Powered By Blogger

Jumat, 23 Juni 2023

MENULIS DAN SEMANGAT PERBAIKAN DIRI


MENULIS DAN SEMANGAT PERBAIKAN DIRI

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak keberadaan internet, perkembangan teknologi media sosial online begitu pesatnya. Hampir setiap orang memiliki akun media sosial, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu akun. Kemajuan teknologi media sosial memang sangat mewarnai gaya hidup (lifestyle) orang-orang zaman sekarang.

 

Teknologi media sosial telah memberikan berbagai kemudahan bagi orang untuk melakukan berbagai aktivitas. Ada orang yang menggunakan media sosial untuk pertemanan, terhubung dengan teman-teman sekolahnya dulu, ada yang untuk bisnis (online shop), ada yang untuk berdakwah, ada yang untuk memotivasi, ada yang untuk promosi, dan ada pula yang untuk mengaktualisasikan ide/gagasan/pemikirannya sendiri.

 

Dilihat dari cara menggunakan akun media sosialnya, ada orang yang suka membagikan tulisan orang lain, ada orang yang suka memberikan komentar terhadap tulisan/berita orang lain, dan ada pula yang suka membagikan tulisannya sendiri.

 

Dilihat dari kandungan tulisan di media sosial, ada tulisan yang memotivasi, ada tulisan yang mendeskripsikan, ada tulisan yang mengajak, ada tulisan yang menggiring opini, dan lain-lain.

 

Dilihat dari muatan tulisan di media sosial, ada tulisan yang bermuatan religius, ada tulisan yang bermuatan politik, ada tulisan yang bermuatan edukasi, dan lain-lain.

 

Dilihat dari tujuan postingan tulisan di media sosial, ada tulisan yang bertujuan mengajak ke arah kebaikan, ada tulisan yang bertujuan memberikan pencerahan dan solusi terhadap suatu permasalahan, ada tulisan yang bertujuan memotivasi dan menyemangati, dan lain-lain.

 

Dilihat dari dampak yang ditimbulkan, ada tulisan yang menyejukkan dan menenteramkan hati, ada tulisan yang membangkitkan semangat, ada tulisan yang membangkitkan emosi dan kemarahan, ada tulisan yang membuat kesedihan, dan lain-lain.

 

Apapun jenis, tujuan, kandungan dan dampak dari tulisan, sebuah tulisan merepresentasikan sikap, karakter, pendapat dan pemikiran sang penulis maupun pemosting. Tulisan-tulisan atau postingan-postingan yang ditayangkan di media sosial merupakan gambaran dari sang pemosting.

 

Jika seseorang sering memosting tulisan-tulisan tentang kebaikan, menunjukkan sang pemosting tulisan adalah orang baik dan suka kebaikan. Jika seseorang sering memosting tulisan-tulisan yang mengandung unsur ujaran kebencian terhadap pihak lain, menunjukkan sang pemosting memiliki jiwa pembenci dan hatinya penuh kebencian. Jika seseorang sering memosting tulisan-tulisan yang menenangkan dan menenteramkan hati, menunjukkan sang pemosting memiliki hati dan jiwa yang tenang dan tenteram.

 

Isi postingan atau tulisan yang dibagikan seseorang merupakan gambaran nyata dari kondisi orang tersebut. Dengan menggunakan filosofi isi teko, apa yang keluar dari teko adalah merupakan isi teko tersebut. Demikian pula halnya dengan fenomena di media sosial saat ini. Apa yang keluar dari lisan/tulisan seseorang merupakan cerminan dari isi hati dan pikiran orang tersebut.

 

Berdasarkan alur pemikiran tersebut di atas, maka dapat kita pahami bahwa kemajuan teknologi media sosial saat ini telah membantu dan memudahkan kita dalam mengungkap dan mengenal karakter seseorang. Jika kita ingin mengetahui bagaimana karakter sebenarnya seseorang, maka kita tidak perlu capek-capek mencari informasi kemana-mana, tetapi kita cukup membaca profil dan riwayat postingan status di akun media sosial orang tersebut.

 

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa akun media sosial dapat diibaratkan seperti sebuah cermin yang memantulkan bayangan karakter dan sikap sebenarnya sang pemilik akun. Sebuah cermin tidak akan pernah bohong dalam menampilkan bayangan asli orang yang bercermin. Oleh karena itu, berhati-hati dan berlaku bijaklah dalam menggunakan media sosial.

 

Kemajuan teknologi media sosial sebaiknya kita manfaatkan untuk proses perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Lebih baik kita pergunakan media sosial untuk berlatih menulis untuk mengungkapkan ide, pemikiran, gagasan dan sikap pandangan hidup kita.

 

Alangkah baiknya jika kita pergunakan media sosial untuk berbagi manfaat dan menebar kebaikan untuk sesama. Kita manfaatkan media sosial untuk mewarnai dunia ini dengan beragam pemikiran dan pandangan hidup sehingga orang lain dapat memperoleh manfaat dan mengambil hikmah dari adanya beragam perbedaan pandangan dan pemikiran tentang kehidupan. Kesadaran akan adanya keberagaman pandangan hidup dan pemikiran ini akan melahirkan sikap toleransi dan saling menghormati. Tumbuh suburnya sikap toleransi dan saling menghormati di masyarakat akan dapat menciptakan tatanan kehidupan yang aman, tenang, dan tenteram.[]

 

_____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.


Kamis, 22 Juni 2023

KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS

 



 KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak menjelang akhir tahun 2022 saya menjalani operasi Fistula Ani dan perawatan luka operasi selama empat bulan. Selama empat bulan saya hanya bedrest di rumah karena luka operasi berupa luka terbuka tidak memungkinkan saya untuk beraktivitas seperti duduk maupun aktivitas lain yang lebih berat. Di samping karena luka terasa sakit jika untuk bergerak, proses penyembuhan luka operasi Fistula Ani juga memerlukan perawatan yang intensif dan hati-hati sekali karena Fistula Ani merupakan jenis penyakit yang termasuk sulit disembuhkan dan mudah kambuh. Oleh karena itu, saya tidak mau mengambil risiko dengan menganggap remeh penyakit Fistula Ani yang telah menyiksa saya selama tujuh tahun lamanya.

 

Selama tujuh tahun setiap hari saya merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat saat setiap kali penyakit Fistula Ani saya kambuh. Saya sudah sangat capek berperang melawan penyakit tersebut. Saya sangat ingin bisa segera terbebaskan dari cengkeraman siksaan penyakit menyebalkan tersebut. Makanya setelah operasi Fistula Ani tersebut, saya memilih bedrest total dan menjalani masa perawatan secara intensif dengan perawat RS yang setiap hari datang ke rumah untuk membersihkan dan merawat luka operasi saya. Masa perawatan luka operasi Fistula Ani adalah masa-masa yang sangat berat dan penuh perjuangan karena diwarnai dengan rasa sakit yang luar biasa. Perlu keberanian ekstra dan kekuatan mental yang tinggi untuk mampu melewati masa perawatan luka yang sangat menakutkan tersebut.

 

Setelah menjalani dua kali operasi Fistula Ani dengan penderitaan rasa sakit yang luar biasa selama masa perawatan dan penyembuhan, Alhamdulillah akhirnya Allah Swt memberikan kesembuhan kepada saya. Tepat empat bulan sejak operasi pertama dan dilanjutkan operasi kedua dengan melibatkan dua dokter spesialis bedah, yaitu spesialis bedah umum dan spesialis bedah digestif, luka operasi Fistula Ani saya menutup sempurna dan saya dinyatakan telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya senang dan bahagia sekali akhrnya bisa sembuh dan terbebas dari siksaan penyakit Fistula Ani. Saya sangat bersyukur kepada Allah Swt atas kemurahan-Nya menyembuhkan penyakit Fistula Ani saya yang telah bersemayam di tubuh saya selama tujuh tahunnya lamanya dan memberikan siksaan sakit menyayat-nyayat setiap harinya.

 

Baru sekitar dua minggu lebih setelah dinyatakan sembuh dari penyakit Fistula Ani oleh dokter bedah digestif dan saya merasakan nikmatnya badan sehat tanpa siksaan rasa sakit yang menyayat-nyayat setelah selama tujuh tahun tidak pernah merasakannya, ternyata Allah Swt masih ingin menguji kesabaran saya. Tiba-tiba saya merasakan rasa sakit nyeri di pinggang kanan dan ketika buang air kecil ternyata air kencingnya berwarna merah darah. Saya coba tunggu seharian, ternyata dari pagi sampai sore warna air urine tetap berwarna merah darah. Karena menduga ada sesuatu yang serius dengan tubuh saya, maka saya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis urologi di RS UNS. Dokter mendiagnosis saya mengalami sakit batu ginjal dan untuk memastikannya maka dokter merekomendasikan saya untuk melakukan tes CT-Scan.

 

Satu minggu berikutnya, setelah hasil tes CT-Scan keluar ternyata benar bahwa di saluran ginjal kanan saya terdapat endapan batu berukuran sekitar 1,2 cm x 0,77 cm. Melihat hasil tes CT-Scan tersebut, dokter kemudian merekomendasikan saya untuk menjalani tindakan operasi. Dokter juga mengatakan bahwa karena posisi batu ginjal saya agak masuk ke dalam ginjal, maka kemungkinan besar tidak bisa diambil dengan satu kali tindakan operasi. Setelah saya menyatakan siap dioperasi, maka dokter segera menjadwalkan tindakan operasi minggu berikutnya.

 

Pada hari yang dijadwalkan, saya menjalani operasi pengambilan batu ginjal dengan metode laser dan pemasangan DJ Stent (selang) pada ginjal yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Pemasangan Stent pada ginjal saya bertujuan untuk membantu melancarkan aliran urine dari ginjal ke kandung kemih karena saluran ginjal mengalami pembengkakan akibat adanya batu ginjal. Sejak operasi batu ginjal tersebut, setiap hari saya masih mengalami sakit nyeri saat dan setelah buang air kecil. Kata dokter efek pemasangan stent dalam ginjal memang akan menyebabkan rasa kurang nyaman dan sedikit sakit. Pasca operasi dengan metode laser, setelah dilakukan tes CT-Scan lagi ternyata terkonfirmasi masih ada endapan batu di ginjal. Maka satu bulan berikutnya dokter merencanakan untuk tindakan operasi kembali dengan metode berbeda.

 

Saat ini, sekitar empat bulan sejak operasi batu ginjal yang pertama, saya telah menjalani operasi batu ginjal sebanyak tiga kali dan pada operasi ketiga sekaligus dilakukan tindakan pelepasan Stent. Setelah tindakan operasi ketiga, saya merasakan kondisi badan menjadi jauh lebih nyaman. Rasa nyeri saat buang air kecil juga sudah jauh berkurang. Hanya beberapa kali badan saya masih mengalami demam dan terkadang di pinggang kanan masih terasa sensasi rasa nyeri. Selain itu, saya juga masih merasakan keluhan lain yang menjadi indikasi masih adanya batu ginjal di ginjal saya. Saat kontrol dokter yang terakhir kemarin, dokter meminta saya untuk kembali menjalani tes CT-Scan untuk memastikan apakah masih ada batu ginjal atau tidak di ginjal saya. Jika nanti ternyata masih ada batunya, maka mungkin akan dilakukan tindakan operasi kembali. Bagi saya pribadi, kembali menjalani tindakan operasi itu tidak masalah, yang penting saya segera sehat dan dapat berakitivitas normal kembali. Amin.

 

Berkaitan dengan kondisi kesehatan saya yang sedang tidak baik selama beberapa bulan tersebut, membuat saya menjadi kurang produktif dalam menulis. Karena keluhan rasa sakit setiap harinya menyebabkan saya kurang nyaman untuk duduk dan menulis. Akibatnya beberapa bulan terakhir ini, terutama selama tahun 2023 ini produktivitas saya dalam berkarya mengalami penurunan drastis. Selama tahun 2023 yang telah enam bulan berlalu, saya hampir belum menghasilkan satupun karya buku yang merupakan hasil dari menulis di tahun 2023. Tahun 2023 ini saya memang sudah menerbitkan dua buku solo dan satu buku antologi (kolaborasi) tetapi naskah buku-buku tersebut bukan hasil tulisan saya di tahun 2023 melainkan berasal dari tulisan di tahun-tahun sebelumnya. Jadi tahun 2023 ini saya sebenarnya baru sekadar merapikan tulisan lama dan menerbitkannya menjadi buku.

 

Ketika bulan Ramadan kemarin, saya berniat akan menjalankan puasa Ramadan seperti biasanya. Karena dua hari sebelum masuk bulan Ramadan saya menjalani operasi batu ginjal yang pertama, maka saya menanyakan ke dokter apakah saya boleh menjalankan puasa pasca operasi. Dokter membolehkan saya menjalankan puasa Ramadan dengan catatan tetap menjaga proporsi air minum perhari minimal 1,5 liter. Mendengar rekomendasi dokter teresebut, maka saya pun berniat dan berusaha tetap bisa menjalankan puasa Ramadan. Tetapi ternyata baru beberapa hari berpuasa, saya sudah tidak kuat karena badan merasakan nyeri sehingga harus segera minum obat penghilang nyeri yang otomatis harus membatalkan puasa. Karena sepuluh hari pertama Ramadan selalu mengalami keluhan rasa sakit, maka akhirnya saya tidak melanjutkan puasa Ramadan dan akan menggantinya di waktu lain.

 

Demikianlah kondisi kesehatan saya selama bulan Ramadan yang kurang baik sehingga tidak bisa khusyuk dalam menjalankan ibadah, khususnya puasa Ramadan. Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan saya berusaha menulis tulisan harian seputar tema puasa Ramadan. Tetapi untuk tahun 2023 ini terpaksa saya vakum dari menulis harian tema puasa Ramadan. Saya hanya menulis tema Ramadan untuk keperluan setoran wajib anggota SPK (Sahabat Pena Kita). Tetapi ketika Prof. Dr. Ngainun Naim menyebarkan undangan menulis buku antologi tema puasa Ramadan, maka saya ingin sekali bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan nulis bareng tersebut. Maka saya pun menyicil tulisan tema Ramadan di sela-sela waktu saat kondisi badan tidak sakit. Alhamdulillah sebelum batas waktu pengumpulan naskah buku tiba, saya sudah selesai menulis satu bab tentang tema puasa Ramadan dan mengirimkannya ke panitia. Saya bersyukur tahun 2023 ini ada harapan akan mempunyai karya buku antologi yang bisa terbit.

 


Beberapa waktu yang lalu di grup WhatsApp buku antologi Ramadan, Prof. Dr. Ngainun Naim mengirimkan perkembangan naskah buku antologi Ramadan. Beliau memposting draft naskah buku antologi Ramadan yang telah dilayout. Para penulis diminta untuk mengecek naskahnya masing-masing dan memberikan catatan perbaikan jika ada yang kurang tepat dalam draft naskah bukunya. Alhamdulillah naskah tulisan saya ada dan berada di urutan pertama atau bab pertama. Sekarang progress naskah menunggu pengusulan nomor ISBN dan selanjutnya proses cetak. Semoga buku antologi pertama saya di tahun 2023 ini segera terbit. Amin. []

 

Gumpang Baru, 22 Juni 2023

 

_____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Senin, 19 Juni 2023

DAFTAR BELANJAAN SI KECIL



DAFTAR BELANJAAN SI KECIL

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kelahiran putri kecil kami lima tahun yang lalu merupakan anugerah luar biasa dari Allah Swt. untuk keluarga kami. Kehadiran dia merupakan kejutan bagi saya dan istri. Mengapa? Karena selama sepuluh tahun lamanya kami mengharap dan menunggu dikaruniai momongan lagi setelah kelahiran anak pertama. Berbagai usaha sudah kami tempuh, mulai periksa ke dokter kandungan, mengkonsumsi herbal, pijat refleksi, hingga datang ke pengobatan alternatif. Tetapi semua ikhtiar kami tersebut tidak juga membuahkan hasil.

 

Karena merasa sudah berusaha secara maksimal dan tidak pernah berhenti berdoa kepada Allah Swt, akhirnya kami berusaha ikhlas menerima takdir. Kami memutuskan untuk tidak berharap lagi untuk mempunyai momongan lagi. Kami memasrahkan semuanya kepada Allah Swt. Kami sudah berikhtiar secara maksimal dan kami rasa sudah tidak ada ikhtiar lagi yang bisa kami lakukan. Kami rasa sudah waktunya kami mengembalikan segala urusan kami kepada-Nya.  Kami berhusnudzan mungkin ini sudah takdir kami untuk hanya memiliki satu anak. Kami ikhlas menerima ketetapan Allah Swt dan berprasangka baik bahwa mungkin ini takdir terbaik untuk kami.

 

Tetapi ternyata di luar dugaan kami, ketika kami sudah mengikhlaskan diri hanya memiliki satu anak dan tidak terlalu berharap lagi mendapatkan momongan, Allah Swt justru memberikan kejutan kepada kami. Di luar dugaan kami, ternyata Allah Swt membalas keikhlasan kami dengan kabar kehamilan istri. Kami hampir tidak percaya dengan keajaiban dan kejutan dari Allah Swt. Dulu ketika kami sangat berharap kehadiran seorang bayi, Allah Swt belum juga mengabulkan harapan kami. Tetapi ketika kami sudah benar-benar ikhlas menerima keadaan dengan satu anak, justru Allah Swt memberikan kejutan dan menambah rasa syukur kami kepada-Nya.

 

Sungguh, cara Allah Swt memberikan nikmat-Nya kepada kami di luar dugaan kami. Mungkin inilah rahasia dari sebuah keikhlasan. Allah Swt menguji keikhlasan hati kami. Allah Swt menguji keimanan kami melalui penundaan pengabulan doa selama sepuluh tahun untuk mengetahui apakah kami benar-benar percaya kepada-Nya dan ikhlas menerima segala ketetapan-Nya. Dan ketika kami sudah berada pada kondisi ikhlas menerima keadaan yang merupakan ketetapan-Nya, Allah Swt mengabulkan doa dan harapan kami selama sepuluh tahun ini. Sungguh, nikmat Allah Swt melalui penundaan waktu pengabulan doa ini begitu terasa di hati kami. Kami merasakan begitu nikmat dan bermaknanya sebuah pengabulan doa. Pengabulan doa di saat hati kami telah terbebas dari kesombongan sifat manusiawi dan hanya berisi kebersihan jiwa dan keikhlasan akan kehendak-Nya.

 

Sekarang, sang buah hati kami yang kehadirannya telah kami tunggu selama sepuluh tahun telah berusia lima tahun. Sejak kehadirannya di dunia ini, keluarga kami serasa penuh dengan kebahagiaan. Tingkah lucunya yang menggemaskan telah membuat rumah sering diwarnai tawa bahagia. Kami terus memantau perkembangannya. Setiap periode waktu pertumbuhannya, putri kecil kami menunjukkan kemajuan yang signifikan. Tahap-tahap tugas perkembangannya dijalani dengan baik. Dulu waktu kecil dia memang sempat agak lambat dalam perkembangan kemampuan motorik berjalan, tetapi hal itu diimbangi dengan kemajuan aspek yang lain.  

 

Kemarin kembali putri kecil kami menunjukkan perilaku yang lucu tapi mengembirakan. Kejadiannya diawali ketika si kecil berkata ke saya (papinya) jika dia ingin pergi ke supermarket Assalam Hypermarket (eks Goro Assalam) karena ada beberapa barang kebutuhannya yang telah habis. Ternyata dia telah membuat daftar belanjaan yang ingin dibeli.

 

Sesampainya di Assalam Hypermarket, dia membuka tas pinggangnya dan mengeluarkan sebuah amplop kertas yang ternyata berisi tulisan daftar belanjaan yang akan dibeli dan sebuah pulpen. Layaknya seorang ibu-ibu, dia membaca kertas daftar belanjaannya dan melihat-lihat barang yang sesuai daftar belanjaannya. Saya mendampinginya mencari barang-barang kebutuhannya yang dia tulis di daftar belanja. Yang membuat saya sedikit tertawa adalah karena dia belum pandai menulis, maka daftar barang yang mau dibeli tidak ditulis melainkan digambar. Saya membatin, “Wah sikecil tambah pintar aja. Kok dia sudah kepikiran membuat daftar belanjaan seperti maminya”.

 

Awal memasuki supermarket, kami mendampingi putri kecil kami mencari barang-barang belanjaanya. Saat saya melihat kertas daftar belanjaanya, ternyata ada dua kertas yang dilipat rapi. Kertas pertama berisi daftar belanjaan seputar alat-alat belajar, seperti pencil, tempat pencil, pencil warna, dan buku. Kertas kedua berisi daftar belanjaan seputar buah-buahan, seperti anggur, apel, pear, dan tidak lupa buah tomat yang merupakan buah kesukaannya. Tomat bagaikan buah wajib yang harus kami sediakan di rumah karena setiap hari si kecil minta makan buah tomat. Untuk barang belanjaan yang sudah didapat, di daftar belanjaan dia menandainya dengan menggunakan pulpen.

 

Ada yang berubah dari perilaku putri kecil kami. Kami mengamati, dulu sebelum masuk sekolah TK, si kecil kalau ikut ke supermarket pasti membeli mainan. Tapi sekarang setelah masuk sekolah TK, dia sudah tidak selalu minta beli mainan lagi. Hanya sesekali dia minta mainan, itupun mainan yang ada unsur belajarnya seperti beli lilin malam yang bisa dibentuk-bentuk. Sekarang kalau ikut ke supermarket, tempat pertama yang dituju adalah stand alat-alat sekolah seperti pencil warna dan buku mewarnai. Baru setelah itu ke stand buah dan sayur untuk membeli buah tomat dan mentimun. Kedua jenis buah/sayur ini merupakan kesukaannya. Jika dia merasa lapar dan kurang berminat dengan makanan yang ada di meja makan, maka solusinya adalah dia makan tomat atau mentimun.

 

Demikian sedikit kisah perkembangan putri kecil kami yang sekarang mulai bertambah kemampuannya dalam merencanakan daftar belanjaan yang akan dibelinya. Dan lucunya, ketika barang-barang belanjaan yang tertulis di daftar belanjaannya sudah terbeli semua, dia tidak minta beli barang yang lain. Ketika semua barang kebutuhannya sudah dapat, maka ia segera minta pulang karena barang belanjannya sudah ada semua. Kami kadang kagum dan heran, darimana ia belajar pengetahuan untuk merencanakan daftar belanjanya.

