Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Desember 2025

URGENSI PENDIDIKAN KELUARGA

Catatan Inspirasi (125)


URGENSI PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Setiap orang tua pasti menginginkan anak keturunan mereka menjadi sosok pribadi yang kuat, tangguh, dan sukses. Tidak ada orang tua yang ingin anak-anaknya menjadi lemah dan tidak mandiri. Oleh karena itu, setiap orang tua akan berusaha mendidik anak-anaknya menjadi siap menghadapi kehidupan masa depan.

Anak adalah amanah, demikian yang saya pahami. Anak bukanlah investasi orang tua yang kelak dapat dipanen hasilnya. Anak adalah makhluk Tuhan dengan segala potensi diri dan keistimewaannya. Anak akan tumbuh dan berkembang sesuai blueprint yang ditetapkan Tuhannya. Orang tua tidak berhak mengubah blueprint yang sudah tertanam dalam diri anaknya hanya karena merasa punya wewenang atas kehidupan anaknya.

Orang tua adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi tangan kanan-Nya untuk merawat, memelihara, melindungi dan mendidik anak-anak yang dititipkan-Nya. Tuhan telah membekali setiap anak yang dititipkan ke orang tua dengan bekal potensi diri yang masih tersembunyi dalam diri mereka.

Anak-anak belum mampu mengenali bekal potensi diri mereka. Anak-anak memerlukan bantuan orang dewasa dan lingkungan sekitarnya untuk membantunya mengenali potensi dirinya dan mengembangkannya. Anak-anak memerlukan lingkungan yang kondusif bagi proses belajarnya mengungkap potensi dirinya. Maka tugas orang tua lah untuk menyediakan lingkungan yang tepat dan memfasilitasi anak-anak tumbuh berkembang dengan optimal.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memfasilitasi proses tumbuh kembang anak-anaknya dengan baik. Orang tua yang hebat adalah orang tua yang mampu memotivasi anak-anak mereka tumbuh dan berkembang secara maksimal. Orang tua yang sukses adalah orang tua yang mampu menginspirasi anak-anak mereka mengembangkan potensi dirinya dengan maksimal.

Orang tua memang menjadi contoh tauladan bagi anak-anaknya. Tetapi anak-anak tidak harus sama dengan orang tuanya. Yang terpenting adalah mereka dapat menjadi diri mereka sendiri dan mampu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Karena setiap anak adalah istimewa dan unik.

Orang tua adalah guru kehidupan pertama bagi anak-anaknya. Anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Kesuksesan anak adalah kesuksesan orang tua. Kegagalan anak adalah kegagalan orang tua. Hasil didikan orang tua dalam kehidupan anak akan terlihat dari bagaimana kehidupan anak-anak kelak. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang tua memberikan lingkungan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya agar mereka dapat mengenali Tuhannya dan mengenali potensi diri mereka sendiri. []


Gumpang Baru, 09 Desember 2025

Selasa, 09 Desember 2025

JUARA 1 LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA

Catatan Inspirasi (123)


JUARA 1 LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Hari ini Sabtu tanggal 6 Desember 2025 sehabis putri kecil kami yang bernama Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho atau biasa dipanggil Icha pulang sekolah, kami mengantar dia ke Assalam Hypermarket untuk mengikuti lomba olimpiade Matematika.

Sudah seminggu ini di kecil Icha ingin ikut lomba Matematika. Karena kesibukan di kampus, hari Jumat istri mengingatkan kembali untuk mendaftarkan si kecil Icha ikut lomba Matematika di Assalam Hypermarket.

Akhirnya di Jumat siang setelah selesai mengajar, saya mendaftarkan si kecil Icha ikut lomba Matematika tersebut dengan menghubungi nomor panitia lomba.

Pulang dari kampus, sampai di rumah si kecil Icha langsung bertanya apakah sudah didaftarkan ikut lomba Matematika besok Sabtu. Setelah saya jawab sudah, dia tampak senang sekali. Si kecil Icha memang terlihat semangat sekali untuk mengikuti lomba olimpiade matematika tersebut.

Setelah proses lomba matematika selesai, beberapa waktu kemudian panitia lomba mengumumkan hasil lomba. Alhamdulillah si kecil Icha mendapatkan medali dan piala juara 1. Selamat ya dek Icha !

URGENSI TUJUAN KELUARGA

Catatan Inspirasi (124)


URGENSI TUJUAN KELUARGA

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini merupakan makhluk sosial. Manusia dalam kehidupannya membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Manusia membutuhkan bantuan manusia lain. Hal itu dikarenakan manusia adalah makhluk yang memiliki kelemahan, sekaligus juga memiliki kelebihan. Inilah keunikan dari manusia.

