Powered By Blogger

Selasa, 29 November 2022

DINAMIKA KEHIDUPAN BERKELUARGA


DINAMIKA KEHIDUPAN BERKELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kehidupan berkeluarga ada dinamikanya. Terkadang masalah kecil bisa menjadi masalah besar, dan sebaliknya masalah besar bisa menjadi masalah kecil. Semuanya bergantung pada bagaimana anggota keluarga tersebut menyikapi setiap masalah yang dihadapinya.

Selain itu kondisi keluarga juga dipengaruhi oleh mindset atau pola pikir anggota keluarga tersebut tentang konsep keluarga. Ketika anggota keluarganya memiliki pola pikir yang positif (growth mindset), maka setiap muncul masalah akan selalu ketemu solusinya. Mengapa? Karena setiap ada masalah, semua anggota keluarga bukan saling menyalahkan satu sama lain tetapi justru bekerja sama mencari solusinya. Inilah ciri keluarga growth mindset.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, setiap anggota keluarga harus memiliki kesamaan visi, misi, dan tujuan. Konsep kehidupan keluarga harus dirumuskan bersama-sama oleh anggota keluarga. Dengan demikian tidak akan terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu masalah yang muncul dalam keluarga. Hal itu disebabkan karena setiap anggota keluarga mengetahui tujuan yang mau dituju oleh keluarga.

Penting disadari setiap keluarga bahwa tidak ada tujuan individu anggota keluarga, melainkan yang ada adalah tujuan keluarga. Konsep kehidupan keluarga seperti inilah yang InsyaAllah akan menghasilkan kehidupan keluarga yang rukun, harmonis, damai, tenteram, dan bahagia. Oleh karena itu penting sekali adanya komunikasi dan diskusi  dalam keluarga secara periodik.

Seperti yang saat ini saya alami. Kondisi saya saat ini  sedang sakit pasca menjalani operasi Fistula Ani. Sudah hampir satu bulan saya hanya bisa bed rest di rumah dan menjalani perawatan intensif oleh tenaga medis. Saya harus menjalani perawatan intensif oleh tenaga medis karena kesembuhan penyakit Fistula Ani saya sangat bergantung pada proses perawatan luka pasca operasi. Ketidaktepatan dan keteledoran dalam merawat luka bekas operasi yang tidak dijahit bisa berakibat fatal yaitu gagalnya proses penyembuhan dan penyakit Fistula Ani bisa kambuh kembali.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, makanya untuk perawatan luka pasca operasi saya lebih memilih membayar seorang perawat RS untuk datang ke rumah setiap hari untuk merawat luka saya. Saya tidak mau mengambil risiko dengan melakukan perawatan sendiri. Perawat tersebut adalah tenaga medis di ruang bedah RS yang ikut menangani proses operasi saya sehingga dia tahu betul bagaimana harus merawat luka saya. Dia selalu mengkomunikasikan perkembangan luka saya ke dokter bedah yang mengoperasi penyakit Fistula Ani saya.

Fistula Ani adalah jenis penyakit yang sangat mengganggu, menurunkan kualitas hidup karena setiap saat bisa kambuh dan terasa sangat menyakitkan, dan tidak mudah disembuhkan. Hanya melalui proses operasi yang tepat oleh dokter bedah yang ahli dan perawatan luka pasca operasi yang tepat pula yang akan mampu menyembuhkan dan penyakit Fistula Ani yang diderita tidak akan kambuh lagi.

Operasi Fistula Ani dilakukan dengan cara menyayat kulit untuk membuka permukaan luar Fistula, kemudian jaringan daging tempat tumbuhnya Fistula dikerok ke dalam sampai pusat tumbuhnya Fistula dengan ukuran dan kedalaman penyayatan mengikuti ukuran dan bentuk saluran Fistula. Pasca operasi, luka tidak dijahit tetapi dibiarkan terbuka. Rongga luka diisi kasa steril (tampon) yang diberi cairan Betadine kemudian diperban. Setiap hari luka dibersihkan, kasa diambil dan diganti kasa baru. Demikian dilakukan terus-menerus sampai tumbuh jaringan baru dan rongga luka menutup sendiri dari dalam. Saat penggantian kasa itulah terasa sangat menyakitkan. Setiap hari saya harus minum obat penghilang nyeri dan antibiotik karena luka bekas operasi masih sering terasa nyeri dan keluar darah.

Sudah banyak orang yang menderita penyakit Fistula Ani selama bertahun-tahun dan bahkan ada yang sampai  puluhan tahun. Mereka sudah menempuh berbagai metode pengobatan, termasuk metode operasi. Ada yang sampai operasi tiga kali dan menghabiskan biaya ratusan juta rupiah baru bisa sembuh. Banyak orang penderita Fistula Ani yang hampir putus asa dan pasrah menjalani hidup dengan penderitaan rasa sakit yang sangat menyakitkan ketika penyakit tersebut kambuh.

Begitulah yang saya alami selama beberapa tahun ini. Saya hanya bisa menangis di tempat tidur ketika penyakit tersebut sedang kambuh dengan parah dan sekuat tenaga menahan rasa sakit menyayat-nyayat yang datang menyerang secara terus-menerus setiap detiknya selama beberapa jam hingga terkadang seharian. Kondisi sakit yang sangat mengganggu tersebut saya alami rata-rata setiap dua hari sekali dan terkadang setiap hari ketika kondisi saya sedang kurang fit. Sebelum operasi, saya benar-benar harus bersahabat dengan rasa sakit karena Fistula saya bisa kambuh sewaktu-waktu.

Oleh karena itu, pasca operasi Fistula Ani ini, saya benar-benar menjalani masa perawatan dengan intensif dan penuh kehati-hatian. Saya sangat berharap proses penyembuhan penyakit Fistula Ani saya berhasil dan tidak kambuh lagi. Saya sudah lama sangat menderita ketika Fistula kambuh dan pernah hampir putus asa karena penyakit tersebut.

Karena kondisi saya saat ini sedang menjalani masa perawatan intensif pasca operasi, maka beberapa peran yang selama ini saya jalankan di keluarga terpaksa harus diambil alih atau digantikan oleh anggota keluarga yang lain. Misalnya biasanya kalau hari libur saya mencuci mobil, sekarang anak yang menggantikan mencuci mobil. Biasanya saya yang menyopiri jika bepergian pakai mobil, sekarang gantian istri yang menyopiri setiap saya kontrol ke dokter. Biasanya setiap weekend kami sekeluarga pergi makan di luar dan pergi ke kids fun untuk menyenangkan si kecil, sekarang si kecil tidak minta pergi ke kids fun karena tahu papinya sedang sakit dan rela menunggu sampai papinya sembuh. Setiap pagi biasanya saya memanaskan mobil, sekarang rutin istri yang memanaskan mobil. Dan lain sebagainya.

Selama saya bed rest hampir satu bulan ini, peran istri dalam keluarga memang menjadi lebih dominan. Selain peran yang sudah biasa dilakukan istri, seperti mencuci baju, menyeterika pakaian, memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarga, antar jemput si kecil ke sekolah, dan pergi ke rumah orang tua membantu keperluan hidup mereka, sekarang istri juga tambah mengurusi keperluan saya selama sakit seperti menyiapkan menu makanan sesuai rekomendasi dokter, menyiapkan obat yang harus rutin saya minum, membantu saya mandi, menyiapkan pakaian ganti saya, dan lain sebagainya.

Demikianlah bagaimana keluarga kami menjalani kehidupan berkeluarga. Kami berusaha agar kehidupan keluarga tetap berjalan normal dengan cara bergantian mengambil alih peran selama saya sakit. Semoga ikhtiar saya untuk sembuh dari penyakit Fistula Ani yang sudah beberapa tahun saya derita ini diridhai Allah Swt dan saya bisa benar-benar sembuh. Aamiin yaa robbal'aalamiin. []

 

Gumpang Baru, 30 November 2022

Selasa, 22 November 2022

PAHLAWAN PENERUS BANGSA YANG KREATIF

 

Sumber Gambar : https://www.liputan6.com/news/read/2362403/beragam-gelar-pahlawan-di-indonesia

PAHLAWAN PENERUS BANGSA YANG KREATIF

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 


“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”, demikian ucapan sang Proklamator Indonesia bapak Ir. Soekarno (Anonim, 2015). Benar sekali apa yang dikatakan oleh bnng Karno tersebut, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa pahlawannya. Siapakah yang dimaksud dengan pahlawan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan didefiniskan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Dari definisi ini, maka dapat kita pahami bahwa yang dimaksud dengan pahlawan bangsa Indonesia adalah orang-orang yang telah berjuang dengan penuh keberanian dan mengorbankan diri untuk memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah. Mereka para pahlawan kusuma bangsa itulah yang telah berjasa sangat besar untuk bangsa Indonesia.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghormati para pahlawannya yang telah rela berkorban dan berjuang demi meraih kemerdekaan bangsanya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu betapa besarnya pengorbanan yang telah dilakukan para pahlawannya yang telah rela dan tidak berharap apapun selain demi tercapainya kemerdekaan dan kedaulatan bangsa tercintanya. Maka, kurang apa lagi yang kita harapkan dari pahlawan bangsa ini jika mereka telah mengorbankan segala-segalanya demi bangsa ini?

Apakah tidak patut jika mereka mendapatkan penghormatan dari kita semua? Jika masih ada di antara kita yang mempertanyakan apa jasa para pahlawan, lihatlah pada diri kita, nikmat kemerdekaan yang bagaimana lagi yang kita inginkan sedangkan di masa hidupnya para pahlawan bangsa tersebut justru menghabiskan hidupnya untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa dan tidak sempat menikmati hasil perjuangannya. Justru kita lah yang sejak lahir tidak pernah berjuang malah menikmati kemerdekaan. Maka sudah sepatutnya kita yang menikmati hasil perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa mereka. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan pendiri bangsa Indonesia?

Para pahlawan dulu berjuang dan rela mengorbankan apapun termasuk hidupnya hanya demi meraih kemerdekaan tanah airnya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus meneruskan perjuangan mereka dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Kita juga harus mau berkorban demi kemajuan bangsa Indonesia. Jika dulu para pahlawan berjuang meraih kemerdekaan dengan mengangkat senjata di medan perang, maka kita sekarang berjuang mengisi  kemerdekaan dengan menggunakan segenap kompetensi dan skill kita untuk memajukan bangsa Indonesia. Kita harus mengusung semboyan “Jangan berpikir apa yang telah diberikan bangsa ini  untuk kita, tetapi berpikirlah apa yang bisa kita berikan untuk bangsa ini”. Semboyan ini harus merasuk ke dalam diri  kita karena kita telah mewarisi kemerdekaan hasil usaha dan perjuangan para pahlawan bangsa. Tugas kita hanyalah menikmati dan mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan usaha kreatif dan inovatif untuk memajukan dan meningkatkan kemakmuran bangsa. Mewujudkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera merupakan wujud menghormati jasa para pahlawan bangsa.

