MENYADARI BATASAN DIRI
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Sejak lahir, setiap
manusia dibekali kemampuan yang berwujud potensi diri yang akan berkembang
seiring pertumbuhannya. Setiap memasuki periode pertumbuhan, manusia
mengembangkan kemampuan dirinya. Kemampuan manusia yang bersifat laten yang
berwujud potensi diri tersebut tanpa batas yang jelas. Setiap orang memiliki
batas kemampuan yang berbeda-beda bergantung pada seberapa jauh ia
mengeksplorasi kemampuan dirinya.
Kemampuan yang masih
berwujud potensi diri tersebut jika tidak dilatih tidak akan dapat berkembang
atau pun jika berkembang tidak maksimal. Seberapa besar potensi diri yang ada
dalam diri seseorang merupakan misteri yang hanya Tuhan saja yang
mengetahuinya. Seseorang akan dapat mengenali potensi dirinya manakala ia
melakukan proses eksplorasi dan identifikasi kemampuan dirinya melalui proses
belajar dan berlatih.
Walaupun memiliki
potensi diri yang tidak terukur batasnya bukan berarti kemampuan manusia itu
tidak ada batasnya. Tetap harus disadari bahwa manusia adalah makhluk Tuhan
yang pasti memiliki batas kemampuan. Hanya Tuhan saja yang tidak terbatas
kemampuannya karena DIA adalah Sang Maha Pencipta.
Menyadari ada
keterbatasan pada diri membuat kita akan terhindar dari sifat menyombongkan
diri. Manusia adalah makhluk dengan banyak kelemahan yang menjadi batasan
dirinya, walau memiliki keistimewaan dari Tuhan. Dengan keistimewaan karunia
Tuhan tersebut, manusia mampu menemukan cara alternatif untuk mengimbangi
kelemahannya. Di sinilah tampak betapa Tuhan itu maha bijaksana. Setiap
kehendak-Nya mengandung hikmah kebaikan.
Mari kita renungkan.
Manusia tidak bisa terbang seperti burung tapi manusia bisa membuat pesawat
terbang sehingga bisa terbang. Manusia tidak bisa menyelam di samudera seperti
ikan tapi manusia bisa membuat kapal selam sehingga bisa menyelam sampai dasar
samudera. Manusia tidak bisa menembus tanah seperti cacing tanah tapi manusia
bisa membuat mesin bor sehingga bisa mengebor tanah untuk mengambil material
tambang. Manusia tidak bisa berlari secepat harimau tapi manusia bisa membuat
kendaraan bermotor yang dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Demikianlah
manusia yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tapi dengan keistimewaan
dari Tuhan berupa akal, manusia bisa menciptakan berbagai teknologi maju dan
modern.
Dengan keistimewaan
yang dimilikinya tersebut tidak boleh membuat manusia menjadi makhluk yang lupa
diri. Kemampuan manusia itu ada batasnya karena manusia adalah makhluk. Sekuat
dan sehebat apapun seseorang, pasti ia memiliki batas kekuatannya. Sekuat
apapun seorang atlit angkat besi, ketika sakit pasti membuatnya lemah tak
berdaya. Ketika sakit sedang menghampirinya, tidak akan terlihat lagi
bekas-bekas kekuatannya.
Demikianlah yang
terjadi pada diri saya. Selama hampir dua bulan ini saya merasakan betapa
lemahnya saya. Sakit yang saya derita benar-benar telah memperlihatkan betapa
kemampuan saya sangat terbatas. Hanya gara-gara sakit nyeri yang menyerang
dengan hebatnya, saya sampai tidak bisa berdiri dan berjalan. Bahkan sekadar
menggerakkan kaki untuk bangun dari tempat tidur pun saya tidak mampu. Yang
terjadi hanyalah saya mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat yang tiada henti.
Semalaman saya berada pada kondisi tersebut tanpa mampu berbuat apa-apa. Segala
kemampuan saya untuk menahan rasa sakit tersebut akhirnya sampai batasnya, saya
menyerah, saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang
bertubi-tubi. Akhirnya saya pun pasrah diangkat lima orang tetangga dan
dilarikan ke IGD RS.
Setiap minggu dalam
dua bulan ini pasca operasi Fistula Ani, saya harus rutin kontrol ke dokter
bedah di RS. Dan setiap kontrol ke RS tersebut, saya melihat banyak orang yang
berobat. Mereka adalah orang-orang yang telah sampai pada batas kemampuan diri
untuk melawan sakit. Para pasien tersebut adalah orang-orang yang telah
menyadari bahwa mereka sudah waktunya menyerahkan diri kepada takdir Tuhan
dengan berusaha melakukan ikhtiar berobat ke dokter. Dengan berobat ke dokter
menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain. Atau dengan kata lain,
mereka telah mengakui bahwa diri mereka ada kelemahan dan keterbatasan untuk
melawan sakit.
Dari kejadian yang
menimpa saya tersebut, saya menyadari betapa terbatasnya kemampuan manusia.
Kemampuan manusia bukan tidak terbatas. Ada saatnya manusia menggunakan
kemampuannya semaksimal mungkin. Tetapi ada juga saatnya manusia mengakui batas
kemampuannya dan menyerahkan pada takdir Tuhan. Ketika manusia sudah maksimal
dalam berusaha hingga merasa tidak mampu lagi dan merasa tidak memiliki
kekuatan lagi untuk berusaha, sudah saatnya ia bersimpuh dan memasrahkan diri
pada Sang Maha Pencipta. Inilah tawakal.
Tawakal merupakan
sebuah konsep yang merepresentasikan kondisi alamiah manusia selaku makhluk
bahwa manusia memiliki kemampuan yang ada batasnya dan di luar batas kemampuan
manusia adalah kekuasaan Tuhan. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari peran
serta Tuhan dalam kehidupannya. Maka sudah sepantasnya pada kondisi tertentu,
kita merendahkan sujud kita sebagai wujud kepasrahan, penghambaan dan
pengharapan kita atas kebaikan dari Allah Swt. []
Ruang tunggu RS UNS, 22 Desember 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar