Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Maret 2024

SEMUA IKUT BERJUANG

SEMUA IKUT BERJUANG

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Hidup di dunia ini memang tidak pernah lepas dari masalah. Setiap orang pasti memiliki masalah dalam kehidupannya. Saya yakin di dunia ini tidak ada seorangpun yang tidak punya masalah. Walaupun setiap orang tidak menginginkan mempunyai masalah, tetapi masalah hidup adalah sebuah keniscayaan.


Masalah hidup jika disikapi secara positif dapat menjadi sarana untuk pendewasaan diri dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang yang sedang memiliki masalah hidup dapat dimaknai bahwa ia sedang mendapat ujian kenaikan tingkat kualitas hidup. 


Orang yang belum pernah punya masalah hidup pasti tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, setiap orang seyogyanya berpikiran positif jika sedang menghadapi permasalahan hidup. Berpikiran positif akan sangat membantu kejernihan berpikir dalam menemukan solusi atas permasalahan hidup yang dihadapinya. 


Awal bulan Maret 2024 ini saya dijadwalkan dokter untuk kembali menjalani tindakan operasi pengambilan batu ginjal yang belum selesai. Hal itu dikarenakan pada bulan Januari 2024 penyakit batu ginjal saya kambuh kembali. Setelah beberapa Minggu rutin kontrol dokter dan tes CT-SCAN, akhirnya dokter memutuskan untuk operasi kembali. Operasi bulan Maret ini merupakan operasi batu ginjal saya yang ketiga sejak terkena sakit batu ginjal satu tahun yang lalu. Selain menjalani dua kali operasi, saya juga telah menjalani tindakan ESWL sebanyak tiga kali. 


Minggu siang saya ditemani istri mulai rawat inap di RS UNS. Senin pagi pukul 09.30 wib saya dibawa perawat masuk ke ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RS UNS untuk menjalani tindakan operasi. Pukul 14.00 saya keluar dari ruang IBS RS UNS.


Senin malam pasca operasi, sekitar pukul 23.00 tiba-tiba badan saya ngedrop. Saya merasakan demam tinggi dan badan menggigil hebat. Saya merasakan hawa dingin yang amat sangat  menjalar ke seluruh tubuh hingga ke tulang-tulang. Ketika kondisi menggigil hebat tersebut, saya memegang erat tangan istri untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang menjalar di sekujur tubuh. Selain itu, istri juga memeluk saya dengan erat karena badan saya bergetar dengan kencang karena menahan hawa dingin yang sangat kuat hingga menusuk-nusuk sampai ke tulang. 


Kondisi badan ngedrop seperti itu berlangsung hingga beberapa hari lamanya selama rawat inap di rumah sakit. Saya sudah beberapa kali menjalani operasi batu ginjal dan bahkan operasi besar berupa luka terbuka ketika operasi Fistula Ani. Tetapi saat operasi yang ini saya mengalami kondisi yang sangat payah, badan ngedrop, demam tinggi dan  menggigil hebat. 


Selama empat hari pasca operasi, saya berjuang untuk segera pulih kembali dari kondisi badan ngedrop. Walaupun berada di kondisi sangat lemah, saya meyakini pasti bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Istri pun juga berjuang  bagaimana merawat saya sebaik-baiknya dan mensupport saya. 


Hari kelima rawat inap di RS UNS, akhirnya dokter membolehkan saya pulang setelah kondisi badan saya sudah lumayan membaik walau masih agak demam. Saya yang meminta ke dokter untuk diizinkan pulang karena saya sudah merasa terlalu jenuh di rawat di RS UNS selama lima hari.


Di saat saya sedang dirawat di RS UNS untuk menjalani operasi dan berjuang menahan efek samping tindakan operasi, anak pertama sedang berada di Bandung untuk mengikuti acara kompetisi film indie dalam acara OlympicAD 7 Universitas Muhammadiyah Bandung.  Dia bersama timnya berjuang memenangkan kompetisi tingkat nasional tersebut. Hasil perjuangannya Alhamdulillah membuahkan hasil yang diharapkan, yaitu memperoleh medali emas.


Selama saya menjalani rawat inap di RS UNS, si kecil kami titipkan di rumah eyang putrinya. Istri menyiapkan seragam sekolah si kecil untuk empat hari dengan asumsi  hari keempat pasca operasi saya bisa pulang. Walaupun kami berada di RS UNS, si kecil tetap sekolah seperti biasanya. Alhamdulillah pakde dan budenya bersedia mengantar jemput dia sekolah. 


Ketika diberitahu maminya jika papinya harus tidur lagi di rumah sakit selama beberapa hari, si kecil bisa memahami. Maka ia segera menyiapkan semua mainan, buku-buku, dan alat mewarnainya dan kemudian dimasukkan ke dalam tas. Tidak lupa ia membawa mukena dan mushaf Al-Qur'an miliknya untuk sholat dan mengaji di rumah eyang putrinya. 


Saya yakin hal itu adalah situasi yang berat bagi putri kecil kami, yakni harus berpisah dengan kedua orang tuanya selama beberapa hari. Selama ini jika saya dan istri menginap di RS UNS, si kecil tinggal di rumah atau di rumah eyang  putrinya dengan ditemani kakaknya. Tetapi untuk kali ini berbeda, kakaknya juga pergi beberapa hari ikut lomba di Bandung. Ini adalah perjuangan berat bagi si kecil untuk bisa mandiri tanpa keberadaaan papi maminya. Alhamdulillah selama di rumah eyang putrinya, si kecil tetap berangkat sekolah, mengerjakan sholat, dan mengaji Al-Qur'an setiap bakda Maghrib seperti biasanya. 


Demikianlah perjuangan keluarga kami dalam menjalani proses kehidupan. Ketika ada masalah dalam keluarga,  seperti saya sedang sakit misalnya, setiap anggota keluarga ikut berjuang berkontribusi positif untuk ikut menyelesaikan masalah. Anak pertama sebelum berangkat ke Bandung beberapa kali wira-wiri ke rumah sakit untuk membelikan makanan dan membawakan pakaian ganti untuk maminya. Si kecil mau bersikap kooperatif dengan bersedia dititipkan di rumah eyang putrinya walau tidak ditemani kakaknya. Saya berusaha menjalani proses pengobatan dengan sebaik-baiknya dengan harapan bisa segera sembuh. Sedangkan istri membantu segala kebutuhan saya selama sakit. 


Gumpang Baru, 12 Maret 2024

Kamis, 01 Februari 2024

LUPA SHOLAT SUNNAH

 


LUPA SHOLAT SUNNAH

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Di dalam keluarga kami, sholat menjadi aktivitas yang menjadi pondasi kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, sejak kecil anak-anak sudah kami ajarkan untuk mengerjakan sholat. Pola pendidikan agama yang kami terapkan adalah melalui pemberian contoh nyata dalam tindakan (keteladanan). 


Kami mengajarkan sholat ke anak-anak dengan diawali dengan mengajak anak-anak terlibat dalam aktivitas sholat, yaitu membiasakan mereka melihat orang tuanya sholat. Dengan secara rutin setiap hari melihat orang tuanya mengerjakan sholat, maka sifat alami anak-anak yang senang mengimitasi apa yang dilihatnya akan membuat mereka juga akan melakukannya. 


Anak pertama kami dulu sudah mau rutin mengerjakan sholat fardhu sebelum masuk sekolah TK. Hal itu karena sejak kecil kami mengenalkan ke dia kebiasaan orang tuanya mengerjakan sholat fardhu. Sebelum kami mengajarkan sholat ke dia, terlebih dahulu kami mengenalkan sholat ke dia dengan cara selalu mengusahakan dia melihat orang tuanya sholat. 


Metode yang sama juga kami terapkan untuk putri kecil kami. Dia juga mau rutin ikut sholat fardhu sebelum masuk sekolah TK. Setelah sekolah TK dan mendapat pelajaran tentang sholat di sekolah, putri kecil kami semakin semangat dalam mengerjakan sholat fardhu. Alhamdulillah dia bisa mengerjakan sholat fardhu lima waktu setiap harinya. 


Selain mengajarkan sholat fardhu kepada putra putri kami, kami juga mengajarkan anak-anak kami untuk mengerjakan sholat sunnah rawatib. Untuk mengajarkan sholat sunahunnah rawatib ke anak-anak, kami juga menggunakan metode keteladanan melalui pemberian contoh tindakan nyata dan pembiasaan. 


Sholat sunnah yang rutin kami ajarkan dan biasakan untuk dikerjakan anak-anak adalah sholat sunnah bakda Maghrib, sholat sunnah bakda Isya', sholat witir, dan sholat sunnah bakda Dhuhur. Di manapun kami berada, setelah selesai mengerjakan sholat fardhu, kami dan anak-anak berusaha untuk mengakhiri aktivitas ibadah dengan mengerjakan sholat sunnah. Kebiasaan mengerjakan sholat sunnah secara rutin dan konsisten tersebut menjadikan aktivitas ibadah sholat fardhu terasa kurang ketika belum diikuti dengan sholat sunnah. 


Ada satu kejadian lucu yang dilakukan oleh putri kecil kami beberapa hari yang lalu tapi menyentuh hati kami. Sepulang dari bepergian, saya dan si kecil mengerjakan sholat dhuhur. Selesai sholat, seperti biasanya kami membaca dzikir dan berdoa, baru kemudian mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur. Saya kurang memperhatikan si kecil di belakang, tapi saya hanya agak heran kok tumben dia sudah melepas mukenanya ketika saya mau berdiri untuk mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur. Saya berpikiran mungkin dia sudah mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur ketika saya sedang berdzikir.


Ketika saya baru saja selesai mengerjakan sholat sunah bakda Dhuhur, tiba-tiba si kecil masuk kembali ke ruang mushola dan berkata, "Papi, adek lupa belum sholat dua rakaat lagi". Saya jawab, "Oh ya, kalau begitu adek pakai mukenanya lagi dan sholat dua rakaat ya". Si kecil menjawab, "Iya, tapi papi jangan pergi dulu ya". Akhirnya saya tetap berada di ruang mushola menunggu si kecil selesai mengerjakan sholat sunnah bakda Dhuhur sebanyak dua rakaat. 


Melihat perilaku si kecil tersebut, saya sangat bahagia dan bersyukur sekali karena putri kecil kami telah terbiasa mengerjakan shalat fardhu dan sholat sunah. Dia mengerjakan ibadah sholat dengan senang dan tidak merasa berat melakukannya. Dua teringat belum mengerjakan sholat sunah bakda Dhuhur menunjukkan bahwa aktivitas ibadah sholat telah menjiwai dirinya. Semoga si kecil hatinya selalu tertambat untuk mengerjakan ibadah sholat dan bisa istikamah selamanya. Amin. []


Ruang Tunggu RS UNS, 29 Januari 2024

Minggu, 31 Desember 2023

MENDAMPINGI SI KECIL LIBURAN SEKOLAH

 


MENDAMPINGI SI KECIL LIBURAN SEKOLAH

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro


Sebentar lagi anak-anak akan kembali masuk sekolah. Liburan akhir semester tinggal beberapa hari lagi. Berkaitan dengan hal ini, maka beberapa hari terakhir ini saya menyempatkan diri untuk mengajak si kecil menikmati liburan dengan mengajaknya pergi ke tempat-tempat wisata yang tidak jauh dari rumah, yaitu masih sekitaran wilayah kabupaten Sukoharjo. 


Mengapa pada liburan sekolah tahun ini saya menyempatkan diri untuk mengajak si kecil pergi ke tempat-tempat wisata? Hal itu dikarenakan selama dua liburan sekolah sebelumnya saya tidak bisa menemaninya untuk menikmati libur sekolah. Jadi dapat dianggap tahun ini saya menyaur utang pergi liburan kepada si kecil. Pada dua kali waktu liburan sekolah, saya hanya bisa menjanjikan nanti akan mengajaknya pergi liburan. 


Liburan sekolah akhir tahun 2022 yang lalu, saya tidak bisa mengajak si kecil liburan karena kondisi saya sedang bed rest pasca operasi penyakit Fistula Ani yang pertama di awal bulan November 2022 yang ternyata gagal dan mempersiapkan diri untuk menjalani operasi kedua tanggal 3 Januari 2023.


Adapun liburan sekolah akhir tahun ajaran bulan Juli 2023, saya juga belum bisa mengajak si kecil liburan karena saya masih menjalani rawat jalan pasca menjalani dua kali tindakan operasi batu ginjal dan tindakan ESWL. Jadi praktis saya belum bisa mendampingi si kecil menikmati liburan sekolahnya karena saya masih fokus pada penyembuhan penyakit batu ginjal saya. 


Setelah sekitar enam bulanan ini kondisi kesehatan saya mulai membaik dan saya bisa merasakan nikmatnya tubuh yang sehat tanpa keluhan rasa sakit yang menyiksa setelah hampir tujuh tahun berteman dengan rasa sakit menyayat akibat sering kambuhnya penyakit Fistula Ani yang saya derita, maka di liburan semester ini saya ingin mendampingi si kecil menikmati liburan sekolahnya. 


Putri kecil kami walaupun masih kecil tapi sudah bisa diajak bicara dan bisa memahami maksud pembicaraan. Dulu saat papinya sakit, dia paham kalau papinya sedang sakit pasca menjalani operasi. Ketika setiap kali perawat datang untuk merawat dan mengganti perban luka operasi papinya, dia selalu ikut mendampingi papinya. Pernah suatu saat ketika maminya sedang repot di dapur, dia menyodorkan tangannya untuk pegangan papinya saat perawat membersihkan luka operasi yang pasti terasa sangat sakitnya. Dia paham kalau setiap perawat membersihkan luka operasi, papinya memegang erat tangan maminya. Maka ketika maminya sedang repot di dapur, dia berinisiatif menggantikan maminya mendampingi papinya dengan menyodorkan tangannya untuk dipegang papinya.  


Demikian pula saat dia memiliki keinginan berlibur ke pantai, dia selalu berkata, "Nanti jika papi sudah sembuh adek diajak liburan ke pantai ya". Atau saat ingin beli mainan, dia akan berkata, "Nanti jika papi sudah punya uang adek dibelikan mainan ya". Ketika beberapa waktu yang lalu dia sakit dan harus rawat inap di RS, saya katakan "Nanti adek disuntik untuk dipasangi selang infus seperti papi waktu sakit, adek harus berani ya". Dan ternyata benar, dia sama sekalu tidak menangis saat disuntik untuk dipasangi selang infus. Perawat RS yang memasang infus sampai heran dan cerita ke saya kalau adek tidak menangis ketika disuntik.


Demikianlah karakter putri kecil kami. Dia sangat memahami kondisi orang tuanya. Dia tidak pernah memaksakan keinginannya harus segera dituruti. Dia tipe anak yang bisa diajak bicara dan mudah memahami maksud yang dibicarakan. Oleh karena itu, di momen akhir-akhir waktu liburan sekolahnya, kami ingin memberikan kesempatan dia untuk berlibur dan bermain sepuasnya dengan mengajak dia pergi ke beberapa tempat wisata yang masih dekat dengan rumah dan biayanya terjangkau. Semoga suatu saat nanti kami diberikan kelonggaran waktu dan rezeki sehingga bisa mengajak si kecil berwisata ke tempat wisata lain yang lebih jauh. Amin. []


Gumpang Baru, 01 Januari 2024

Sabtu, 30 Desember 2023

SETIAP ORANG BISA SUKSES

 


SETIAP ORANG BISA SUKSES

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Allah SWT menciptakan manusia dengan membekalinya potensi kemampuan yang berbeda-beda. Bekal potensi kemampuan tersebut dipersiapkan untuk dipergunakan oleh masing-masing individu untuk menaklukkan alam dan menjalani kehidupan. Kemampuan setiap orang dalam mengenali dan memberdayakan potensinya menjadi kompetensi dan keahlian akan berdampak kepada kesuksesan dia dalam menjalani proses kehidupan. 


Karena memiliki potensi kemampuan yang berbeda-beda, maka setiap individu harus dipandang secara diferensiasi. Kita tidak boleh mengganggap bahwa orang lain sama dengan diri kita. Pun demikian, kita juga tidak boleh memaksakan cara dan sudut pandang kita kepada orang lain. Alhasil, kita tidak boleh mengukur kemampuan orang lain dengan standar kemampuan diri kita. 


Dengan menyadari bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya masing-masing, maka kita harus mampu bersikap toleransi terhadap adanya perbedaan kemampuan. Misalnya dalam hal kesuksesan, kita tidak boleh memandang bahwa hanya orang-orang yang cerdas atau berpendidikan tinggi saja yang bisa dan berhak sukses. Jika kesuksesan yang dimaksud adalah kesuksesan di bidang akademik, maka pandangan tersebut benar karena orang-orang yang kurang cerdas dan tidak memiliki pendidikan tinggi tidak mungkin bisa meraih kesuksesan di bidang akademik. Tetapi jika yang dimaksud adalah kesuksesan secara umum, maka orang-orang yang kurang cerdas serta berpendidikan rendah pun juga bisa meraih sukses jika mereka tekun berusaha dan tidak mudah menyerah. 


Dikarenakan setiap orang bisa memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda, maka selama masing-masing individu mau menekuni bidang keahliannya secara serius hingga menjadi ahli, maka setiap orang bisa menjadi orang sukses. Kesuksesan itu tidak hanya bergantung pada bakat bawaan lahir, tetapi lebih dipengaruhi oleh ketekunan dalam berusaha. Orang yang memiliki kemampuan pas-pasan, tetapi jika tekun berusaha dan tidak mudah putus asa dalam memperjuangkan cita-citanya, pasti suatu saat nanti juga bisa sukses. 


Seorang guru atau dosen bisa sukses di bidang akademik, tetapi belum tentu bisa sukses di bidang non akademik. Seorang praktisi industri bisa sukses di bidang usaha industri, tapi belum tentu bisa sukses di bidang akademik. Seorang pedagang bisa sukses menjadi eksportir sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang pertanian. Demikian juga seorang petani bisa sukses menjadi petani sukses, tapi belum tentu bisa sukses di bidang perdagangan. Demikianlah masing-masing orang memiliki bakat dan keahlian yang bisa berbeda-beda, dan mereka itu semua berhak dan bisa sukses di bidangnya masing-masing. 


Mengukur kesuksesan seseorang hendaknya tidak menggunakan parameter di satu bidang keahlian saja. Menilai kehebatan prestasi orang lain hendaknya tidak hanya menggunakan standar bidang keahlian kita sendiri, karena pasti akan terlihat biasa-biasa saja. 


Kita harus menyadari bahwa masing-masing orang memiliki keahliannya masing-masing. Oleh karena itu, apapun capaian prestasi yang diraih seseorang hendaknya kita berikan apresiasi karena ia telah berusaha keras untuk mencapainya. Janganlah kita merendahkan atau meremehkan capaian prestasi orang lain hanya karena kita merasa lebih hebat dan pasti lebih baik dari dia. 


Seseorang yang telah mencapai sebuah prestasi berarti dia telah berjuang keras untuk mewujudkan prestasi tersebut. Orang tersebut tidak mungkin tidak melakukan apa-apa untuk mencapai prestasinya. Prestasi hanyalah simbol dari perjuangan. Maka yang harus kita hargai dan berikan apresiasi adalah semangat perjuangan dia hingga sampai puncak prestasinya.


Mengapresiasi capaian prestasi seseorang pada hakikatnya adalah menghargai hasil perjuangan dia mewujudkan prestasi. Orang yang hebat adalah orang yang mampu menghargai dan mengakui kehebatan orang lain. Orang yang berprestasi pasti mampu mengapresiasi capaian prestasi orang lain. 

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kita harus mampu menghargai capaian prestasi orang lain karena setiap orang adalah ahli di bidangnya masing-masing. Kita harus mencoba belajar menggunakan berbagai cara dan sudut pandang dalam mengukur dan menilai capaian prestasi orang lain. Setiap orang berhak punya prestasi sesuai bidang keahlian dan kemampuan maksimalnya. []


Gumpang Baru, 28 Desember 2023

Kamis, 28 Desember 2023

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

 

DINAMIKA KULIAH PENGGANTI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Semester Agustus 2023-Januari 2024 ini saya mulai kembali aktif mengajar setelah menjalani masa tugas belajar. Saya mengajar di enam kelas. Karena studi doktoral saya belum selesai, maka saya membagi waktu antara mengerjakan tugas studi dan mengajar di kampus. 


Karena waktu konsultasi ke dosen atau menyelesaikan urusan terkait studi dengan jadwal mengajar terkadang bersamaan, maka saya terpaksa mengosongkan jadwal kuliah dan mengganti kuliah di lain waktu. Ketika  saya ke Yogyakarta untuk urusan studi, praktis saya menghabiskan waktu seharian sehingga memang tidak memungkinkan saya untuk memberi kuliah. Oleh karena itu, saya harus mengadakan kuliah pengganti di waktu lain.


Mengadakan kuliah pengganti ternyata tidaklah mudah. Ketika akan mengadakan kuliah pengganti secara luring, ternyata tidak ada kecocokan waktu antara waktu longgar saya dengan waktu kosong mahasiswa. Selain itu juga sulitnya mencari ruang yang kosong di jam efektif perkuliahan. 


Karena kuliah luring sulit dilaksanakan, akhirnya terpaksa kuliah harus diselenggarakan secara daring. Ternyata menyelenggarakan kuliah secara daring di jam efektif perkuliahan juga tidak mudah. Ternyata waktu longgar saya (tidak mengajar) dengan waktu kosong mahasiswa (tidak ada jadwal kuliah) tidak ada titik temunya. 


Karena hari Senin sampai Jumat, pagi sampai sore  tidak ada jadwal yang cocok untuk kuliah pengganti, sehingga jalan satu-satunya adalah kuliah pengganti dilaksanakan secara daring di luar jam efektif perkuliahan. Akhirnya disepakati kuliah pengganti diselenggarakan secara daring di malam hari bakda Isyak karena saya pulang dari kampus sore sehingga ada waktu istirahat sebelum memberi kuliah lagi. 


Pernah ada perwakilan mahasiswa yang menanyakan apakah kuliah pengganti bisa dilaksanakan bakda sholat Maghrib? Saya jawab tidak bisa dengan alasan saya pulang dari kampus sudah sore, sampai rumah hampir jam 5an, saya butuh waktu untuk istirahat sebelum memberi kuliah lagi. Saya memang merasakan badan capek sekali setelah memberi kuliah 3 SKS, terlebih jika mengajar dari pagi sampai sore maka rasa capek lebih terasa. Oleh karena itu, jadwal kuliah pengganti saya laksanakan setelah sholat Isyak agar saya punya waktu untuk istirahat beberapa saat. 


Melaksanakan kuliah secara daring terkadang ada saja kendalanya, misalnya kesiapan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Saat perkuliahan daring, saya meminta mahasiswa untuk menghidupkan kamera (on camera) untuk memastikan bahwa semua mahasiswa yang hadir benar-benar siap mengikuti perkuliahan. Saya tidak mau capek-capek memberi kuliah di malam hari sementara ada sebagian mahasiswa yang hadir hanya nama saja sedangkan yang bersangkutan melakukan aktivitas lain yang tidak saya ketahui karena mereka mematikan kamera. Oleh karena itu saya tidak mau memulai perkuliahan sebelum semua mahasiswa menghidupkan kamera.


Ternyata untuk meminta mahasiswa menghidupkan kamera tidaklah mudah. Terkadang perlu menunggu beberapa menit hingga puluhan menit sampai semua mahasiswa menghidupkan kamera. Hal itu menunjukkan bahwa mahasiswa belum semuanya siap mengikuti perkuliahan. Mereka ada yang hanya bergabung di zoom kemudian melakukan aktivitas lain. 


Pernah kejadian, saya harus menunggu sampai dua puluh menit untuk meminta mahasiswa semua menghidupkan kamera. Karena sudah beberapa kali saya meminta menghidupkan kamera tetapi tetap saja masih ada mahasiswa yang tidak menghidupkan kamera, maka saya pernah mengancam jika lima menit lagi masih ada yang belum menghidupkan kamera, maka zoom akan saya matikan dan tidak jadi memberi kuliah. Setelah saya ancam seperti itu, barulah semua mahasiswa mau menghidupkan kamera. 


Kejadian lain, pernah setelah satu jam-an saya berbicara menjelaskan materi kuliah, saya bertanya kepada mahasiswa apakah ada yang ditanyakan terkait materi yang baru saja saya jelaskan. Tidak ada satupun mahasiswa yang merespon pertanyaan saya. Saya mengulangi bertanya beberapa kali, tetap saja suasana ruang zoom meeting hening, tidak ada satupun mahasiswa yang mencoba merespon pertanyaan saya. Saya mencoba diam tidak melanjutkan kuliah beberapa saat. Ternyata mahasiswa tetap enjoy seperti tidak terjadi apa-apa. 


Setelah beberapa saat tetap seperti itu, akhirnya saya jadi berpikiran negatif bahwa mereka tidak memperhatikan kuliah. Jika mereka memperhatikan kuliah pastinya mereka akan bertanya mengapa saya diam tidak melanjutkan perkuliahan. Tetapi yang terjadi tidak begitu, mahasiswa tetap diam tidak memberikan respon apapun. Karena tidak ada satupun mahasiswa yang merespon, akhirnya perkuliahan saya akhiri dan zoom meeting saya matikan.


Saya agak kecewa dengan sikap mahasiswa tersebut. Saya sudah semangat menjelaskan materi kuliah dan mengulang-ulang penjelasan dengan suara keras dengan maksud agar mahasiswa dapat menangkap dan memahami penjelasan saya, ternyata mereka tidak ada itikat baik untuk memberikan respon positif atas pertanyaan saya. Saya pikir, buat apa saya capek-capek memberi kuliah kepada orang-orang yang tidak  punya niat belajar. Bahkan sekadar menjawab "sementara ini belum ada pertanyaan pak" saja untuk menjaga terjadinya interaksi dua arah, mereka malas melakukannya. 


Saya jadi berpikiran apakah mereka para mahasiswa belum dewasa? Orang yang sudah dewasa seharusnya akan mampu bersikap layaknya orang dewasa, yaitu mengetahui kapan mereka harus fokus belajar dan kapan mereka bersantai. Ketika mereka sudah memutuskan untuk kuliah di prodi pendidikan kimia, seharusnya mereka sudah meniatkan diri akan mengikuti semua proses pembelajaran di prodi pendidikan kimia dengan serius dan sebaik-baiknya. Inilah yang menjadi kebimbangan saya, apakah mereka para mahasiswa sebenarnya masih seorang siswa, belum layak menyandang predikat "maha"? Jika mereka memang sudah seorang mahasiswa, mengapa sikap dan perilakunya masih seperti seorang siswa? 


Demikianlah dinamika perkuliahan pengganti yang saya laksanakan secara daring. Kuliah secara daring memang bisa menjadi solusi alternatif pengganti kuliah manakala kuliah secara luring sulit dilaksanakan. Tetapi kuliah secara daring juga menyisakan persoalan lain terkait manajemen proses pembelajaran, yakni sulit memastikan mahasiswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pola interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa selama perkuliahan terkadang sulit terjadi. Selain itu persoalan lain terkait teknis seperti masalah gangguan sinyal ataupun putusnya aliran listrik juga bisa mengganggu kelancaran jalannya proses pembelajaran. []



Gumpang Baru, 28 Desember 2023

Minggu, 10 Desember 2023

PAPI KOK GAK BANGUNKAN ADIK?

 


PAPI KOK GAK BANGUNKAN ADIK?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Sebelum sekolah TK, putri kecil kami memang sudah kami kenalkan tentang shalat dengan mengajaknya ikut shalat. Untuk memotivasinya, kami membelikan dia mukena dan sajadah khusus berwarna pink sesuai warna kesukaannya. 


Sejak mempunyai mukena dan sajadah sendiri, putri kecil kami menjadi lebih termotivasi untuk ikut shalat fardhu dan sunnah. Ia merasa sudah seperti papi mami dan kakaknya yang memiliki sajadah sendiri. Walaupun terkadang mogok sholat, tetapi ia lebih banyak rajin sholatnya daripada mogoknya. Setiap selesai shalat, dia melipat sendiri mukenanya meniru yang dilakukan maminya. 


Ketika masuk sekolah TK, di sekolah ia mendapat pelajaran shalat. Suatu waktu ustadzahnya (gurunya) pernah bertanya siapa yang di rumah sudah shalat? Sejak gurunya bertanya seperti itu, putri kecil kami menjadi lebih termotivasi mengerjakan shalat. Dia selalu bertanya tentang waktu yang maksudnya adalah sekarang masuk waktu shalat apa. Setiap kali kami bilang "Adik wudhu', maka ia dengan semangatnya masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. 


Suatu waktu, di hari libur, mungkin karena siangnya belum tidur siang (biasanya di sekolah dikondisikan tidur siang), sore menjelang Maghrib dia tertidur dengan pulasnya. Karena terlihat sangat pulas tidurnya, kami tidak membangunkannya ketika masuk shalat Maghrib. 


Ketika waktu Isyak telah masuk, dia terbangun. Maka kami meminta dia untuk berwudhu. Ketika mau shalat, dia bertanya, "Papi, sekarang shalat Maghrib?". Saya jawab, "Sekarang shalat Isyak, ini sudah malam. Tadi adik tidur waktu shalat Maghrib". Mendengar jawaban papinya, dia membalas, "Papi kok gak bangunin adik?" sambil matanya meneteskan air mata mau menangis. Segera saya peluk putri kecil kami tersebut, dan berkata, "Ya, papi minta maaf. Lain kali papi bangunkan adik". Setelah mendengar perkataan papinya, barulah ia tenang dan tidak menangis lagi. 


Kami bersyukur sekali, putri kecil kami telah memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan shalat fardhu. Selain mengajarkan shalat fardhu, kami juga mengajari dia shalat sunnah rawatib. Misalnya, setelah shalat Maghrib, berdzikir (kami membelikannya tasbih sendiri), dan berdoa, dia sering bertanya, "Shalat berapa lagi?' Kami jawab, "Shalat Sunnah dua rakaat", maka ia pun mengerjakan shalat Sunnah bakda Maghrib sebanyak dua rakaat. 


Setelah selesai mengerjakan shalat sunnah bakda Maghrib, barulah kami semua membaca Al-Qur'an bersama-sama. Kami sengaja membelikan dia mushaf Al-Qur'an sendiri sehingga dia merasa memiliki Al-Qur'an sendiri. Dia menandai sendiri sampai ayat dan halaman berapa ia membaca Al-Qur'an. Ketika bersama-sama membaca Al-Qur'an, dia yang paling keras suaranya. Alhamdulillah ya Allah, putri kecil kami telah tumbuh menjadi anak yang shalihah. []


Gumpang Baru, 10 Desember 2023

IMITASI DAN KETELADANAN

 

IMITASI DAN KETELADANAN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Manusia adalah makhluk pembelajar. Manusia secara fitrah akan mempelajari hal-hal baru untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Melalui bekal potensi diri yang dimiliki, setiap orang akan berusaha mengembangkan kemampuan dirinya lewat kegiatan belajar. 


Setiap anak memiliki caranya tersendiri untuk belajar. Umumnya anak kecil belajar dengan meniru (imitasi) apa yang dilihatnya. Anak kecil akan mempraktikkan apa yang dilihatnya dari orang-orang di sekitarnya. Apapun yang ia lihat akan diamati dan ditiru. 


Anak kecil belajar dengan mengimitasi (meniru) apa yang dilihatnya. Cara belajar anak kecil tersebut dapat dimanfaatkan untuk strategi bagaimana mengajarkan kebiasaan baik ke anak. Strategi terbaik untuk mengajarkan sikap, perilaku dan kebiasaan yang baik kepada anak kecil adalah melalui keteladanan.


Pendidikan karakter yang baik perlu diajarkan ke anak sejak dini melalui pemberian contoh tauladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifat anak kecil yang mudah meniru apa saja yang dilihatnya, maka menyengaja menciptakan lingkungan kebiasaan yang baik kepada anak kecil merupakan cara terbaik untuk mengajarkan kebiasaan baik. 


Menyadari cara belajar anak kecil melalui proses mengimitasi seperti itu, maka saya dan istri mendesain program pendidikan karakter di lingkungan keluarga kami dengan cara menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak-anak menirunya. Kami memilih untuk tidak banyak menceramahi anak-anak terkait kebiasaan-kebiasaan yang baik tetapi memilih melalui pemberian contoh nyata yang dapat mereka lihat secara langsung. 


Mengajarkan pendidikan karakter yang baik kepada anak harus memadukan antara penjelasan dan praktik. Konten pendidikan karakter dapat disajikan dalam wujud penjelasan teori dan contoh nyata pelaksanaan sehari-hari. Untuk mengajari anak kecil, strategi yang paling tepat dan pertama dilakukan adalah memberikan contoh tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anak diajak dan dilatih untuk ikut melakukan kebiasaan baik yang akan diajarkan, melalui ajakan terlibat langsung dalam aktivitas belajar, walaupun ia belum tahu manfaatnya. 


Sebagai contoh, ketika orang tua ingin mengajarkan anaknya bisa dan mau mengerjakan shalat, maka tidak perlu dijelaskan pentingnya shalat karena anak kecil belum paham. Tetapi cukup orang tua mengajak anaknya yang masih kecil tersebut untuk ikut shalat setiap hari. Tidak perlu mengajari anak bagaimana gerakan shalat dulu, yang penting anak mau ikut shalat  dan menirukan gerakan sholat walaupun ia shalat sambil bermain.


Tujuan utama mengajak anak ikut shalat adalah agar anak terbiasa mengerjakan shalat seperti yang dilakukan keluarganya yang setiap hari dilihat. Jika anak sudah terbiasa mengerjakan shalat setiap hari bagaikan aktivitas rutin yang dilakukan otomatis dan tanpa beban, maka tujuan pendidikan karakter sudah hampir tercapai. Nanti ketika usia anak sudah cukup untuk diberi penjelasan tentang kewajiban dan manfaat shalat, maka anak tidak akan mengalami hambatan dalam aktivitas ibadahnya kelak karena sekarang sudah mengetahui tujuan shalat dan juga sudah terbiasa shalat. 


Demikianlah yang kami lakukan untuk anak-anak kami. Sejak anak-anak masih kecil, mereka kami libatkan dalam aktivitas ibadah setiap hari seperti shalat, berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Qur'an. Alhamdulillah sekarang kami melihat hasil yang dulu kami lakukan. Dulu mereka memang hanya mengimitasi apa yang kami (orang tuanya) lakukan yang setiap hari mereka melihatnya. Alhamdulillah sekarang mereka- khususnya putri kecil kami yang baru berumur 6 tahun- sudah terbiasa rutin mengerjakan shalat fardhu, shalat sunnah rawatib, berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur'an setiap hari. []


Gumpang Baru, 10 Desember 2023

Minggu, 03 Desember 2023

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

 

Sumber Gambar: https://shr.rcdsb.on.ca/en/ourschool/character-education.asp

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Menurut Thomas Lickona, (2012), “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior.” Karakter yang mulia menurutnya bermula dengan pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar melaksanakan kebaikan. Menurut Kilpatrick dalam (Hudi, 2017), pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan melalui proses pengetahuan (knowing) kepada tindakan kebiasaan (habits). Hal ini bermakna, pengetahuan yang diperoleh diaplikasikan dalam bentuk tindakan melalui latihan dan pendidikan yang berterusan untuk membedakan mana-mana pengaruh yang baik dan keburukan. Untuk tujuan ini, seorang pelajar (siswa, mahasiswa) hendaklah dididik secara sadar akan pengetahuan moral (moral knowing), menghargai nilai-nilai yang baik (moral feeling) dan melakukan kebiasaan moral yang baik (moral habits).

Lickona (2012) mengatakan ada 7 (tujuh) alasan utama yang menjadi dasar mengapa Pendidikan Karakter wajib untuk diberikan kepada seluruh peserta didik sejak dari tahap dini, yaitu: 1). Ini cara terbaik untuk menjamin peserta didik bisa memiliki kepribadian yang baik dalam hidupnya, 2). Ini cara yang paling efektif dalam meningkatkan prestasi akademik peserta didik, 3). Sebagian peserta didik belum bisa membentuk karakter yang baik bagi dirinya di tempat lain, 4). Sebagai sarana untuk membentuk peserta didik agar menjadi insan yang dapat menghormati orang lain dan hidup dalam kemajemukan. 5). Sebagai upaya untuk mengatasi akar masalah moral-sosial seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja yang rendah, dll., 6). Ini cara terbaik untuk membentuk perilaku peserta didik sebelum mereka memasuki lingkungan kerja, 7). Sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang menjadi bagian dari sebuah peradaban.

Pendidikan karakter sangat penting diajarkan ke mahasiswa. Walaupun umumnya orang berpandangan bahwa mahasiswa sudah dewasa sehingga mereka pastinya sudah memahami pendidikan karakter, tetapi faktanya masih dijumpai adanya mahasiswa yang kurang memiliki karakter baik. Penulis masih menjumpai di lapangan bagaimana beberapa mahasiswa kurang peduli terhadap lingkungannya dan kurang memiliki empati terhadap orang lain. Mereka cenderung bersikap individualistik dimana mereka hanya fokus pada kepentingan dirinya sendiri dan kurang mempedulikan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa memiliki karakter yang baik. Karakter baik seperti rasa empati, kepedulian sosial, kemandirian, dan sikap religius harus tetap diajarkan dan dilatihkan kepada mahasiswa dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas agar karakter-karakter yang baik tersebut menjadi habit (kebiasaan) mereka.

Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan, khususnya pendidik (guru, dosen). Di tingkat pendidikan tinggi, dosen memiliki kewajiban selain mengajarkan materi perkuliahan juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada para mahasiswa. Untuk mengajarkan materi pendidikan karakter tidak perlu terpisah dalam mata kuliah khusus pendidikan karakter, tetapi dapat diajarkan secara terpadu dalam penyampaian materi perkuliahan. Dosen dapat mengintegrasikan materi perkuliahannya dengan materi pendidikan karakter sehingga penyampaian materi perkuliahan secara terpadu juga menyampaikan materi pendidikan karakter.

Ketika mengajar mata kuliah, penulis berusaha memasukkan nilai-nilai karakter yang baik pada penyampaian materi perkuliahan. Di mulai dari awal perkuliahan, penulis mengawali dengan mengajak mahasiswa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, penulis selaku dosen yang memimpin doa bersama (doa dalam hati masing-masing sesuai agama dan keyakinannya karena mahasiswa bisa beragam agamanya). Tetapi pada pertemuan kedua dan seterusnya, penulis meminta salah satu perwakilan mahasiswa untuk memimpin doa bersama. Mungkin apa yang penulis lakukan tersebut dinilai tidak terlalu penting. Mungkin ada yang berpendapat, buat apa mengajak mahasiswa berdoa bersama karena pastinya mereka sudah berdoa sendiri-sendiri tanpa dipimpin.

Menurut penulis, kegiatan berdoa bersama setiap kali memulai perkuliahan adalah kegiatan yang tidak sia-sia. Dalam kegiatan doa bersama tersebut, penulis ingin mengajak dan mengingatkan agar para mahasiswa kembali mengingat Tuhan (walau sesaat) setelah sekian waktu beraktivitas memikirkan duniawi dan juga memohon kepada Tuhan agar ilmu yang akan mereka pelajari nantinya membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi kehdupan mereka terkhusus kesuksesan karier mereka nanti. Kegiatan doa bersama di setiap awal perkuliahan penulis desain untuk membangkitkan jiwa spiritualisme mahasiswa agar walau sesaat hati dan jiwa mereka tersirami oleh nilai-nilai kesucian yang bersifat transenden. 

Kegiatan mengawali perkuliahan dengan doa bersama sudah beberapa tahun penulis lakukan ketika mengajar dan penulis merasakan (subjektivitas penulis) bahwa setelah adanya kegiatan doa bersama, penulis merasakan suasana kelas yang lebih religius dan damai dibandingkan suasana kelas sebelum penulis mengadakan kegiatan doa bersama. Penulis mengamati terkadang masih ada satu dua mahasiswa yang terkesan meremehkan kegiata doa bersama yang terlihat dari ketika berdoa mereka tidak serius (khusuk). Melihat kondisi tersebut, ketika di dalam proses pembelajaran, penulis menyisipkan nasihat tentang pentingnya berdoa secara khusuk kepada Tuhan karena manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Manusia membutuhkan bantuan Tuhan dalam menjalani kehidupan agar ditunjukkan jalan kebaikan dan dimudahkan dalam segala urusan. Melalui pemberian nasihat-nasihat seperti itu, mahasiswa menjadi lebih sadar tentang pentingnya berdoa secara serius dan khusyuk.

Setelah di awal perkuliahan memasukkan aktivitas berdoa bersama, di dalam proses penyampaian materi kuliah penulis juga menyisipkan materi pendidikan karakter, misalnya penyisipan motivasi berprestasi, manajemen diri, dan semangat berusaha (memperjuangkan cita-cita) melalui pembacaan biografi tokoh-tokoh ilmuwan dunia. Sebagai contoh, ketika menyampaikan materi kuliah kimia koordinasi, penulis mengawali dengan menyampaikan sejarah perkembangan kimia koordinasi. Nah, saat membahas materi sejarah perkembangan kimia koordinasi topik Teori Koordinasi Werner, penulis menyisipkan pembahasan tentang biografi Alfred Werner, ilmuwan kimia peraih hadiah nobel bidang kimia koordinasi tahun 1913. Melalui pembahasan biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa mengetahui bagaimana Alfred Werner bekerja keras meneliti senyawa-senyawa koordinasi selama kurang lebih 20 tahun sehingga akhirnya menjadi pakar kimia koordinasi dengan merumuskan teori koordinasi dan dunia menghargainya dengan memberikan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1913.

Dari mempelajari biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa dapat belajar tentang pentingnya belajar secara tekun, fokus, menemukan bakat minat sejak dini, tidak mudah menyerah, dan akhirnya meraih kesuksesan. Mahasiswa dapat menyadari dari kisah-kisah kesuksesan para tokoh dunia bahwa kesuksesan harus diperjuangkan, kesuksesan tidak ada yang instan tetapi melalui usaha dan perjuangan tanpa mengenal lelah. Dari metode pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran inilah mahasiswa belajar tentang Performance Character, sedangkan melalui kegiatan doa bersama dan menghayatinya serta mengimplementasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, mahasiswa belajar tentang Moral Character. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Thomas Lickona (2012) bahwa karakter dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu Karakter Moral (Moral Character) dan Karakter Kinerja (Performance Character). 

Lebih lanjut, Djohan Yoga (2022) menjelaskan tentang perbedaan antara Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Karakter Moral (Moral Character) merupakan karakter yang berguna untuk menjalin hubungan dengan orang lain seperti : jujur, rasa hormat, menerima perbedaan, dll. Karakter Moral dapat mendorong seseorang untuk berperilaku yang positif dan menjadi warganegara yang bertanggungjawab. Dengan Karakter Moral, sesorang akan dapat menghargai pendapat orang lain serta tidak melanggar nilai moral dalam meraih prestasi. Adapun Karakter Kinerja (Performance Character) merupakan karakter yang berguna untuk meraih prestasi seperti: kerja keras, disiplin, pantang menyerah, kreatif, dll. Karakter Kinerja mendorong seseorang untuk mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya untuk menguasai sesuatu (ilmu, ketrampilan). Dengan Karakter Kinerja seseorang akan dapat memaksimalkan prestasi sebab bisa melahirkan kekuatan dan strategi yang menantang diri sendiri untuk meraih yang terbaik dengan talenta yang dimilikinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pelu dibekali dengan Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Mengapa mahasiswa perlu dibekali dengan pendidikan karakter moral dan karakter kinerja sekaligus? Menanggapi pertanyaan ini, penulis mengutip penjelasan Djohan Yoga (2022) dalam Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner yang memberikan penjelasan secara sangat memuaskan terkait pentingnya Karakter Kinerja dan Karakter Moral sebagai berikut.

1. Seseorang bisa memiliki Karakter Kinerja saja tanpa Karakter Moral dan sebaliknya bisa hanya memiliki Karakter Moral tapi tidak untuk Karakter Kinerja. Kita banyak mendengar bahwa ada banyak peraih prestasi yang mencapaikan dengan berlatih keras, disiplin, pantang menyerah dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Kinerja. Namun mereka kurang dalam aspek kejujuran, kebaikan, dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Moral. Sebaliknya ada orang yang kuat dalam Kebajikan Moral tapi kurang dalam Kebajikan Kinerja seperti kerja keras, kegigigihan dan berinisiatif.

2. Seseorang yang berkarakter harus memiliki baik Karakter Kinerja maupun Karakter Moral. Keduanya mendatangkan kewajiban. Karakter Kinerja seperti juga Karakter Moral memiliki dimensi etika. Kita semua memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan talenta, merealisasikan potensi untuk keunggulan dan memberikan usaha terbaik dalam melaksanakan tugas-tugas kita. Kita memiliki kewajiban dengan 2 alasan : a). Rasa hormat kepada diri-sendiri dengan cara tidak mengabaikan talenta kita tapi menggunakan mereka untuk berkembang sebagai pribadi yang terbaik. b. Peduli dengan kebutuhan orang lain dengan cara mengerjakan seluruh tugas dengan sebaik-baiknya sebab kualitas kerja kita akan berpengaruh pada kehidupan orang lain. Dalam cara yang sama, kita semua juga memiliki tanggungjawab untuk menjadi yang pribadi yang terbaik secara etika sebab hal ini juga akan berpengaruh pada kehidupan yang ada di sekitar kita

3. Perlu diingat bahwa dalam kebajikan moral (moral virtues) yang pada hakikatnya baik, kebajikan kinerja (performance virtues) dapat juga digunakan untuk sesuatu yang buruk. Para teroris mungkin telah menggunakan kebajikan kinerjanya seperti kecerdikan dan tanggungjawab dalam melakukan pengeboman kepada orang yang tidak berdosa. Sebaliknya, kebajikan moral seperti keadilan, kejujuran dan kepedulian yang pada hakekatnya baik tidak dapat dipaksa untuk melakukan tugas-tugas yang jahat.

4. Karakter Kinerja dan Karakter Moral saling mendukung satu dengan yang lain secara terpadu dan saling terkait. Keterpaduan Karakter Kinerja dan Karakter Moral bisa ditunjukkan dalam 2 cara: a). Orang yang kuat dalam Karakter Kinerja bisa membantu mereka dalam mencapai tujuan moralnya. b. Karakter Moral bisa memberikan energi yang bisa memotivasi mereka untuk menggerakkan kinerja yang tinggi dan memastikan bahwa mereka melakukannya secara beretika.

5. Pendidikan Karakter memiliki tiga dimensi psikologis yaitu: kognitif (the head), emosi (the heart) dan perilaku (the hand). Hal yang sama juga berlaku untuk Karakter Kinerja dan Karakter Moral yang bisa dipandang memiliki tiga komponen psikologis juga yaitu: kesadaran (awareness), sikap (attitude) dan aksi (action) yang dikenal dengan istilah 3A’s of Performance Character and Moral Character. []

 

Referensi

Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral pada Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30–44.

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk membentuk karakter: Bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggungjawab. Bumi Aksara.

Yoga, D. (2022). Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner. Indomindmap.

 

Gumpang Baru, 04 Desember 2023

_________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI. Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menerbitkan 100+ judul buku dan memiliki 38 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 081329023054, email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Rabu, 22 November 2023

PRESTASI AKADEMIK DAN PRESTASI NON AKADEMIK

 

Sumber Gambar: https://www.prestasiglobal.id/sd-prestasi-global/

PRESTASI AKADEMIK DAN PRESTASI NON AKADEMIK

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Saya percaya bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia dengan dibekali potensi diri yang unik dan istimewa. Setiap orang memiliki kemampuan yang unik yang tidak perlu dibanding-bandingkan. Tidak ada orang yang terlahir ke dunia ini merupakan produk gagal. Setiap orang adalah produk terbaik Tuhan dan makhluk istimewa. Tuhan tidak akan membebani hamba-Nya dengan tangung jawab yang melebihi batas kemampuannya. Oleh karena itu, tanggung jawab kehidupan seseorang akan menyesuaikan kondisinya masing-masing.

Dalam kehidupan ini, ada orang yang memiliki bakat di bidang akademik dan ada yang berbakat di bidang non akademik. Dalam konteks pendidikan, ada peserta didik yang unggul dalam prestasi akademik dan ada peserta didik yang unggul dalam prestasi di bidang non akademik. Dengan pemahaman seperti ini, maka pendidik dapat memberikan perlakuan pendidikan sesuai bakat minat masing-masing peserta didik.

Ketika memberikan motivasi berprestasi kepada mahasiswa saat perkuliahan pertama kemarin, saya menyatakan bahwa mereka harus mampu mencetak prestasi sesuai bakat minat. Jika ada mahasiswa yang merasa mudah dalam mengikuti perkuliahan dan mendapatkan nilai IPK yang tinggi, maka saya menyarankan mereka untuk memaksimalkan proses belajarnya karena barangkali mereka memiliki bakat prestasi di bidang akademik.

Adapun bagi mahasiswa yang merasa agak kesulitan dalam mengikuti perkuliahan, maka saya katakan jangan berkecil hati dan merasa hidup mereka tidak akan sukses. Saya katakan, mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan barangkali kurang berbakat di bidang akademik, tetapi mungkin lebih berbakat di bidang non akademik.

Saya sarankan mereka untuk selain berusaha semaksimal mungkin mengikuti perkuliahan, mereka juga mempelajari softskill dan pengembangan diri. Barangkali kesuksesan mereka nantinya di bidang non akademik. Sudah banyak contoh orang yang lemah di akademik tetapi bisa sukses di bidang non akademik.

Kepada semua mahasiswa, saya menyarankan mereka untuk tidak hanya mengandalkan kemampuan akademiknya sebagai tumpuan kesuksesan. Tetapi saya sarankan mereka untuk membuka diri kemungkinan untuk juga mendalami kemampuan non akademik agar jika bidang akademik kurang sedikit, bidang non akademik dapat melengkapinya.

Saya berharap nantinya semua mahasiswa bisa sukses di bidang akademik maupun non akademik. Itu harapan idealnya. Tetapi jika mereka tidak mampu, minimal mereka bisa sukses di salah satu bidang sesuai bakat minatnya, baik sukses di bidang akademik ataupun sukses di bidang non akademik.

Tidak masalah di masa yang akan datang mahasiswa akan sukses di bidang apapun. Yang terpenting mereka bisa meraih sukses sesuai bidang keahlian yang menjadi bakat minatnya. Suatu keahlian yang merupakan bakat minatnya pasti akan dijalani dengan senang dan bahagia.

Berdasarkan alur berpikir tersebut di atas, maka penting sekali bagi dosen untuk mendorong setiap mahasiswa agar mampu mengenali bakat minatnya sejak dini agar mereka memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan kompetensi dan bakat minatnya. Suatu keahlian dan kompetensi yang dilatih dan dipelajari dalam waktu yang lama akan menghasilkan level kemampuan yang jauh lebih tinggi.


Gumpang Baru, 12 November 2023

Postingan Populer