Catatan Inspirasi (113)
Media Berbagi Inspirasi dan Motivasi Seputar Literasi Menulis, Integrasi Sains-Agama, Pembelajaran Kimia, dan Pendidikan
Senin, 10 November 2025
MENGUATKAN KEMBALI SIMPUL-SIMPUL PERSATUAN BANGSA INDONESIA
Oleh:
Selasa, 28 Oktober 2025
BERBUAT SALAH DAN MEMINTA MAAF
Catatan Kehidupan (79)
Senin, 29 September 2025
MEMANDANG ILMU KIMIA DARI KACAMATA RELIGIUS
MEMANDANG ILMU KIMIA DARI KACAMATA RELIGIUS
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
MENGAGUMI KEPRIBADIAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW.
MENGAGUMI KEPRIBADIAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW.
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.
Apa yang dilakukan oleh Michael H. Hart tersebut tidaklah berlebihan. Apa yang dikatakannya adalah benar adanya. Selain Michael H. Hart, banyak ahli sejarah dunia yang memiliki pemikiran dan pandangan yang senada dengan pendapatnya. Allan Menzies (1845), Profesor of Divinity and Biblical Criticism, University of St Andrews, Edinburgh, Skotlandia dalam bukunya "History of Religion" memaparkan apa yang paling luar bisaa tentang Islam adalah kecepatan pertumbuhannya. Muhammad Saw mengawali hidupnya sebagai seorang penggembala miskin, dan pada saat wafatnya mewariskan kepada umat Islam sebuah negara yang dalam waktu singkat mampu mengalahkan negara-negara besar lain. Dalam setengah abad, Islam telah menjadi agama bangsanya yang semula menentangnya, dan tidak hanya bangsanya sendiri, tetapi banyak negara lainnya. Dalam waktu yang singkat, agama yang dibawanya (Islam) telah menjadi agama nasional, dan bahkan telah melampaui nasional ke tahap universal, dimana hanya dua agama lain yang telah mencapainya. Kemajuan yang dicapai Kristen yang perlu waktu berabad-abad, dicapai Islam dalam beberapa dekade. Gelar Islam sebagai agama universal tidak dapat dipungkiri (Menzies, 2015).
Pendapat lain tentang luar biasanya Rasulullah Muhammad Saw disampaikan oleh Philip K. Hitti (1886) dalam bukunya "The Arabs : A Short History". Philip K. Hitti menggambarkan kekagumannya pada sosok Rasulullah Muhammad Saw dengan ungkapan kalimat, ”Dalam rentang hidupnya yang singkat, dan beranjak dari lingkungan yang tidak menjanjikan, Muhammad telah mengilhami terbentuknya satu bangsa yang tidak pernah bersatu sebelumnya, di sebuah negeri yang hingga saat ini hanyalah satu ungkapan geografis; membangun sebuah agama yang luas wilayahnya mengalahkan Kristen dan Yahudi, serta diikuti sejumlah besar manusia; ia telah meletakkan landasan bagi sebuah imperium yang dalam waktu singkat berhasil memperluas batas wilayahnya dan membangun berbagai kota yang kelak menjadi pusat-pusat peradaban dunia” (Hitti, 2018).
Beberapa pendapat para penulis sejarah dunia tersebut di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang nabi dan rasul yang memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah Saw tercermin dalam akhlak dan kepribadian beliau. Akhlak dan segala tindakan yang dilakukan Rasulullah Saw adalah berdasarkan wahyu dari Allah swt yang mengandung ajaran penting bagi umat Islam. Segala tindakan, sikap, dan ketetapan beliau merupakan penjelasan Al-Quran, yang dikenal dengan al-Hadis atau sunah rasul. Aisyah r.a. pernah mengatakan bahwa jika ingin melihat Al-Qura’an berjalan, maka lihatlah akhlak Rasulullah Muhammad Saw. Perkataan istri beliau tersebut menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari tidak berdasarkan keinginan dan nafsu pribadi beliau tetapi semuanya adalah didasarkan atas wahyu yang diwahyukan.
Berangkat dari pemikiran di atas, sudah sepatutnya kita umat Islam untuk meneladani dan mencontoh akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku, sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita nisbatkan pada akhlak Rasulullah Saw. Mencontoh akhlak Rasulullah Saw tidak hanya sebatas pada lingkup tuntutan ibadah, tetapi juga sampai hal-hal kecil dalam kehidupan. Amal ibadah dan akhlak kita hendaknya mencontoh kepada ibadah dan akhlak Rasulullah Saw.
Bagi para pemimpin bisa mencontoh bagaimana beliau memimpin umat Islam. Bagi para pemuda bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau ketika masih muda. Bagi para pebisnis dan pedagang bisa mencontoh bagaimana cara beliau berdagang. Bagi para pendidik bisa mencontoh bagaimana beliau mendidik para sahabat dan umat Islam sehingga menjadi umat yang disegani dunia. Bagi para pejabat pemerintahan bisa mencontoh bagaimana beliau menjalankan roda pemerintahan. Bagi para suami bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau kepada keluarganya. Bagi para aktivis dakwah bisa mencontoh bagaimana cara beliau mendakwahkan agama Islam. Dan lain sebagainya. Hampir semua lini kehidupan ada contohnya pada diri Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw memang diturunkan ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang baik (akhlak al-karimah). Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau telah menunjukkan akhlak yang mulia. Bukti bagaimana ketinggian akhlak beliau adalah kaum Quraisy di Mekkah memberi beliau gelar “al-Amin” yang artinya orang yang terpercaya. Gelar tersebut tidak mungkin disematkan ke beliau jika beliau bukan orang yang bisa dipercaya dan bahkan sangat bisa dipercaya. Gelar penghormatan tersebut hanya mungkin beliau peroleh jika beliau memang orang yang sangat bisa dipercaya atau sangat jujur, dan orang-orang di sekitarnya yang pernah berinteraksi dengan beliau mengetahui dan menyaksikan sendiri bagaimana keluhuran akhlak budi pekerti beliau.
Ketika Rasulullah saw berusia 35 tahun, kaum Quraisy mengadakan pertemuan dalam rangka perbaikan bangunan Ka’bah. Mereka bermaksud memberi atap pada Ka’bah. Bangunan Ka’bah pada saat itu terdiri atas batu-batu yang disusun bertumpang-tindih, tanpa dicampur dengan tanah, dengan bangunan yang tinggi. Oleh karena itu, harus dihancurkan dan dibuat bangunan yang baru (Hasani an-Nadwi, 2020 : 179). Proses perbaikan bangunan Ka’bah awalnya baik-baik dan lancar-lancar saja hingga akhirnya terjadi perselisihan yang hebat dan hampir berujung pada pertumpahan darah antar suku. Apakah gerangan yang diperselisihkan oleh para kepala suku di Mekkah hingga hampir terjadi pertumpahan darah di antara mereka? Ternyata sumber terjadinya perselisihan adalah siapakah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Setiap kepala suku mengklaim dirinya dan sukunya sebagai yang paling terhormat sehingga paling berhak untuk mengembalikan batu mulia tersebut ke tempatnya. Karena semua suku saling mengklaim dirinya yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad, maka terjadilah perselisihan hebat dan hampir berakhir dengan pertumpahan darah.
Perselisihan yang hebat dan hampir menumpahkan darah tersebut akhirnya dapat dihentikan dengan adanya kesepakatan di antara mereka bahwa orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram akan memutuskan perselisihan di antara mereka. Dan ternyata orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram adalah Rasulullah Muhammad saw. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, “Ia orang yang tepercaya, kami rela! Ia adalah Muhammad.” (Hasani an-Nadwi, 2020 : 180). Semua kepala suku menyetujui Rasululah saw yang meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Semua kepala suku menyetujui dipilihnya Rasulullah saw karena mereka semua mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah orang yang sangat dapat dipercaya. Rasulullah saw adalah orang yang sangat jujur dan berbudi pekerti yang baik. Rasulullah saw adalah orang yang paling tepat untuk memperoleh kehormatan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Berdasarkan kesepakatan para kepala suku tersebut, kemudian Rasulullah saw meminta sehelai kain. Beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain dengan tangan beliau sendiri. Kemudian beliau berkata, “Setiap (pemimpin) suku hendaknya memegang sudut kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka melakukan perintah Rasulullah saw. Ketika sampai pada tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Selanjutnya pembangunan diteruskan hingga selesai. Tindakan Rasulullah saw melibatkan semua kepala suku dalam proses peletakkan Hajar Aswad menunjukkan keluhuran akhlak beliau. Beliau tetap menghormati para kepala suku dengan mengikutkan serta dalam peletakkan Hajar Aswad ke tempat semula (Hasani an-Nadwi, 2020: 180).
Rasulullah saw memiliki akhlak yang luhur. Keluhuran akhlak Rasulullah saw bahkan mendapat pengakuan dari Allah swt sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Qalam [68]: 4.
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al Qalam [68]: 4)
Juga firman Allah dalam Q.S. Al Ahzab [33]: 21
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al Ahzab [33]: 21)
Tentang keluhuran budi pekerti Rasulullah Saw, Syekh Mahmud al-Mishri dalam bukunya Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup Manusia Mulia menuliskan bahwa “Budi pekerti Nabi Muhammad saw yang agung sangat tampak dalam kesehariannya, seperti 1). Memiliki keistimewaan berupa lisan yang fasih dan mengena dalam berbicara., 2). Sosok yang penyantun, penyabar, dan pemaaf. Sifat-sifat tersebut merupakan didikan langsung dari Allah. Setiap penyantun dikenal kebaikannya dan terjaga dari kesalahan. Rasulullah saw memiliki kesabaran luar biasa meskipun makin banyak yang menyakitinya. Begitu juga, beliau selalu bersikap santun terhadap perbuatan berlebihan yang dilakukan orang-orang jahil terhadapnya” (Al-Mishri, 2014: 10).
Bukti-bukti tentang keluhuran akhlak dan kemuliaan kepribadian baginda Rasulullah Muhammad saw banyak diriwayatkan oleh para ulama. Dalam beberapa literatur diceritakan bagaimana luhur dan mulianya akhlak Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah seorarng yang dermawan. Bukti dari sifat dermawan beliau adalah selalu memberi tanpa ada rasa takut menjadi fakir. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw adalah orang yang paling dermawan, apalagi di bulan Ramadhan, yaitu saat malaikat Jibril menemuinya. Malaikat Jibril sendiri menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Quran. Rasulullah lebih cepat dalam menggapai kebaikan daripada angina yang berhembus (HR. Bukhori) (Al-Mishri, 2014: 10).
Rasulullah saw adalah seorang yang sangat pemberani dan seorang pemimpin yang melindungi keselamatan rakyatnya. Anas mengatakan bahwa tatkala penduduk Madinah dikagetkan pada suatu malam, mereka mendatangi sumber suara. Rasulullah menjumpai mereka-setelah mendahului mereka dalam mendatangi sumber suara-, beliau dalam keadaan menunggang kuda milik Abu Thalhah yang berkalung pedang di lehernya. Beliau pun bersabda, “Kalian belum terjaga, kalian belum terjaga” (HR. Bukhari, Muslim, dan Turmudzi) (Al-Mishri, 2014: 11).
Rasulullah saw adalah seorang pendidik. Rasulullah saw telah mendefiniskan tugas asasinya, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk memberi pengajaran”. Al-Quran al-Karim dengan sangat tegas juga menyebut tugas asasi Rasulullah saw ini dalam firman-Nya,
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S. Al-Jum’ah [62]: 2).
Ayat ini menyebutkan bahwa tugas Rasulullah saw adalah mengajar, mendidik, mengajarkan Al-Kitab dan hikmah, serta mendidik orang berdasarkan keduanya. Sebagian terbesar kehidupan Rasul saw dihabiskan untuk ini, karena dari hal inilah segala kebaikan akan lahir (Hawwa, 2002: 212).
Rasulullah saw adalah orang yang rendah hati dan bersahaja. Dalam kitab Bathalul Abthaal, penulisnya mengatakan, “Sifat yang dimiliki seorang pahlawan terdepan, dari dulu hingga kini masih hidup, jelas sepanjang sejarah kepribadiannya yang mulia yaitu kesahajaan dan kerendahan hati. Dengan keduanya Muhammad saw menjadi contoh nyata, seorang yang mulia, yang lahir dari lubuk hatinya dan tidak dibuat-buat dengan cara menipu. Muhammad adalah kesahajaan yang menjelma dalam bentuk manusia, lahir dari lubuk hatinya yang paling dalam. Menghapus gemerlapnya pemimpin dari kerajaan, perhiasan dan kepongahan, serta ucapan dan perbuatan yang menipu manusia. Muhammad adalah seorang yang dekat, mudah, dan bersahaja. Mengunjungi orang-orang yang terjauh dan yang terdekat, sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnya, anggota keluarganya. Menemui delegasi-delegasi dari berbagai Negara tanpa dibuat-buat atau bersandiwara, tetapi dengan sebenarnya, tanpa bersandiwara (Hawwa, 2002: 181).
Demikian tulisan singkat yang memotret tentang keluhuran akhlak dan kepribadian Rasulullah Muhammad saw. Dengan membaca sejarah kehidupan beliau yang penuh hikmah semoga kita dapat meneladani akhlak mulia beliau. Marilah kita selalu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa shallaita ‘alaa aali ibraahim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarakta ‘alaa aali ibraahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.” []
Referensi
Al-Mishri, S. M. (2014). Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup Manusia Mulia. Surakarta: Tinta Medina.
Hasani an-Nadwi, A. H. al-Ali. (2020). Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: DIVA Press.
Hawwa, S. (2002). Ar-Rasul Muhammad Saw. Surakarta: Media Insani Press.
Hitti, P. K. (2018). A Short History of The Arabs: Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam (Terjemahan dari The Arabs: A Short History diterbitkan MacMillan, London, 1960). Jakarta: Qalam.
King, J. C. (2008). Revolusi Kepemimpinan: Everyday Greatness. Jakarta: KJL Press.
Menzies, A. (2015). History of Religion: Sejarah Kepercayaan dan Agama-Agama Besar Dunia (Terjemahan dari History of Religion, diterbitkan New York Charles Scribner’s Son, New York, 1895). Yogyakarta: Penerbit INDOLITERASI.
Kamis, 07 Agustus 2025
RELIGIUSITAS KIMIA
RELIGIUSITAS KIMIA
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.*)
Kimia merupakan bidang ilmu alam (sains) yang khusus mengkaji sifat materi dan perubahannya serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Sifat materi ditentukan oleh susunan dan komposisi unsur-unsur penyusunnya. Perubahan materi yang menyangkut perubahan struktur dan komposisi unsur-unsur penyusunnya disebut reaksi kimia.
Reaksi kimia selalu diikuti dengan perubahan energi yang terkandung dalam materi tersebut. Jumlah kandungan energi dalam suatu materi dikenal dengan istilah entalpi (H). Setiap reaksi kimia yang terjadi pada suatu materi akan selalu diikuti dengan terjadinya perubahan entalpi yang disebut perubahan entalpi reaksi (∆H reaksi). Entalpi suatu materi tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi.
Perubahan entalpi materi saat mengalami perubahan (reaksi kimia) tidak merepresentasikan jumlah total kandungan entalpi dalam materi. Perubahan entalpi hanya merepresentasikan sebagian dari kandungan entalpi materi. Para ilmuwan mampu menghitung besarnya perubahan entalpi suatu materi yang terjadi saat materi mengalami reaksi kimia. Tetapi berapa total besarnya entalpi yang terkandung dalam materi tidak dapat dihitung dengan pasti.
Dengan menggunakan metode pendidikan Qur'ani yaitu metode Amtsal, maka guru kimia dapat memanfaatkan konsep entalpi dan perubahan entalpi untuk mengajarkan nilai-nilai karakter religius. Materi di alam semesta juga mengandung nilai-nilai religius karena sifat-sifat pada materi di alam semesta adalah titipan dari Tuhan untuk dipelajari hamba-hamba-Nya yang mau memikirkan dan merenungkan alam ciptaan-Nya.
Metode Amtsal merupakan salah satu dari banyak jenis metode pendidikan Qur'ani yang memiliki potensi untuk dapat dipergunakan dalam membelajarkan pendidikan karakter religius dalan proses pembelajaran kimia. Dengan cara berpikir analogi, maka nilai-nilai karakter religius yang terkandung (tersirat) dalam proses reaksi kimia dapat diungkap. Ditambah dengan menggunakan metode Ibrah Mauidzah melalui proses perenungan (contemplation) terhadap fenomena alam terjadinya reaksi kimia, siswa dapat dilatih untuk belajar menemukan hikmah atau ibrah kebaikan dari setiap iradah (kehendak) Tuhan yang dititipkan pada fenomena reaksi kimia.
Topik perubahan entalpi reaksi kimia suatu materi dapat dikaitkan dengan karakter transformasi diri menjadi pribadi yang berkualitas. Kandungan entalpi dalam suatu materi dapat dianalogikan dengan potensi yang tersimpan dalam diri seseorang. Tuhan membekali setiap hamba-Nya kemampuan yang luar biasa tetapi dalam bentuk potensi diri. Besarnya potensi diri dalam diri seseorang tidak dapat ditentukan dengan pasti. Yang dapat ditentukan atau diketahui adalah perubahan potensinya. Perubahan potensi diri hanya akan terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas belajar. Ketika seseorang melakukan aktivitas belajar, maka akan terjadi perubahan potensi yang dapat diketahui, yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, perubahan dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, siswa akan terbangun kesadaran spiritualnya bahwa di balik setiap fenomena dan peristiwa di alam semesta terkandung pesan pelajaran berharga dari Tuhan yang Maha pencipta. Sehingga melalui proses pembelajaran kimia yang berorientasi karakter religius tersebut, diharapkan siswa akan memiliki pemahaman yang utuh tentang materi kimia, yaitu pemahaman materi kimia dan pesan-pesan Ilahi yang tersirat di dalamnya.
Melalui penggunaan metode Amtsal dan metode Ibrah Mauidzah yang merupakan pendidikan Qur'ani ke dalam proses pembelajaran kimia, maka pembelajaran kimia dapat dipergunakan sebagai sarana mengajarkan karakter religius. Hal ini sesuai paradigma "Education Through Chemistry", yakni mendidik melalui kimia. Dalam paradigma ini, kimia bukan sebagai objek pendidikan tetapi sebagai media atau sarana mendidik. Dalam proses pembelajaran, guru selain mengajarkan kimia sebagai materi ajar juga sekaligus sebagai sarana mengajarkan karakter religius yang terkandung (tersirat) di dalam konsep dan proses kimia ke siswa.
Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia dapat digunakan sebagai sarana untuk membelajarkan nilai-nilai karakter religius dengan menggunakan metode pendidikan Qur'ani. Dengan melatih siswa untuk selalu memikirkan hikmah atau ibrah yang terkandung di balik setiap proses kimia, maka akan terbangun dalam diri siswa kesadaran spiritual tentang keberadaan Tuhan sang Maha pencipta. Dengan diulang-ulang terus menerus di setiap proses pembelajaran kimia, maka akan terbentuk siswa-siswi yang unggul dalam penguasaan ilmu sains dan santun dalam sikap dan perilaku. Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengajarkan kimia yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter religius adalah model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur'ani (CTS-Q). []
Gumpang Baru, 07 Juli 2025
_______________________________________
*) Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah dosen di Progam Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, Alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’an (CTS-Q).
Selasa, 29 Juli 2025
MODEL PEMBELAJARAN CHEMISTRY, TECHNOLOGY AND SOCIETY BERORIENTASI PENDIDIKAN QUR’ANI (CTS-Q) (Part 1)
MODEL PEMBELAJARAN CHEMISTRY, TECHNOLOGY AND SOCIETY BERORIENTASI PENDIDIKAN QUR’ANI (CTS-Q)
(Part
1)
Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.*)
Model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’an atau
disingkat model pembelajaran CTS-Q dikembangkan oleh Dr. Agung Nugroho Catur
Saputro, M.Sc. pada tahun 2025. Agung adalah seorang dosen di Program Studi Pendidikan Kimia
FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Agung menyelesaikan pendidikan
doktornya di Program Studi Doktor Pendidikan Kimia, Departemen Pendidikan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Model pembelajaran CTS-Q merupakan produk
penelitian disertasinya yang berjudul “Pengembagan Model Pembelajaran
Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) untuk
Meningkatkan Sikap Religius dan Radiant
Thinking Siswa SMA/MA” di bawah bimbingan supervisor Prof. Dr. Nurfina
Aznam, SU., Apt selaku Promotor dan Prof. Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc. selaku
Kopromotor.
Pengembangan model
pembelajaran Chemistry, Technology, and
Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) bertujuan untuk menghasilkan
model pembelajaran kimia yang mengintegrasikan karakter religius (karakter
Qur’ani) ke dalam proses pembelajaran kimia dengan mengadopsi pendekatan Science, Technology, and Society (STS) sebagai
representasi pembelajaran sains, metode pendidikan Qur’ani sebagai dasar
mengintegrasikan karakter relegius, dan radiant
thinking sebagai kemampuan berpikir asosiasi yang merepresentasikan
bagaimana cara kerja otak manusia bekerja saat berpikir.
Pengembangan model
pembelajaran Chemistry, Technology, and
Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) ditujukan untuk dapat
diimplementasikan pada proses pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas
berbasis agama Islam seperti MA, SMAIT, dan SMA di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Agama Islam, di mana peserta didiknya memperoleh pembelajaran mata pelajaran
agama Islam melebihi kurikulum mata pelajaran agama Islam menurut kurikulum
nasional.
Pengembangan model
pembelajaran kimia yang terintegrasi karakter religius sangat penting dilakukan
karena masih minimnya metode pembelajaran yang mengintegrasikan karakter
religius dalam pembelajaran kimia (Saputro et al., 2022). Model pembelajaran Science Technology Society (STS) menjadi
representasi dari karakteristik pembelajaran kimia yang mengakomodir komponen
sains, teknologi dan masyarakat. Metode pendidikan Qurani menjadi basis metode
pembelajaran untuk mengajarkan nilai-nilai karakter religius. Sedangkan
berpikir secara radiant thinking
merepresentasikan cara berpikir yang sesuai abad 21 yang menuntut kemampuan
berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Radiant
thinking mampu mendorong peserta didik berpikir secara kritis, analitis,
kreatif, dan inovatif (Balım
et al., 2006). Proses belajar secara radiant thinking dilaksanakan dengan
menggunakan metode Mind Map Based
Learning (MMBL) dengan menggunakan teknik Mind Map.
Tujuan model pembelajaran
Chemistry, Technology and Society
Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) bertujuan untuk:
1. Melatih
peserta didik mengenali berbagai
permasalahan nyata kehidupan berkaitan dengan pengaruh penerapan sains
dan teknologi terhadap masyarakat yang
bisa diselesaikan dengan menggunakan konsep ilmu kimia.
2. Membekali
peserta didik keterampilan menyelesaikan permasalahan nyata kehidupan yang
berkaitan dengan penerapan konsep dan teknologi
kimia dalam kehidupan sehari-hari dan dampaknya terhadap kehidupan
masyarakat.
3. Membentuk
peserta didik yang berakhlak dan berkarakter baik (moral character dan performance character) berlandaskan
nilai-nilai kebajikan ajaran agama.
4. Membentuk
peserta didik yang mampu memaksimalkan fungsi kerja otaknya dengan berpikir
secara radiant thinking.
5. elatih
peserta didik mampu menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
yang meliputi berpikir kreatif, kritis dan analitis.
6. Membekali
peserta didik dengan pengetahuan yang komprehensif tentang konten materi
pelajaran dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Prinsip dalam model pembelajaran Chemistry, Technology and Society
Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) adalah:
1. Setiap
proses kimia yang terjadi di alam mengandung ibrah/hikmah kebaikan yang
merupakan pelajaran berharga dari Allah
SWT yang disampaikan secara tersirat.
2. Peserta
didik sebagai makhluk Allah SWT yang diberi akal berkewajiban mengeksplorasi
dan mengungkap pesan-pesan tersirat yang terkandung di balik proses kimia di
alam.
3. Memaksimalkan
potensi kerja otak melalui berpikir secara radiant thinking.
4. Menggunakan
otak kanan dan otak kiri secara sinergis untuk memaksimalkan potensi diri.
5. Peserta
didik adalah makhluk pendidikan yang memiliki potensi dan kemampuan untuk
belajar dan mengembangkan kemampuan diri.
6. Setiap
materi pelajaran diarahkan untuk mengajarkan karakter yang baik berdasarkan
filosofi education through chemistry.
Manfaat penggunaan model pembelajaran Chemistry, Technology and Society
Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q) adalah:
1. Peserta
didik mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang materi pelajaran mencakup
pengetahuan dan sikap religius.
2. Peserta
didik terbiasa berpikir secara radiant thinking sehingga mendorong terbentuknya
sikap kritis, analitis, dan kreativitas.
3. Peserta
didik mendapatkan pengalaman tentang bagaimana memandang sesuatu secara positif
melalui pencarian ibrah/hikmah di balik setiap peristiwa yang terjadi.
____________________________________
*) Dr.
Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah dosen di Progam Studi Pendidikan Kimia
FKIP Universitas Sebelas Maret, Doktor alumni Program Studi Doktor Pendidikan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society
Berorientasi Pendidikan Qur’an (CTS-Q).
Postingan Populer
-
Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Manusia adalah makhluk yang mendapatkan karunia keistimewaan dari Allah swt. Keistimewaan te...
-
Catatan Kehidupan (79) BERBUAT SALAH DAN MEMINTA MAAF Oleh: Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. Setiap orang pasti pernah melakukan kesal...
-
Sumber gambar : Dokumen pribadi penulis Oleh : Agung Nugroho Catur Saputro Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti proses asesmen se...






