Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Kimia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Kimia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 31 Januari 2024

KEADILAN TUHAN DAN SEMANGAT BEKERJA

 


KEADILAN TUHAN DAN SEMANGAT BEKERJA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Beberapa waktu yang lalu ketika kami sekeluarga sedang akan pergi, di perjalanan kami melihat seorang ibu mengendarai sepeda dengan membawa bronjong yang berisi barang-barang rongsokan. Ibu tersebut berhenti tepat di depan kami sehingga kami bisa melihat dengan jelas isi bronjong yang dibawanya. 


Ada isi bronjong yang mengagetkan kami, tapi bukan barang rongsokan. Isi bronjong yang menarik perhatian kami adalah seorang anak kecil yang tertidur di dalam bronjong yang kami yakin itu adalah anaknya. Jadi ibu tersebut memboncengkan dua anaknya, satu anak duduk di depan dan satu anak lagi tertidur di belakang dalam bronjong. 


Melihat penampilan ibu tersebut yang kotor dan kucel, siapapun pasti bisa menduga bahwa ibu tersebut adalah orang susah dan miskin. Tapi yang membuat kami tertegun untuk beberapa saat adalah melihat semangat beliau menjemput rezekinya walau harus dengan mencari barang-barang bekas di tong-tong sampah. 


Saya pribadi menaruh kagum dan bangga dengan semangat ibu tersebut dalam bekerja, walaupun harus sampai membawa anak-anaknya yang masih kecil untuk ikut mencari barang-barang rongsokan. Beliau tidak begitu saja menyerah dengan beratnya beban kehidupan. Beliau menggunakan segala kemampuannya untuk mencari dan menjemput rezeki dari Tuhannya dengan bekerja. 


Melihat kejadian ibu pencari barang-barang rongsokan tersebut, kami jadi berpikir tentang keadilan di dunia ini. Sepintas kehidupan di dunia sepertinya tidak adil karena ada orang-orang yang terlahir di keluarga kaya dan hidup serba mewah dan berkecukupan. Mereka sejak kecil merasakan kehidupan yang mewah dan serba ada. Mereka tidak pernah merasakan hidup susah. Mereka sangat beruntung dilahirkan di keluarga yang kaya raya, walaupun mereka tidak pernah meminta ataupun ditawari akan dilahirkan di keluarga yang kaya raya dan hidup serba berkecukupan.  


Sementara di lain pihak, ada orang-orang yang terlahir di keluarga yang miskin dan hidup serba susah dan kekurangan. Mereka yang terlahir di keluarga miskin tidak pernah meminta untuk dilahirkan dalam kondisi miskin ataupun  dimintai kesediaannya  untuk akan dilahirkan di keluarga miskin. Mereka tidak memiliki pilihan untuk menolak dan meminta dimana mereka akan dilahirkan. 


Karena orang yang dilahirkan di keluarga yang kaya raya maupun yang dilahirkan di keluarga yang miskin, keduanya sama-sama tidak pernah meminta ataupun diberi pilihan untuk dilahirkan dimana, maka saya berpandangan bahwa setiap orang istimewa dalam pandangan Allah SWT. Orang-orang yang terlahir miskin ataupun kaya, mereka sama-sama memiliki keistimewaan sendiri-sendiri dalam pandangan Allah SWT. Mereka semua juga sama-sama akan mempertanggungjawabkan kehidupan mereka di dunia saat yaumul akhir nanti. 


Orang-orang yang terlahir di keluarga tidak mampu atau hidupnya miskin akan memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan Allah SWT akan memperlakukan mereka secara khusus. Demikian pula dengan orang-orang yang terlahir di keluarga kaya atau hidupnya kaya juga akan memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan mereka juga akan diperlakukan oleh Allah SWT secara khusus pula. 


Allah SWT tidak menganggap orang yang terlahir di keluarga miskin derajatnya lebih rendah dibandingkan orang yang terlahir di keluarga yang kaya raya. Mereka semuanya sama derajatnya di hadapan Allah SWT. Inilah bentuk keadilan langit yang tidak membeda-bedakan makhluk karena faktor di luar kendalinya, seperti misalnya terlahir dalam keadaan kaya atau miskin. Faktor yang membedakan mereka di hadapan Allah SWT hanyalah hati dan amal perbuatan mereka. Jika hati dan amal perbuatannya baik, maka mereka akan mendapatkan derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT. 


Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka saya berusaha menghargai setiap orang dan tidak mengganggap rendah orang-orang yang hidupnya kekurangan. Saya menghormati siapapun yang memiliki kehormatan dalam bersikap dan berperilaku. Selama orang itu baik dan bisa mengormati orang lain, maka saya juga akan menghormatinya. Sebaliknya jika orang tersebut bersikap tidak baik dan tidak bisa menghormati orang lain, maka saya juga tidak akan menghormatinya. 


Menurut pendapat saya, penghormatan itu hanya pantas diberikan kepada orang-orang yang memiliki kehormatan. Orang yang memiliki kehormatan dicirikan dari sikap dan perilakunya yang mau menghormati orang lain. Orang yang di dalam dirinya tidak memiliki kehormatan tidak akan mungkin mampu menghormati orang lain. Jadi, saya pikir buat apa kita menghormati orang yang tidak memiliki kehormatan. []

 


Gumpang Baru, 30 Januari 2024

Minggu, 21 Januari 2024

SYUKUR AWAL TAHUN

 


SYUKUR AWAL TAHUN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Di bulan Januari 2024 ini, saya teringat kembali kejadian setahun yang lalu. Tanggal 3 Januari tahun yang lalu, saya harus kembali menjalani operasi Fistula Ani yang kedua setelah operasi pertama di bulan November ternyata gagal alias penyakit Fistula Ani saya masih kambuh. Selama rentang waktu antara operasi pertama dan kedua, saya menjalani perjuangan berat melawan dua rasa sakit, yaitu sakit luka operasi yang berupa luka terbuka (operasi metode growak) dan sakit akibat kambuhnya Fistula Ani. 


Saya masih ingat bagaimana rasa sakitnya ketika penyakit Fistula Ani saya kambuh pasca satu bulan operasi. Luka operasi yang berupa luka terbuka yang masih berwarna merah dan sakit untuk bergerak, tiba-tiba harus menahan serangan rasa sakit yang amat sangat selama dua malam. 


Semua rasa sakit itu bermula ketika bakda sholat Isyak saya merasakan munculnya rasa nyeri menyayat-nyayat di area luka operasi. Tapi anehnya saya merasa rasa sakit itu  bukan berasal dari luka operasi, tetapi dekat sekitar area luka. Untuk mengurangi rasa sakit, saya segera minum obat penghilang nyeri yang diresepkan dokter. Tetapi saya tetap merasakan rasa sakit yang menyayat-nyayat, seakan-akan obat penghilang nyeri tidak berpengaruh. 


Malam itu, saya hanya bisa menangis menahan rasa sakit amat sangat yang muncul setiap detiknya. Saya berusaha menahan serangan rasa sakit yang bertubi-tubi dengan mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri saya berusaha membantu menenangkan dan menguatkan saya yang terus menangis menahan rasa sakit dengan cara mendekap kepala saya. Setiap kali rasa sakit datang menyerang, saya menarik nafas panjang dan menegangkan otot-otot seluruh badan sekuat-kuatnya untuk menahan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan.


Setelah berusaha bertahan selama beberapa jam, akhirnya saya menyerah. Pertahanan tubuh saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang hebat tersebut. Pukul 02.00 dini hari, saya meminta istri untuk mengantar saya ke IGD RS UNS. Sampai di IGD RS UNS, dokter mengecek luka operasi saya dan membersihkannya. Setelah disuntik obat penghilang rasa sakit, saya baru bisa tenang dan tidur pulas. Pukul 05.00 pagi dokter IGD menyatakan bahwa saya tidak perlu rawat inap dan boleh pulang. 


Sepulang dari IGD RS UNS, saya bisa menikmati tubuh yang nyaman tanpa gangguan rasa sakit. Sampai sore hari, saya masih merasakan tubuh yang nyaman. Tetapi setelah sholat Isyak, saya mulai merasakan kembali rasa sakit yang sama dengan kemarin malam pelan-pelan datang menyerang. Kembali saya minum obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter IGD. Dan akhirnya perjuangan berat berperang melawan rasa sakit menyayat-nyayat harus kembali saya jalani. 


Malam itu, kembali saya harus berjuang sekuat tenaga menahan serangan gelombang rasa sakit yang tak tertahankan. Saya terus menangis sambil mencengkeram bantal dan guling sekuat-kuatnya. Istri terus memeluk kepala saya untuk membantu menenangkan saya yang terus-menerus mengerang menahan rasa sakit. Istri menyarankan untuk kembali periksa ke IGD RS UNS tapi saya tolak dengan alasan baru tadi malam masuk ke IGD masak masuk IGD lagi. Saya berusaha menguatkan diri bahwa saya mampu melewati perjuangan malam ini. Saya berharap serangan rasa sakit ini bisa segera berakhir. Tetapi harapan saya tinggal harapan, ternyata serangan rasa sakit tersebut tidak juga hilang hingga pagi hari. Semalaman saya dan istri tidak tidur sama sekali. 


Ketika datang waktu pagi, saya berharap rasa sakit bisa hilang. Tetapi ternyata rasa sakit tetap terus menyerang setiap detik sejak tadi malam. Akhirnya kembali saya harus menyerah dengan kondisi tersebut. Akhirnya saya meminta istri untuk mengantar ke IGD RS UNS. Tetapi kondisi tubuh saya sudah tidak mampu untuk bergerak karena sedikit saja menggerakkan anggota tubuh bawah (kaki) maka segera datang rasa sakit yang menyayat-nyayat. Akibatnya saya tidak mampu bangun dari tidur dan berjalan. 


Dikarenakan saya sudah tidak mampu bergerak lagi, apalagi bangun dan berjalan, maka saya meminta tolong istri untuk mencari bantuan pertolongan ke tetangga. Setelah mendatangi beberapa rumah tetangga, ternyata Akhirnya datanglah lima orang bapak-bapak menggotong saya dan membawa ke IGD RS UNS. 


Demikianlah kejadian setahun yang lalu. Saya sangat bersyukur akhirnya saya bisa sembuh dari penyakit yang telah menjangkiti saya selama hampir tujuh tahunan dan setiap hari merasakan siksaan rasa sakit menyayat-nyayat. Saya tidak menyangka kalau saya bisa sembuh. Dulu sempat berpikir bahwa saya akan menderita sakit Fistula Ani seumur hidup dan setiap hari harus ikhlas bersahabat dengan rasa sakit. Tetapi ternyata takdir baik telah mengubahnya. 


