Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2022

MENYADARI BATASAN DIRI


MENYADARI BATASAN DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Sejak lahir, setiap manusia dibekali kemampuan yang berwujud potensi diri yang akan berkembang seiring pertumbuhannya. Setiap memasuki periode pertumbuhan, manusia mengembangkan kemampuan dirinya. Kemampuan manusia yang bersifat laten yang berwujud potensi diri tersebut tanpa batas yang jelas. Setiap orang memiliki batas kemampuan yang berbeda-beda bergantung pada seberapa jauh ia mengeksplorasi kemampuan dirinya.

Kemampuan yang masih berwujud potensi diri tersebut jika tidak dilatih tidak akan dapat berkembang atau pun jika berkembang tidak maksimal. Seberapa besar potensi diri yang ada dalam diri seseorang merupakan misteri yang hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Seseorang akan dapat mengenali potensi dirinya manakala ia melakukan proses eksplorasi dan identifikasi kemampuan dirinya melalui proses belajar dan berlatih.

Walaupun memiliki potensi diri yang tidak terukur batasnya bukan berarti kemampuan manusia itu tidak ada batasnya. Tetap harus disadari bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang pasti memiliki batas kemampuan. Hanya Tuhan saja yang tidak terbatas kemampuannya karena DIA adalah Sang Maha Pencipta.

Menyadari ada keterbatasan pada diri membuat kita akan terhindar dari sifat menyombongkan diri. Manusia adalah makhluk dengan banyak kelemahan yang menjadi batasan dirinya, walau memiliki keistimewaan dari Tuhan. Dengan keistimewaan karunia Tuhan tersebut, manusia mampu menemukan cara alternatif untuk mengimbangi kelemahannya. Di sinilah tampak betapa Tuhan itu maha bijaksana. Setiap kehendak-Nya mengandung hikmah kebaikan.

Mari kita renungkan. Manusia tidak bisa terbang seperti burung tapi manusia bisa membuat pesawat terbang sehingga bisa terbang. Manusia tidak bisa menyelam di samudera seperti ikan tapi manusia bisa membuat kapal selam sehingga bisa menyelam sampai dasar samudera. Manusia tidak bisa menembus tanah seperti cacing tanah tapi manusia bisa membuat mesin bor sehingga bisa mengebor tanah untuk mengambil material tambang. Manusia tidak bisa berlari secepat harimau tapi manusia bisa membuat kendaraan bermotor yang dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Demikianlah manusia yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tapi dengan keistimewaan dari Tuhan berupa akal, manusia bisa menciptakan berbagai teknologi maju dan modern.

Dengan keistimewaan yang dimilikinya tersebut tidak boleh membuat manusia menjadi makhluk yang lupa diri. Kemampuan manusia itu ada batasnya karena manusia adalah makhluk. Sekuat dan sehebat apapun seseorang, pasti ia memiliki batas kekuatannya. Sekuat apapun seorang atlit angkat besi, ketika sakit pasti membuatnya lemah tak berdaya. Ketika sakit sedang menghampirinya, tidak akan terlihat lagi bekas-bekas kekuatannya.

Demikianlah yang terjadi pada diri saya. Selama hampir dua bulan ini saya merasakan betapa lemahnya saya. Sakit yang saya derita benar-benar telah memperlihatkan betapa kemampuan saya sangat terbatas. Hanya gara-gara sakit nyeri yang menyerang dengan hebatnya, saya sampai tidak bisa berdiri dan berjalan. Bahkan sekadar menggerakkan kaki untuk bangun dari tempat tidur pun saya tidak mampu. Yang terjadi hanyalah saya mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat yang tiada henti. Semalaman saya berada pada kondisi tersebut tanpa mampu berbuat apa-apa. Segala kemampuan saya untuk menahan rasa sakit tersebut akhirnya sampai batasnya, saya menyerah, saya sudah tidak mampu lagi menahan serangan rasa sakit yang bertubi-tubi. Akhirnya saya pun pasrah diangkat lima orang tetangga dan dilarikan ke IGD RS.

Setiap minggu dalam dua bulan ini pasca operasi Fistula Ani, saya harus rutin kontrol ke dokter bedah di RS. Dan setiap kontrol ke RS tersebut, saya melihat banyak orang yang berobat. Mereka adalah orang-orang yang telah sampai pada batas kemampuan diri untuk melawan sakit. Para pasien tersebut adalah orang-orang yang telah menyadari bahwa mereka sudah waktunya menyerahkan diri kepada takdir Tuhan dengan berusaha melakukan ikhtiar berobat ke dokter. Dengan berobat ke dokter menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain. Atau dengan kata lain, mereka telah mengakui bahwa diri mereka ada kelemahan dan keterbatasan untuk melawan sakit.

Dari kejadian yang menimpa saya tersebut, saya menyadari betapa terbatasnya kemampuan manusia. Kemampuan manusia bukan tidak terbatas. Ada saatnya manusia menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin. Tetapi ada juga saatnya manusia mengakui batas kemampuannya dan menyerahkan pada takdir Tuhan. Ketika manusia sudah maksimal dalam berusaha hingga merasa tidak mampu lagi dan merasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk berusaha, sudah saatnya ia bersimpuh dan memasrahkan diri pada Sang Maha Pencipta. Inilah tawakal.

Tawakal merupakan sebuah konsep yang merepresentasikan kondisi alamiah manusia selaku makhluk bahwa manusia memiliki kemampuan yang ada batasnya dan di luar batas kemampuan manusia adalah kekuasaan Tuhan. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari peran serta Tuhan dalam kehidupannya. Maka sudah sepantasnya pada kondisi tertentu, kita merendahkan sujud kita sebagai wujud kepasrahan, penghambaan dan pengharapan kita atas kebaikan dari Allah Swt. []

 

Ruang tunggu RS UNS, 22 Desember 2022

Tidak ada komentar:

Postingan Populer