 

Gumpang Baru, 19 Juni 2023

 

___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Sabtu, 17 Juni 2023

HARMONISASI SAINS DAN AGAMA DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER


HARMONISASI SAINS DAN AGAMA DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

A.       Pendahuluan

Keberadaan agama di dunia ini mungkin setua usia peradaban manusia. Agama mungkin ada sejak ada manusia di muka bumi ini. Menurut worldpopulationreview.com, ada sekitar 4.000 - 4.300 agama di dunia ini. Sekitar 85% dari orang-orang di Bumi mempunyai agama, sementara sisanya tidak beragama (Joan, 2022). Agama yang paling banyak penganutnya adalah Kristen, dengan diikuti oleh sekitar 2,38 miliar orang di seluruh dunia. Nomor dua adalah agama Islam, yang dianut oleh lebih dari 1,91 miliar orang. Namun, peneliti populasi memperkirakan bahwa Islam akan hampir menyusul Kristen pada tahun 2050. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) per Desember 2021, Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak, dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 237,53 juta jiwa atau 86,9% dari populasi penduduk Indonesia (Zulfikar, 2022).

            Agama ada untuk tujuan mengatur kehidupan manusia agar teratur, tertib, rukun, damai, dan beradab. Agama bagi manusia sebagai pedoman, petunjuk, kepercayaan, dan keyakinan bagi pemeluknya untuk hidup sesuai dengan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir (Maksudin, 2013). Ajaran-ajaran kebaikan dalam agama diperuntukkan sebagai panduan bagi manusia untuk menjalani kehidupan dengan baik. Keberadaan agama masih dibutuhkan selama umat manusia masih mengharapkan tatanan kehidupan yang tertib, damai, dan beradab. Walaupun ada sebagian orang yang berpandangan bahwa agama sudah tidak diperlukan lagi, sudah kadaluwarsa, sudah tidak relevan dengan kehidupan manusia yang serba modern, dan lain sebagainya,  tetapi faktanya jumlah penganut agama di dunia terus mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa agama yang merepresentasikan spiritualitas masih dibutuhkan manusia zaman modern ini. Meskipun paham materalisme begitu gencarnya mempengaruhi manusia zaman sekarang, tetapi ternyata ketenangan jiwa (rohani) masih banyak dicari orang. Dan ketenangan jiwa tersebut dapat diperoleh melalui aktivitas menjalankan ritual-ritual ibadah sesuai ajaran agama.

 

B.        Pengertian Agama

Agama merupakan sesuatu yang mudah dipahami penganutnya tetapi sulit didefinisikan secara ilmiah. Pakar tafsir Al-Quran kebanggan bangsa Indonesia Prof. Dr. M. Quraish Shihab (1992), menyatakan bahwa agama adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah juga untuk menjelaskan maksudnya (khususnya bagi orang awam), tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat--lebih-lebih bagi para pakar. Hal ini disebabkan, antara lain, dalam menjelaskan sesuatu secara ilmiah (dalam arti mendefinisikannya), mengharuskan adanya rumusan yang mampu menghimpun semua unsur yang didefinisikan dan sekaligus mengeluarkan segala yang tidak termasuk unsurnya. Kemudahan yang dialami oleh orang awam disebabkan oleh cara mereka dalam merasakan agama dan perasaan itulah yang mereka lukiskan.

Banyak ahli yang mencoba membuat definisi tentang agama, tetapi mereka belum memperoleh sebuah definisi yang dapat mengakomodir semua komponen dalam agama dan definisi tersebut menjangkau semua jenis agama di dunia ini. John Locke (1632-1704) menyimpulkan bahwa “Agama bersifat khusus, sangat pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi orang lain memberi petunjuk kepadaku jika jiwaku tidak memberitahu kepadaku.” Mahmud Syaltut menyatakan bahwa, ”Agama adalah ketetapan-ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.” Syaikh Muhammad Abdullah Badran (Guru Besar Al-Azar) menggambarkan “hubungan antara dua pihak di mana yang pertama memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang kedua.” Sedangkan Prof. Dr. M. Quraish Shihab sendiri mendefinisikan agama sebagai “Hubungan antara makhluk dan khaliknya.” Hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.” (Shihab, 1992).

Setiap agama meyakini adanya Supreme Being (yang Mahakuasa) yang menciptakan alam semesta yang disebut Tuhan, dan ada pula yang menyebutnya Dewa. Ada agama yang meyakini banyak Tuhan (politeisme) dan ada agama yang menyakini satu Tuhan (monoteisme).  Sejarawan Yunani kuno, Herodotus (484-425 SM), dalam perjalanannya ke Mesir mencoba menjelaskan bahwa dewa Amon dan Horus yang dianut masyarakat Mesir hampir sama dengan dewa Zeus dan Apollo yang diyakini oleh masyarakat Yunani. Euhemesus (330-260 SM) mengatakan bahwa dewa-dewa yang ada dalam ‘sejarah” pada awalnya adalah orang-orang penting dan terkenal yang kemudian disembah oleh pengikutnya setelah orang tersebut meninggal (Pals, 1996).

 

C.        Urgensi Harmonisasi Agama dan Sains

Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia tidak cukup hanya beragama saja, melainkan mereka juga harus menguasai ilmu keduniawian yaitu sains sebagai bekal untuk mengelola alam. Menurut Ibnu Khaldun dalam Maksudin (2013), sains adalah sejumlah ilmu yang dikembangkan hampir sepenuhnya berdasarkan akal dan pengalaman dunia empiris. Sedangkan Nidhal Guessoum (2020) mendefinisikan sains sebagai sekumpulan pengetahuan mengenai dunia yang bermetode, ketat, empiris (didasari pengamatan dan percobaan), dan objektif (tidak bergantung kepada siapa yang melakukan percobaan, pengamatan, perhitungan, atau simulasi).

Agama dan sains bagi manusia merupakan kebutuhan asasi. Artinya, kedua hal ini merupakan kebutuhan pokok bagi hidup dan sistem kehidupan manusia (Maksudin, 2013). Basis terbentuknya agama dan sains memang berbeda. Agama terbentuk berdasarkan wahyu Tuhan atau pemikiran orang-orang suci, sedangkan sains dibentuk dari hasil berpikir rasional terhadap data empiris berdasarkan hasil observasi maupun eksperimen. Agama berkaitan dengan hal-hal spiritual (rohani) sedangkan sains berkaitan dengan pemikiran rasional dan empiris. Jadi agama dan sains memang memiliki perbedaan yang sangat mendasar yang menjadi faktor pembeda di antara keduanya. Jika hanya mendasarkan kepada faktor pembentuknya saja, maka agama dan sains selamanya tidak akan pernah bertemu. Tetapi jika dikaitkan dengan tujuan mengapa ada agama dan mengapa ada sains, maka akan ditemukan sebuah titik temu yang mungkin mampu mempersatukan agama dan sains dalam satu tujuan yang mulia, yaitu membangun peradaban manusia yang maju dan beradab.

Agama dan sains merupakan dua bidang ilmu yang sama-sama berasal dari Tuhan. Prinsip inilah yang harus dipegang oleh setiap orang yang beragama. Menurut pandangan Maksudin (2013), hubungan agama dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Di samping itu, jika dikaji menurut fitrah manusia, agama dan sains keduanya pada hakikatnya sama-sama berasal dari Tuhan. Agama sebagai dasar-dasar petunjuk Tuhan untuk dipatuhi dan diamalkan dalam hidup dan sistem kehidupan manusia, sedangkan sains diperolehnya melalui abilitas dan kapasitas atau potensi manusia yang dibawanya sejak lahir.

 

D.       Pendidikan Karakter: Ikhtiar Mengharmonisasikan Agama dan Sains

Berbagai persoalan yang menyelimuti kehidupan manusia di dunia seperti tindak kriminalitas, perbuatan tidak bermoral dan beretika, penyimpangan seksual, dan lain sebagainya, jika ditelusur secara mendalam, ternyata faktor penyebab intinya adalah lebih mengarah pada “kering rohaniah” dalam diri manusia. Oleh karena itu, agama dan sains sebagai kebutuhan asasi manusia harus diintegrasikan, dipadukan, dan disinergikan secara utuh. Di era globalisasi yang sarat dengan kemudahan fasilitas dan perilaku materalistik ini, perlu upaya bagaimana mengintegrasikan agama dan sains bagi umat manusia sehingga terwujud hubungan sinergis, sistematis, dan fungsional bagi keduanya. Agama tidak menjadikan pemeluknya menjauhi sains, dan demikian juga sains bagi saintis tidak meninggalkan agama, akan tetapi agamawan dan ilmuwan saintis saling memperkuat, memperkokoh, dan saling mengisi kekuranga dan kelemahan sehingga yang ada saling “fastabiqul khairat” (berlomba-lomba dalam kebaikan). Agama dan sains dimiliki bagi setiap diri manusia secara utuh, berintegrasi, menyatu padu, sehingga benar-benar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kecerdasan keberagamaannya, atau disebut menjadi manusia saleh individual sekaligus saleh sosial (Maksudin, 2013).

Ikhtiar mengintegrasikan agama dan sains merupakan keniscayaan. Pengintegrasian agama dan sains jika dimaksudkan untuk menyatukannya menjadi satu bidang ilmu baru, maka kemungkinan akan sulit dilakukan. Mengapa? Karena agama dan sains masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Agama bersifat spiritualis-teologis sedangkan sains bersifat rasionalis-empiris. Agama bersumber dari wahyu sedangkan sains bersumber pengamatan dan eksperimen. Agama mencakup hal-hal transenden sedangkan sains hanya mencakup hal-hal fisik. Dalam konteks agama Islam, Prof. Nidhal (Guessoum, 2020) memberikan petunjuk dalam ikhtiar mengintegrasikan agama dan sains, yaitu bahwa Al-Qur’an seharusnya tidak dijadikan sebagai rujukan untuk menguji teori atau hasil sains. Al-Qur’an adalah buku panduan rohani, moral, dan sosial. Al-Qur’an mengajak manusia meneliti dunia dan memasukkan pengetahuan yang didapat dalam pandangan dunia teistik. Namun, Al-Qur’an tidak menyatakan diri menyajikan penjabaran, apalagi penjelasan cara kerja dunia.

Menurut pandangan penulis, pengintegrasian agama dan sains dapat dijalankan melalui dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan, keterpaduan agama dan sains dapat diarahkan kepada pembentukan karakter. Pembelajaran sains memungkinkan untuk didisain secara terintegrasi dengan nilai-nilai religius sehingga pembelajaran sains berbasis nilai-nilai spiritual. Disain pembelajaran sains berbasis spiritual diharapkan dapat menanamkan karakter religius ke peserta didik dalam pembelajaran sains. Strategi untuk mengintegrasikan nilai-nilai religius dalam pembelajaran sains dapat dilakukan dengan mengadopsi metode pendidikan Qurani (Saputro, 2020). Dalam proses pendidikan di sekolah, peserta didik  harus diberikan pemahaman bahwa belajar itu tidak hanya berhubungan dengan masalah-masalah dunia saja, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana kehidupan setelah meninggal nanti. Oleh karena itu, peserta didik juga perlu mendapatkan pelajaran tentang agama agar mereka memiliki pandangan yang seimbang antara kehidupan di dunia dan di akhirat (Majid, 2014).

 

E.        Simpulan

Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama dan sains dapat diintegrasikan untuk tujuan pembentukan karakter. Karakter ilmiah-religius dapat dibentuk melalui pembelajaran sains terintegrasi agama. Pembentukan karakter dalam pembelajaran sains yang terintegrasi nilai-nilai karakter religius dapat mengadopsi metode-metode pendidikan Qurani yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Proses pembelajaran sains terintegrasi karakter religius akan menghasilkan peserta didik yang memiliki karakteristik unggul dalam penguasaan sains tetapi memiliki kerendahan hati (tawadhu’) dan kelembutan hati dalam bersikap dan berperilaku. []

 

Daftar Bacaan

Guessoum, N. (2020). Memahami sains modern: Bimbingan untuk kaum muda muslim [The young muslim’s guide to modern science]. Jakarta: Qaf Media Kreativa.

Joan, I. H. P. (2022, September 5). 10 Agama Terbesar di Dunia, Islam Urutan Segini. Retrieved May 10, 2023, from https://mediaindonesia.com/humaniora/520289/10-agama-terbesar-di-dunia-islam-urutan-segini

Majid, Abd. (2014). Pendidikan berbasis ketuhanan: Membangun manusia berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Maksudin. (2013). Paradigma agama dan sains nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pals, D. L. (1996). Seven Theories of Religion. New York: Oxford University Press.

Saputro, A. N. C. (2020). Menggagas Pendidikan Berbasis Nilai. Sukabumi: Haura Utama.

Shihab, M. Q. (1992). Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Penerbit MIZAN.

Zulfikar, F. (2022, September 4). Daftar Urutan Agama Terbanyak di Dunia, Islam Nomor Berapa? Retrieved May 11, 2023, from Detikedu website: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6271846/daftar-urutan-agama-terbanyak-di-dunia-islam-nomor-berapa

 

 

 ___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Kamis, 15 Juni 2023

CINTA ORANG TUA, CINTA ANAK


CINTA ORANG TUA, CINTA ANAK

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 


Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: ”Apabila anak keturunan Adam itu meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah jariyah, ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim). Hadis ini banyak dipergunakan sebagai dasar pemikiran pentingnya setiap orang memiliki investasi amal yang pahalanya terus mengalir berkesinambungan kepadanya walaupun ia telah meninggal dunia nanti.

 

Berkaitan dengan amalan yang pahalanya mengalir terus-menerus tersebut, kita patut bersyukur karena ternyata Rasulullah Saw. memberikan petunjuk bahwa cara memiliki amalan yang pahalanya berkesinambungan tersebut ternyata tidak hanya satu jalan, bahkan malah ada tiga jalan. Ketiga jalan amal berkesinambungan tersebut bagus kalau bisa diamalkan semunya, tetapi jika tidak mampu minimal kita punya satu amalan dari ketiga amalan tersebut.

 

Ketiga amalan yang bersifat kesinambungan pahalanya tersebut, yaitu sedekah jariyah, ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orangnya. Tidak semua orang mampu memiliki tiga amal berkesinambungan tersebut sekaligus karena mungkin ada faktor lain yang menyebabkan tidak memungkinannya memiliki tiga jenis amalan tersebut. Oleh karena itu, kita harus pintar-pintar membuat strategi agar bagaimana kita bisa memiliki ketiga amal berkesinambungan tersebut.  

 

Amalan pertama yaitu sedekah jariyah merupakan jenis amalan yang dapat dikendalikan oleh setiap orang. Selama ia memiliki harta, keinginan dan berniat memberikan sedekah jariyah, maka pastilah ia dapat melakukannya. Sedekah jariyah ini maknanya luas sekali, tidak terpaku hanya pada sedekah untuk pembangunan bangunan fisik. Kata kunci untuk sedekah jariyah adalah sedekah tersebut dapat terus bermanfaat bagi orang lain walaupun orang yang bersedekah telah meninggal dunia.

 

Amalan kedua yaitu ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, juga termasuk amalan yang dapat dikendalikan orang yang bersangkutan. Selama seseorang itu memiliki ilmu pengetahuan, keinginan dan kemampuan untuk mengajarkan/menyampaikan kepada orang lain, maka pastilah amalan jenis kedua ini juga mudah diraih. Tetapi untuk dapat kesempatan melakukan amalan kedua ini, seseorang harus berusaha dengan serius untuk belajar dan menuntut ilmu. Hanya orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bermanfaat saya yang punya peluang untuk melakukan amalan kedua. Amalan kedua ini merupakan salah satu keberkahan bagi orang yang berilmu.

 

Tentang ilmu yang bermanfaat, ada sebagian orang yang memahaminya yang dimaksud adalah ilmu agama. Tetapi ada juga sebagian orang yang memahaminya bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu secara umum, bukan hanya ilmu agama saja. Penulis pribadi lebih cenderung sependapat dengan pendapat yang mengatakan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu keduniawian (sains). Mengapa penulis berpendapat demikian? Karena menurut pandangan penulis, semua ilmu itu baik ilmu agama maupun ilmu duniawi (sains) pada hakikatnya sama-sama ilmu-Nya Allah Swt.

 

Ilmu agama diperoleh dari wahyu yang diturunkan Allah Swt melalui para rasul-Nya, sedangkan ilmu duniawi (sains) diperoleh dari pengamatan dan perenungan terhadap fenomena alam semesta yang diciptakan Allah Swt untuk bahan pembelajaran umat manusia. Baik ilmu agama maupun ilmu duniawi (sains) asalnya sama-sama dari sumber yang satu yaitu Allah Swt, yang berbeda hanya cara memperolehnya. Karena sumbernya sama, yaitu Allah swt., maka pastinya kedua jenis ilmu tersebut tidak akan ada pertentangan di antara keduanya. Jika pun ternyata ditemukan kesan perbedaan ataupun pertentangan antara ilmu agama dan ilmu duniawi (sains), pasti itu bukan karena ilmunya yang bertentangan, melainkan pasti karena faktor manusianya yang subjektif  dalam memahami ataupun mentakwilkan (menafsirkan) maksud dari kedua ilmu tersebut.

 

Dibandingkan amalan pertama dan kedua, amalan ketiga yang paling berbeda. Mengapa? Karena  amalan ketiga ini tidak sepenuhnya dapat dikendalikan setiap orang. Hal ini karena tidak setiap orang dapat memastikan dirinya bisa memiliki anak. Kemampuan memiliki anak tidak dapat dikendalikan oleh setiap orang. Seseorang tidak dapat memastikan jika dirinya pasti akan memiliki anak setelah menikah. Oleh karena itu, kesempatan melakukan amalan ketiga merupakan keistimewaan yang khusus dimiliki oleh orang yang memiliki anak.  

 

Bagi pasangan suami istri yang memiliki anak, seyogyanya bersyukur karena mereka terpilih dan mendapat keistimewaan untuk melahirkan anak yang notabene makhluk ciptaan Allah Swt. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini pada hakikatnya adalah milik penciptanya yaitu Allah Swt. Orang tua bukanlah pemilik anak yang dilahirkannya, melainkan hanya orang yang dititipi oleh Allah Swt. Oleh karena itu, orang tua tidak dibenarkan merasa memiliki hak atas kehidupan anak-anaknya. Anak-anak tetaplah milik Allah Swt. Allah lah yang memberikan kehidupan kepada anak-anak. Allah Swt telah membekali setiap anak yang terlahir ke dunia ini dengan bekal potensi diri dan kemampuan yang masih bersifat laten (tersimpan dalam diri anak).

 

Potensi diri anak akan muncul manakala anak berada di lingkungan yang tepat dan sesuai untuk berkembangnya potensi diri. Fitrah kehidupan anak sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Potensi diri dan kemampuan anak akan tumbuh dan berkembang secara alami ketika anak menemukan lingkungan yang tepat, baik lingkungan pergaulan di keluarga, lingkunggan pergaulan di masyarakat, maupun lingkungan di sekolah. Maka, tugas orang tualah untuk menempatkan anak-anak berada di lingkungan yang baik agar mereka dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan maksimal.

 

Dalam menerapkan pola asuh dalam pemeliharaan anak, seyogyanya orang tua tidak menempatkan anak sebagai investasi jangka panjang. Janganlah menjadikan anak sebagai objek kehidupan yang bisa seenaknya diatur-atur kehidupannya oleh orang tua. Janganlah anak dijadikan sebagai alat untuk mewujudkan tujuan orang tua. Janganlah anak dijadikan alat bantu untuk menjalankan egoisme orang tua. Anak sudah memiliki jalan kehidupannya sendiri sesuai blueprint penciptaanya. Ingatlah bahwa anak bukan milik orang tuanya, melainkan milik Allah Swt.

 

Para orang tua hendaknya mengingat kembali pada konsep awal bahwa orang tua yang bisa memiliki anak adalah orang tua yang istimewa karena dipilih Allah Swt untuk dititipi amanah anak untuk dipelihara dengan baik dan penuh limpahan rasa cinta dan kasih sayang. Maka bersyukurlah dengan cara memelihat anak dengan penuh cinta dan kasih sayang, mengenalkan anak pada Tuhannya melalui pendidikan agama, dan menyediakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan dapat memfasilitasi anak mengeskplorasi bakat minatnya dan mengembangkannya secara maksimal.

 

Dapat memelihara anak dengan penuh cinta dan kasih sayang itu sudah sebuah kebaikan dan pasti dibalas oleh Allah Swt dengan pahala kebaikan. Mengenalkan anak dengan Tuhannya melalui pendidikan agama yang baik itu juga sebuah kebaikan bagi orang tua. Memfasilitasi anak menemukan potensi diri dan bakat minatnya serta membantu anak mengembangkan diri secara maksimal juga sebuah kebaikan dan akan dicatat sebagai amal kebaikan orang tua. Ketika anak sejak kecil dilimpahi cinta dan kasih sayang orang tua, maka ketika mereka dewasa secara alami pasti akan mencintai dan menyayangi kedua orang tuanya yang sangat mencintai mereka. Tidak perlu disuruh-suruh agar anak berbakti kepada orang tua, anak yang dididik dengan lingkungan penuh limpahan cinta dan kasih sayang pasti secara alami juga jiwanya dipenuhi oleh rasa cinta dan kasih sayang kepada orang tuanya.

 

Keinginan anak untuk berbakti kepada orang tua itu harusnya muncul secara alami, bukan karena tekanan atau ketakutan akibat ancaman dosa. Kebaikan itu harus alami, bukan dipaksa atau karena tekanan. Anak secara alami akan berbakti pada kedua orang tuanya dan menyayangi orang tuanya jika mereka juga dulu pernah merasakan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang. Anak akan ikhlas mendoakan kedua orang tuanya jika mereka dulu pernah merasakan ketulusan dan keikhlasan orang tuanya dalam merawat mereka sejak kecil.

 

Jiwa anak yang dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang orang tuanya pasti juga akan secara alami ingin memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada orang tuanya. Ketika mereka dewasa, terutama ketika kedua orang tuanya telah tiada, hati mereka akan selalu merindukan memori kehangatan rasa cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya. Mereka setiap hari akan melantunkan doa-doa terbaiknya untuk kedua orang tuanya sebagai bentuk kerinduan mereka pada kedua orang tuanya. Sebaliknya, jiwa anak yang kering dari cinta dan kasih sayang, yang hanya diisi dengan rasa ketakutan dan ancaman dosa jika tidak berbakti pada orang tua, hanya akan membentuk anak yang terpaksa berbakti dan mendoakan orang tuanya. Padahal doa yang dipanjatkan dengan tidak ikhlas atau karena keterpaksaan itu tidak akan mampu menembus pintu-pintu langit. Semoga kita dimampukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita. Amin. []

 

Gumpang Baru, 15 Juni 2023

 

___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

 

Postingan Populer