Sekarang saya telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya hampir tidak percaya kalau saya benar-benar telah sembuh dari penyakit Fistula Ani. Saya merasakan bagaikan terlahir kembali ke dunia ini dengan tubuh yang sehat dan nyaman tanpa gangguan rasa sakit menyayat-nyayat lagi seperti yang dulu pernah saya rasakan setiap hari. Saya sangat bersyukur, sungguh Allah SWT sangat baik kepada saya. Saya berdoa semoga Allah  SWT akan terus mengaruniakan kepada saya tubuh yang sehat. Dan saya juga mendoakan semoga orang-orang yang sekarang sedang menderita penyakit Fistula Ani juga bisa segera sembuh dan merasakan nikmatnya tubuh sehat. 


Penyakit Fistula Ani adalah penyakit yang sangat menyiksa dan menjengkelkan. Siapapun yang menderita penyakit Fistula Ani pasti sangat menderita dan stress karena betapa sulitnya penyakit tersebut disembuhkan. Oleh karena itu, siapapun yang ingin bertanya-tanya seputar bagaimana penyembuhan penyakit Fistula Ani, saya dengan senang hati akan berbagi pengalaman. Sudah ada beberapa orang yang menghubungi saya dan selalu saya berikan penjelasan yang sedetail-detailnya. []


Gumpang Baru, 21 Januari 2024


Sabtu, 30 Desember 2023

SETIAP ORANG BISA SUKSES

 


SETIAP ORANG BISA SUKSES

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Allah SWT menciptakan manusia dengan membekalinya potensi kemampuan yang berbeda-beda. Bekal potensi kemampuan tersebut dipersiapkan untuk dipergunakan oleh masing-masing individu untuk menaklukkan alam dan menjalani kehidupan. Kemampuan setiap orang dalam mengenali dan memberdayakan potensinya menjadi kompetensi dan keahlian akan berdampak kepada kesuksesan dia dalam menjalani proses kehidupan. 


Karena memiliki potensi kemampuan yang berbeda-beda, maka setiap individu harus dipandang secara diferensiasi. Kita tidak boleh mengganggap bahwa orang lain sama dengan diri kita. Pun demikian, kita juga tidak boleh memaksakan cara dan sudut pandang kita kepada orang lain. Alhasil, kita tidak boleh mengukur kemampuan orang lain dengan standar kemampuan diri kita. 


Dengan menyadari bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya masing-masing, maka kita harus mampu bersikap toleransi terhadap adanya perbedaan kemampuan. Misalnya dalam hal kesuksesan, kita tidak boleh memandang bahwa hanya orang-orang yang cerdas atau berpendidikan tinggi saja yang bisa dan berhak sukses. Jika kesuksesan yang dimaksud adalah kesuksesan di bidang akademik, maka pandangan tersebut benar karena orang-orang yang kurang cerdas dan tidak memiliki pendidikan tinggi tidak mungkin bisa meraih kesuksesan di bidang akademik. Tetapi jika yang dimaksud adalah kesuksesan secara umum, maka orang-orang yang kurang cerdas serta berpendidikan rendah pun juga bisa meraih sukses jika mereka tekun berusaha dan tidak mudah menyerah. 


Dikarenakan setiap orang bisa memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda, maka selama masing-masing individu mau menekuni bidang keahliannya secara serius hingga menjadi ahli, maka setiap orang bisa menjadi orang sukses. Kesuksesan itu tidak hanya bergantung pada bakat bawaan lahir, tetapi lebih dipengaruhi oleh ketekunan dalam berusaha. Orang yang memiliki kemampuan pas-pasan, tetapi jika tekun berusaha dan tidak mudah putus asa dalam memperjuangkan cita-citanya, pasti suatu saat nanti juga bisa sukses. 


Seorang guru atau dosen bisa sukses di bidang akademik, tetapi belum tentu bisa sukses di bidang non akademik. Seorang praktisi industri bisa sukses di bidang usaha industri, tapi belum tentu bisa sukses di bidang akademik. Seorang pedagang bisa sukses menjadi eksportir sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang pertanian. Demikian juga seorang petani bisa sukses menjadi petani sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang perdagangan. Demikianlah masing-masing orang memiliki bakat dan keahlian yang bisa berbeda-beda, dan mereka itu semua berhak dan bisa sukses di bidangnya masing-masing. 


Mengukur kesuksesan seseorang hendaknya tidak menggunakan parameter di satu bidang keahlian saja. Menilai kehebatan prestasi orang lain hendaknya tidak hanya menggunakan standar bidang keahlian kita sendiri, karena pasti akan terlihat biasa-biasa saja. 


Kita harus menyadari bahwa masing-masing orang memiliki keahliannya masing-masing. Oleh karena itu, apapun capaian prestasi yang diraih seseorang hendaknya kita berikan apresiasi karena ia telah berusaha keras untuk mencapainya. Janganlah kita merendahkan atau meremehkan capaian prestasi orang lain hanya karena kita merasa lebih hebat dan pasti lebih baik dari dia. 


Seseorang yang telah mencapai sebuah prestasi berarti dia telah berjuang keras untuk mewujudkan prestasi tersebut. Orang tersebut tidak mungkin tidak melakukan apa-apa untuk mencapai prestasinya. Prestasi hanyalah simbol dari perjuangan. Maka yang harus kita hargai dan berikan apresiasi adalah semangat perjuangan dia hingga sampai puncak prestasinya.


Mengapresiasi capaian prestasi seseorang pada hakikatnya adalah menghargai hasil perjuangan dia mewujudkan prestasi. Orang yang hebat adalah orang yang mampu menghargai dan mengakui kehebatan orang lain. Orang yang berprestasi pasti mampu mengapresiasi capaian prestasi orang lain. 

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kita harus mampu menghargai capaian prestasi orang lain karena setiap orang adalah ahli di bidangnya masing-masing. Kita harus mencoba belajar menggunakan berbagai cara dan sudut pandang dalam mengukur dan menilai capaian prestasi orang lain. Setiap orang berhak punya prestasi sesuai bidang keahlian dan kemampuan maksimalnya. []


Gumpang Baru, 28 Desember 2023

Kamis, 28 Desember 2023

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

 

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Semester Agustus 2023-Januari 2024 ini saya mulai kembali aktif mengajar setelah menjalani masa tugas belajar. Saya mengajar di enam kelas. Karena studi doktoral saya belum selesai, maka saya membagi waktu antara mengerjakan tugas studi dan mengajar di kampus. 


Karena waktu konsultasi ke dosen atau menyelesaikan urusan terkait studi dengan jadwal mengajar terkadang bersamaan, maka saya terpaksa mengosongkan jadwal kuliah dan mengganti kuliah di lain waktu. Ketika  saya ke Yogyakarta untuk urusan studi, praktis saya menghabiskan waktu seharian sehingga memang tidak memungkinkan saya untuk memberi kuliah. Oleh karena itu, saya harus mengadakan kuliah pengganti di waktu lain.


Mengadakan kuliah pengganti ternyata tidaklah mudah. Ketika akan mengadakan kuliah pengganti secara luring, ternyata tidak ada kecocokan waktu antara waktu longgar saya dengan waktu kosong mahasiswa. Selain itu juga sulitnya mencari ruang yang kosong di jam efektif perkuliahan. 


Karena kuliah luring sulit dilaksanakan, akhirnya terpaksa kuliah harus diselenggarakan secara daring. Ternyata menyelenggarakan kuliah secara daring di jam efektif perkuliahan juga tidak mudah. Ternyata waktu longgar saya (tidak mengajar) dengan waktu kosong mahasiswa (tidak ada jadwal kuliah) tidak ada titik temunya. 


Karena hari Senin sampai Jumat, pagi sampai sore  tidak ada jadwal yang cocok untuk kuliah pengganti, sehingga jalan satu-satunya adalah kuliah pengganti dilaksanakan secara daring di luar jam efektif perkuliahan. Akhirnya disepakati kuliah pengganti diselenggarakan secara daring di malam hari bakda Isyak karena saya pulang dari kampus sore sehingga ada waktu istirahat sebelum memberi kuliah lagi. 


Pernah ada perwakilan mahasiswa yang menanyakan apakah kuliah pengganti bisa dilaksanakan bakda sholat Maghrib? Saya jawab tidak bisa dengan alasan saya pulang dari kampus sudah sore, sampai rumah hampir jam 5an, saya butuh waktu untuk istirahat sebelum memberi kuliah lagi. Saya memang merasakan badan capek sekali setelah memberi kuliah 3 SKS, terlebih jika mengajar dari pagi sampai sore maka rasa capek lebih terasa. Oleh karena itu, jadwal kuliah pengganti saya laksanakan setelah sholat Isyak agar saya punya waktu untuk istirahat beberapa saat. 


Melaksanakan kuliah secara daring terkadang ada saja kendalanya, misalnya kesiapan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Saat perkuliahan daring, saya meminta mahasiswa untuk menghidupkan kamera (on camera) untuk memastikan bahwa semua mahasiswa yang hadir benar-benar siap mengikuti perkuliahan. Saya tidak mau capek-capek memberi kuliah di malam hari sementara ada sebagian mahasiswa yang hadir hanya nama saja sedangkan yang bersangkutan melakukan aktivitas lain yang tidak saya ketahui karena mereka mematikan kamera. Oleh karena itu saya tidak mau memulai perkuliahan sebelum semua mahasiswa menghidupkan kamera.


Ternyata untuk meminta mahasiswa menghidupkan kamera tidaklah mudah. Terkadang perlu menunggu beberapa menit hingga puluhan menit sampai semua mahasiswa menghidupkan kamera. Hal itu menunjukkan bahwa mahasiswa belum semuanya siap mengikuti perkuliahan. Mereka ada yang hanya bergabung di zoom kemudian melakukan aktivitas lain. 


Pernah kejadian, saya harus menunggu sampai dua puluh menit untuk meminta mahasiswa semua menghidupkan kamera. Karena sudah beberapa kali saya meminta menghidupkan kamera tetapi tetap saja masih ada mahasiswa yang tidak menghidupkan kamera, maka saya pernah mengancam jika lima menit lagi masih ada yang belum menghidupkan kamera, maka zoom akan saya matikan dan tidak jadi memberi kuliah. Setelah saya ancam seperti itu, barulah semua mahasiswa mau menghidupkan kamera. 


Kejadian lain, pernah setelah satu jam-an saya berbicara menjelaskan materi kuliah, saya bertanya kepada mahasiswa apakah ada yang ditanyakan terkait materi yang baru saja saya jelaskan. Tidak ada satupun mahasiswa yang merespon pertanyaan saya. Saya mengulangi bertanya beberapa kali, tetap saja suasana ruang zoom meeting hening, tidak ada satupun mahasiswa yang mencoba merespon pertanyaan saya. Saya mencoba diam tidak melanjutkan kuliah beberapa saat. Ternyata mahasiswa tetap enjoy seperti tidak terjadi apa-apa. 


Setelah beberapa saat tetap seperti itu, akhirnya saya jadi berpikiran negatif bahwa mereka tidak memperhatikan kuliah. Jika mereka memperhatikan kuliah pastinya mereka akan bertanya mengapa saya diam tidak melanjutkan perkuliahan. Tetapi yang terjadi tidak begitu, mahasiswa tetap diam tidak memberikan respon apapun. Karena tidak ada satupun mahasiswa yang merespon, akhirnya perkuliahan saya akhiri dan zoom meeting saya matikan.


Saya agak kecewa dengan sikap mahasiswa tersebut. Saya sudah semangat menjelaskan materi kuliah dan mengulang-ulang penjelasan dengan suara keras dengan maksud agar mahasiswa dapat menangkap dan memahami penjelasan saya, ternyata mereka tidak ada itikat baik untuk memberikan respon positif atas pertanyaan saya. Saya pikir, buat apa saya capek-capek memberi kuliah kepada orang-orang yang tidak  punya niat belajar. Bahkan sekadar menjawab "sementara ini belum ada pertanyaan pak" saja untuk menjaga terjadinya interaksi dua arah, mereka malas melakukannya. 


Saya jadi berpikiran apakah mereka para mahasiswa belum dewasa? Orang yang sudah dewasa seharusnya akan mampu bersikap layaknya orang dewasa, yaitu mengetahui kapan mereka harus fokus belajar dan kapan mereka bersantai. Ketika mereka sudah memutuskan untuk kuliah di prodi pendidikan kimia, seharusnya mereka sudah meniatkan diri akan mengikuti semua proses pembelajaran di prodi pendidikan kimia dengan serius dan sebaik-baiknya. Inilah yang menjadi kebimbangan saya, apakah mereka para mahasiswa sebenarnya masih seorang siswa, belum layak menyandang predikat "maha"? Jika mereka memang sudah seorang mahasiswa, mengapa sikap dan perilakunya masih seperti seorang siswa? 


Demikianlah dinamika perkuliahan pengganti yang saya laksanakan secara daring. Kuliah secara daring memang bisa menjadi solusi alternatif pengganti kuliah manakala kuliah secara luring sulit dilaksanakan. Tetapi kuliah secara daring juga menyisakan persoalan lain terkait manajemen proses pembelajaran, yakni sulit memastikan mahasiswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pola interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa selama perkuliahan terkadang sulit terjadi. Selain itu persoalan lain terkait teknis seperti masalah gangguan sinyal ataupun putusnya aliran listrik juga bisa mengganggu kelancaran jalannya proses pembelajaran. []



Gumpang Baru, 28 Desember 2023

Minggu, 10 Desember 2023

PAPI KOK GAK BANGUNKAN ADIK?

 


PAPI KOK GAK BANGUNKAN ADIK?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Sebelum sekolah TK, putri kecil kami memang sudah kami kenalkan tentang shalat dengan mengajaknya ikut shalat. Untuk memotivasinya, kami membelikan dia mukena dan sajadah khusus berwarna pink sesuai warna kesukaannya. 


Sejak mempunyai mukena dan sajadah sendiri, putri kecil kami menjadi lebih termotivasi untuk ikut shalat fardhu dan sunnah. Ia merasa sudah seperti papi mami dan kakaknya yang memiliki sajadah sendiri. Walaupun terkadang mogok sholat, tetapi ia lebih banyak rajin sholatnya daripada mogoknya. Setiap selesai shalat, dia melipat sendiri mukenanya meniru yang dilakukan maminya. 


Ketika masuk sekolah TK, di sekolah ia mendapat pelajaran shalat. Suatu waktu ustadzahnya (gurunya) pernah bertanya siapa yang di rumah sudah shalat? Sejak gurunya bertanya seperti itu, putri kecil kami menjadi lebih termotivasi mengerjakan shalat. Dia selalu bertanya tentang waktu yang maksudnya adalah sekarang masuk waktu shalat apa. Setiap kali kami bilang "Adik wudhu', maka ia dengan semangatnya masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. 


Suatu waktu, di hari libur, mungkin karena siangnya belum tidur siang (biasanya di sekolah dikondisikan tidur siang), sore menjelang Maghrib dia tertidur dengan pulasnya. Karena terlihat sangat pulas tidurnya, kami tidak membangunkannya ketika masuk shalat Maghrib. 


Ketika waktu Isyak telah masuk, dia terbangun. Maka kami meminta dia untuk berwudhu. Ketika mau shalat, dia bertanya, "Papi, sekarang shalat Maghrib?". Saya jawab, "Sekarang shalat Isyak, ini sudah malam. Tadi adik tidur waktu shalat Maghrib". Mendengar jawaban papinya, dia membalas, "Papi kok gak bangunin adik?" sambil matanya meneteskan air mata mau menangis. Segera saya peluk putri kecil kami tersebut, dan berkata, "Ya, papi minta maaf. Lain kali papi bangunkan adik". Setelah mendengar perkataan papinya, barulah ia tenang dan tidak menangis lagi. 


Kami bersyukur sekali, putri kecil kami telah memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan shalat fardhu. Selain mengajarkan shalat fardhu, kami juga mengajari dia shalat sunnah rawatib. Misalnya, setelah shalat Maghrib, berdzikir (kami membelikannya tasbih sendiri), dan berdoa, dia sering bertanya, "Shalat berapa lagi?' Kami jawab, "Shalat Sunnah dua rakaat", maka ia pun mengerjakan shalat Sunnah bakda Maghrib sebanyak dua rakaat. 


Setelah selesai mengerjakan shalat sunnah bakda Maghrib, barulah kami semua membaca Al-Qur'an bersama-sama. Kami sengaja membelikan dia mushaf Al-Qur'an sendiri sehingga dia merasa memiliki Al-Qur'an sendiri. Dia menandai sendiri sampai ayat dan halaman berapa ia membaca Al-Qur'an. Ketika bersama-sama membaca Al-Qur'an, dia yang paling keras suaranya. Alhamdulillah ya Allah, putri kecil kami telah tumbuh menjadi anak yang shalihah. []


Gumpang Baru, 10 Desember 2023

Sabtu, 21 Oktober 2023

MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

 


MEMBANGKITKAN KEMBALI SPIRIT MENULIS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro


 

Menekuni dunia kepenulisan memang tidak mudah. Selain mampu menulis, menekuni dunia kepenulisan juga dituntut untuk memiliki spirit menulis yang terus terperlihara. Salah satu cara agar spirit menulis terus terjaga adalah dengan cara bergabung di komunitas penulis. Di komunitas penulis akan bertemu dengan banyak penulis dan terbiasa dengan aktivitas menulis secara rutin. Setiap komunitas penulis pasti memiliki program menulis rutin untuk mendorong anggotanya agar tetap semangat menulis.


Ketika seseorang memutuskan diri untuk bergabung di sebuah  komunitas penulis, tidak serta merta ia akan semangat menulis. Bergabung di komunitas penulis perlu mengaktifkan diri dengan aktivitas menulis. Berada di lingkungan yang kondusif untuk menulis belum tentu mampu menjadikan diri semangat menulis selama tidak memaksa diri untuk terus menulis. Tidak ada manfaatnya bergabung di komunitas penulis manakala tidak belajar menulis. Kata kunci untuk menjadi penulis yang produktif adalah memulai menulis. Menulis adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapapun yang mau belajar. 


Setiap komunitas penulis pasti pernah mengalami munculnya fenomena turunnya semangat para anggota dalam menulis. Para anggota komunitas cenderung pasif dan kurang semangat dalam menulis. Dampaknya adalah program menulis rutin yang menjadi aktivitas utama komunitas menjadi kurang hidup. Fenomena ini ternyata juga terjadi di komunitas penulis Sahabat Pena Kita (SPK). Program menulis wajib Setoran Wajib ternyata mulai banyak dilanggar para anggota komunitas. Terkesan para anggota grup SPK mengalami kejenuhan atau kurang termotivasi dalam menulis. Fenomena yang menyedihkan tersebut menjadi pemikiran serius pengurus grup SPK. Maka agar masalah tersebut tidak berlama-lama dan semakin parah, maka perlu dirancang kegiatan refreshing bagi anggota grup agar motivasi menulisnya bangkit kembali.


Maka pada hari ini, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023 grup Sahabat Pena Kita (SPK) mengadakan webinar literasi yang dikemas dalam bentuk Podcast bernama Ruang Inspirasi. Pada Podcast batch #1 ini menghadirkan dua orang narasumber yang sangat berkompeten dalam bidang literasi menulis. Kedua narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. dan Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI. Kedua narasumber merupakan sesepuh dan penasihat di grup SPK. Kedua narasumber menyampaikan materi yang berisi motivasi bagaimana menjaga dan membangkitkan spirit menulis. 


Dengan gaya penyampaian materi yang khas, kedua narasumber menyampaikan materinya dengan sangat jelas dan menggugah motivasi. Narasumber yang pertama menyampaikan paparan materi adalah Prof. Dr. Ngainun Naim dan kemudian dilanjutkan paparan materi kedua oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin. Sebelum kedua narasumber menyampaikan paparan materinya, terlebih dahulu acara webinar dibuka oleh ketua grup SPK ibu Dr. Hitta Alfi Muhimmah dengan dipandu oleh moderator mas Roni Ramlan, M.Ag. Mas Roni Ramlan ini adalah ketua grup SPK cabang Tulungagung. 


Para artikel ini, penulis akan mencoba menyampaikan kembali ulasan materi yang telah disampaikan oleh kedua narasumber menurut penangkapan dan pemahaman penulis pribadi. Selama mengikuti acara webinar, penulis mencoba membuat coretan sederhana ringkasan materi dari kedua narasumber dengan menggunakan teknik Mind Map. Teknik Mind Map membantu penulis mencatat kata-kata kunci dari paparan materi kedua narasumber. Dengan berdasarkan hasil Mind Map yang penulis buat selama mengikuti acara webinar, penulis kemudian mengubahnya menjadi tulisan artikel ini. 


Kesempatan pemaparan materi yang pertama diberikan kepada Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau menyampaikan bahwa ruh dari kegiatan literasi adalah menulis. Menulis itu memang mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Banyak orang yang ingin bisa menulis tetapi enggan untuk segera mulai menulis. Prof. Dr. Ngainun Naim menjelaskan bahwa ada lima tipe orang yang ingin belajar menulis. Tipe pertama adalah orang yang mau menulis tetapi tidak segera menulis. Orang tipe pertama ini penganut paham idealisme tapi tidak realistis. Dia baru tahap memiliki keinginan atau cita-cita menjadi penulis, tapi sayangnya cita-citanya tidak didukung dengan tindakan nyata dengan segera mulai menulis. Orang tipe pertama ini tidak akan pernah menjadi seorang penulis dan tidak akan pernah menghasilkan tulisan. 


Tipe kedua adalah orang yang mau menulis dan mampu merealisaiskannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini memiliki semangat dan keinginan menulis dan segera merealisasikannya dengan segera menulis. Orang tipe kedua ini punya peluang untuk bisa menulis jika mampu menekuninya dengan disiplin, komitmen dan konsisten. Tipe ketiga adalah orang yang lemah keinginan menulis dan kemampuannya menulis juga lemah. Orang tipe ketiga ini akan sangat sulit untuk bisa menulis karena keinginan untuk menulis saja lemah, apalagi juga lemah dalam kemampuan menulis, maka akan sangat sulit bisa menulis. 


Kemudian tipe keempat adalah orang yang keinginannya tinggi tetapi kemampuan menulisnya rendah. Orang tipe keempat ini memiliki peluang besar akan bisa menulis karena ia telah punya modal keinginan yang tinggi untuk menulis. Walaupun kemampuan menulisnya masih rendah, jika ia mau belajar menulis secara tekun dan disiplin, maka suatu saat nanti ia pasti akan menghasilkan tulisan yang baik. Adapun tipe kelima adalah orang yang mampu menulis dan mau menulis. Orang tipe kelima ini adalah tipe yang paling ideal karena ia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis. Ia memiliki kemampuan yang tinggi dalam menulis dan juga memiliki kemauan yang kuat untuk menulis. Orang tipe kelima inilah yang nanti akan sukses menjadi penulis yang produktif dan professional. 


Prof. Dr. Ngainun Naim juga menegaskan bahwa berdasarkan pengamatan beliau terhadap orang-orang yang menjalani aktivitas menulis, beliau menemukan fakta bahwa ternyata para penulis yang produktif menghasilkan karya tulis bukanlah orang-orang pengangguran, melainkan justru orang-orang yang punya banyak kesibukan pekerjaan atau aktivitas. Ternyata para penulis produktif bukanlah orang-orang yang punya banyak waktu longgar, tetapi justru mereka adalah orang-orang yang menyisihkan waktu di antara kesibukannya untuk menulis. Para penulis produktif adalah orang-orang yang mampu mengelola waktu dengan baik sehingga mereka mampu menyisihkan sebagian waktunya yang padat kegiatan untuk menulis secara rutin. 


Setelah Prof. Ngainun Naim selesai memaparkan materinya, narasumber kedua yaitu Prof. Dr. Muhammad Chirzin mendapat giliran untuk menyampaikan materi webinar. Di awal penyampaian materinya, Prof.. Dr. Muhammad Chirzin menjelaskan bahwa dalam menulis beliau terinspirasi dari surat Al-Alaq ayat 1-5. Manusia adalah folowers Tuhan, manusia adalah teamwork Tuhan dalam menyediakan bacaan melalui aktivitas menulis untuk mewujudkan perintah membaca. Membaca membutuhkan bahan bacaan (tulisan). Jika tidak ada tulisan, lantas mau membaca apa? Berarti menulis merupakan aktivitas membantu Tuhan dalam menyediakan bahan bacaan bagi umat manusia agar perintah iqra’ dapat terealisasikan. 


Dalam paparan materinya, beliau menyampaikan bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu yang disukai untuk dilakukan. Menulis itu harus disukai jika ingin bisa menulis. Suka menulis menjadi motivasi internal untuk menjadi penulis. Menulis adalah belajar. Menulis adalah meninggalkan warisan peradaban. Menulis adalah tanda cinta kepada orang-orang yang disayangi melalui persembahan buku. Beliau mengaitkan aktivitas menulis buku dengan sebuah peribahasa yang sangat terkenal, yaitu gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Sedangkan kalau manusia mati meninggalkan buku. Buku memiliki beberapa arti penting, yaitu buku adalah sumber ilmu, buku adaah teman setiap waktu, buku adalah jendela dunia, dan buku adalah penggerak perubahan.  


Terkait motivasi menulis, beliau menyampaikan bahwa menulis menunjukkan eksistensi diri. “Saya menulis, maka saya ada”. Menulis adalah merangkai kata. Bahan tulisan bisa dari apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan. Menulis seharusnya bukan pekerjaan, melainkan kebutuhan. Menulis adalah kegiatan sehari-hari. Menulis itu dari hati. Menulis itu laksana Tuhan berfirman. Menulis itu bagaikan Nabi bersabda. Karena firman Tuhan dan Sabda Nabi tidak pernah salah, maka seorang penulis harus berusaha seminimal mungkin melakukan kesalahan dalam tulisannya dengan cara selesai menulis kemudian membaca kembali dan melakukan self editing. Menulis merupakan sebuah keterampilan. Maka untuk belajar menulis dilakukan dengan cara menulis. Menulis sangat dekat dengan kegiatan membaca. Untuk menulis sebuah buku perlu membaca minimal sepuluh buku. 


Demikian ringkasan materi motivasi menulis yang disampaikan kedua narasumber yang mampu penulis catat dan pahami. Semoga tulisan sederhana ini menjadi sarana menyebarluaskan materi webinar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Chirzin dan Prof. Dr. Ngainun Naim. Dan semoga dengan diselenggarakannya webinar literasi ini semangat dan motivasi menulis anggota grup SPK dan para penulis yang sempat turun kembali bangkit. Salam semangat menulis. [] 


Gumpang Baru, 21 Oktober 2023


__________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Rabu, 04 Oktober 2023

PENGHARGAAN PRESTASI DIRI

PENGHARGAAN PRESTASI DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro


Tadi pagi sekretaris pengurus grup literasi Sahabat Pena Kita (SPK) mengirimkan pesan WhatsApp yang berisi kiriman sertifikat penghargaan SPK sebagai The Second Most-Viewed Articles of The Month Periode bulan Agustus 2023. Mendapat kiriman sertifikat penghargaan tersebut saya senang dan bersyukur. Kiriman sertifikat penghargaan tersebut merupakan pelengkap atas flyer The Most Viewers of The Month yang sudah diposting di grup SPK beberapa waktu sebelumnya. 

Sertifikat penghargaan tersebut bagi saya sekadar bukti rekam jejak pencapaian diri yang layak diabadikan. Walau bukan prestasi yang luar biasa, melainkan hanya sebuah prestasi sederhana, tetap harus diapresiasi. Karena sebagaimana inspirasi dari Prof Suhubdy Yasin dalam #CatatanPerjalanan-07 bahwa, "Apapun yang kita kerjakan sesungguhnya akan tetap ada manfaatnya dan harus dihargai sebagai suatu prestasi".

Terima kasih Sahabat Pena Kita (SPK) atas penghargaannya. Ini merupakan penghargaan keenam kalinya sejak program pemberian penghargaan bagi artikel yang mendapatkan jumlah view terbanyak diluncurkan. Alhamdulillah selama 6 bulan terakhir ini setiap bulan bisa masuk tiga besar view terbanyak. 

Penghargaan ini merupakan buah dari komitmen dan spirit menulis yang terus terpelihara. Inspirasi dan motivasi dari guru-guru penulis di grup Sahabat Pena Kita (SPK) menjadi aliran energi bagi saya untuk terus menulis dan mencetak prestasi diri.  Semoga SPK semakin maju dan berjaya. Amin.

Rabu, 13 September 2023

MENGUNGKAP PESAN TERSIRAT ALLAH SWT DALAM KATA "ZARRAH"

MENGUNGKAP PESAN TERSIRAT ALLAH SWT DALAM KATA "ZARRAH"

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Dalam Al Quran, Allah Swt berfirman: 
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat "zarrah", niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat "zarrah", niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah [9]: 7-8).

Firman Allah Swt tersebut menyebutkan kata "zarrah" untuk menunjukkan suatu "ukuran" yang sangat kecil. Dalam beberapa terjemahan Al Quran versi lama, kata "zarrah" diartikan "seberat biji sawi". Ada pula yang menerjemahkan "seberat debu yang terbang". Kemudian kata "zarrah" ada yang menerjemahkan "seberat atom".

Terjemahan kata "zarrah" sebagai "seberat atom" mungkin didasarkan atas sepengetahuan penerjemahnya bahwa "atom" adalah benda terkecil. Padahal sains modern telah mengakui bahwa atom bukan partikel terkecil di alam semesta, tetapi atom masih tersusun lagi atas partikel-partikel sub atomik yang lebih kecil ukurannya seperti proton, neutron, dan elektron.

Berdasarkan perkembangan sains modern tersebut, apakah akan ada penerjemah Al Quran yang akan menerjemahkan kata "zarrah" sebagai "seberat proton" atau "seberat neutron", atau "seberat elektron"?

Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa makna kata "zarrah" dalam Al Quran berubah-ubah mengikuti perkembangan ilmu sains. Redaksional dalam Al Quran masih tetap sama (tidak berubah), tetapi terjemahan maknanya berubah. Hal ini menujukkan bahwa Al Quran itu berlaku sepanjang massa, artinya zaman apapun Al Quran masih relevan.

Yang terkesan "tidak relevan" atau "ketinggalan zaman" adalah terjemahan Al Quran, bukan Al Quran. Al Quran tidak akan pernah "kedaluwarsa" (out of date) karena Al Quran adalah firman Allah Swt. Terjemahan Al Quran bisa terkesan "kedaluwarsa" karena terjemahan Al Quran adalah buatan manusia (penerjemah) yang terkadang ilmunya sudah ketinggalan zaman. Jadi sangat jelas bahwa makna kata "zarrah" dalam firman Allah Swt tersebut masih "misteri", hanya Allah Swt saja lah yang mengetahui makna sebenarnya.

Dalam artikel ini penulis tidak memfokuskan pembahasan pada makna "zarrah", tetapi penulis akan memfokuskan pembahasan pada tujuan dan maksud Allah Swt menyebutkan kata "zarrah" dalam Al Quran. Dalam surat Az-Zalzalah : 7-8 tersebut, mengapa Allah Swt mengenalkan istilah "zarrah" untuk menggambarkan suatu "ukuran" yang sangat kecil dari sesuatu, baik kebaikan maupun kejahatan. Ada apa dengan "ukuran sangat kecil"? Apakah Allah Swt memiliki tujuan tertentu dengan menyebutkan kata "zarrah"? Pesan tersirat apakah yang hendak Allah Swt ajarkan kepada umat manusia? Adakah misteri di balik pengungkapan kata "zarrah" dalam Al Quran?

Pada perkembangan iptek saat ini, para ilmuwan sains sedang memfokuskan risetnya di bidang nanosains dan nanoteknologi. Nanosains dan nanoteknologi merupakan bidang kajian ilmu dan rekayasa material dalam wilayah nanometer.

Para ilmuwan sains memandang bahwa nanosains dan nanoteknologi kemungkinan dapat memberikan perubahan besar terhadap peradaban manusia di abad ke -21. Hal itu disebabkan oleh banyaknya potensi penerapan teknologi baru yang didasarkan pada sifat-sifat material baru (satu nanometer adalah sepersatumilyar meter, sebagai pembanding lebar rambut manusia yang ukurannya kira-kira sebesar 50.000 nanometer).

Pada material berukuran nanometer, dijumpai sifat elektronik, sifat magnetik, sifat optik, dan reaktivitas katalitik baru di mana sifat baru ini tidak dijumpai pada material berukuran lebih besar dari 100 nanometer. Jadi jika suatu material berukuran sekitar 1-100 nm akan muncul sifat-sifat baru yang tidak ditemukan pada material berukuran lebih besar dari 100 nm.

Fenomena kemunculan sifat baru dari material berukuran 1-100 nm telah menyadarkan para ilmuwan sains tentang adanya pengaruh "ukuran" terhadap sifat material, dan pengaruh "ukuran" tersebut hanya dijumpai pada material yang berukuran sangat kecil sekali, yaitu pada rentang ukuran 1-100 nm. Inilah "keanehan" sifat material yang ditemukan para ilmuwan sains.

Menurut para ilmuan sains, munculnya sifat baru pada material yang berukuran sangat kecil sekali (1-100 nm) didasarkan atas dua alasan, yakni meningkatnya luas permukaan (surface area) dan munculnya efek ukuran kuantum (quantum size effect).

Pada material berukuran 1-100 nm terjadi interaksi antar partikel sebagai efek dari ukuran kuantum yang menyebabkan munculnya sifat-sifat baru dan khas pada material. Sifat-sifat baru dan khas tersebut tidak terjadi pada material berukuran lebih besar dari 100 nm. Dengan mengandalkan sifat material yang khas ini maka diharapkan tercipta produk baru dengan kinerja material yang lebih kuat, lebih ringan, dan lebih cepat.

Jika pembaca pernah melihat film kartun "Dragon Ball", di mana dalam film kartun tersebut digambarkan adanya kapsul yang diproduksi oleh perusahan "Capsule Corporation" yang jika dilempar akan berubah menjadi sebuah pesawat. Sebuah pesawat supercanggih dapat disimpan dalam sebuah tempat berukuran kapsul. Mungkin seperti itulah gambaran salah satu penerapan nanosains dan nanoteknologi di masa depan.

Mungkin di antara pembaca ada yang berpikiran apa mungkin gambaran dalam film kartun yang hanya hasil imajinasi kartunis tersebut suatu saat nanti terealisasi? Itulah teknologi dikembangkan, pada awalnya hanya imajinasi tetapi kemudian terealisasi.

Pada film-film kartun tahun 1980an digambarkan adanya teknologi canggih yang memungkinkan orang berbicara melalui layar. Waktu penulis masih kecil ketika melihat film kartun tersebut, timbul pertanyaan "kok bisa ya orang berbicara dengan TV?" Apa yang digambarkan dalam film kartun tersebut (yang dulu hanya imajinasi saja) sekarang ini telah benar-benar ada dan dinikmati orang sekarang, yaitu "video call". Ya, video call adalah salah satu teknologi yang dulu hanya sebatas imajinasi belaka.

Kita kembali pada pembahasan nanosains dan nanoteknologi. Pemanfaatan keunggulan material berukuran nano menjanjikan peluang eksplorasi untuk menciptakan teknologi baru dengan pencapaian melampaui apa yang telah dicapai oleh bidang komputer dan bioteknologi di beberapa dekade ini.

Penerapan nanosains dan nanoteknologi diharapkan mampu membawa perubahan infrastruktur yang dramatis, semisal pembuatan komputer yang super cepat, membuat pesawat yang lebih ringan, menampakkan sel-sel kanker yang sulit diamati mata manusia, terciptanya teknologi sel surya yang sangat efisien dalam mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik, terciptanya baterai-baterai berkinerja tinggi dari material nano yang mampu menyimpan energi listrik sangat besar dan tahan lama dengan waktu isi ulang yang cepat. Dan produk-produk dramatis lain yang diharapkan suatu saat dapat diperoleh dari pengembangan nanosains dan nanoteknologi. Teknologi sekarang memiliki kecenderungan mengarah pada "small size" dan sebagian buktinya sudah kita nikmati saat ini.

Demikian ulasan penulis tentang kemungkinan adanya maksud tersirat dari Allah Swt dengan mengenalkan istilah "zarrah" yang menggambarkan ukuran benda yang sangat kecil dan ditemukannya fenomena alam berupa keanehan dan keajaiban sifat dari material berukuran nano.

Berdasarkan ulasan di atas, apakah kata "zarrah" dalam Al Quran berkaitan dengan kemunculan nanosains dan nanoteknologi? Apakah adanya kata "zarrah" dalam Al Quran menunjukkan pesan tersirat Allah Swt tentang adanya "rahasia" di balik "ukuran benda-benda sangat kecil" yang akhirnya terungkap oleh nanosains dan nanoteknologi? WaAllahu a'lam.


__________________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro. Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 37 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

Sabtu, 10 Juni 2023

MELATIH DIRI PRODUKTIF

 

MELATIH DIRI PRODUKTIF

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Tuhan itu Maha Adil. Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini telah dibekali potensi diri. Dengan potensi diri yang tersimpan dalam dirinya, manusia dapat mengembangkan kemampuan dan kompetensi dirinya. Potensi diri yang bersifat laten tersebut akan muncul dan berkembang manakala seseorang berada di lingkungan yang tepat dan kondusif. 


Setiap orang pasti melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap hari orang bekerja untuk mendapatkan uang guna menopang hidupnya. Di posisi apapun, setiap orang yang bekerja pasti disibukkan dengan urusan pekerjaan. Sehingga terkadang tidak disadari kalau ia melakukan aktivitas monoton yang berasal dari tuntutan pihak pemberi kerja.


Selain melakukan aktivitas atau bekerja untuk orang lain, ada baiknya kita juga mulai melatih diri untuk melakukan aktivitas untuk mengaktualisasikan diri. Aktivitas yang benar-benar merepresentasikan passion diri. Manfaatnya melatih melakukan aktivitas untuk aktualisasi diri adalah ketika kita sudah tidak terikat dengan pihak pemberi kerja (pensiun), kita masih punya aktivitas rutin yang dilakukan dan kita senang melakukannya karena sesuai passion kita. 


Melakukan aktivitas yang merupakan passion akan terasa menyenangkan. Aktivitas passion membuat diri merasa bahagia. Melatih diri aktif melakukan aktivitas produktif yang bersifat aktualisasi diri sesuai passion tidak ubahnya seperti menyiapkan diri menghadapi masa pensiun. Orang yang memiliki aktivitas produktif sesuai passion akan lebih siap menghadapi masa pensiun. 


Menjalani aktivitas sesuai passion itu menyenangkan. Apalagi jika aktivitas tersebut bisa mendatangkan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat psikologis (kebahagiaan), maka akan semakin berdampak positif terhadap tingkat kesehatan. Orang yang hatinya selalu bahagia pasti kehidupannya berjalan baik. Orang yang kehidupannya baik pasti orangnya sehat. Kesehatan memang berkorelasi positif dengan kebahagiaan. 


Setiap orang yang bekerja untuk pihak lain (pegawai) pasti akan menghadapi masa pensiun. Masa pensiun identik dengan masa tidak produktif dan masa menunggu. Banyak pegawai takut menghadapi masa pensiun karena belum siap menganggur. Muncullah pandangan seperti ini wajar karena umumnya pegawai melakukan pekerjaan yang berasal dari perintah atasan atau tupoksi dari lembaga/perusahaan pemberi kerja. Makanya ketika akan memasuki masa pensiun  banyak pegawai yang ketakutan. 


Mereka bingung nanti mau kerja apa ketika sudah pensiun. Kebingungan mereka tersebut terjadi karena selama menjadi pegawai aktif, mereka bekerja untuk orang lain/lembaga/perusahaan. Mereka merasa aktif bekerja selama menjadi pegawai aktif. Mereka tidak menyadari bahwa selama ini mereka menganggurkan (menidurkan, membuat pasif) daya kreativitas dan kemampuan inovasi mereka.


Mereka merasa aktif padahal mereka sebenarnya pasif karena mereka bekerja bukan karena dorongan internal melainkan karena adanya dorongan eksternal dari atasan/lembaga/perusahaan. Mereka tidak melatih diri bekerja untuk diri sendiri dan sesuai keinginan sendiri. Mereka tidak terbiasa melakukan pekerjaan sesuai passion atau hobi, tetapi bekerja sesuai perintah atasan atau tupoksi dari lembaga/perusahaan tempat bekerja. 


Berdasarkan penjelasan di atas, penting kiranya bahwa setiap pegawai yang masih aktif bekerja mulai mengenali potensi dirinya atau mencari hobinya yang cocok untuk dirinya dan mulai berlatih membiasakan diri melakukan aktivitas sesuai passion atau hobinya tersebut. Melakukan aktivitas sesuai passion atau hobi merupakan bentuk kreativitas dan akan menjadi inovasi karena semakin lama dilakukan semakin membahagiakan. Hati yang bahagia dan pikiran yang jernih akan semakin kreatif mencari ataupun menemukan ide-ide kreatif untuk mengembangkan hobinya tersebut. 


Hobi yang ditekuni dengan serius suatu saat bisa mendatangkan manfaat, khususnya manfaat finansial. Keuntungan orang melakukan hobi yang bernilai komersial adalah selain membuat hatinya bahagia, ia juga memperoleh keuntungan finansial. Oleh karena itu, ia mendapatkan keuntungan ganda, yaitu keuntungan psikis (kebahagiaan) dan keuntungan fisik (finansial). Jadi menekuni aktivitas sesuai passion dan menjadikannya sebagai hobi tidak ada salahnya, dan bahkan berpeluang menjadi sumber penghasilan ketika nanti sudah pensiun. Bagaimana, apakah anda tertarik mau mencoba ide ini?  []


Gumpang Baru, 10 Juni 2023


 ___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Senin, 16 Januari 2023

KEBAHAGIAAN ANAK


KEBAHAGIAAN ANAK

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Sejak pasca operasi, saya tidak bisa lagi menemani si kecil pergi ke toko/supermarket terdekat untuk belanja. Sebelum operasi, hampir setiap Minggu kami sekeluarga ke supermarket terdekat untuk sekadar makan dan belanja kebutuhan rumah. Ketika di supermarket, biasanya si kecil minta dibelikan mainan dan buku-buku mewarnai. Tetapi sejak saya dioperasi, praktis saya hanya bed rest dan tidak bisa kemana-mana, termasuk menemani si kecil jalan-jalan dan membeli buku. 


Sudah hampir dua bulan saya tidak menemani si kecil pergi kemana-kemana dan menemaninya membeli barang-barang kebutuhannya, baik mainan maupun keperluan belajarnya. Sudah banyak daftar keinginan dan rencana yang ia sampaikan jika nanti papinya sudah sembuh. Hampir setiap hari dia cerita keinginannya jika nanti saya sudah sembuh dan sambil tersenyum saya menjawab "Iya nanti kalau papi sudah sembuh ya". 


Setelah ditetapkan jadwal masuk RS dan jadwal operasi Fistula yang kedua, saya berpikir kasihan si kecil jika harus menunggu lebih lama lagi untuk memenuhi kebutuhannya. Sekarang sudah hampir dua bulan dia gak kemana-mana, bahkan waktu liburan semesteran kemarin pun hanya dihabiskan di rumah saja dan sesekali ikut mengantar saya kontrol dokter ke RS. Jika menunggu lagi setelah saya dioperasi kedua, saya khawatir bisa semakin lama ia menahan keinginannya. Oleh karena itu, saya berencana menemaninya ke supermarket terdekat untuk membelikan kebutuhannya. Sambil berharap kondisi kesehatan saya membaik dan tidak merasakan keluhan sakit, saya merencanakan di hari H-1 masuk RS saya bisa menemani si kecil ke supermarket. 


Pada saat hari H-1 masuk RS, ternyata pagi hingga siang penyakit saya malah kambuh sakit. Setelah bakda Ashar rasa sakit sedikit mereda walau masih sakit, maka saya segera mengajak istri dan si kecil pergi ke supermarket. Sampai supermarket waktu telah masuk sholat Maghrib. Karena belum bisa untuk duduk dan juga sakit saya semakin terasa, maka saya sholat di mobil dengan posisi semi berbaring sedangkan istri dan si kecil pergi sholat Maghrib ke masjid. 


Selesai sholat Maghrib, segera kami masuk ke supermarket. Sambil menahan rasa sakit yang semakin menjalar, saya berjalan pelan-pelan menggandeng tangan si kecil masuk ke supermarket. Saya melihat si kecil sangat senang sekali. Saya tawarkan si kecil mau beli apa saja yang diinginkan. Pertama si kecil minta dibelikan buku-buku dan alat tulis untuk belajarnya, kemudian baru beli mainan. Semula si kecil juga mau ke Kids Fun tetapi karena saya sedang menahan sakit saya belum mengizinkannya dan si kecil memahami kondisi papinya. 


Selama menemani si kecil keliling supermarket mencari barang-barang kebutuhannya, saya berusaha selalu tersenyum kepadanya walau rasa sakit semakin terasa. Badan saya mulai berkeringat karena menahan rasa sakit yang semakin terasa menjalar di tubuh, tapi saya berusaha tetap sabar dan tidak memaksa si kecil segera menyelesaikan kebutuhannya. Saya tetap memberi kelonggaran waktu ke dia untuk mencari barang-barang kebutuhannya. Karena semakin sakit, terkadang saya menyandarkan tubuh di keranjang troli belanja untuk merilekskan tubuh sehingga bisa sedikit mengurangi rasa sakit.  


Selesai terbeli semua kebutuhan si kecil dan kebutuhan istri, segera kami ke kasir dan segera pulang. Saya sudah sangat tersiksa dengan rasa sakit akibat kambuhnya penyakit Fistula Ani saya. Sampai di rumah saya langsung berbaring di tempat tidur. Ketika saya sedang berbaring di tempat tidur, si kecil menyusul masuk ke kamar dan mendekati saya. Saya tidak menyangka tiba-tiba si kecil menciumi pipi saya berkali-kali dan tampak wajahnya bahagia sekali. Rupanya dia sangat senang sekali malam itu akhirnya bisa jalan-jalan lagi di toko/supermarket dan dibelikan barang-barang keinginannya seperti buku mewarnai, alat tulis dan mainan. 


Apa yang dilakukan si kecil dengan menciumi pipi saya berkali-kali tersebut merupakan surprise sekali. Saya puas dan senang sekali bisa melihat aura kebahagiaan terpancar di wajah cantik si kecil. Rasa sakit yang sedang menjalar di tubuh seakan-akan tidak terasa lagi karena munculnya rasa bahagia melihat kebahagiaan si kecil. Semoga ke depannya saya selalu dapat melihat wajah bahagia si kecil. Amin. []


Gumpang Baru, 16 Januari 2023

Kamis, 24 September 2020

MENDISAIN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS SPIRITUAL, MUNGKINKAH?

  


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

*Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

**Mahasiswa S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta


A.      Pendahuluan

Kimia merupakan salah satu ilmu sains yang fokus mengkaji tentang materi. Bahan kajian ilmu kimia meliputi kajian tentang struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta  perubahan energi yang menyertai perubahan materi. Kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Keenan, Kleinfelter, & Wood, 1984). Dilihat dari fokus kajiannya, ilmu kimia cakupan kajiannya sangat luas karena mencakup semua aspek pada materi. Dari kajian tentang materi ini, para ilmuwan menemukan dan merumuskan hukum-hukum dasar kimia seperti hukum Lavoisier, hukum Proust, hukum Dalton, hukum Gay-Lussac, hukum Charles, hukum Hess, dan lain sebagainya. Hukum-hukum dasar kimia yang ditemukan dan dirumuskan oleh para ahli kimia tersebut merepresentasikan hukum alam (sunnatullah) yang berlaku di alam semesta. Hukum alam (sunnatullah) merupakan hukum Allah Swt. yang ditetapkan dan diberlakukan pada materi di  alam semesta ini. Maka keberadaan hukum-hukum dasar kimia yang ditemukan para ilmuwan seharusnya mampu menyadarkan semua orang yang mempelajari kimia tentang adanya Allah Swt., Tuhan yang Mahapencipta alam semesta.

Dalam pendidikan, pemikiran keterpaduan (integrasi) antara ilmu kimia dan nilai-nilai spiritual seyogyanya diimplementasikan dalam proses pembelajaran mata pelajaran kimia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia selain mengajarkan konten kimia seharusnya juga mengajarkan tentang nilai-nilai spiritual (ketauhidan). Tetapi pada kenyataannya, masih sedikit pendidik (guru atau dosen) yang ketika mengajar kimia mengintegrasikan pembelajarannya dengan nilai-nilai spiritual. Fenomena ini menunjukkan adanya permasalahan dalam dunia pendidikan kita, khususnya bidang pembelajaran sains.

Adanya fenomena dekadensi moral di kalangan remaja usia sekolah, seperti tawuran antarpelajar, kekerasan pada sesame siswa, tindakan asusila, pergaulan bebas, dan lain-lain diduga kemungkinan juga ada kaitannya dengan pendidikan karakter (khususnya karakter religius) yang belum berhasil. Walaupun program pendidikan karakter telah lama  diimplementasikan dalam pendidikan, tetapi ternyata hasilnya belum terlihat signifikan. Menurut hasil penelitian (Hidayati, Zaim, Rukun, & Darmansyah, 2014) diketahui bahwa pendidikan karakter kurang mampu membentuk karakter positif pada siswa karena guru tidak mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran yang diampu. Guru yang sudah melaksanakan pendidikan karakter dalam mata pelajarannya juga belum melaksanakan secara terintegrasi dengan konten mata pelajaran.

Ilmu sains, khususnya ilmu kimia merupakan bidang ilmu yang sebenarnya sangat  dekat dengan nilai-nilai spiritual dan mudah diintegrasikannya dalam pembelajaran mata pelajaran. Tetapi karena ketidaktahuan pendidik bagaimana cara mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran mata pelajaran, maka hal itu dianggap sulit dan tidak banyak pendidik yang melakukannya. Apalagi didukung dengan belum banyaknya para pendidik yang sadar bahwa tugas mereka tidak hanya menghasilkan peserta didik yang pandai mata pelajaran, tetapi juga harus mampu menghasilkan peserta didik yang mengenal Tuhannya, peserta didik yang menyadari keberadaan Sang Pencipta alam semesta, dan peserta didik yang memiliki akhlak/perilaku/karakter yang mulia. 

 

B.       Mendisain Ulang Tujuan Pembelajaran Kimia

Kurikulum 2013 yang diterapkan secara resmi oleh pemerintah (Kemendikbud RI) bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada  kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, PP Mendikbud RI No. 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PP Mendikbud RI No. 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, 2018a).  Berdasarkan rumusan tujuan Kurikulum 2013 tersebut, dapat dipahami bahwa spiritual merupakan jiwa dari seluruh tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama yang ingin dicapai oleh Kurikulum 2013 adalah aspek spiritual, bukan aspek kognitif ataupun keterampilan. Hal ini menunjukkan ciri khas bangsa Indonesia sebagai negara yang dibangun berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pada pasal 31 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Penjelasan lebih lanjut dari pasal 31 tersebut tercantum dalam UU Nomor 20  Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara yang beriman kepada Tuhan yang maha Esa. Apabila dicermati lebih dalam, dari semua tujuan pendidikan, yang merupakan tujuan paling penting dan menaungi yang lainnya adalah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat dipahami selain urutan penyebutannya dalam Undang-Undang lebih awal juga karena tanpa iman dan taqwa, pencapaian tujuan pendidikan yang lain tidak akan membawa kebaikan bagi umat manusia di dunia apalagi di akhirat. Bahkan akhlak mulia (akhlakul karimah) hanya akan terwujud jika ada iman dan taqwa (Darmana, 2014).

Dalam dokumen kurikum 2013, rumusan kompetensi sikap spiritual adalah   “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. (Kemendikbud, PP Kemendikbud RI No. 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PP Mendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 2018b)

            Seiring dengan tujuan pertama dari pendidikan nasional dan kurikulum 2013, maka pembelajaran kimia seharusnya juga tidak berbeda jauh, yaitu mencetak peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai konsep-konsep kimia. Untuk mewujudkan tujuan ini, maka pembelajaran kimia di sekolah harus didesain dan diintegrasikan dengan nilai-nilai spiritual (religius). Langkah pertama untuk mendesain pembelajaran kimia yang berbasis spiritual adalah dengan mengubah paradigma pemikiran tentang pembelajaran kimia. Paradigma berpikir yang selama ini digunakan para pendidik adalah “Chemistry through education” atau mengajarkan kimia melalui pendidikan. Paradigma pemikiran seperti ini hanya menganggap kimia sebagai objek pembelajaran saja atau kimia sebagai konten yang menjadi fokus pembelajaran. Kelemahan dari paradigma berpikir seperti ini adalah pembelajaran kimia tidak memberikan dampak apapun terhadap pembentukan sikap dan karakter pada peserta didik karena kimia dipelajari hanya sebagai objek pelajaran saja. Pembelajaran kimia yang mendasarkan pada paradigma berpikir seperti ini tidak mampu menghadirkan kimia sebagai media pendidikan karakter, khususnya karakter religius.

Berdasarkan kelemahan paradigma “Chemistry through education” di atas, maka sudah waktunya paradigma tersebut diubah dan diganti dengan paradigma “Education through chemistry” atau pendidikan melalui kimia. Apakah perbedaan makna antara paradigma ‘chemistry through education’ dengan ‘education through chemistry’ dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 6.1. Perbandingan Paradigma “Chemistry through education” dan “Education through chemistry”

Chemistry Through Education

Education Through Chemistry

§  Mempelajari pengetahuan dasar kimia, konsep, teori dan hukum

§  Mempelajari pengetahuan kimia dan konsep yang penting untuk memahami dan menghargai masalah sosio-saintifik dalam masyarakat.

§  Melakukan proses kimia melalui pembelajaran inkuiri.

§  Melakukan penelitian ilmiah pemecahan masalah untuk lebih memahami latar belakang kimia yang berkaitan dengan masalah sosio-saintifik dalam masyarakat.

§  Mendapatkan apresiasi dari sifat ilmu.

§  Mendapatkan apresiasi dari sifat ilmu.

§  Melakukan kerja praktis dan hargai karya para ilmuwan.

§  Mengembangkan keterampilan pribadi terkait kreativitas, inisiatif, kerja aman, dll.

§  Mengembangkan sikap positif terhadap kimia dan ilmuwan.

§  Mengembangkan sikap positif terhadap kimia sebagai komponen utama dalam mengembangkan masyarakat dan usaha keras ilmiah.

§  Mendapatkan keterampilan komunikatif yang terkait dengan lisan, tertulis dan simbolis / tabular / format grafis.

§  Mendapatkan keterampilan komunikatif yang terkait dengan lisan, tertulis dan simbolis / tabular / format grafis.

§  Melakukan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah ilmiah.

§  Melakukan pengambilan keputusan secara sosio-saintifik  terkait dengan masalah yang timbul dari masyarakat.

§  Menerapkan penggunaan kimia ke masyarakat dan menghargai masalah etika yang dihadapi oleh para ilmuwan.

§  Membangkan nilai-nilai sosial yang terkait dengan menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan melakukan karir yang berhubungan dengan kimia.

(Holbrook, 2005)

“Chemistry through education” merupakan paradigma pembelajaran kimia yang lama, sedangkan “Education through chemistry” merupakan paradigma baru yang sedang trend sekarang. Paradigma “Chemistry through education” mengandung makna bahwa kimia adalah objek yang diajarkan dan pendidikan sebagai sarana mengajarkan. Di sini fungsi kimia hanya sebatas objek, kimia hanya sebagai objek pembelajaran, tidak ada fungsi lain selain objek yang dipelajari. Sementara itu, paradigma “Education through chemistry” sangat berbeda sekali dengan paradigma sebelumnya. Dalam paradigma yang baru ini, peran kimia bukan sebagai objek kajian, tetapi justru sebagai sarana atau media untuk mendidik. Pendidikan di sini justru yang menjadi objek pembelajaran. Jadi kalau diungkapkan dengan kalimat redaksional yang berbeda menjadi Mengajarkan Pendidikan Melalui Kimia.

Dalam konteks pendidikan karakter, paradigma “Education through chemistry” menurut pendapat penulis sangat relevan. Mengapa demikian? Kimia merupakan materi pelajaran yang mempelajari materi dan perubahannya. Sifat-sifat materi dan perubahannya dipengaruhi oleh hukum-hukum alam yang mengaturnya. Hukum alam atau sunatullah sebenarnya tidak lain adalah kehendak Allah Swt., hukum alam adalah sebuah ketetapan Allah Swt. yang diberikan kepada setiap materi di alam semesta. Kalau kita mempelajari materi di alam semesta ini secara tidak langsung kita juga mempelajari hukum-hukum atau kehendak Allah Swt..

Melalui pengkajian sifat-sifat materi dan perubahannya, sama dengan kita mengkaji mekanisme kerja Allah Swt. dalam mengatur alam semesta ini. Allah Swt. menetapkan kehendak-Nya pada setiap materi dan gejala perubahan materi pasti bertujuan positif, tidak mungkin Allah Swt. punya tujuan negatif terhadap makhluk-Nya karena tidak ada manfaatnya. Dengan memfungsikan kimia sebagai sarana mendidik itu sama dengan memanfaatkan kehendak Allah Swt. dalam bentuk hukum/hikmah/ibroh dalam setiap materi sebagai sarana mengajarkan nilai-nilai karakter akhlakul karimah kepada peserta didik (siswa maupun mahasiswa) (Saputro, 2018).

 

C.      Pendidikan Kimia Berbasis Spiritual, Mungkinkah?

Agama dan sains (ilmu pengetahuan) bagi manusia merupakan kebutuhan asasi. Artinya, kedua hal ini merupakan kebutuhan pokok bagi hidup dan sistem kehidupan manusia. Agama bagi manusia sebagai pedoman, petunjuk, kepercayaan dan keyakinan bagi pemeluknya untuk hidup sesuai dengan “fitrah” manusia yang dibawa sejak lahir. Eksistensi agama yang diimani, diyakini dan diamalkan ajarannya akan membawa pemeluknya dalam hidup dan sistem kehidupan lebih baik, tertib dan berkualitas. Eksistensi sains bagi agama berfungsi sebagai pengukuh dan penguat agama bagi pemeluknya, karena dengan sains mampu mengungkap rahasia-rahasia alam semesta dan isinya, sehingga akan menambah khidmat dan khusyuk dalam beribadah dan bermuamalah (Maksudin, 2013)

Dalam pengajaran sains dan teknologi (iptek) harus ada pengintegrasian pengajarannya dengan seluruh pola ideologi islam yang berlaku di masyrakat. Barat akhir-akhir ini telah mengintegrasikan pola pengajaran mereka dengan sistem ideologinya. Misalnya di Amerika, sains sosial dan kemanusiaan diajarkan dalam kerangka budaya Amerika. Demikian juga dulu di Uni Soviet, pendidikan ilmiah diintegrasikan dengan disiplin-disiplin non-teknik dan seluruh siswanya harus mempelajari sejarah Partai Komunis Uni Soviet, etika Marxis, filsafat dan estetika Marxis-Leninis, dasar-dasar ateisme ilmiah, ekonomi politik dan dasar-dasar komuniusme ilmiah. Hanya di negara-negara islam pengintegrasian pengajaran antara ideologi dengan disiplin-disiplin sosial-teknik dan humanisme-teknik belum berlangsung (Husain & Ashraf, 2000). Oleh karena itu, proses pengintegrasian nilai-nilai relegius dalam pelajaran sains sangat diperlukan.  Tanggung jawab intelektual muslim dewasa ini adalah menghadirkan Tuhan yang satu dalam diskursus-diskursus keilmuan (Miftahusyaian, 2010), termasuk di dalamnya adalah dalam proses pembelajaran kimia.

 

D.      Menggali Nilai-nilai Karakter Religius yang Terkandung dalam Ilmu Kimia

Alam dihidangkan Allah Swt., baik sebagai bahan konsumsi materiel  maupun immateriel  adalah sebagai perpustakaan raksasa, sebagai obyek riset (tadabbur), serta sebagai perbandingan dan pelajaran (i’tibar). Berulang – ulang ditemukan rangsangan keilmuan dan motivasi untuk studi Al Qur’an pada beberapa ayat – ayat-Nya (Lubis,1997:19). Membaca alam semesta itu bisa diibaratkan seperti seolah-olah kita sedang membaca curriculum vitae Allah Swt. Mengungkap proses-proses alam semesta itu bisa diasosiasikan  dengan mengungkap sifat-sifat Allah Swt. Mengenal hukum-hukum alam yang berlaku di alam semesta itu bisa merupakan cara mengenal Allah Swt.  Jadi mempelajari proses-proses di alam semesta itu bagaikan seperti mempelajari sifat-sifat Allah Swt. Kalau sudah mengenal sifat-sifat Allah Swt., itu sudah menunjukkan bahwa keberadaan Allah Swt. dapat diterima. Alam semesta ini diciptakan Allah agar menjadi bahan pemikiran dan renungan umat manusia.

Dalam ilmu kimia banyak terdapat materi-materi pelajaran yang mengandung nilai-nilai keindahan dan keteraturan yang pada akhirnya mengarah kepada peng-agungan sang pencipta. Jika seorang pendidik mampu  menggali lebih dalam lagi hakikat makna di balik proses-proses  kimia tersebut, maka akan diperoleh banyak sekali nilai-nilai religiusnya yang sangat diperlukan oleh para siswa sebagai bekal berperilaku (Saputro, 2008). Sebagai contoh misalnya  pada pelajaran materi pokok reaksi kimia. Dalam reaksi kimia, zat-zat pereaksi (reaktan) akan saling bereaksi membentuk zat baru (senyawa baru) yang disebut zat hasil reaksi (produk). Sifat produk sama sekali berbeda dengan sifat reaktan, tetapi reaktan "hanya" bisa bertransformasi (berubah) menjadi produk jika reaktan memiliki energi minimal yang cukup untuk melampaui energi aktivasi. Mengapa zat-zat di alam ini (atom, molekul, ion) dapat bereaksi secara kimia? Perlu kita pahami bahwa zat-zat kimia itu benda mati yang tidak memiliki akal dan tidak dapat berperilaku seperti makhluk hidup. Tetapi mengapa zat-zat kimia tersebut dapat bereaksi? Nah, di sinilah pentingnya kita pahami bahwa walaupun zat-zat (materi) di alam ini benda mati, tetapi mereka telah diberikan oleh Allah Swt. semacam sifat tertentu yang terikat oleh sunnatullah (hukum-hukum alam). Jadi materi di alam ini ketika berinteraksi dengan materi lain hanya sekedar menjalankan "iradah” (kehendak) Tuhannya yang telah ditetapkan dalam wujud sifat-sifat materi. Materi di alam ini hanya memenuhi "kewajibannya" selaku makhluk, materi di alam ini hanya sekedar mematuhi takdirnya.

Ada beberapa pelajaran atau hikmah kehidupan yang dapat kita ambil dari materi pelajaran reaksi kimia. Hikmah yang pertama adalah terjadinya perubahan materi secara kimia (reaksi kimia) telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang niscaya harus berubah menjadi lebih baik. Untuk dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik memerlukan bekal keilmuan yang cukup agar dapat melalui segala hambatan dan rintangan yang setiap saat dapat menghalangi kelancaran proses perubahan tersebut. Hikmah kedua adalah jika kita memiliki keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik tetapi kita kurang memiliki bekal keilmuan maupun motivasi yang cukup, maka kita memerlukan bantuan dari pihak lain. Maka sangat pantaslah kalau agama kita menganjurkan agar kita saling membantu satu sama lain dan saling menasihati dalam kebaikan. Adapun hikmah yang ketiga adalah perubahan diri menjadi pribadi yang lebih baik itu perlu momen yang tepat dan indikator terjadinya perubahan. Setiap waktu adalah baik, tetapi di antara waktu-waktu yang baik tersebut terdapat waktu yang paling "tepat" untuk kita melakukan perubahan diri. Hikmah keempat yaitu adanya "rahasia" dibalik kesuksesan proses transformasi diri. Ada konsep yang sangat penting yang perlu kita pahami dalam proses transformasi diri yaitu "kesadaran diri" bahwa keinginan kita untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik adalah kehendak Allah Swt. yang sudah ditetapkan pada setiap diri kita (Saputro, 2018b).

Dari alur pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai–nilai religius yang terkandung dalam setiap materi pelajaran kimia. Nilai–nilai religius ini mungkin tidak terlihat secara langsung dari materi pelajaran (tersurat), tetapi secara tersirat, yaitu lebih pada penghayatan dan pembandingan antara materi pelajaran dengan pesan–pesan moral sebagaimana yang telah disyariatkan oleh Allah Swt. lewat firman– firman-Nya dalam  Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah Saw. Nilai–nilai religius dalam materi kimia ini dapat diketahui tergantung dari kemampuan analisis dan penghayatan serta basis pengetahuan agama dari pendidik  bidang studi yang bersangkutan, karena semakin tinggi kemampuan analisis dan mengaitkan hakikat  proses - proses kimia dalam materi ikatan kimia dengan pesan - pesan moral dalam agama yang dimiliki oleh pendidik bidang studi, maka semakin banyak pula pesan - pesan moral yang dapat digali dari materi pelajaran tersebut. Hal ini  didasarkan pada alasan bahwa ayat - ayat Allah Swt. yang berupa ayat – ayat Qouliyah (Al-Qur’an alkarim) tidak mungkin bertentangan dengan ayat –ayat Kauniyah (Alam semesta beserta segala proses di dalamnya yang berlangsung sesuai sunatullah) (Saputro, 2008).

 

E.       Strategi Mengajarkan Karakter Religius dalam Pembelajaran Kimia

Untuk mengajarkan karakter ketauhidan kepada peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran kimia, maka kita tidak dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang berasal dari barat. Konstruksi keilmuwan peradaban barat dibangun dari bagunan keilmuan yang meniadakan peran Tuhan dalam pembahasannya. Oleh karena itu, tindak mungkin kita menggunakan metode pembelajaran yang dihasilkan dari pola pemikiran atau penelitian yang mengasumsikan bahwa Tidak ada Tuhan. Sebagai solusinya, maka kita harus kembali menengok ke wahyu (baca Al-Quran) sebagai sumber pengetahuan. Al-Quran harus kita jadikan sebagai sumber keilmuan yang selalu hidup (Miftahusyaian, 2010).

Menurut Syahidin (2009), dunia Islam memiliki sejumlah metode pendidikan yang sudah teruji keampuhannya. Metode pendidikan dalam dunia Islam tersebut dikenal dengan sebuatan metode Qurani. Metode pendidikan Qurani merupakan metode pendidikan yang digali dari Al-Quran. Metode ini diintisarikan dari metode-metode yang diajarkan Allah Swt. melalui Al-Quran yang kemudian diaplikasikan oleh Rasulullah Muhammad Saw. ketika berdakwah atau memberi pelajaran kepada para sahabatnya.

Dalam mengajarkan karakter ketauhidan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus memahami dulu hakikat peserta didik sebagai manusia. Peserta didik adalah manusia ciptaan Allah yang dibekali kemampuan untuk berubah dan oleh karena itu mampu untuk dididik.  Berangkat dari pemahaman terhadap hakikat manusia inilah, maka seorang pendidik akan memperlakukan peserta didik bukan sebagai objek pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran. Untuk menelusuri pemahaman hakikat manusia dalam pandangan Islam, al-Syaibani (1979) dalam Syahidin (2009) menemukan delapan prinsip dasar pandangan Islam tentang manusia, yang digali dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. dengan memahami berbagai aspek penafsiran yang dapat dihayatinya. Dari delapan prinsip dasar tersebut, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep pendidikan Islam, yaitu :

1.        Manusia sebagai makhluk Allah yang dimuliakan (Q.S. al-Isra [17] : 70).

Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan” (Q.S. Al-Isra [17] : 70).

2.        Manusia sebagai makhluk yang memiliki tiga dimensi yaitu dimensi Jiwa (Q.S. al –A’raf [7] : 172, Q.S. al-Isra [17] : 85), dimensi Akal ( Q.S. al-Baqarah [2] : 73, 76, 219 dan 266), dan dimensi Fisik (Q.S. al-Hujurat [49] : 28. Q.S. al-Kahfi [18] : 110).

 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(Q.S. al –A’raf [7] : 172).

 

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. al-Isra [17] : 85)

3.        Manusia sebagai makhuk yang memiliki potensi dasar yang cenderung menerima kebenaran Tuhan dan dapat berfikir positif, lurus atau “hanif” (Q.S. al-Rum [30] : 30), memiliki motivasi, kecerdasan, kebutuhan, perbedaan individual, dapat dipengaruhi dan suka berubah sehingga sangat memungkinkan untuk dapat dididik.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”, (Q.S. al-Rum [30] : 30).

 

F.       Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia memungkinkan untuk didisain secara terintegrasi dengan nilai-nilai religius sehingga pembelajaran kimia berbasis nilai-nilai spiritual. Disain pembelajaran kimia berbasis spiritual diharapkan dapat menanamkan karakter religius ke siswa dalam pembelajaran mata pelajaran kimia. Strategi untuk mengintegrasikan nilai-nilai religius dalam pembelajaran kimia dapat dilakukan dengan mengadopsi metode pendidikan Qurani.

 

G.      Referensi

Darmana, A. (2014). Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia. Dipetik Januari Minggu, 2018, dari repository.upi.edu: repository.upi.edu

 

Hidayati, A., Zaim, M., Rukun, K., & Darmansyah. (2014). The development of character education curriculum for element student in west sumatera. International journal of education and research, 189-198.

 

Holbrook, J. (2005). Making chemistry teaching relevant. International Conference on Science Education (pp. 1-12). Istanbul, Turkey: Chemical Education International, Vol. 6 No. 1.

 

Husain, S. S., & Ashraf, S. A. (2000). Krisis dalam Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

 

Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., & Wood, J. H. (1984). Kimia untuk Universitas Jilid 1. Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.

 

Kemendikbud. (2018a). PP Mendikbud RI No. 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PP Mendikbud RI No. 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

 

Kemendikbud. (2018b). PP Kemendikbud RI No. 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PP Mendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

 

Kemendikbud. (2018b). PP Kemendikbud RI No. 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PP Mendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud RI.

 

Maksudin. (2013). Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Miftahusyaian, M. (2010). Spiritualisasi keilmuan : mengkonstruksi peradaban intelektual muslim abad ke-21. el-Harakah. Vol. 12 No. 01, 1-18.

 

Saputro, A. N. (2018). Kimia Kehidupan : Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Deepublish.

 

Syahidin. (2009). Menelusuri metode pendidikan dalam al Quran. Bandung: Alfabeta.

 

Saputro, A. N. C. (2008). Analisis Nilai-nilai Relegius dalam Konsep Ikatan Kimia pada Pelajaran Ikatan Kimia SMA. SAINMAT-Jurnal Matematika, IPA dan Pembelajarannya, 2,12 : 51-64.

 

Saputro, A. N. C. (2018a). Muhasabah : Menemukan [Kembali] Nilai-Nilai Kemuliaan Diri
Yang Hilang
. Jombang : Kun Fayakun Publishing.

 

Saputro, A. N. C. (2018b). Kimia Kehidupan : Model Integrasi Sains-Agama Sebagai Panduan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Deepublish.

 

Saputro, A. N. C. (2018c). Analisis Nilai-Nilai Karakter Religius dalam Konsep Kimia SMA/MA Kelas XI. Surakarta : Tidak dipublikasikan.



__________________________


Sumber Artikel

Agung Nugroho Catur Saputro. (2020). Menggagas Pendidikan Berbasis Nilai. Sukabumi : Haura Utama. Hal. 53-63.


Sumber Gambar : 

https://www.rctiplus.com/trending/detail/3635/9-ilmuwan-muslim-berpengaruh-di-dunia-sains-dan-kedokteran-(1)


__________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi sertifikasi BNSP, Penulis dan pengiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penulisan buku pelajaran kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis bisa dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054, dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.


Postingan Populer