Di dunia ini ada dua jenis negara maju. Jenis negara maju pertama adalah negara maju karena kekayaaan sumber daya alamnya. Contohnya adalah negara-negara Arab di Timur Tengah yang maju dan kaya raya karena memiliki cadangan minyak bumi yang melimpah. Jenis negara maju kedua adalah negara maju karena warga negaranya mempunyai daya kreativitas dan inovasi yang tinggi, khususnya dalam bidang penguasaan sains dan teknologi. Contoh negara jenis kedua ini adalah negara-negara maju di benua Eropa dan beberapa negara maju di benua Asia seperti Jepang, China dan Korea Selatan. Negara maju jenis pertama tidak akan mampu bertahan selamanya, karena suatu saat nanti kemajuan dan kekayaan negara jenis ini akan hilang ketika kekayaan alamnya telah habis. Kemajuan negara jenis pertama ini bersifat sementara jika hanya mengandalkan kelimpahan kekayaan sumber daya alam yang sewaktu-waktu bisa habis. Berbeda halnya dengan negara maju jenis kedua yang mengandalkan sumber daya manusianya yang kreatif dan inovatif. Negara maju jenis kedua ini akan bertahan lama terkecuali generasi penerus bangsanya tidak bisa mewarisi daya kreativitas dan inovasi para pendahulunya. Ketika warga negara suatu bangsa mengalami kemunduran dalam semangat menuntut ilmu, berkreasi, dan berinovasi, maka suatu saat nanti bangsa tersebut akan mengalami kemunduran peradaban yang signifikan.

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan sejahtera. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan jumlah sumber daya  manusia yang besar, bangsa Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara maju dan kuat perekonomiannya. Sejarah telah membuktikan bagaimana kreatifnya orang-orang Indonesia zaman dulu. Bangsa Indonesia memiliki sejarah masa lalu tentang bagaimana para nenek moyangnya kreatif menaklukan dan mengolah alam untuk mendukung kehidupannya hingga membentuk sebuah peradaban yang maju. Adanya peninggalan candi Borobudur yang begitu megah dan mengesankan membuktikan bahwa betapa kreatifnya bangsa Indonesia di masa lalu. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional, khususnya pendidikan tinggi harus berbenah diri dan berubah mindset-nya dari menghasilkan lulusan calon tenaga kerja menjadi menghasilkan lulusan-lulusan yang kreatif dan kompeten yang mampu menciptakan inovasi-inovasi baru. Sudah waktunya -jika tidak mau dikatakan terlambat- bangsa Indonesia bangkit dan memajukan kreativitas sumber daya manusianya (Purba et al., 2022).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita garis bawahi bahwa bangsa Indonesia sangat membutuhkan sumbangsih dan kontribusi positif dari setiap warga negaranya untuk turut serta memajukan dan mensejahterakan bangsanya. Untuk mampu membawa kemajuan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia, maka setiap warga negara harus memiliki semangat menuntut ilmu, semangat bekerja keras, dan memiliki daya kreativitas dan inovasi yang tinggi. Kemampuan kreativitas dan inovasi yang tinggi akan mampu mendorong terciptanya ide, gagasan, pemikiran dan teknologi yang baru yang dapat mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Kreativitas bukanlah bakat bawaan sejak lahir, tetapi sebuah kemampuan yang dapat dipelajari dan juga dibelajarkan. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang kreatif dengan melatih dan membiasakan berpikir dan berperilaku kreatif. Para pahlawan pendiri bangsa memang telah tiada, tetapi bangsa Indonesia untuk dapat tetap berdiri hingga di masa depan sangat membutuhkan jasa para pahlawan penerus bangsa. Maka, marilah kita menjadi pahlawan-pahlawan penerus bangsa di masa depan dengan ikut aktif membangun dan memajukan bangsa Indonesia melalui peran aktif dan berkontribusi positif  melalui kompetensi, keahlian dan profesi kita masing-masing. Setiap kita bisa menjadi pahlawan bagi kemajuan bangsa Indonesia. []

 

Gumpang Baru, 23 November 2022

KARYA BUKU SOLO DI AKHIR TAHUN 2022

 


KARYA BUKU SOLO DI AKHIR TAHUN 2022

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak bertemu dengan Prof Dr. Ngainun Naim di Pelatihan Menulis Buku Ajar (PMBA), sebuah pelatihan online berbasis aplikasi Telegram yang diinisiasi oleh ibunda Dr. Amie Primarni melalui Yayasan Matapena School di tahun 2017 yang lalu, saya berusaha mengaplikasikan ilmu menulis yang beliau ajarkan, yaitu menulis setiap hari.

Salah satu ilmu menulis yang sangat penting bagi saya yang diajarkan oleh Prof Ngainun Naim adalah menulis sebagai Klangenan, yang maknanya menjadikan aktivitas menulis bagaikan sebuah Klangenan atau kesenangan. Menurut saya, "Menulis sebagai Klangenan" merupakan sebuah filosofi menulis yang luar biasa dan tidak biasa. Mengapa? Karena sudah umum dibenarkan banyak orang bahwa menulis itu sulit dan berat. Jadi menjadikan kegiatan menulis sebagai aktivitas yang menyenangkan itu adalah sesuatu yang sulit dan tidak masuk akal.

Setelah mencoba menerapkan ilmu menulis dari Prof Ngainun Naim tersebut selama beberapa waktu, saya mulai merasakan manfaatnya. Ketika awalnya saya memaksakan diri untuk menulis setiap hari, maka selanjutnya saya kecanduan untuk menulis setiap hari. Saya merasakan nikmat dan bahagia ketika selesai menulis. Saya menuliskan apapun ide tulisan yang muncul di pikiran, termasuk tulisan-tulisan sederhana dan bahkan sekadar menceritakan kejadian sehari-hari yang menurut saya ada hikmah yang bisa diambil.

Salah satu tema tulisan yang saya hasilkan adalah tulisan-tulisan terkait pendidikan. Saya tidak melulu menulis tema pendidikan yang berat-berat yang memerlukan referensi jurnal ilmiah. Saya terkadang juga menulis tema pendidikan yang ringan-ringan saja, misalnya seperti tema tentang rak buku khusus untuk putri kecilku yang mulai tertarik dengan buku.Tema seperti ini sangat sederhana tetapi bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua tentang bagaimana membangun dan mengenalkan budaya membaca di lingkungan keluarga.

Beberapa waktu yang lalu, saya mencoba membuka-buka kembali arsip kumpulan tulisan harian saya tentang pendidikan. Ternyata jumlah tulisannya cukup banyak. Maka kemudian saya berencana untuk menyatukan tulisan-tulisan tersebut menjadi satu dokumen dalam bentuk buku. Dengan menjadikannya menjadi buku, tulisan-tulisan lepas tersebut dapat tersusun lebih rapi dan sistematis.


Setelah tersusun menjadi satu file buku, saya merancang judul calon buku, menuliskan kata pengantar dan daftar isi. Setelah semua proses penyusunan draft buku tersebut telah selesai, barulah saya menghubungi penerbit buku untuk menerbitkan buku saya tersebut.

Setelah beberapa waktu, penerbit melaporkan progres penerbitan buku dengan mengirimkan file buku hasil layout untuk dicek penulis dan draft desain cover buku. Setelah mengecek kembali draft buku dan memberikan catatan-catatan revisi, file buku saya kirimkan kembali ke pihak penerbit. Beberapa waktu kemudian, penerbit mengirimkan lagi draft buku yang sudah diperbaiki. Setelah saya mengecek lagi dan menyatakan sudah benar, maka draft buku tersebut dinyatakan final. Sekarang proses penerbitan buku saya tersebut sedang tahap proses pengajuan ISBN ke perpusnas. Semoga sebelum berakhirnya tahun ini, buku saya tersebut sudah bisa terbit dan menjadi karya buku solo saya di akhir tahun 2022. Amin. []

 

Gumpang Baru, 22 November 2022.

 

Senin, 21 November 2022

PERJUANGAN DAN PENGORBANAN

 PERJUANGAN DAN PENGORBANAN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Setiap keinginan harus ada perjuangan. Setiap pilihan dalam kehidupan ini selalu ada konsekuensinya. Setiap keputusan yang diambil harus siap dengan akibatnya. Dalam kehidupan ini terkadang memerlukan pengorbanan. Demikian pula dengan apa yang terjadi pada diri saya beberapa waktu ini.

Sebulan yang lalu penyakit Fistula Ani saya kembali kambuh dengan cukup parah. Setiap hari kambuh dan saya merasakan rasa nyeri yang menyayat-nyayat. Rasa sakit tersebut sangat mengganggu aktivitas saya. Saya sebenarnya sudah bertahun-tahun terbiasa dengan rasa sakit akibat kambuhnya penyakit saya tersebut. Tetapi yang terjadi selama sebulan yang lalu benar-benar membuat saya tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya berbaring di tempat tidur menahan rasa sakit menyayat yang berlangsung selama beberapa jam hingga seharian.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya, akhirnya saya mengiyakan saran istri untuk memeriksakan diri ke dokter. Sebenarnya saya sedikit ragu-ragu pergi ke dokter lagi karena dulu sudah pernah dioperasi dokter bedah. Tetapi istri meyakinkan saya dengan pertimbangan siapa tahu ada cara baru untuk mengobatinya, maka saya bersedia periksa ke dokter bedah.

Setelah bertemu dengan dokter bedah dan beliau memeriksa sakit saya, beliau langsung mengatakan bahwa untuk bisa sembuh maka harus dioperasi. Beliau menjelaskan proses operasinya dan menyatakan bahwa sakitnya itu setelah operasi karena nanti luka bekas operasinya tidak dijahit. Daerah tempat tumbuhnya Fistula dikerok dagingnya, kemudian diisi dengan kain kasa (tampon) dan diperban. Setiap hari isian kain kasa diganti dan luka dibersihkan. Ketika proses pembersihan luka dan penggantian kain kasa itulah yang terasa sangat menyakitkan. Saya harus sabar menahan rasa sakit tersebut. Dokter menanyakan kembali, apakah saya mau dioperasi atau tidak? Mau pilih sakit terus atau sakit sebentar (beberapa Minggu) tapi kemudian sembuh?

Awalnya saya agak ngeri juga mendengarkan penjelasan dokter tentang proses operasinya. Saya membayangkan betapa sakitnya nanti pasca operasi. Tetapi karena sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan rasa sakit yang setiap hari menghampiri selama beberapa tahun ini, maka saya memantapkan diri untuk mau dioperasi. Saya harus berani menghadapi rasa sakit pasca operasi tersebut demi mengharapkan kesembuhan dan tidak akan merasakan kesakitan lagi seperti sekarang. Saya harus berani berkorban mengambil risiko demi kesembuhan saya.

Setelah memutuskan untuk dioperasi, dokter kemudian meminta saya menjalani tes fistulografi atau Rontgen Fistula untuk mengetahui kedalaman dan bentuk saluran Fistula yang terjadi. Saya awalnya mengira fistulografi itu hanya diambil foto Rontgen saja, tetapi ternyata perkiraan saya keliru. Saat mau dirontgen, ternyata Fistula saya disuntik untuk memasukan cairan kontras yang dapat terbaca oleh kamera Rontgen. Beberapa kali Fistula saya disuntik dan terasa sakit saat disuntik. Padahal saya sedikit trauma dengan jarum suntik karena dulu saat operasi Fistula dengan bius lokal, rasanya sakit sekali berkali-kali disuntik. Saya masih terbayang-bayang rasa sakit saat disuntik, dan sekarang kembali saya harus merasakan nyerinya saat jarum suntik menembus kulit.

H-1 hari operasi, dokter anestesi datang menemui saya untuk menanyakan besok mau dibius separo atau bius total. Tapi beliau menyarankan untuk bius separo saja karena lebih simple dan aman. Setelah beliau menjelaskan kelebihan dari bius separo, akhirnya saya mau dibius separo walaupun saya masih trauma dengan bius separo setahun lalu saat operasi batu ginjal. Saat itu, saya merasakan sakit sekali saat disuntik di tulang belakang. Sampai sekarang rasa sakit disuntik di tulang belakang masih terbayang-bayang dan menakutkan.

Malamnya saya tidak bisa tidur nyenyak karena membayangkan besok pagi akan merasakan kembali rasa sakit saat disuntik di tulang belakang. Saya sedikit stress tapi saya menguatkan diri harus berani menghadapi rasa sakit tersebut. Perjuangan saya untuk menghadapi rasa sakit masih panjang karena pasca operasi nanti rasa sakitnya akan lebih lama sebagaimana penjelasan dokter bedah sebelumnya.

Setelah operasi, setiap hari perawat RS membersihkan luka bekas operasi dan mengganti kain kasa yang dimasukan ke dalam rongga luka. Saya merasakan betul betapa sakitnya saat kain kasa diambil dan dimasukkan kembali kain kasa yang baru ke dalam rongga luka. Setiap datang waktunya ganti kain kasa, hati saya ketakutan dan trauma membayangkan rasa sakitnya. Sungguh, saya merasa ini perjuangan yang sangat berat, setiap hari harus siap menghadapi rasa sakit dan dalam jangka waktu yang lama. Setiap luka akan dibersihkan perawat, saya meminta istri mendampingi saya. Istri memeluk kepala saya dan saya memegang erat tangannya saat rasa sakit yang sangat menyayat menyerang. Muncul sedikit keberanian dan perasaan tenang saat bisa memegang tangan istri di tengah perasaan takut menghadapi rasa sakit. Setiap selesai penggantian kasa di luka bekas operasi, badan saya berkeringat, otot tubuh terasa tegang semua, dan nafas terengah-engah karena beratnya menahan rasa sakit.

Saat ini sudah hampir dua Minggu saya menjalani masa perawatan pasca operasi. Alhamdulillah sekarang rasa sakit ketika penggantian kasa sudah jauh berkurang. Walaupun tetap masih terasa sakit, tapi rasa sakitnya masih bisa saya toleransi. Memang masih ada cairan darah yang keluar terus merembes menembus kain perban dan terkadang terasa nyeri di bagian luka, tetapi saya merasa kondisi kesehatan saya semakin membaik.

Untuk sementara ini saya masih bed rest karena belum bisa melakukan aktivitas yang berat. Setiap hari istri menyiapkan menu makanan bergizi yang mendukung proses penyembuhan luka. Saya sangat beruntung dan berterima kasih kepada istri tercinta yang setia mendampingi saya saat di RS dan sangat sabar merawat saya pasca operasi. Saya berharap dan berdoa semoga waktu pemulihan luka bekas operasi bisa berjalan cepat dan penyakit yang saya derita bisa benar-benar sembuh. Amin. []

 

Gumpang Baru, 16 November 2022

 

Senin, 14 November 2022

BERPIKIR UNTUK PENDIDIKAN : Renungan, Refleksi, dan Gagasan Pemikiran Seputar Pendidikan Nasional

 



BERPIKIR UNTUK PENDIDIKAN :

Renungan, Refleksi, dan Gagasan Pemikiran

Seputar Pendidikan Nasional

(Kata Pengantar)

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Pendidikan merupakan kebutuhan penting di era modern ini. Pendidikan dalam makna secara umum yaitu proses yang dialami peserta didik untuk membangun pengetahuan dan mengembangkan kompetensi dirinya. K.H.R. Zainuddin Fananie (1934) dalam bukunya Pedoman Pendidikan Modern mendefiniskan pendidikan sebagai “Segala yang dapat mempengaruhi kebaikan jiwa manusia sejak kecil hingga dewasa dan hingga menjadi orang tua” (Fananie, 2011). John A. Laska (1976) dalam buku Schooling and Education : Basic Concept and Problems merumuskan pendidikan sebagai “Upaya sengaja yang dilakukan pelajar atau (yang disertai) orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, mempengaruhi dan mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan” (Knight, 2007).

 Dilihat dari perspektif tersebut, pendidikan tidaklah terbatas pada sekolah, dan tidak juga terbatas pada kurikulum atau metodologi tradisional yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Pendidikan adalah suatu proses sepanjang hayat yang dapat mengambil tempat di berbagai lingkungan dan konteks yang tidak terbatas (Knight, 2007). Oleh karena itu, pendidikan tidak bisa hanya dibebankan kepada masyarakat jalur formal saja. Pendidikan tidak mungkin hanya dibebankan kepada pemerintah, kepala sekolah, guru, dan pengurus yayasan saja. Siapa pun di antara kita, baik yang yang berstatus sebagai guru, berstatus sebagai petani, pegawai, ibu rumah tangga, bahkan juga para peserta didik; baik di tingkat sekolah maupun di perguruan tinggi ataupun bahkan komunitas masyarakat pada jalur pendidikan non-formal; semua memiliki peluang yang sama untuk berkontribusi nyata dalam dunia pendidikan. Semuanya harus berkomitmen satu tujuan: memajukan pendidikan Indonesia (Fathani, 2020).

 Untuk memajukan pendidikan nasional diperlukan sumbangsih banyak ide, pemikiran dan gagasan-gagasan yang kreatif dan membangun dari berbagai pihak. Pikiran-pikiran yang kreatif, orisinil, tentu harus disosialisasikan kepada khalayak luas, terutama kepada para pemegang kebijakan pendidikan. Saya yakin, setiap kita -individu manusia- pasti memiliki banyak ide atau gagasan yang orisinil dan khas, dalam rangka untuk membangun Pendidikan Indonesia menjadi lebih baik, dari masa ke masa (Fathani, 2020). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka disusunlah buku ini.

 Buku yang berjudul “Berpikir untuk Pendidikan” ini sebenarnya merupakan kumpulan esai-esai yang saya tulis dan saya posting di akun media sosial Facebook dengan nama akun Agung Nugroho Catur Saputro dan blog pribadi dengan alamat https://sharing-literasi.blogspot.com. Esai-esai tersebut merupakan hasil perenungan dan pemikiran saya tentang berbagai hal seputar pendidikan. Judul buku ini terinspirasi dari judul artikel yang ditulis oleh sahabat saya Abdul Halim Fathani, S.Si.,M.Pd., dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang ketika membuatkan artikel resensi untuk buku saya yang berjudul Menggagas Pendidikan Berbasis Nilai.

 Buku ini saya susun di tengah proses berjuang menyelesaikan penulisan disertasi. Tidak mudah untuk bisa menyisihkan waktu tersendiri untuk menuliskan gagasan-gagasan dan pemikiran seputar pendidikan sementara saya harus mengalokasikan sebagian besar waktu saya untuk fokus menulis disertasi. Saya tidak akan mungkin mampu mengerjakan kedua aktivitas tersebut yang sama-sama membutuhkan waktu dan energi besar untuk mengerjakannya jika tidak ada peran keluarga. Tanpa bantuan dari keluarga saya tidak mungkin mampu melakukannya. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih kepada istri tercinta saya, Latifah Ilmiyati, S.Pd. yang sangat memahami dan memaklumi aktivitas menulis saya yang banyak menyita waktu untuk keluarga. Juga untuk kedua anak saya Muhammad Dzulfiqar Azfa Nugroho dan Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho yang selalu memberikan energi dan semangat kepada saya untuk terus berkarya.

       Last but not least, walaupun buku ini bukanlah sebuah karya masterpiece, saya tetap sangat berharap semoga karya kecil dan sederhana ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih dan kontribusi positif berupa pemikiran dan ide gagasan untuk kemajuan pendidikan nasional dan kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya. Amin.

 

Referensi

Fananie, K.H.R.Z. (2011) Pedoman Pendidikan Modern. Surakarta: Tinta Medina.

Fathani, A.H. (2020) Berpikir untuk Pendidikan | TIMES Indonesia, Times Indonesia. Available at: https://www.timesindonesia.co.id/read/news/287133/berpikir-untuk-pendidikan- (Accessed: 26 October 2022).

Knight, G.R. (2007) Filsafat Pendidikan [Translated from Issues and Alternatives in Educational Philosophy by George R. Knight]. Yogyakarta: Gama Media.

 

Postingan Populer