Seri Filsafat Kimia (5)
HIKMAH SIKAP TAWADHU’ DARI FENOMENA WARNA
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Di dunia ini tidak hanya ada warna hitam dan putih, tetapi terdapat berbagai macam warna seperti warna-warna pada pelangi. Bagaimana terjadinya warna-warni? Mengapa Allah Swt tidak hanya menciptakan warna hitam dan putih saja? Apa pesan tersirat dari penciptaan warna -warni di dunia ini?
Cahaya atau sinar menurut para ilmuwan menunjukkan sifat sebagai materi (partikel) dan sifat sebagai energi (gelombang elektromagnetik). Para ilmuwan sampai sekarang masih bingung karena "belum" mampu mengungkap "hakikat" sebenarnya dari cahaya, apakah cahaya itu berupa materi ataukah berupa energi?
Berdasarkan bukti-bukti empiris hasil eksperimen di laboratorium teridentifikasi fakta bahwa cahaya mampu memperlihatkan baik sebagai materi maupun sebagai energi. Fakta inilah yang membuat para ilmuwan kebingungan. Akhirnya untuk mengakhiri kondisi dilematis tersebut, para ilmuwan menyimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat dualisme, yaitu cahaya bisa dipandang sebagai materi dan cahaya juga bisa dipandang sebagai energi karena keduanya terbukti terdeteksi sebagai fakta.
Fakta "ganjil" dan membingungkan dari sifat cahaya tersebut telah menyadarkan kita semua bahwa betapa masih "sedikitnya" ilmu yang kita miliki karena "hanya" untuk mengungkap dan mengetahui hakikat dari salah satu makhluk ciptaan Allah Swt yang berupa "cahaya" saja, kita tidak mampu.
Sungguh, Maha Benar Allah Swt dengan segala firman-Nya yang telah memberikan gambaran tentang perumpamaan ilmu kita dibandingkan dengan ilmu Allah Swt bagaikan tetesan air di ujung jari yang baru saja dicelupkan ke lautan yang luas. Tetesan air di ujung jari itulah gambaran ilmu kita sedangkan lautan yang luas itulah gambaran ilmu Allah Swt.
Selain itu, untuk menggambarkan bagaimana luasnya ilmu Allah Swt, dalam Al-Qur'an diberikan perumpamaan bahwa seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan sebagai pena dan seluruh lautan sebagai tintanya, itupun belum cukup untuk menuliskan seluruh ilmu Allah Swt. Coba kita renungkan, bagaimana Allah Swt telah memberikan sebuah perumpamaan (analogi) yang sangat sederhana tentang ilmu-Nya kepada kita agar kita mudah memahami dan menyadari bahwa betapa "kerdil" nya kita di hadapan Allah Swt?
Mari kita renungkan bersama, betapa sedikitnya dan tidak ada apa-apanya ilmu kita dibandingkan ilmu Allah Swt. Sebuah analogi perbandingan yang sangat tidak imbang, tetapi justru itulah cara maha cerdas Allah Swt untuk menunjukkan kepada kita agar kita mengetahui dan menyadari di mana "posisi" atau "level" tingkat keilmuwan kita dibandingkan ilmu Allah Swt.
Orang yang dalam ilmunya dan bijak adalah orang yang mampu mengetahui posisi keilmuannya dan bersikap sesuai posisinya. Ia begitu berhati-hatinya dalam bersikap agar tidak melampaui "levelnya". Orang yang sombong dan "tidak tahu diri" adalah orang yang merasa paling tahu dan bersikap melebihi posisinya. Karena "kesombongan" dan "takabur" nya tersebut, ia sampai "tertutup" pikiran dan mata hatinya untuk melihat dirinya sedang pada posisi di mana.
Jika suatu benda terkena paparan sinar putih (cahaya matahari), maka ada tiga kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan pertama adalah benda tersebut akan menyerap 100% seluruh panjang gelombang dari sinar putih. Jika demikian yang terjadi, maka benda tersebut tampak oleh kita berwarna hitam (black).
Kemungkinan kedua adalah benda tersebut sama sekali tidak menyerap sedikitpun panjang gelombang sinar putih atau dengan kata lain benda tersebut memantulkan 100% seluruh panjang gelombang sinar putih ke mata kita. Jika kemungkinan kedua ini yang terjadi, maka benda tersebut terlihat oleh mata kita tidak berwarna (colorless) atau berwarna putih (white).
Kemungkinan yang ketiga ketika benda terkena paparan sinar putih adalah benda tersebut menyerap sebagian panjang gelombang sinar putih dan memantulkan sebagian lain dari panjang gelombang sinar putih ke mata kita. Panjang gelombang sinar putih atau warna yang dipantulkan ke mata kita merupakan warna komplemen dari warna yang diserap oleh benda.
Jika dari seluruh panjang gelombang sinar putih yang diserap
benda adalah yang panjang gelombang tinggi, maka yang dipantulkan adalah
panjang gelombang rendah, dan sebaliknya.
Kemungkinan yang ketiga, yaitu benda menyerap dan memantulkan sebagian panjang gelombang sinar putih inilah yang menyebabkan benda memiliki warna-warni yang berbeda. Proses terjadinya warna pada suatu benda "hanya" dapat terjadi jika elektron-elektron aton penyusun benda tersebut mengalami "eksitasi" (jumping electron).
Dari penjelasan tersebut di atas dapat kita pahami bahwa warna suatu benda adalah warna komplemen dari warna yang diserap oleh benda. Warna suatu benda yang merupakan warna komplemen sebenarnya "bukan" merupakan warna "hakiki" dari benda tersebut. Jadi kita sebenarnya "tidak pernah" mampu melihat warna suatu benda, warna benda yang kita lihat adalah hanya warna komplemen saja.
Bagaimanakah sebenarnya warna benda yang kita lihat? Dengan mengikuti alur penjelasan di atas, dapat kita tarik benang merah bahwa kita tidak pernah mengetahuinya, warna asli setiap benda adalah masih "misteri", hanya Allah Swt saja yang mengetahui warna hakiki dari setiap benda di dunia ini.
Sampai di sini, bagaimana perasaan kita? Apakah kita "masih" berpikiran bahwa kita telah mengetahui atau melihat semuanya tentang dunia ini? Apakah kita "masih" berpikir bahwa kita paling tahu tentang dunia ini? Masih pantaskah kita menyombongkan ilmu pengetahuan yang kita miliki?
Uraian tulisan artikel ini telah menyadarkan kita bahwa ternyata kita "belum pernah" tahu hakikat dari sinar atau cahaya. Kedua adalah ternyata kita juga "tidak pernah" melihat warna hakiki setiap benda yang kita lihat. Dua makhluk ciptaan Allah Swt (cahaya dan warna benda) saja belum mampu kita pahami, bagaimana dengan ciptaan Allah Swt yang lain-lain yang mengisi dunia ini? Kesadaran macam apa yang perlu kita bangun dalam diri kita?
Semoga sedikit pemikiran penulis melalui tulisan ini dapat
memberikan "wacana baru" bagi pembaca dalam melihat dan memahami
keberadaan dunia ini, sehingga pembaca dapat menemukan tujuan hakiki hidup di
dunia ini. WaAllahu a'lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar