Powered By Blogger

Selasa, 30 April 2024

KARTINI DAN EMANSIPASI WANITA

 


KARTINI DAN EMANSIPASI WANITA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama selaku makhluk Tuhan. Setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini membawa misi yang sama, yaitu menjalankan perannya sebagai khalifah Allah di bumi. Tugas setiap manusia adalah mengelola bumi dan segala isinya untuk kebaikan umat manusia. Setiap orang memiliki kelebihan dan keunikan masing-masing. Manusia tidak bisa dibanding-bandingkan hanya menggunakan satu indikator saja karena manusia merupakan makhluk Tuhan yang istimewa dan kompleks. Bahkan para ahli kesulitan untuk merumuskan satu definisi tentang pengertian hakikat manusia yang mengakomodir semua komponen dalam diri manusia. Alexis Carell (1873-1944), dokter ahli Bedah Perancis, seorang peletak dasar humaniora, menjelaskan tentang kesulitan yang dihadapi dalam menyelidiki hakikat manusia (Karman, 2018). Para ahli hanya mampu membuat definisi tentang manusia dengan memotret sebagian saja dari komponen penyusun diri manusia.  

            Manusia diciptakan Allah SWT dalam dua jenis gender, yaitu laki-laki dan perempuan atau pria dan wanita. Laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena kondisi tersebutlah, fitrahnya laki-laki dan perempuan saling berpasangan untuk melengkapi satu dengan yang lainnya. Dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing tersebut, laki-laki dan perempuan memiliki kodrat kehidupan sendiri-sendiri. Kodrat kehidupan ini berkaitan dengan peran bawaan dari Allah SWT yang mana tidak dapat digantikan oleh jenis gender lain. Sebagai misal kodrat perempuan adalah mengandung, melahirkan dan menyusui bayi. Peran perempuan ini tidak bisa digantikan oleh laki-laki karena laki-laki tidak bisa mengandung, melahirkan dan menyusui. Oleh karena itu, mengandung, melahirkan dan menyusui merupakan kodrat perempuan.

            Berbicara tentang kodrat perempuan (kodrat wanita), biasanya dikaitkan dengan terminologi emansipasi wanita. Emansipasi wanita umumnya dimaknai sebagai kesetaraan gender, yaitu persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Sebagai misal, laki-laki mempunyai hak kebebasan untuk menuntut ilmu (bersekolah), maka wanita seharusnya juga memiliki hak kebebasan untuk bersekolah setinggi-setingginya sebagaimana laki-laki. Laki-laki bisa bekerja di luar rumah, maka wanita juga bisa bekerja di luar rumah.

Kesetaraan gender merupakan sebuah gagasan yang sangat penting bagi hak asasi manusia dan masyarakat yang damai dan telah dibuktikan oleh berbagai penelitian dimana hal tersebut sangat penting untuk memberikan perkembangan di segala aspek. Secara sederhana, kesetaraan gender adalah keadaan di mana akses terhadap hak atau peluang tidak dipengaruhi oleh gender. Kesetaraan gender tidak berarti bahwa perempuan dan laki-laki akan memiliki atau membutuhkan sumber daya yang sama persis, tetapi hak, tanggung jawab, dan peluang perempuan, laki-laki, transgender, dan orang yang beragam gender tidak akan bergantung pada gender yang ditetapkan saat mereka lahir (Admin Swiss Cham, 2022). Konsep kesetaraan gender sekilas mudah dipahami dan diterima oleh akal sehat sehingga seharusnya mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Banyak di masyarakat para wanita mendapatkan perlakuan yang tidak adil yaitu berupa pembatasan ruang gerak mereka untuk mengekspresikan diri dan beraktivitas.

Fenomena terjadinya perlakuan yang tidak adil terhadap wanita tersebut hampir terjadi di seluruh belahan dunia manapun sebelum konsep emansipasi wanita dan persamaan hak asasi manusia diterima oleh negara-negara di dunia. Banyak para wanita yang perannya terpinggirkan oleh aturan adat budaya dan aturan agama (kepercayaan). Ada agama atau aliran kepercayaan tertentu yang memandang wanita memiliki kedudukan di bawah laki-laki. Doktrin-doktrin ajaran agama dan/atau kepercayaan maupun tradisi budaya di masyarakat begitu kuat membelenggu kebebeasan para wanita untuk mengembangkan potensi diri dan mengekspresikannya dalam aktivitas sehari-hari.

