kebiasaan menulis ilmiah semakin terasah melalui penulisan artikel ilmiah di jurnal ilmiah maupun dipresentasikan di seminar ilmiah. Pasca lulus master (S2), semangat menulis ilmiah semakin menggelora dengan menulis proposal penelitian dan artikel publikasi ilmiah. Dalam rentang tahun 2009-2014 usulan proposal penelitian yang saya ajukan selalu lolos didanai dan setiap tahun mampu mempublikasikan artikel ilmiah baik di jurnal ilmiah nasional maupun forum seminar ilmiah nasional. Setiap hari muncul ide-ide untuk dibuat artikel ilmiah. Setiap semester saya hampir rutin mampu mempublikasikan sebuah artikel ilmiah. Waktu itu saya merasa cukup produktif dalam menulis artikel ilmiah dan mempublikasikannya. Waktu itu, saya begitu menikmati proses kreatif menulis ilmiah. Saya sama sekali tidak merasa berat dan malas untuk menulis artikel ilmiah. Saya bahkan telah menulis beberapa draft artikel ilmiah untuk dipublikasikan di waktu yang akan datang. Begitulah kondisi saya saat itu yang begitu enjoy menikmati spirit menulis artikel ilmiah.

 

Sejak tahun 2017 saya mulai tertarik menulis tema-tema bebas. Saya mulai menulis tulisan-tulisan bebas dengan tema beragam, mulai tema tentang agama, pendidikan, kimia, kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Setiap hari saya menulis apa saja yang muncul dalam pikiran. Dalam sehari terkadang saya bisa menulis satu atau dua artikel bebas dengan ketebalan 2-3 halaman. Saya tidak menentukan tema tertentu untuk saya tulis, pokoknya apapun yang muncul dalam pikiran saya tulis. Oleh karena itu, tulisan-tulisan saya beragam temanya. Strategi yang saya lakukan agar di kemudian hari saya mudah dalam mengorganisir tulisan-tulisan tersebut adalah dengan memberikan tema di setiap artikel tulisan yang saya buat. Misalnya artikel-artikel tulisan saya tentang kimia yang saya kaitkan dengan nilai-nilai karakter religius saya berikan tema ‘Kimia Kehidupan”. Di kemudian hari kumpulan artikel tulisan tema kimia kehidupan tersebut akhirnya saya terbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul “Kimia Kehidupan: Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia”. Demikianlah strategi yang saya lakukan agar bisa produktif menerbitkan buku dari kumpulan artikel-artikel tulisan yang saya tulis setiap harinya. Dengan menerapkan strategi tersebut, dalam satu tahun saya bisa mempunyai dua sampai tiga draft buku untuk diterbitkan.

 

Selain menulis tema-tema bebas yang akhirnya saya mengetahui cara menulis seperti itu disebut “free writing”, saya juga menulis untuk tema-tema tertentu untuk diterbitkan dalam buku kolaborasi ataupun buku antologi (book chapter). Saya menulis tema tertentu untuk memenuhi tagihan rutin dari komunitas penulis Sahabat Pena Kita, dimana saya bergabung menjadi anggota komunitas sejak tahun 2019. Selain itu, saya juga bergabung dalam grup penulis di beberapa penerbit buku dimana setiap bulannya juga membuat program menulis buku kolaborasi maupun book chapter. Buku-buku yang akan diterbitkan oleh penerbit telah ditentukan tema dan judul babnya, anggota cukup memilih tema dan bab berapa yang akan ditulisnya. Dengan mengikuti program-program menulis kolaborasi tersebut saya bisa rutin setiap bulan mempunyai buku baru yang terbit. Sedangkan untuk buku-buku karya solo, saya bisa menerbitkan dua atau tiga judul setiap tahunnya. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun saya bisa mempunyai buku baru antara lima sampai lima belas buku. Bahkan pernah dalam satu tahun saya mampu mempunyai buku baru (buku kolaborasi dan antologi) yang terbit sebanyak 34 judul. Ini adalah capaian prestasi produktivitas menulis buku saya yang paling banyak dalam perjalanan karier kepenulisan saya.

 

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa saya pernah menikmati poses kreatif menulis untuk dua jenis tulisan, yaitu genre tulisan ilmiah (scientific writing) dan genre tulisan bebas (free writing). Saya merasakan adanya perbedaan antara menulis ilmiah dengan menulis bebas. Menulis ilmiah itu bersifat kaku karena harus mengikuti alur penulisan yang sudah baku, sedangkan menulis bebas bersifat lentur tanpa ada panduan yang baku. Ketika menulis ilmiah harus selalu menyertakan referensi yang mendukung argumentasi kita agar argumentasi kita kuat, sedangkan tulisan bebas tidak selalu harus menyertakan referensi karena bisa dari apapun yang kita pikirkan. Menulis ilmiah terkesan kreativitas kita terbatasi, sedangkan ketika menulis bebas kreativitas kita bisa benar-benar bebas tanpa ada batas yang menghalangi.

 

Apakah saya mengalami kesulitan beralih dari terbiasa menulis ilmiah bergeser ke menulis bebas? Secara jujur saya katakana iya, saya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan pola pikir. Saya harus berusaha membuat kebiasaan baru dari biasa mencari referensi  ketika menulis ilmiah menjadi tidak memerlukan referensi ketika menulis bebas. Ketika menulis bebas, saya hanya perlu menggali ide sebanyak-banyaknya dan mengembangkan kreativitas seluas-luasnya. Saya tidak perlu terpancang pada ada atau tidak referensi pendukungnya karena ketika menulis bebas, argumentasi kita lah yang menjadi pendukung alur tulisan kita. Inilah perbedaan pokok yang bagi saya cukup sulit untuk berganti-ganti (shifting) dari tulisan ilmiah ke tulisan bebas, ataupun sebaliknya.

 

Saat ini saya sedang menempuh studi doktoral dimana harus mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal sebagian bagian dari syarat menyelesaikan studi. Oleh karena itu saya harus mampu kembali membiasakan diri untuk menulis artikel ilmiah. Karena sempat beberapa tahun saya vakum dari menulis artikel ilmiah dan lebih fokus menulis bebas, maka saya harus memulai dari awal kembali untuk membuat kebiasaan baru yaitu menulis artikel ilmiah yang selalu menggunakan referensi literatur ilmiah. Selama menulis bebas, saya lebih sering membaca buku-buku sebagai bahan untuk menulis artikel ataupun buku, sedangkan sekarang karena saya akan menulis artikel ilmiah maka saya harus mulai membiasakan diri untuk membaca artikel-artikel jurnal sebagai bahan untuk menulis artikel ilmiah. Agar mampu memiliki spirit menulis artikel ilmiah dan menjiwai seperti dulu, saya sampai harus melatih diri dengan menulis buku-buku referensi sebagai sarana latihan menulis ilmiah. Sejak tahun 2019 saya aktif mengikuti program menulis buku kolaborasi di bidang pendidikan yang diselenggarakan oleh penerbit buku referensi dan telah menghasilkan 28 judul buku referensi bidang pendidikan, serta memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) berupa hak cipta buku dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

 

Hasil dari berlatih menulis buku-buku referensi di bidang pendidikan akhirnya mampu membuat pola pikir dan kebiasaan baru pada diri saya untuk menulis artikel ilmiah. Saya menjadi merasa tidak berat lagi ketika harus loncat sana sini dari menulis dan membaca referensi. Hasil dari proses latihan tersebut Alhamdulillah akhirnya membuahkan hasil. Setelah beberapa tahun vakum dari menulis ilmiah, akhirnya di tahun 2022 ini saya mampu menghasilkan sebuah artikel ilmiah yang terbit di jurnal nasional terakreditasi sinta 2. Saya sangat bersyukur akhirnya mindset dan pikiran saya kembali terbiasa dan siap untuk menulis artikel ilmiah.

 

Demikian pengalaman perjalanan saya menekuni dunia kepenulisan artikel ilmiah dan penulisan artikel bebas (artikel popular). Setiap jenis tulisan memiliki gaya tulisan dan kekhasan tersendiri sehingga juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Seorang penulis harus mampu menyesuaikan diri ketika akan menulis jenis tulisan yang berbeda genre. Idealnya seorang penulis memiliki kemampuan menulis tulisan berbagai genre berbeda dan juga mudah menyesuaikan diri dengan karakteristik genre tulisan tersebut. Menjadi penulis yang multitalenta memang tidak mudah, perlu terus berlatih dan menempa diri dengan berbagai jenis tulisan. []

 

Gumpang Baru, 13 Mei 2022

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 80 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) berupa hak cipta buku, Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih Inovasi dan P2M Award LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 5000 Scientists ”AD Scientific Index” (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT,  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner, Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Kamis, 15 September 2022

ANTARA KOMITMEN, LOYALITAS, DAN HARAPAN KEBAIKAN: Catatan Kopdar 9 SPK di Pondok Pesantren Al-Islah dan Darul Istiqomah Bondowoso


 ANTARA KOMITMEN, LOYALITAS, DAN HARAPAN KEBAIKAN:

Catatan Kopdar 9 SPK di Pondok Pesantren Al-Islah dan Darul Istiqomah Bondowoso

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------

 Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat (QS. Ibrahim : 7).

--------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Komitmen dan konsistensi merupakan faktor penting yang harus dimiliki seorang calon penulis. Komitmen untuk selalu menulis tanpa mengenal kondisi memanglah tidak mudah. Banyak orang yang ingin menjadi penulis tapi berakhir hanya sekadar keinginan karena mereka tidak segera mulai menulis.  Banyak orang mengikuti berbagai seminar, pelatihan, dan workshop tentang menulis tapi tidak juga menghasilkan tulisan. Menulis itu tidak hanya mengandalkan kemampuan tapi juga kemauan. Mampu menulis tapi tidak mau menulis maka tidak akan pernah menghasilkan tulisan.

 

Selain kemampuan dan kemauan untuk menulis, ada faktor lain lagi yang dapat mendukung semangat menulis yaitu bergaul dan berinteraksi dengan para penulis. Bergaul dengan para penulis akan dapat meningkatkan kemampuan menulis dan mempertahankan semangat menulis. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang penulis untuk bergabung dalam sebuah komunitas menulis. Salah satu komunitas menulis yang telah membuktikan kiprah dan eksistensinya serta layak untuk diikuti adalah Sahabat Pena Kita (SPK).

 

Sahabat Pena Kita (SPK) berdiri pada 24 Maret 2018 dan sejak 23 Juli 2019 SPK telah berbadan hukum dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-001097.AH.01.04.Tahun 2019, tentang pengesahan pendirian badan hukum Yayasan Sahabat Pena Kita. Sahabat Pena Kita (SPK) juga telah memiliki unit penerbitan buku sendiri dan bisa mengusulkan ISBN ke perpusnas. Penerbit Sahabat Pena Kita telah menerbitkan puluhan buku karya anggota SPK, baik buku-buku antologi maupun buku solo. Salah satu kegiatan rutin grup Sahabat Pena Kita (SPK) adalah mengadakan Kopdar (kopi darat) karena grup SPK berbasis grup WhatsApp (GWA) sehingga secara periodik perlu mengadakan pertemuan secara langsung. Grup Sahabat Pena Kita (SPK) mengadakan acara Kopdar rutin setiap 6 bulan sekali yang selalu disertai acara seminar literasi.

 

Sahabat Pena Kita (SPK) telah mengadakan acara Kopdar sebanyak 8 kali, artinya usia komunitas menulis Sahabat Pena Kita (SPK) telah memasuki tahun ke-4. Pada bulan Agustus 2022 ini grup Sahabat Pena Kita (SPK) akan mengadakan acara Kopdar ke-9 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Islah Bondowoso. Pada acara Kopdar 9 SPK ini juga dilaksanakan acara Seminar Literasi Nasional yang mengusung tema “Masa Depan Perbukuan di Indonesia”. Sebagai narasumber seminar literasi kali ini adalah Prof. Dr. Ngainun Naim, Penulis, Ketua LP2M dan Guru Besar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang juga merupakan Dewan Pembina Grup SPK, dan narasumber kedua adalah Muhammad Hairul, S.Pd.,M.Pd., Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sebelum kedua narasumber menyampaikan paparan materinya, seminar diawali dengan penyampaian sambutan oleh Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I. selaku Ketua SPK dan penyampaian Welcoming Speech oleh Abi KH. Thoha Yusuf Zakariya, Lc selaku Pimpinan dan Pengasuh Ponpes Al-Islah Bondowoso.

 

Di awal diinformasikannya acara Kopdar 9 SPK yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Islah Bondowoso, saya sempat agak ragu-ragu akan ikut atau tidak. Selain pertimbangan faktor kesehatan karena sebelumnya beberapa kali kesehatan saya sempat ngedrop, ada juga faktor lain yang tidak kalah penting yaitu masalah biaya perjalanan. Saya menyadari bahwa untuk mendatangi acara kopdar 9 SPK di Bondowoso memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik menggunakan transportasi umum maupun menggunakan mobil pribadi. Untuk mengantisipasi faktor kesehatan, saya berusaha menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dan semakin sehat dengan menjaga pola makan, pola istirahat dan olah raga. Sedangkan untuk faktor biaya bagi saya saat itu cukup mengganggu pikiran karena kondisi keuangan keluarga saya dalam posisi harus berhemat karena belum lama ada pengeluaran lumayan besar untuk biaya renovasi rumah dan membayar biaya SPP studi S3 saya sehingga cukup menguras saldo tabungan. Oleh karena itu saya sempat ragu-ragu mau berangkat kopdar atau tidak. Cukup lama saya mengalami kebingungan dan kebimbangan untuk memutuskan ikut kopdar atau tidak.

 

Akhirnya dengan beberapa pertimbangan, antara lain bahwa saya harus menjaga komitmen dan loyalitas saya selaku anggota SPK sebagaimana kesanggupan saya dahulu ketika awal mendaftar menjadi anggota SPK bahwa akan mengikuti acara Kopdar SPK yang diadakan setiap 6 bulan sekali. Saya menyadari bahwa melalui komunitas menulis SPK inilah saya bisa mengenal teman-teman penulis dan berdampak positif terhadap semangat berliterasi saya dengan menjadikannya saya lebih produktif dalam menulis dan menghasilkan karya-karya buku. Sampai saat ini tercatat saya telah menulis buku lebih dari 80 judul, baik buku solo maupun buku antologi/kolaborasi. Memang dari sekian banyak buku yang telah saya tulis, mayoritas berupa buku karya bersama (antologi/kolaborasi). Selain itu, saya juga telah memiliki 28 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang semuanya berupa Hak Cipta Buku. Selain pertimbangan komitmen dan loyalitas, karena acara kopdar 9 SPK ini dilaksanakan di Pondok Pesantren, sebuah tempat yang insyaAllah penuh rahmat dan berkah Allah Swt, saya meyakini bahwa pasti akan ada hikmah kebaikan dari mengikuti acara kopdar tersebut. Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, akhirnya saya pun dengan tekat bulat memutuskan untuk berangkat ikut acara kopdar 9 SPK di Bondowoso. Setelah mencari informasi tentang perjalanan ke Bondowoso, saya memutuskan untuk menggunakan mobil pribadi dengan mengajak seorang driver. Saya memilih menggunakan mobil pribadi walaupun biaya yang harus saya keluarkan lebih besar dibandingkan dengan transportasi umum, karena dengan membawa kendaraan sendiri perjalanan lebih fleksibel waktunya. Untuk melakukan perjalanan ke Bondowoso ini saya memang harus menyiapkan biaya yang tidak sedikit meliputi biaya membeli bensin (pertamax), biaya isi saldo e-toll, dan biaya jasa driver selama dua hari. Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya juga mengeluarkan biaya untuk service mobil ke bengkel karena akan digunakan untuk menempuh perjalanan jauh maka kondisi mobil harus prima.

 

Semula saya akan mengajak keluarga untuk ikut acara kopdar ke Bondowoso sebagaimana saat acara kopdar 3 SPK di UNNES Semarang, tetapi karena pertimbangan anak-anak pada hari Senin masuk sekolah sehingga dikawatirkan kecapekan, maka diputuskanlah saya berangkat sendiri bersama driver. Semula saya berencana berangkat Jumat siang agar sampai ke Bondowoso sore hari, tetapi ternyata ada undangan rapat mendadak di kampus sehingga jadwal keberangkatan saya geser ke pukul 16.00 wib dengan perkiraan sampai Bondowoso sekitar pukul 20.00an. Ternyata rapat di kampus berlangsung sampai sore dan baru selesai pada pukul 16.30 wib. Maka selesai rapat saya langsung pulang dan sampai rumah menjelang maghrib. Karena sudah akan memasuki waktu sholat Maghrib, maka saya memutuskan berangkat ke Bondowoso setelah sholat Maghrib. Maka pada pukul 18.30 wib setelah sholat Maghrib dan makan malam, saya bersama seorang driver yang merupakan teman masa kecil yang sering mendampingi saya ketika acara ke luar kota berangkat ke Bondowoso.

 

Pada pukul 03.30 wib dini hari saya sampai di pintu gerbang Pondok Pesantren Al-Islah Bondowoso. Segera saya menemui penjaga pintu gerbang Ponpes dan mengutarakan maksud kedatangan saya. Ternyata dua penjaga pintu gerbang (perkiraan saya mereka adalah siswa/santri ponpes) tidak mengetahui tentang acara SPK. Perkiraan saya mungkin terjadi sedikit miskomunikasi antara panitia kopdar dengan penjaga pintu gerbang ponpes. Saya pun segera mencoba menelpon ustad Febry Suprapto yang menjadi tuan rumah acara kopdar dan juga pengajar Ponpes, tetapi beberapa kali menelepon tidak diangkat, mungkin beliau masih terlelap tidur. Saya pun kemudian menulis pesan chat WA ke beliau. Kemudian saya mencoba menelepon bapak Dr. Muhammad Arfan (ketua SPK) dan Prof. Ngainun Naim yang sudah sampai lebih dahulu, tetapi juga sama telepon tidak diangkat. Akhirnya saya memutuskan menunggu di dalam mobil sampai pagi karena kami tidak diperbolehkan memasuki area ponpes. Kurang lebih 30 menit kemudian, ada suara telepon masuk yang ternyata dari ustad Febry Suprapto. Setelah saya angkat teleponnya, beliau meminta memberikan telepon ke penjaga pintu gerbang. Setelah ustad Febry berbicara dengan penjaga pintu gerbang, barulah saya dipersilakan masuk ke Ponpes. Akhirnya menjelang azan Shubuh berkumandang, saya bisa bergabung dengan Prof. Ngainun Naim, pak Dr. Arfan dan pak Emcho. Kami ngobrol sebentar sebelum sholat Shubuh dan melanjutkan sisa waktu untuk tidur kembali karena badan masih capek dan kurang istirahat.

 

Pagi hari sebelum acara Seminar Literasi, kami rombongan anggota SPK dijamu makan pagi di ruang makan. Menu makan paginya sangat lezat, khususnya menu lalapan terong goreng dan rebusan sayur jepan dengan sambalnya yang langsung menarik perhatian saya. Saya memang menyukai menu lalapan terong goreng dan rebusan sayur Jepan dengan sambal. Setelah selesai makan pagi, kami diajak silaturahmi ke kediaman Abi KH. Thoha Yusuf Zakariya, Lc selaku Pimpinan Ponpes Al-Islah Bondowoso. Setelah acara silaturahmi selesai, barulah kami mengikuti acara seminar literasi.

 

Siang hari setelah selesai acara seminar literasi, kami menuju ke Pondok Pesantren Darul Istiqomah (Daris) Bondowoso yang diasuh oleh KH. Masruri Abd. Muhit, Lc yang juga anggota grup SPK. Di pondok Daris inilah kami mengadakan acara Kopdar 9 SPK yang agendanya adalah mengadakan pemilihan ketua SPK periode 2022-2024. Dalam acara pemilu raya grup SPK ini, saya terpilih sebagai Ketua SPK periode 2022-2024. Sebagai anggota SPK yang menjunjung tinggi komitmen dan loyalitas pada organisasi, saya menerima amanah menjadi Ketua SPK untuk masa jabatan 2022-2024. Saya menyadari bahwa keberlanjutan jalannya organisasi bergantung pada kesuksesan proses regenerasi kepemimpinan di tubuh organisasi tersebut. Oleh karena itu, demi keberlanjutan dan kemajuan grup SPK saya bersedia meneruskan tongkat kepemimpinan SPK untuk periode 2022-2024. Dengan membaca bismillah, semoga SPK tetap eksis dan semakin maju. Amin.

 

Malam hari setelah sholat Maghrib, seluruh anggota SPK yang hadir di acara Kopdar 9 ini dijamu jamuan makan malam yang sangat lezat oleh KH. Masruri. Kami berbincang-bincang santai dengan Kyai Masruri tentang sejarah pendirian Ponpes Daris. Banyak hikmah dan pelajaran berharga yang kami dapatkan dari mendengarkan kisah perjuangan beliua merintis Ponpes Daris dari awalnya hanya berupa bangunan anyaman bamboo (gedek) hingga memiliki bangunan megah seperti sekarang ini. Sekitar pukul 20.00an seluruh anggota SPK peserta Kopdar 9 berpamitan untuk pulang kembali ke kota masing-masing. Oh ya, ketika mengikuti acara kopdar di Ponpes Daris, saya sempat meraskan sakit kepala yang cukup parah dan batuk flu saya kembali kambuh. Alhamdulillah berkat minum obat sakit kepala yang telah saya siapkan sejak dari rumah, sakit kepala saya segera membaik tetapi untuk batuk dan flu masih cukup parah. Selama perjalanan pulang ke Solo saya batuk terus-menerus dan badan terasa sedikit demam. Akhrnya saya sampai rumah pukul 03.30 wib, dan langsung melanjutkan istirahat.

 

Minggu pagi ketika bangun tidur, badan saya terasa sangat tidak enak. Badan saya terasa lemas tidak bertenaga, kepala sangat pusing, perut diare, dan batuk pilek semakin parah. Akhirnya seharian saya kembali tertidur pulas sampai siang hari karena di samping badan tidak sehat juga kurang tidur sejak keberangkatan ke Bondowoso dan pulang kembali ke Solo. Sampai hari ke-3 kondisi badan saya belum juga sehat, badan masih ngedrop. Hari ke-4 alhamdulillah badan sudah lumayan sehat dan saya pergunakan untuk berangkat ke Yogyakarta karena ada janji konsultasi dengan dosen pembimbing disertasi. Karena kondisi tubuh belum sehat benar, maka saya meminta tolong tetangga yang biasa membantu bersih-bersih di rumah untuk menemani saya ke Jogya menjadi driver.

 

Sebagaimana saya singgung di depan bahwa di awal akan keberangkatan ke acara kopdar 9 SPK di Ponpes Al-Islah Bondowoso, saya sempat bimbang terkait kondisi finansial keluarga yang sedang menipis. Tetapi saya berkeyakinan bahwa pasti ada kebaikan dari menghadiri acara kopdar di ponpes Al-Islah Bondowoso tersebut. Dan ternyata Allah Swt menunjukkan bukti kemahabesarannya. Setelah mengikuti acara kopdar 9 SPK dari Sabtu, dengan berangkat pada Jumat malam dan kembali sampai rumah Minggu pagi dini hari dalam kondisi badan yang kurang sehat dan kepala pusing, tiba-tiba pada hari Senin siang ada notifikasi SMS Banking masuk ke HP saya berisi informasi ada dana cukup besar masuk ke rekening BNI saya yang ternyata bantuan studi lanjut yang sudah lama saya ajukan ke Rektor. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dengan berita datangnya rezeki yang tidak disangka-sangka tersebut. SMS notifikasi dana masuk ke rekening BNI tersebut seketika membuat pikiran saya seketika tenang kembali karena kondisi finansial keluarga kembali normal. InsyaAllah untuk cadangan biaya bayar SPP kuliah S3 semester depan sudah aman. Mungkin inilah hikmah kebaikan yang diberikan Allah Swt setelah saya tetap memutuskan mengunjungi pondok pesantren Al-Islah dan Darul Istiqomah Bondowoso.

 

Saat pulang dari perjalanan Bondowoso-Solo, kondisi kesehatan badan saya langsung ngedrop. Tenyata anak-anak sejak hari Sabtu juga mengalami sakit, baik anak yang besar maupun yang balita. Maka hari Senin saya memutuskan untuk memintakan izin kedua anak saya untuk tidak masuk sekolah dan memeriksakan mereka ke dokter. Jadi kami sekeluarga yang terdiri atas empat orang pergi ke rumah sakit terdekat untuk memeriksakan kesehatan. Hanya istri saja yang tidak periksa ke dokter.

 

Menjelang akhir bulan Agustus, kembali Allah Swt memberikan saya rezeki dari aktivitas menulis buku untuk keluarga saya yang akhirnya saya pergunakan untuk membelikan sebuah motor baru buat istri. Sudah lama istri berangan-angan ingin ganti motor baru. Bahagia rasanya akhirnya bisa membahagiakan istri dengan mewujudkan mimpinya untuk memiliki motor baru sesuai model yang diinginkannya.  Motor lama yang dipakai istri sebenarnya dulu adalah motor yang biasa saya pakai untuk pergi ke kampus. Hanya saja setelah Allah swt menguji saya dengan sebuah penyakit langka hingga sekarang yang menyebabkan tidak memungkinkan lagi untuk mengendarai motor, maka akhirnya saya ke kampus naik mobil. Saya selalu berusaha ber-positive thinking pada Allah swt bahwa pasti ada hikmah kebaikan di balik setiap ketetapan-Nya.

 

Dari peristiwa-peristiwa menakjubkan pasca mengikuti acara Kopdar 9 di Bondowoso tersebut, saya merenung betapa Allah Swt sangat baik pada saya dan keluarga saya. Kondisi finansial keluarga saya yang sebelum acara Kopdar sempat membuat pikiran saya agak kawatir seketika berubah menjadi tenang dengan kejutan rezeki yang tidak disangka-sangka, dan bahkan ditambah lagi datangnya rezeki lain sehingga akhirnya bisa untuk membahagikan istri memiliki motor baru. Ya Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi rezeki, terima kasih atas semua nikmat dan rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami. Tiada yang dapat hamba panjatkan kepada Engkau selain ucapan Alhamdulillah dan ungkapan rasa syukur yang teramat sangat. Semoga hamba tetap istiqomah menjadi hamba-Mu yang tawadhu’ dan pandai bersyukur. Amin. []

  

Gumpang Baru, 05 September 2022

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. (ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 80 judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 28 sertifikat HKI, Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA (2007), Peraih SPK AWARD Peringkat 1 (2021), Peraih INOVASI DAN P2M AWARD LPPM UNS Peringkat 2 (2022), Peraih INDONESIA TOP 5000 SCIENTISTS (2022), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan Trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT,  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner, Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). Sejak tahun 2019 penulis bergabung menjadi anggota grup menulis Sahabat Pena Kita (SPK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Postingan Populer