Powered By Blogger

Rabu, 28 Desember 2022

SABAR ADA BATASNYA?

 

SABAR ADA BATASNYA?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 


 “…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar”.

(QS. Al-Anfal : 46)


Sudah hampir dua bulan ini saya menjalani proses pemulihan pasca operasi Fistula Ani. Tidak mudah bagi saya dalam menjalani proses pemulihan kesehatan ini. Jika pada umumnya orang sehabis operasi hanya sebentar mengalami kesakitan karena operasi, tetapi tindakan operasi itu sendiri adalah cara untuk menghilangkan rasa sakit. Berbeda dengan saya, tindakan operasi yang saya jalani merupakan awal dari rasa sakit yang saya derita.

Proses pemulihan pasca operasi Fistula Ani merupakan proses yang sangat berat dan penuh dengan rasa sakit. Proses ini bukan hanya istirahat di tempat tidur menunggu sakit sembuh, melainkan proses yang penuh dengan tindakan medis setiap hari yang disertai rasa yang menyakitkan. Proses ini bukanlah proses yang menyenangkan dan menentramkan Karena hanya tiduran di tempat tidur, melainkan proses yang memerlukan persiapan mental dan pikiran untuk menahan rasa sakit setiap harinya.

Beratnya proses pemulihan pasca operasi yang penuh rasa kesakitan ini telah disampaikan oleh dokter bedah yang mengoperasi saya di awal ketika akan dilakukan tindakan operasi. Dokter bedah saya mengatakan bahwa proses operasi Fistula Ani itu tidak menyakitkan karena pasien dibius, tetapi yang menyakitkan adalah proses perawatan luka pasca operasi sampai luka bekas operasi menutup. Mengapa proses perawatan luka operasi Fistula Ani bisa menyakitkan? Karena pada operasi Fistula Ani, prosedurnya adalah permukaan kulit tempat timbulnya Fistula Ani dibuka dengan disayat, kemudian saluran fistulanya dibersihkan dengan cara mengerok jaringan daging yang ada saluran fistulanya dengan lebar dan kedalaman mengikuti ukuran saluran Fistulanya. Pada kasus yang saya alami, lubang saluran Fistula yang saya derita lumayan cukup dalam sehingga bagian tubuh tempat tumbuhnya Fistula saya disayat dan dikerok dengan ukuran lumayan besar dan dengan kedalaman kurang lebih ada 4 cm.

Prosedur perawatan luka operasi Fistula Ani adalah dengan membiarkan luka operasi menjadi luka terbuka atau tidak dijahit. Lubang rongga luka hasil dikerok diisi dengan kasa steril yang dibasahi dengan obat antiseptic (bethadine) dan ditutup dengan kain perban. Setiap hari perban dibuka, rongga luka dibersihkan dan isian kain kasa diganti. Proses pembersihan luka dan penggantian isian kain kasa inilah yang rasanya sangat menyakitkan.

Pada sepuluh hari pertama pasca operasi, rasa sakit ketika penggantian kain kasa benar-benar menyiksa, rasanya seperti disayat-sayat. Setiap proses penggantian kasa, saya harus menahan rasa nyeri yang luar biasa sakitnya, seluruh otot tubuh saya tegang menahan serangan rasa sakit dan nafas saya tengengah-enggah bagaikan habis lari jarak jauh. Kondisi yang benar-benar menyiksa dan menantang mental dan keberanian. Proses dan situasi tersebut terus berulang setiap hari hingga sekarang, walaupun sekarang intensitasnya rasa sakitnya sudah jauh berkurang tetapi tetap masih terasa nyeri dan ngilu saat kain kasa dimasukan ke dalam rongga luka. Ukuran rongga luka bekas operasi sampai saat ini juga sudah lumayan mengecil walau masih mengeluarkan darah dan terasa nyeri.

Kesabaran saya untuk menahan rasa sakit akibat penyakit Fistula Ani ini ternyata tidak berakhir setelah melakukan tindakan operasi. Harapan besar saya agar segera terbebaskan dari penderitaan rasa sakit saat luka bekas operasi Fistula sembuh ternyata belum dikabulkkan Allah Swt. Walaupun saya secara intensif dirawat oleh tenaga medis professional (Perawat RS), menjaga pola makan sesuai saran dokter, dan setiap minggu rutin memeriksakan perkembangan luka operasi ke dokter bedah yang mengoperasi, dengan tujuan agar penyakit Fistula saya bisa sembuh total, ternyata menyisakan permasalahan baru. Tepat satu bulan pasca operasi Fistula Ani, saya sering mengalami rasa nyeri yang berbeda dengan rasa nyeri luka operasi.

Puncak rasa nyeri yang saya rasakan adalah dua malam saya mengalami rasa sakit nyeri yang luar biasa. Malam pertama saya merasakan rasa nyeri yang menyayat hingga rasanya saya mau pingsan karena begitu sakitnya, akhirnya pukul 02 dini hari saya diantar istri ke IGD RS. Setelah dilakukan tindakan darurat, beberapa saat kemudian saya tidak merasakan sakit nyeri lagi dan bisa tertidur beberapa waktu, maka selanjutnya pada pukul  04.30 saya diperbolehkan pulang ke rumah. Semenjak pulang dari IGD RS, seharian saya merasakan nyaman dan tidak merasakan sakit. Mungkin karena masih terpengaruh efek obat penghilang nyeri yang disuntikkan sehingga saya benar-benar merasakan badan nyaman tanpa ada rasa sakit sama sekali.

Menjelang datang malam, ternyata keadaan kembali berubah drastis. Sejak bakda Maghrib saya mulai merasakan sakit nyeri kembali. Rasa sakit nyeri tersebut semakin lama semakin terasa dan datangnya rasa sakit terus-menerus secara periodik. Akibatnya semalaman saya tidak bisa tidur dan hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Saya mencoba terus bertahan menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menyakitkan. Istri akhirnya juga tidak tidur semalaman karena sibuk memeluk dan menenangkan saya yang terus-menerus menangis kesakitan.

Penderitaan saya di malam itu tersebut akhirnya berlanjut sampai pagi hari. Saat itu saya benar-benar kesakitan dan tidak berdaya. Saya sama sekali tidak mampu menggerakan anggota tubuh khususnya kaki karena setiap mau menggerakan atau sekadar menggeser kaki, maka rasa sakit menyayat segera menyerang. Akhirnya istri mengajak untuk periksa lagi ke IGD RS. Karena saya sudah sama sekali tidak mampu menggerakan anggota tubuh sehingga kesulitan untuk bangun dari tempat tidur, maka akhirnya istri meminta tolong tetangga perumahan untuk membantu mengangkat saya. Jadilah pagi itu saya diangkat lima orang bapak-bapak warga perumahan dan dibawa ke IGD RS. Waktu diangkat lima orang tersebut, saya benar-benar tidak berdaya dan merasakan rasa sakit yang luar biasa. Sesampainya di IGD RS, kembali saya diberikan tindakan darurat untuk menghilangkan rasa sakit dan luka bekas operasi Fistula saya juga dibersihkan oleh perawat IGD. Karena habis merasakan sakit yang hebat dan luka operasi juga sudah dibersihkan oleh perawat IGD, maka perawat RS yang biasa merawat luka operasi saya tidak datang.

Di hari selanjutnya ketika perawat RS yang biasa merawat luka sedang membersihkan luka operasi, beliau memberitahukan jika di dekat luka operasi muncul lubang Fistula baru. Beliau kemudian memfoto luka operasi saya dan menunjukkan posisi lubang Fistula yang baru. Setelah melihat foto lubang Fistula yang baru, seketika saya mengalami shock dan badan saya menjadi lemas. Pikiran saya seketika buntu dan mental saya shock berat. Saya benar-benar kaget dan tidak percaya dengan kejadian tersebut. Saya merasa benar-benar putus asa dan bingung mau melakukan apa. Perlu waktu beberapa saat untuk saya bisa menenangkan diri dan menerima kondisi saya tersebut.

Selesai perawatan luka, saya termenung dan pikiran saya kosong. Saya bingung bagaimaa lagi nasib penyakit saya. Harapan besar untuk sembuh melalui proses operasi yang dipenuhi dengn drama kesakitan selama sebulan lebih ini ternyata sia-sia, penyakit Fistula saya belum bisa sembuh. Malah sekarang muncul lagi fitula baru di saat saya masih menderita sakit luka bekas operasi. Saya benar-benar bingung dan stress. Saya tidak sanggup membayangkan jika harus menjalani prosedur operasi Fistula Ani lagi dan merasakan sakitnya saat perawatan luka pasca operasi.

Setelah munculnya lubang fistula baru tersebut, oleh dokter bedah yang mengoperasi saya, saya dirujuk ke dokter spesialis bedah digestif karena diduga fistula saya terhubung dengan organ pencernaan. Untuk sementara ini, proses perawatan sakit fistula saya di bawah pengawasan dokter bedah digestif. Saya belum tahu tindakan apa selanjutnya yang akan dilakukan oleh dokter bedah digestif, tapi saya menduga pasti akan dilakukan tindakan operasi lagi. Walaupun muncul rasa putus asa, saya tetap berhusnudhan dan berharap bahwa saya akan bisa sembuh dari penyakit Fistula Ani yang sangat menyiksa ini. Untuk sementara ini, saya tetap harus bersabar menderita siksaan rasa sakit akibat penyakit ini.

Ya Rabb, tolonglah hamba-Mu ini. Berikanlah hamba kesabaran dan kekuatan mental untuk menjalani ujian sakit ini. Dengan ke-Mahakuasa-Mu, hilangkanlah penyakit Fistula Ani ini dari diri hamba. Hamba yakin ENGKAU selalu mendengar doa-doa hamba-Mu. ENGKAU telah berjanji bahwa ENGKAU akan selalu bersama orang-orang yang bersabar. Innallaha ma’a ash-shaabiriin. Semoga hamba termasuk orang-orang yang sabar. InsyaAllah. Amin. []

 

Gumpang Baru, 29 Desember 2022

HIDUP BAHAGIA DAN MENUA BERSAMA DALAM CINTA

 



HIDUP BAHAGIA DAN MENUA BERSAMA DALAM CINTA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

“Ketahuilah bahwa langit-langit itu berputar karena pesona gelombang cinta. Kalau bukan karena cinta, dunia ini telah lama mati”.

(Muhammad Jalaluddin Rumi)

 

 

Cinta telah menjadi penyebab bumi ini hidup dan kehidupan berlangsung. Kalau bukan karena cinta-Nya Allah Swt kepada umat manusia, maka mustahil semua kebutuhan hidup manusia tersedia di bumi. Karena cinta, seorang ibu rela mempertaruhkan hidupnya demi lahirnya seorang bayi ke dunia ini. Karena cinta, seorang suami rela bekerja keras membanting tulang siang dan malam demi menafkahi keluarganya. Karena cinta, induk binatang berani menghadang setiap binatang lain yang akan memangsa anak-anaknya. Demikianlah dahsyatnya kekuatan cinta. Oleh karena itu, kita harus menghidupkan dan memelihara rasa cinta dalam diri kita dan keluarga kita.

Saling mencintai dan menyayangi merupakan fondasi untuk membangun sebuah keluarga. Tanpa ada rasa cinta dan sayang, maka kehidupan keluarga yang dijalani akan sering mengalami guncangan, dan bahkan mungkin akan berakhir dengan kehancuran. Cinta dan sayang merupakan tali pengikat yang paling kuat dalam sebuah keluarga sehingga walaupun terkena badai yang mengguncang dan akan memporak-porandakan bangunan keluarga, maka keluarga tersebut akan tetap kokoh berdiri karena adanya ikatan yang sangat kuat yang menyatukan seluruh anggota keluarga menjadi satu kesatuan ikatan yang kuat.

Dari manakah datangnya rasa cinta dan sayang di antara pasangan? Perasaan cinta dan sayang bisa muncul secara alami ataupun juga bisa ditumbuhkan melalui penciptaan lingkungan keluarga yang harmonis dan membahagiakan. Perasaan cinta dan sayang pada seseorang yang muncul secara alami merupakan anugerah Tuhan. Seseorang tidak dapat menyengaja untuk mencintai dan menyayangi orang lain karena rasa cinta dan sayang itu muncul secara alami tanpa disengaja dan ketika sudah muncul akan susah dikendalikan. Cinta dan sayang itu bersifat natural.

Lantas, bagaimana dengan pasangan yang dijodohkan dan dinikahkan padahal kedua mempelai tidak saling kenal apalagi saling mencintai dan menyayangi, apakah keluarga yang terbentuk dapat langgeng dan harmonis? Jawabannya adalah mungkin. Mengapa? Karena kedua mempelai walau awalnya tidak saling mengenal dan tidak ada rasa apa-apa, tetapi jika keduanya berkomitmen untuk membentuk kehidupan keluarga yang rukun, damai, tenteram, dan membahagiakan, maka suatu saat nanti di hati kedua pasangan tersebut bisa muncul benih-benih cinta. Dari mana datangnya benih-benih cinta tersebut muncul? Jawabannya adalah dari suasana keluarga yang membahagiakan sehingga akhirnya menimbulkan rasa rindu pada pasangan dan suasana keluarga. Dari sinilah akan muncul perasaan cinta dan sayang di antara kedua pasangan.

            Perasaan cinta dan sayang di antara pasangan hidup dapat terus dipelihara dengan cara membuat memori-memori kebersamaan dan membahagiakan. Ketika kedua pasangan hidup tersebut sering melakukan aktivitas secara bersama-sama maupun berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu persoalan hidup dalam keluarga dengan dilandasi rasa cinta dan saling menyayangi satu sama lain, bukan karena keterpaksaan, maka aktivitas bersama tersebut akan menciptakan perasaan bahagia yang pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rindu untuk mengulangi kebersamaan tersebut. Di sinilah telah muncul rasa cinta dan sayang untuk selalu bersama bersama pasangan hidup, walau bagaimanapun keadaaannya karena yang terpenting selalu bersama.

            Dalam dua bulan ini, saya sedang menderita sakit pasca menjalani operasi Fistula Ani. Pasca operasi saya harus bed rest dan menjalani proses perawatan luka secara intensif oleh tenaga medis profesional (perawat RS). Proses operasi Fistula Ani memang tidak terasa sakit karena ketika dioperasi saya dibius, tetapi perawatan luka pasca operasi itulah yang terasa sakit. Selama proses perawatan luka pasca operasi, saya harus benar-benar menyiapkan mental untuk menahan rasa sakit setiap harinya. Prosedur operasi Fistula Ani yang saya jalani adalah dengan membuka luka Fistula dan membuat rongga (mengerok daging) tempat saluran Fistula dengan ukuran dan kedalaman rongga menyesuaikan ukuran dan bentuk saluran Fistula. Luka bekas operasi Fistula Ani tidak dijahit melainkan dibiarkan menjadi luka terbuka dan di dalam rongga luka diisi kain kasa steril (tampon) yang diolesi obat antiseptik dan kemudian luka ditutup dengan perban. Setiap hari luka dilakukan perawatan dengan cara luka dibersihkan agar tidak kemasukan kotoran karena dekat lubang anus sehingga bisa terjadi infeksi dan isian kain kasa diganti dengan kain kasa yang baru. Proses pembersihan luka dan penggantian kain kasa steril (tampon) inilah yang terasa sakit sekali. Setiap hari saya harus menyiapkan mental dan keberanian untuk menahan rasa sakit yang hebat saat proses perawatan luka operasi tersebut.

            Karena luka operasi Fistula yang saya jalani berada di area dekat anus, maka praktis saya tidak bisa duduk karena luka operasi pasti terasa sakit untuk duduk. Setiap hari saya hanya bisa  berbaring di tempat tidur. Sholat pun saya kerjakan dengan berbaring. Saya sudah menjalani proses perawatan luka operasi hampir dua bulan lamanya, dan sampai sekarang saya belum bisa melakukan aktivitas secara normal karena untuk jalan saja masih terasa sakit. Saya hanya berjalan ketika mau ke kamar mandi saja, selebihnya berbaring di tempat tidur.

Dengan kondisi saya yang sedang sakit dan tidak berdaya tersebut, maka praktis saya tidak bisa melakukan pekerjaan yang terkait urusan rumah. Sebagai solusinya, semua peran yang selama ini saya lakukan terpaksa diambil alih oleh istri. Sekarang karena saya tidak bisa melakukan apa-apa, maka segala kebutuhan hidup saya seperti mandi, makan, dan lain-lain dibantu oleh istri. Selama masa pemulihan kesehatan  pasca operasi Fistula tersebut, hubungan dan interaksi saya dan istri terjalin semakin intensif. Setiap hari istri melayani kebutuhan saya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ketika sedang dilayani istri, misalnya ketika istri membantu memandikan saya, saya merasakan betapa nikmatnya cinta dan kasih sayang dari istri tercinta. Rasanya saya tidak ingin kehilangan momen-momen membahagiakan tersebut.

Berdasarkan pengalaman selama saya sakit tersebut, saya mengambil hikmah bahwa kebahagiaan hidup dalam keluarga adalah ketika dalam keluarga selalu dipenuhi dengan rasa cinta dan kasih sayang. Walaupun dalam kesusahan dan menghadapi ujian hidup, tetapi ketika ada cinta dan kasih sayang dalam keluarga, maka kehidupan tetap terasa nikmat. Keluarga yang di dalamnya ada cinta dan kasih sayang, maka akan ada canda tawa kebahagiaan dari anak-anak, ada senyuman manis istri tercinta, terjalin hubungan harmonis antara suami dan istri, dan tercipta  kedamaian dan ketenteraman dalam rumah. Saya berharap bisa terus merasakan cinta dan kasih sayang dari istri tercinta. Saya berharap bisa terus hidup berdampingan dengan istri dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga takdir Allah memisahkan kami di dunia ini. Saya sangat berharap kepada Allah Swt agar saya dapat memberikan kehidupan yang membahagiakan dan berkecukupan untuk anak-anak dan istri tercinta. Semoga Allah Swt mengabulkan doa dan harapan saya. Amin. []

Kamis, 22 Desember 2022

MENYADARI BATASAN DIRI


MENYADARI BATASAN DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak lahir, setiap manusia dibekali kemampuan yang berwujud potensi diri yang akan berkembang seiring pertumbuhannya. Setiap memasuki periode pertumbuhan, manusia mengembangkan kemampuan dirinya. Kemampuan manusia yang bersifat laten yang berwujud potensi diri tersebut tanpa batas yang jelas. Setiap orang memiliki batas kemampuan yang berbeda-beda bergantung pada seberapa jauh ia mengeksplorasi kemampuan dirinya.

Kemampuan yang masih berwujud potensi diri tersebut jika tidak dilatih tidak akan dapat berkembang atau pun jika berkembang tidak maksimal. Seberapa besar potensi diri yang ada dalam diri seseorang merupakan misteri yang hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Seseorang akan dapat mengenali potensi dirinya manakala ia melakukan proses eksplorasi dan identifikasi kemampuan dirinya melalui proses belajar dan berlatih.

Walaupun memiliki potensi diri yang tidak terukur batasnya bukan berarti kemampuan manusia itu tidak ada batasnya. Tetap harus disadari bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang pasti memiliki batas kemampuan. Hanya Tuhan saja yang tidak terbatas kemampuannya karena DIA adalah Sang Maha Pencipta.

Menyadari ada keterbatasan pada diri membuat kita akan terhindar dari sifat menyombongkan diri. Manusia adalah makhluk dengan banyak kelemahan yang menjadi batasan dirinya, walau memiliki keistimewaan dari Tuhan. Dengan keistimewaan karunia Tuhan tersebut, manusia mampu menemukan cara alternatif untuk mengimbangi kelemahannya. Di sinilah tampak betapa Tuhan itu maha bijaksana. Setiap kehendak-Nya mengandung hikmah kebaikan.

Mari kita renungkan. Manusia tidak bisa terbang seperti burung tapi manusia bisa membuat pesawat terbang sehingga bisa terbang. Manusia tidak bisa menyelam di samudera seperti ikan tapi manusia bisa membuat kapal selam sehingga bisa menyelam sampai dasar samudera. Manusia tidak bisa menembus tanah seperti cacing tanah tapi manusia bisa membuat mesin bor sehingga bisa mengebor tanah untuk mengambil material tambang. Manusia tidak bisa berlari secepat harimau tapi manusia bisa membuat kendaraan bermotor yang dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Demikianlah manusia yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tapi dengan keistimewaan dari Tuhan berupa akal, manusia bisa menciptakan berbagai teknologi maju dan modern.

Dengan keistimewaan yang dimilikinya tersebut tidak boleh membuat manusia menjadi makhluk yang lupa diri. Kemampuan manusia itu ada batasnya karena manusia adalah makhluk. Sekuat dan sehebat apapun seseorang, pasti ia memiliki batas kekuatannya. Sekuat apapun seorang atlit angkat besi, ketika sakit pasti membuatnya lemah tak berdaya. Ketika sakit sedang menghampirinya, tidak akan terlihat lagi bekas-bekas kekuatannya.

Demikianlah yang terjadi pada diri saya. Selama hampir dua bulan ini saya merasakan betapa lemahnya saya. Sakit yang saya derita benar-benar telah memperlihatkan betapa kemampuan saya sangat terbatas. Hanya gara-gara sakit nyeri yang menyerang dengan hebatnya, saya sampai tidak bisa berdiri dan berjalan. Bahkan sekadar menggerakkan kaki untuk bangun dari tempat tidur pun saya tidak mampu. Yang terjadi hanyalah saya mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat yang tiada henti. Semalaman saya berada pada kondisi tersebut tanpa mampu berbuat apa-apa. Segala kemampuan saya untuk menahan rasa sakit tersebut akhirnya sampai batasnya, saya menyerah, saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang bertubi-tubi. Akhirnya saya pun pasrah diangkat lima orang tetangga dan dilarikan ke IGD RS.

Setiap minggu dalam dua bulan ini pasca operasi Fistula Ani, saya harus rutin kontrol ke dokter bedah di RS. Dan setiap kontrol ke RS tersebut, saya melihat banyak orang yang berobat. Mereka adalah orang-orang yang telah sampai pada batas kemampuan diri untuk melawan sakit. Para pasien tersebut adalah orang-orang yang telah menyadari bahwa mereka sudah waktunya menyerahkan diri kepada takdir Tuhan dengan berusaha melakukan ikhtiar berobat ke dokter. Dengan berobat ke dokter menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain. Atau dengan kata lain, mereka telah mengakui bahwa diri mereka ada kelemahan dan keterbatasan untuk melawan sakit.

Dari kejadian yang menimpa saya tersebut, saya menyadari betapa terbatasnya kemampuan manusia. Kemampuan manusia bukan tidak terbatas. Ada saatnya manusia menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin. Tetapi ada juga saatnya manusia mengakui batas kemampuannya dan menyerahkan pada takdir Tuhan. Ketika manusia sudah maksimal dalam berusaha hingga merasa tidak mampu lagi dan merasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk berusaha, sudah saatnya ia bersimpuh dan memasrahkan diri pada Sang Maha Pencipta. Inilah tawakal.

Tawakal merupakan sebuah konsep yang merepresentasikan kondisi alamiah manusia selaku makhluk bahwa manusia memiliki kemampuan yang ada batasnya dan di luar batas kemampuan manusia adalah kekuasaan Tuhan. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari peran serta Tuhan dalam kehidupannya. Maka sudah sepantasnya pada kondisi tertentu, kita merendahkan sujud kita sebagai wujud kepasrahan, penghambaan dan pengharapan kita atas kebaikan dari Allah Swt. []

 

Ruang tunggu RS UNS, 22 Desember 2022

Senin, 19 Desember 2022

SPIRITUALISME LAPAR DALAM IBADAH PUASA: Mencari Mutiara Hikmah Dibalik Kemuliaan Bulan Ramadan

SPIRITUALISME LAPAR DALAM IBADAH PUASA

Mencari Mutiara Hikmah Dibalik Kemuliaan Bulan Ramadan 

(Kata Pengantar)

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah: 183)

  


Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadhirat Allah Swt atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta nikmat waktu dan kesehatan sehingga penulis  diberikan kemampuan untuk menyelesaikan penulisan buku ini. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw.

Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa. Keistimewaannya bukan hanya karena  bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur’an hingga terdapatnya malam Lailatul Qadar. Tetapi, di bulan Ramadan juga terdapat ibadah yang diwajibkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, yaitu berpuasa, sebagaimana telah diperintahkan Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Karena keistimewaan inilah maka bulan Ramadan diyakini sebagai bulan yang penuh kemuliaan. Setiap datang bulan Ramadan, umat Islam di berbagai belahan dunia menyambutnya dengan gembira dan penuh harapan, yaitu harapan mendapatkan kebaikan  bulan Ramadan berupa ampunan dari Allah Swt. dan dijauhkan dari siksa api neraka.

Pada bulan yang mulia ini, diyakini setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahala kebaikannya. Setiap ibadah puasa di bulan Ramadan bernilai 10 pahala dan di bulan Ramadan setiap pahala dilipatgandakan oleh Allah Swt. menjadi tak terbatas. Bulan Ramadan adalah bulan pelipatgandaan pahala. Setiap ibadah, pahalanya tak terbatas. Di bulan Ramadan, dilipatgandakan oleh Allah menjadi tak terbatas. Pahala puasa dinilai langsung oleh Allah Swt. (Nurdiarsih, 2022).

            Di dalam bulan Ramadan selama sebulan penuh umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Banyak sekali manfaat dan hikmah kebaikan yang terkandung dalam puasa Ramadan. Terdapat petunjuk baik yang bersumber dari ayat Al-Qur’an maupun hadis Nabi Saw yang menunjukkan keutamaan dan manfaat puasa Ramadan. Di samping menunjukkan keutamaan ibadah puasa Ramadan, beberapa dalil tersebut juga mengandung pesan-pesan tersirat yang memerlukan perenungan dan penghayatan untuk memahami makna yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadan.

            Puasa Ramadan merupakan bentuk peribadatan yang diwajibkan Allah Swt. kepada umat Islam. Ibadah puasa Ramadan bukanlah ibadah yang ringan karena dilaksanakan selama satu bulan penuh. Beratnya kewajiban ibadah puasa Ramadan ini diimbangi dengan iming-iming balasan kebaikan yang besar dari Allah Swt. Tetapi, di balik iming-iming balasan pahala yang sangat besar tersebut, terkandung misteri tentang bagaimana syarat mendapatkan balasan kebaikan tersebut? Allah Swt. tidak menyatakan secara eksplisit bentuk balasannya dan juga tidak setiap puasa itu pasti diterima oleh-Nya. Lantas, puasa yang bagaimanakah yang akan diterima Allah Swt. dan apa balasan yang akan diberikan kepada orang yang berpuasa? Di sinilah misteri yang harus diungkap oleh setiap orang Islam melalui pemikiran, perenungan, dan penghayatan akan makna dari ibadah puasa Ramadan.

       Buku berjudul Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa: Mencari Mutiara Hikmah Dibalik Kemuliaan Bulan Ramadan yang ada di hadapan pembaca ini merupakan kumpulan dari esai-esai penulis yang ditulis selama bulan Ramadan 1442 H, Ramadan di tahun kedua masa pandemi Covid-19. Boleh dikatakan, buku ini merupakan hasil perjalanan spiritual penulis dalam mencari makna hakiki dari ibadah puasa Ramadan melalui proses pemikiran, perenungan dan penghayatan makna puasa.

Tidak ada seorang pun yang berani mengatakan bahwa ibadah puasanya pasti diterima oleh Allah Swt. Tetapi yang ada adalah semua orang berharap dan berdoa agar ibadah puasanya dapat diterima dan diridai Allah Swt. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada satu pun orang yang berani mengklaim dirinya paling paham tentang puasa Ramadan. Oleh karena itu, masih terbuka lebar kesempatan kepada siapa pun untuk berijtihat memahami makna dan hikmah puasa Ramadan.

Penulis mencoba menemukan hikmah dan makna terkandung di balik perintah ibadah puasa Ramadan. Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk banyak memikirkan dan merenungkan makna di balik ibadah puasa Ramadan. Puasa Ramadan bukan jenis ibadah yang hanya memerlukan kekuatan fisik berupa menahan rasa lapar dan haus, tetapi menurut pandangan penulis juga termasuk jenis ibadah yang memerlukan kekuatan rohani, yaitu spiritualitas dari hasil berpuasa.

Di dalam buku ini penulis mencoba menuangkan pemikiran, perenungan dan penghayatannya tentang makna dan hikmah di balik perintah puasa Ramadan. Apa yang tertulis dalam buku ini hanyalah pandangan dan pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, kebenaran tentang pendapat penulis dalam buku ini bersifat relatif. Pandangan dan pemikiran penulis dalam buku ini bukan untuk menjadi panduan atau dalil penjelasan terhadap ibadah puasa Ramadan, tetapi sekadar inspirasi pemikiran dan melengkapi khazanah penafsiran terhadap pesan tersirat dan hikmah puasa Ramadan. Buku ini merupakan bentuk sumbangsih dan ikhtiar penulis dalam mengungkap hakikat tujuan ibadah puasa Ramadan.

Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca tentang bagaimana menghayati makna puasa Ramadan. Semoga karya tulis sederhana ini bermanfaat dan menjadi catatan keabadian penulis serta menjadi amal jariyah penulis kelak di yaum al-akhir. Hanya kepada Allah Swt. semata penulis berserah diri dan mengharap keridaan-Nya. Amin. []


Kamis, 08 Desember 2022

SERTIFIKAT APRESIASI: BUAH DARI KOMITMEN DAN KONSISTENSI


SERTIFIKAT APRESIASI: BUAH DARI KOMITMEN DAN KONSISTENSI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



 Yth. Bpk. Dr. Djanner Raja Simarmata

(CEO Penerbit Yayasan Kita Menulis)


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadhirat Allah Swt. atas nikmat dan karunia-Nya. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Janner Simarmata selaku CEO Penerbit Kita Menulis yang telah memberikan penghargaan sertifikat apresiasi dan fasilitas gratis biaya penerbitan buku kolaborasi untuk saya.

Mengenal dan berkesempatan bergabung menjadi penulis di Penerbit Yayasan Kita Menulis merupakan keberkahan tersendiri bagi saya. Di Penerbit Yayasan Kita Menulis inilah saya banyak belajar tentang arti kesungguhan, semangat, memegang komitmen, konsisten, tepat waktu, dan semangat bekerjasama (berkolaborasi) dalam menulis buku dengan para akademisi dari berbagai institusi. Saya sangat bersyukur bisa belajar menulis di Penerbit Yayasan Kita Menulis.

Penghargaan ini merupakan wujud pengakuan pimpinan manajemen Penerbit Yayasan Kita Menulis atas komitmen dan konsistensi saya dalam menulis buku referensi di Penerbit Yayasan Kita Menulis.

Semoga Penerbit Yayasan Kita Menulis ke depannya semakin berkembang, maju, dan sukses dalam membudayakan tradisi literasi menulis buku, khususnya buku-buku referensi dan membangun jaringan kerjasama dan kolaborasi antar institusi pendidikan di Indonesia. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Salam literasi,


Agung Nugroho Catur Saputro

Postingan Populer