Kondisi yang demikian tersebut juga dialami oleh R.A. Kartini, nama seorang wanita Indonesia yang namanya sering disebut dalam nyanyian lagu nasional dan diperingati setiap tanggal 21 April yaitu peringatan Hari Kartini. R.A. Kartini adalah salah satu wanita Indonesia yang memperoleh gelar ‘Pahlawan Nasional” berdasarkan Keppres No.108 Tahun 1964 yang ditetapkan pada 2 Mei 1964 dan menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini (Anonim, n.d.). R.A. Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan hari kelahirannya setiap tahun diperingati sebagai Hari Kartini dikarenakan gagasan-gagasan pemikirannya tentang kesetaraan gender atau emansipasi wanita telah menginspirasi para wanita Indonesia. Kartini adalah simbol emansipasi wanita di Indonesia. Perjuangan dan pemikiran gagasan emansipasi wanita oleh Kartini telah membukakan pandangan bangsa Indonesia tentang pentingnya memperlakukan dan mendudukan wanita setara dengan laki-laki.

Kartini menyuarakan pentingnya kesetaraan gender untuk masyarakat bangsanya. Kartini sampai menyuarakan pentingnya kesetaraan gender karena di masyarakat kedudukan wanita masih ditempatkan di bawah kedudukan laki-laki. Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dibatasi, demikian pula dalam kehidupan di rumah atau keluarga. Wanita dianggap tidak layak dihormati sebagaimana penghormatan kepada laki-laki. Di masyarakat Jawa, wanita dianggap “konco wingking” yang artinya teman di belakang yang hanya mengurusi urusan di belakang seperti masak, bersih-bersih rumah, dan teman tidur di kasur. Sedangkan yang menyangkut urusan-urusan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas, lebih banyak diserahkan ke laki-laki karena laki-laki dianggap lebih mampu dibandingkan wanita. Wanita dianggap makhluk yang tugasnya hanya melayani laki-laki.

Kartini adalah wanita yang berani menyuarakan apa yang dianggapnya kurang tepat terkait tradisi dan keyakinan masyarakatnya terhadap kedudukan wanita. Kartini berpandangan bahwa wanita juga punya hak yang sama seperti laki-laki dalam mengenyam pendidikan. Karena di masyarakatnya, para wanita sangat terbatas untuk mengakses pendidikan (baca: sekolah), maka ia berencana mendirikan sekolah agar para wanita dapat sekolah. Tujuan yang mulia ini ternyata mendapat dukungan dari orang tuanya dan saudaranya. Bahkan saudara laki-lakinya yang berkesempatan sekolah ke Belanda sering mengirimkan buku-buku bacaan dan majalah kepada Kartini. Dengan membaca buku-buku yang diberikan kakak laki-lakinya tersebut, Kartini semakin terbuka pikirannya dan semakin menyadari bahwa ada yang kurang dengan pandangan masyarakatnya terkait kedudukan dan status wanita.

Kartini banyak menyampaikan gagasan-gagasan pemikirannya melalui surat-surat yang dikirimkan kepada temannya di Belanda. Kumpulan surat-surat Kartini yang berisi keluhan kondisi para wanita di negerinya dan pandangan-pandangannya tentang bagaimana seharusnya wanita diperlakukan, di kemudian hari diterbitkan menjadi buku yang berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku habis gelap terbitlah terang merupakan dokumen berharga tentang kisah seorang wanita pribumi yang walaupun berada di rumah pingitan dan dibatasi ruang geraknya dalam beraktivitas dan berinteraksi dengan dunia luar, dia tetapi berusaha mengenal dunia melalui aktivitas membaca buku-buku. Pandangan gagasan pemikirannya tentang kondisi wanita di masayarakatnya yang sangat memperihatinkan beliau sampaikan ke sahabatnya di Belanda melalui surat-suratnya. Melalui bantuan sahabat di negeri Belanda tersebulah, akhirnya dunia mengenal sosok Kartini. Pemikiran dan pandangannya yang luar biasa dan visioner telah menjadikan sosok Kartini sebagai idola dan contoh model wanita yang merdeka. Gagasan-gagasannya tentang emansipasi wanita telah menggerakan para wanita di negerinya dan negara lain untuk memperjuangkan kesetaraan gender bahwa wanita dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam mengaktualisasikan diri.

Kartini beragama Islam dan ia adalah seorang santriwati dari seorang ulama besar. Selain menyoroti kondisi para wanita di masyarakatnya, konon Kartini juga mengkritik tentang metode pembelajaran dalam dakwah Islam. Dia mempertanyakan mengapa dia tidak diperbolehkan mengetahui terjemahan dan penafsiran dari ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca. Menurut pendapatnya, jika ayat-ayat Al-Qur’an hanya dibaca saja tanpa disertai terjemahnya dan tafsirnya, maka bacaan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut tidak bermanfaat. Membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an tanpa memahami maksudnya adalah tidak bermanfaat. Al-Qur’an harus dapat dipahami sehingga dapat menjadi pedoman hidup umat manusia, tidak hanya sekadar bacaan rutin setiap hari saja.

Beberapa informasi tersebut di atas menjadi bukti bahwa Kartini sangat peduli dengan kondisi masyarakat dan agamanya (maksudnya pengamalan ajaran agama). Kartini tiddak hanya mengeluhkan kondisi masyarakat wanita yang mendapatkan perlakuan tidak adil dan terpinggirkan dalam mengakses pendidikan dan peran-peran strategis di masyarakat. Tidak hanya masalah kondisi wannita di masyarakat, Kartini juga mempertanyakan mengapa umat Islam dilarang membaca terjemahan dan tafsir dari ayat-ayat Al-Qur’an. Pemikiran-pemikiran Kartini sangat visioner jika dinilai pada masa itu karena tidak banyak wanita pribumi yang memiliki pandangan maju dan visioner seperti dia. Oleh karena itu, pantaslah kalau beliau dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional dan tanggal kelahirannya setiap tahun diperingati sebagai Hari Kartini.

 

 

Daftar Bacaan

Admin Swiss Cham. (2022, July 26). Apa yang Dimaksud Dengan Kesetaraan Gender? Penjelasan Lengkap dan 3 Contohnya - B20 Indonesia Sustainability 4.0. https://indonesiasustainability.com/apa-yang-dimaksud-dengan-kesetaraan-gender/, https://indonesiasustainability.com/apa-yang-dimaksud-dengan-kesetaraan-gender/

Anonim. (n.d.). Profil R A Kartini—VIVA. Retrieved April 17, 2023, from http://www.viva.co.id/siapa/read/401-r.a.-kartini

Karman, K. (2018). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

 

Gumpang Baru, 30 April 2024

Senin, 29 April 2024

ALUMNI PENDERITA FISTULA ANI

 

ALUMNI PENDERITA FISTULA ANI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Awalnya hanya sekadar pertemanan di Facebook. Tidak saling menyapa dan berkomunikasi. Di kemudian hari saya baru tahu kalau beliau berada di grup yang sama dengan saya, yaitu grup penderita Fistula Ani.

Setelah beberapa kali saya memosting tentang proses pengobatan penyakit Fistula Ani yang saya derita selama hampir tujuh tahun dan akhirnya sembuh melalui dua kali operasi, beliau mulai menge-chat saya untuk bertanya-tanya tentang proses operasi dan perawatan luka pasca operasi. Saya jelaskan panjang lebar pengalaman saya menjalani proses operasi dan perawatan lukanya hingga bisa sembuh.

Dari beberapa kali berkomunikasi dengan beliau, akhirnya saya tahu ternyata beliau juga sudah menderita penyakit Fistula Ani selama 7 tahunan seperti saya dan sudah tidak kuat lagi menahan siksaan rasa sakit yang ditimbulkannya setiap hari. Beliau menyatakan ingin sekali bisa sembuh dari penyakit Fistula Ani, tetapi jika memungkinkan hanya sekali operasi.

Oleh karena itulah, beliau mencari-cari info rumah sakit dan dokter bedah yang memiliki pengalaman mengoperasi pasien Fistula Ani dengan tingkat kesembuhan tinggi. Beliau tidak ingin mengalami operasi gagal sehingga harus menjalani operasi berkali-kali seperti yang dialami banyak penderita Fistula Ani lain. Ada penderita Fistula Ani yang sampai menjalani operasi sebanyak sepuluh kali hingga akhirnya bisa sembuh.

Pengalaman orang-orang yang pernah gagal operasi Fistula Ani jelas menimbulkan ketakutan tersendiri para penderita Fistula Ani yang belum pernah operasi. Hal itu wajar karena beratnya proses penyembuhan pasca operasinya yang harus sabar dan kuat menahan rasa sakit yang amat sangat. Tetapi pengalaman gagal operasi beberapa kali pastinya juga menimbulkan frustasi dan putus asa bagi yang mengalaminya.

Hal itulah yang menjadi alasan beliau berusaha mencari dokter yang benar-benar punya pengalaman mengoperasi Fistula Ani dan berhasil sembuh. Setelah mendengar kisah pengalaman saya berobat dan sembuh di RS UNS, beliau tertarik untuk mempertimbangkan RS UNS sebagai tujuan pengobatan penyakit Fistula Ani yang dideritanya.

Setelah beberapa kali berkomunikasi, akhirnya awal tahun 2024 ini beliau memberitahu saya kalau akhir bulan Februari 2024 akan datang ke Solo untuk menjalani operasi Fistula Ani di RS UNS dengan dr. Nugrahanta Dasa P, Sp.B-KBD, dokter bedah digestif yang dulu mengoperasi saya.

Akhirnya akhir bulan Februari 2024 beliau benar berangkat dari kota Bandung ke kota Solo untuk menjalani operasi dengan dokter Dasa. Dengan ditemani ayahnya, beliau menyewa kamar kos di sekitar RS UNS. Sehari setelah periksa di Poli Bedah Digestif, dokter Dasa langsung menjadwalkan operasi. Pasca operasi, malamnya saya dan istri menjenguk beliau di ruang rawat inap RS UNS di lantai 5.

Selama tiga hari beliau menjalani rawat inap di RS UNS, kemudian melanjutkan perawatan luka operasi di kamar kost. Untuk membantu perawatan luka operasi yang rumit dan harus hati-hati serta terjamin kebersihannya, saya menghubungi perawat RS UNS yang dulu merawat saya untuk membantu merawat beliau. Secara periodik saya berusaha untuk memantau perkembangan luka operasi beliau dan memberikan saran-saran agar luka operasinya cepat menutup dan sembuh sempurna berdasarkan pengalaman yang pernah saya jalani.

Beberapa hari yang lalu beliau memberitahu saya bahwa tinggal satu kali kontrol ke dokter Dasa di hari Jumat dan hari Minggu berencana akan kembali pulang ke Bandung. Sebelum pulang ke Bandung, beliau ingin silaturahim dan pamitan ke saya dan istri.

Alhamdulillah...selamat njih pak Irfan Nurdiansyah . Jauh-jauh dari Bandung memutuskan berobat ke RS UNS dan ngekost di Solo selama dua bulan. Perjuangan berat panjenengan selama menjalani proses perawatan luka pasca operasi Fistula Ani akhirnya berbuah kesembuhan.

Saya yakin panjenengan sangat senang dan bahagia dengan kesembuhan panjenengan. Penderitaan panjang selama tujuh tahunan ketika menderita penyakit Fistula Ani akhirnya berakhir juga. Sekali lagi, selamat dan sehat selalu njih pak irfan. Semoga Allah SWT senantiasa mengaruniakan kesehatan kepada panjenengan dan keluarga. Amin. []


Gumpang Baru, 28 April 2024

Sabtu, 06 April 2024

RAMADAN SEBAGAI BULAN PENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 

RAMADAN SEBAGAI BULAN PENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh kebaikan. Di dalam bulan Ramadan, Allah SWT mengkaruniakan ampunan dan keberkahan. Ibadah dan amalan kebaikan yang dikerjakan di dalam bulan Ramadan akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala kebaikan yang berlipat ganda. Di dalam bulan Ramadan, Allah SWT juga akan mengampuni dosa-dosa orang yang mau mengerjakan puasa Ramadan dengan ikhlas. Demikianlah keyakinan yang diimani oleh umat Islam terkait kemuliaan bulan Ramadan. Oleh karena itu, banyak orang Islam yang mempersiapkan diri dengan berbagai program kegiatan dan aktivitas yang berorientasi spiritual dalam rangka menjemput ampunan dan keberkahan dari-Nya.

Pada tahun ini, penulis tidak memprogramkan aktivitas khusus untuk mengisi bulan Ramadan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, selama bulan Ramadan penulis melakukan amalan ibadah yang bersifat kontinyu, bukan amalan ibadah yang menggebu-gebu yang dikhususkan dilakukan hanya saat bulan Ramadan saja. Hal itu penulis lakukan didasarkan atas hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Allah SWT menyukai amalan yang walaupun sedikit tetapi dilakukan secara istikamah (terus-menerus, kontinyu). Allah SWT tidak menyukai amalan yang banyak tetapi dilakukan hanya sekali. Sebagai contoh amalan kebaikan seperti membaca Al-Qur’an lima ayat setiap hari selama 30 hari itu jauh lebih baik dibandingkan dengan membaca Al-Qur’an 150 ayat tetapi hanya dilakukan satu kali.

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh misteri. Di bulan Ramadan, Allah SWT memang mendorong umat Islam untuk berlomba-lomba melakukan ibadah dan amal kebaikan dengan menjanjikan balasan pahala kebaikan yang berlipat ganda dan ampunan dosa-dosa serta dijauhkan dari siksa api neraka. Tetapi di balik iming-iming balasan pahala kebaikan yang berlipat ganda dan ampunan dosa-dosa tersebut, Allah SWT justru tidak memberikan penjelasan tentang ibadah dan amalan kebaikan yang bagaimana yang layak mendapatkan balasan pahala kebaikan dari Allah SWT. Allah SWT hanya meberikan rambu-rambu bahwa puasa Ramadan yang dilakukan karena ikhlas lillahi ta’ala akan mendapatkan balasan pahala berlipat ganda. Ditambah dengan Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa tidak semua puasa Ramadan yang dilakukan orang-orang Islam itu dijamin diterima Allah SAW. Rasulullah SAW menyatakan bahwa banyak orang yang menjalankan puasa Ramadan tetapi tidak mendapatkan apa-apa (maksudnya tidak mendapatkan pahala dari Allah SAW) selain rasa lapar dan haus. Hal itu  menunjukkan bahwa amalan bulan Ramadan ini penuh misteri. Oleh karena itu, beragam pendapat dan penafsiran muncul di kalangan umat Islam tentang bagaimana memaknai kemuliaan bulan Ramadan.

Pada kesempatan bulan Ramadan tahun 1445 H ini, penulis mencoba memaknai bulan Ramadan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas amalan ibadah untuk anak-anak. Pemaknaan penulis ini berangkat dari kondisi kesehatan yang sedang penulis alami. Beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadan, penulis harus menjalani tindakan operasi penyakit batu ginjal yang sudah satu tahun ini penulis derita. Sebelumnya penulis sudah beberapa kali menjalani tindakan operasi dan beberapa kali tindakan penghancuran batu ginjal dengan metode ESWL, tetapi ternyata hasilnya belum sepenuhnya berhasil. Hingga akhirnya pada bulan Januari 2024 penyakit batu ginjal penulis kembali kambuh dengan penulis merasakan rasa nyeri di pinggang belakang sebelah kanan. Setelah menjalani tes CT-Scan, dokter merekomendasikan agar penulis kembali menjalani tindakan operasi. Maka awal bulan Maret 2024 kembali penulis menjalani tindakan operasi pengambilan batu ginjal.

Setelah menjalani tindakan operasi batu ginjal, ternyata kondisi kesehatan penulis ngedrop sehingga penulis harus dirawat beberapa hari di RS pasca tindakan operasi. Pada hari keempat pasca tindakan operasi, kondisi kesehatan penulis sudah agak membaik dan lebih stabil sehingga akhirnya dokter membolehkan penulis untuk pulang dan menjalani pengobatan rawat jalan. Ternyata sejak pulang dari rumah sakit, kondisi kesehatan penulis tidak juga segera pulih kembali, tetapi sampai satu minggu lebih kondisi kesehatan penulis belum pulih juga. Hal itu berdampak pada pelaksanaan ibadah selama puasa Ramadan. Minggu pertama bulan Ramadan, penulis belum mampu menjalankan ibadah puasa Ramadan karena kondisi kesehatan penulis yang masih sakit dan juga harus rutin meminum obat dari dokter. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk tidak melaksanakan puasa Ramadan sampai kondisi kesehatan penulis kembali pulih dan mampu untuk berpuasa.

Setelah satu minggu lebih penulis menjalani masa pemulihan kesehatan, Alhamdulillah kondisi kesehatan penulis mengalami peningkatan menjadi lebih baik dan penulis merasa sudah mampu untuk berpuasa Ramadan. Maka ketika memasuki minggu kedua bulan Ramadan, akhirnya penulis bisa ikut melaksanakan puasa Ramadan. Walaupun sudah mampu melaksanakan ibadah puasa Ramadan, kondisi kesehatan penulis belum pulih seratus persen. Hal itu berdampak pada pelaksanaan ibadah lain seperti sholat fardhu dan sholat Tarawih. Untuk sementara waktu, penulis menjalankan ibadah sholat fardhu dengan posisi duduk karena badan penulis belum mampu berdiri lama karena tenaga belum pulih betul dan kepala masih terasa pusing.

Mempertimbangkan kondisi kesehatan penulis yang belum pulih seratus persen tersebut, maka penulis memutuskan melaksanakan ibadah sholat Tarawih di rumah dengan berjamaah bersama keluarga. Karena kondisi badan belum nyaman untuk sholat dengan berdiri, maka penulis melaksanakan ibadah sholat dengan duduk. Dengan situasi yang seperti itu, penulis merasa kurang afdhol  jika imam memimpin sholat dengan duduk sementara makmumnya berdiri. Oleh karena itu, penulis meminta anak pertama untuk menjadi imam sholat Tarawih menggantikan papinya yang belum pulih kesehatannya. Awalnya si kakak (panggilan kami untuk anak pertama) tidak mau karena merasa tidak mampu. Tetapi kami (penulis dan istri) terus memotivasi dan meyakinkan dia bahwa kakak pasti bisa. Akhirnya si kakak bersedia menggantikan papinya menjadi imam sholat Tarawih.

Ramadan tahun ini akhirnya kami menjalankan ibadah sholat Tarawih berjamaah di rumah dengan kakak yang menjadi imamnya, sedangkan penulis, istri, dan putri kecil kami menjadi makmumnya. Penulis dan istri memutuskan agar si kakak berlatih menjadi imam sholat Tarawih agar dia bisa dan terbiasa mengimami sholat Tarawih, sehingga jika sewaktu-waktu ditunjuk untuk menjadi imam sholat Tarawih tidak kaget dan menolak. Jadi Ramadan tahun ini kami jadikan ajang latihan bagi si kakak untuk berani tampil menjadi imam sholat Tarawih, walaupun  masih di lingkup keluarga. Tetapi dengan berani berlatih mengimami sholat Tarawih di lingkungan keluarga, kami berharap suatu saat dia juga akan berani menjadi imam sholat Tarawih ataupun sholat Fardhu jika ditunjuk atau diminta di lingkungan masyarakat.

Di bulan Ramadan tahun ini pula putri kecil kami yang masih duduk di sekolah TK B  mulai berlatih menjalani puasa Ramadan. Awalnya adek (panggilan kami untuk putri kecil kami) ikut berpuasa Ramadan, tapi puasa setengah hari, yaitu saat azan Dhuhur berbuka dan melanjutkan puasa hingga berbuka lagi waktu azan Maghrib. Tetapi yang mengagetkan kami adalah ketika memasuki minggu kedua bulan Ramadan, tiba-tiba adek bilang kalau besok mau puasa sehari penuh. Awalnya kami tidak yakin dengan perkataanya, tetapi ternyata adek benar-benar berpuasa sehari penuh. Walaupun adek belum rutin puasa penuh setiap hari, terkadang puasa penuh dan terkadang puasa setengah hari, tetapi bagi kami, dia telah melatih diri untuk ikut berpuasa Ramadan. Kami sangat bersyukur karena putri kecil kami sekarang sudah mau berpuasa Ramadan dengan keinginannya sendiri.

Demikianlah proses peningkatan kualitas pengamalan ibadah anak-anak kami di bulan Ramadan tahun ini. Bulan Ramadan tahun ini mereka pergunakan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri dalam hal pengamalan ibadah bulan Ramadan. Bulan Ramadan memang seharusnya dimaknai sebagai bulan untuk meningkatkan kualitas diri, baik kualitas dalam pemahaman ilmu, pengamalan ilmu, maupun peningkatan kualitas spiritualitas diri. Melalui pemaknaan Ramadan sebagai bulan peningkatan kualitas diri, maka selama bulan Ramadan diharapkan akan diisi dengan aktivitas-aktivitas yang berorientasi kepada peningkatan kualitas diri sehingga ada harapan selepas bulan Ramadan akan mengalami peningkatan kualitas ilmu, kualitas ibadah, maupun kualitas hidup. Bulan Ramadan seyogyanya tidak hanya dimaknai sekadar bulan berburu pahala karena janji Allah SWT yang akan melipatgandakan amal ibadah dan kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadan, tetapi sebaiknya lebih dimaknai sebagai  bulan peningkatan kualitas diri menuju standar kualitas tinggi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT, yakni mencapai standar kualitas muttaqin. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 31 Maret 2024

BIOGRAFI PENULIS: AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO

 


BIOGRAFI PENULIS 

AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO, S.Pd., M.Sc. 

(ICT, C.MMF, C.AIF, C.GMC, C.CEP, C.MIP, C.SRP, C.MP) 



Penulis adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menempuh Pendidikan S1 (S.Pd) bidang Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret dan Pendidikan S2 (M.Sc.) bidang Kimia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). 

Selain sebagai dosen, penulis juga aktif sebagai Blogger di https://sharing-literasi.blogspot.com, seorang Pegiat literasi dan Penulis buku yang telah menerbitkan 100+ judul buku (baik buku solo maupun buku kolaborasi) dan memiliki 42 sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kemenkumham RI. Penulis merupakan seorang Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA dan seorang Reviewer jurnal ilmiah nasional terakreditasi SINTA 3.

Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih penulis adalah Peraih Juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA di Kementerian Agama RI (2007), Peraih Sahabat Pena Kita (SPK) Award ”Anggota Teraktif” Peringkat 1 (2021), Peraih Penghargaan Rektor UNS sebagai ”Inovasi dan P2M Award LPPM UNS” Peringkat 2 (2022), Peraih Indonesia Top 3% Scientists bidang Chemical Sciences ”AD Scientific Index” (2023), Peraih World’s Top 20% Scientists bidang Natural Sciences ”AD Scientific Index” (2024), Peraih Penghargaan Rektor UNS sebagai ”Inovasi dan P2M Award LPPM UNS” Peringkat 3 (2023), Peraih Sahabat Pena Kita (SPK) Award ”Top Three Most Views of The Month” Peringkat 1 (2023).

Sertifikasi kompetensi yang dimiliki penulis adalah sebagai penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP (2020) dan Trainer tersertifikasi tingkat nasional dan internasional: Indomindmap Certified Trainer-ICT,  Indomindmap Certified Growth Mindset Coach, Indomindmap Certified Multipe Intelligences Practitioner, Indomindmap Certified Character Education Practitioner, ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified iMind Map Leader (UK), dan ThinkBuzan Certified Mind Map Facilitator (UK). 

Penulis dapat dihubungi melalui email: anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook: Agung Nugroho Catur Saputro, website: https://sahabatpenakita.id dan blog: https://sharing-literasi.blogspot.com. []

Postingan Populer