Setiap orang adalah unik dan istimewa. Setiap orang memiliki kelemahan sekaligus juga memiliki kelebihan. Kelemahan yang dimiliki seseorang akan dilengkapi dengan kelebihan orang lain. Demikian pula kelebihan seseorang juga akan menjadi solusi atas kekurangan atau kelemahan orang lain. Demikianlah Tuhan menjaga keseimbangan kehidupan manusia di dunia ini.

Tuhan tidak menciptakan manusia super yang tanpa kelemahan sedikitpun sehingga bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang lemah sehingga membutuhkan bantuan manusia lain. Dengan fitrah manusia yang lemah tersebut, mendorong manusia untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Dengan demikian, dalam kehidupan di dunia ini manusia saling membutuhkan satu sama lain.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia saling berinteraksi dan membentuk komunitas atau kelompok. Dengan membentuk kelompok, manusia lebih mudah dalam berinteraksi dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam kelompok yang memiliki tujuan dan visi-misi yang sama, anggota kelompok saling membantu satu sama lain.

Keluarga adalah tipe kelompok sosial yang paling kecil. Keluarga memiliki tujuan dan visi misi yang satu. Semua anggota keluarga harus mendukung ketercapaian visi misi keluarga. Anggota keluarga membantu satu sama lain untuk mewujudkan tujuan keluarga. Tujuan keluarga termanifestasi menjadi tujuan setiap anggota keluarga.

Sebagai misal, sebuah keluarga memiliki visi misi membentuk keluarga yang sukses. Maka orang tua akan berusaha menyiapkan anak-anak mereka bisa menjadi orang sukses dengan menyediakan lingkungan keluarga yang kondusif dan mendukung anak-anak mereka tumbuh berkembang menjadi orang sukses.

Upaya orang tua untuk mewujudkan visi misi keluarga perlu didukung oleh anak-anak. Jika anak-anak mendukung visi misi keluarga dengan berusaha mewujudkan ketercapaian visi misi keluarganya, maka tujuan dirinya dan tujuan keluarganya dapat terwujud. Sebaliknya jika anak tidak mendukung tercapainya visi misi keluarga dengan tidak berusaha menjadi orang sukses, maka tujuan keluarganya tidak dapat tercapai dan dia sendiri akan menjadi orang yang gagal dalam kehidupannya.

Demikianlah idealnya dalam sebuah keluarga. Sebuah keluarga harus memiliki visi misi jangka panjang yang dirumuskan bersama. Setiap anggota keluarga harus mempunyai rasa memiliki dan kepedulian terhadap visi misi keluarga. Orang tua harus peduli dengan masa depan anak-anaknya. Anak-anak harus mendukung visi misi jangka panjang keluarganya untuk masa depan mereka yang telah dirumuskan oleh orang tuanya. Dengan saling mendukung dan bahu membahu antara orang tua dan anak-anak, maka tujuan besar keluarga akan dapat tercapai dengan gemilang. InsyaAllah. []


Gumpang Baru, 07 Desember 2025

Jumat, 28 November 2025

MEDALI PERUNGGU OLIMPIADE SAINS INTERNASIONAL

 Catatan Inspirasi (121)


MEDALI PERUNGGU OLIMPIADE SAINS INTERNASIONAL

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



Awalnya putri kecil kami yang bernama Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho atau biasa dipanggil Icha senang melakukan aktivitas menggambar dan mewarnai. Dia sering melihat video-video di YouTube tentang bagaimana membuat warna degradasi. Dia serius belajar dan berlatih bagaimana mewarnai gambar yang bagus. 


Untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam mewarnai gambar, dia sering ikut lomba mewarnai. Beberapa kali si kecil Icha mengikuti lomba mewarnai gambar tetapi belum pernah menang menjadi juara. Padahal dia ingin sekali bisa menang menjadi juara dan mendapatkan piala juara.


Untuk menjaga semangatnya mendapatkan piala juara lomba dan mengantisipasi kekecewaan berlebihan yang bisa menurunkan semangatnya, maka kami menawarkan dia untuk mengikuti lomba olimpiade sains. Awalnya dia kurang suka karena merasa tidak mampu. Tetapi setelah kami memotivasinya dengan mengatakan bahwa adek pasti bisa karena adek sering rangking satu di kelas, akhirnya dia mau mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional secara online. 


Pengalaman pertama mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional bidang bahasa Inggris dan matematika, dia mendapat juara 1 bidang Bahasa Inggris dan juara 2 bidang Matematika. Si kecil Icha senang sekali bisa menang lomba dan mendapatkan piala lomba pertamanya.


Setelah mendapatkan piala juara pertama tersebut, si kecil Icha kemudian sering mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional rutin setiap bulan. Selama sekitar sepuluh bulan terakhir ini, dia telah memenangkan puluhan lomba olimpiade sains tingkat nasional dengan jumlah piala dan medali mencapai 39 buah. 


Karena sudah sering mengikuti lomba olimpiade sains tingkat nasional dan si kecil Icha telah membuktikan dapat menjadi juara, maka di bulan Oktober 2025 kemarin, kami mencoba mengikutkan si kecil Icha untuk mengikuti lomba olimpiade sains tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu tingkat internasional. 


Kami ingin putri kecil kami Icha tidak hanya mengenal soal-soal olimpiade tingkat nasional saja, tetapi juga mulai mengenal soal-soal olimpiade tingkat internasional yang pastinya jauh lebih sulit lagi. Dengan mengikuti lomba olimpiade sains tingkat internasional tersebut, kami ingin si kecil Icha bisa naik level kemampuannya dalam memecahkan soal-soal sains dari level nasional menjadi level internasional. 


Di bulan Oktober 2025 kemarin putri kecil kami Icha mengikuti lomba olimpiade sains tingkat internasional di acara "International Kangaroo Science Contest (IKSC) 2025". Kualitas soal di lomba olimpiade sains tingkat internasional memang jauh lebih sulit dan lebih menantang di bandingkan soal olimpiade sains tingkat nasional. Soal-soal di lomba olimpiade sains tingkat internasional juga merupakan soal-soal IPA terpadu yang menuntut kemampuan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills, HOTS) untuk mengerjakannya. 


International Kangaroo Science Contest 2025 merupakan lomba olimpiade sains tingkat internasional yang pertama kali diikuti oleh putri kecil kami Icha. Jadi lomba tersebut merupakan pengalaman pertama kali bagi putri kecil kami Icha yang saat ini masih duduk di kelas 2 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura mengikuti kompetisi sains level internasional. 


Saat pengumuman hasil lomba International Kangaroo Science Contest (IKSC) 2025, alhamdulillah putri kecil kami Icha bisa mendapatkan juara medali perunggu. Kami sangat bangga dan bersyukur dengan pencapaian prestasi si kecil Icha. Untuk pengalaman pertama ikut lomba tingkat internasional dan mendapatkan medali perunggu adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Capaian prestasi yang membanggakan ini bisa menjadi motivasi untuk di kecil Icha untuk terus semangat belajar dan meningkatkan prestasinya lebih baik lagi ke depannya. 


Selamat dek Icha atas prestasinya mendapatkan medali perunggu di lomba olimpiade sains tingkat internasional "International Kangaroo Science Contest 2025". Tetap semangat belajar, bermain dan mencetak prestasi 👍👍

Jumat, 07 November 2025

SI KECIL ICHA MENULIS BUKU

Catatan Inspirasi (110)



SI KECIL ICHA MENULIS BUKU

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.


Di kehidupan keluarga, saya berusaha mendekatkan anak-anak dengan buku sejak mereka masih kecil. Makanya di rumah saya membuatkan perpustakaan keluarga yang berisi banyak buku berbagai genre. Harapan saya adalah anak-anak dapat suka membaca buku. Dan bahkan tertarik untuk menulis buku. 


Usaha saya untuk membuat anak pertama menyukai buku ternyata kurang berhasil. Si kakak ternyata kurang menyukai buku. Dia lebih suka belajar dengan cara menonton video di YouTube. Dia juga lebih suka melakukan aktivitas berkaitan editing video. Oleh karena itu, sekarang dia melanjutkan kuliah di jurusan TV dan Perfilman di kampus ISI Surakarta. Walaupun bidang studi yang ditekuni si kakak tidak berkaitan dengan sains yang menjadi bidang keahlian papinya, saya tetap mendukung pilihannya dan selalu memotivasi dia agar bisa berprestasi. 


Tidak berputus asa dengan pilihan si kakak yang tidak sesuai harapan,  hal yang sama saya lakukan kepada si kecil Icha. Sejak kecil saya mendekatkan dia dengan buku. Saya belikan buku-buku cerita anak-anak untuk dia. Sejak kecil saya ajak si kecil Icha untuk melihat-lihat buku cerita bergambar. 


Sekarang si kecil Icha sudah duduk di bangku SD kelas 2. Dia sudah cukup lancar dalam membaca buku. Dan dia mulai menunjukkan ketertarikannya pada buku. Dia mulai senang membaca buku. Dan dia juga mulai senang mengoleksi buku. 


Beberapa waktu lalu, si kecil Icha melihat-lihat koleksi buku papinya yang berjejer ternyata rapi di rak-rak buku. Dan dia menemukan beberapa buku cerita anak-anak. Dia tertarik ingin memiliki buku-buku tersebut dan meminta izin papinya untuk memindahkan buku-buku tersebut ke kamarnya sendiri. Setelah saya izinkan dan perbolehkan untuk memindahkan buku-buku tersebut ke kamar, dia tampak senang sekali. Sore itu si kecil Icha memindahkan sekitar seratusan judul buku ke kamarnya. Papinya membantunya menata buku-buku tersebut di rak meja belajarnya. 


Hari berikutnya si kecil Icha kembali melihat-lihat dan membuka-buka buku koleksi papinya. Ternyata dia belum puas memiliki seratusan judul buku. Memang di hari sebelumnya dia belum selesai mengecek semua rak buku papinya. Akhirnya hari itu si kecil Icha kembali memindahkan seratusan judul buku ke kamarnya. Papinya kembali membantu menata koleksi buku-buku si kecil Icha. 


Setiap hari si kecil Icha membuka buku-buku yang masih terbungkus plastik dan membacanya. Dia mulai senang membaca buku-buku baru. Ketika membaca buku, tidak lupa saya tunjukan profil penulisnya. Dia baru tahu ternyata buku yang dibacanya adalah karya anak SD. Dari kejadian tersebut akhirnya dia juga ingin bisa menulis buku. 


Sore kemarin, si kecil Icha mulai belajar menulis cerita. Dia berkata mau menulis buku yang tebalnya 205 halaman ☺️.  Awalnya dia berkata, "Adek bingung bagaimana cara menulisnya karena adek belum bisa mengetik dengan komputer". Lalu saya jawab, "Adek menulis di buku saja dulu, nanti papi dan mami yang mengetiknya di komputer". Maka sore itu, si kecil Icha sibuk menulis cerita pertamanya yang berjudul "Susu yang enak dan segar". Tidak lupa ia membuat gambar ilustrasi untuk tulisan cerita pertamanya tersebut. 


Selamat menulis bukunya ya dek Icha. Terus semangat membaca dan menulis buku. Membaca buku akan membuat kita mengenal dunia. Tetapi menulis buku akan membuat kita dikenal dunia. Sukses selalu dek Icha. Doa papi dan mami selalu menyertaimu. We love you so much 😍


Gumpang Baru, 08 November 2025

Minggu, 02 November 2025

ANAK SEBAGAI AMANAH, BUKAN INVESTASI

Catatan Inspirasi (107)


ANAK SEBAGAI AMANAH, BUKAN INVESTASI

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.



PENDAHULUAN
Setiap orang pasti menginginkan memiliki keturunan, anak yang akan melanjutkan garis keturunannya, anak yang akan membesarkan nama keluarganya. Kehadiran seorang anak akan mampu menjadikan kehidupan keluarga menjadi lebih hidup dan dipenuhi aura kebahagiaan. Kehadiran anak yang telah lama dinanti-nantikan pasti akan mampu mengubah suasana kehidupan dalam keluarga menjadi penuh keceriaan dan canda tawa kebahagiaan.
Anak memang menjadi salah satu perhiasan dunia. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga akan mampu mengubah suasana keluarga yang tadinya sepi membosankan menjadi ramai penuh kebahagiaan. Melalui tingkah lakunya yang lucu menggemaskan, siapapun yang melihatnya pasti merasakan hati yang bahagia. Inilah misteri kebahagian melalui kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga.
Bagaimana sikap dan cara orang tua memperlakukan anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh bagaimana pandangan mereka terhadap anak. Keberadaan anak bagi orang tua apakah sebagai subjek ataukah objek akan sangat mempengaruhi bagaimana perlakuan mereka kepada anak-anaknya. Masa depan anak akan sangat dipengaruhi oleh pandangan kedua orang tuanya.


PANDANGAN ORANG TUA TERHADAP KEDUDUKAN ANAK DALAM KELUARGA
Keberadaan anak bagi orang tua memiliki arti khusus. Secara umum, terdapat dua pandangan orang tua tentang bagaimana memposisikan anak. Pandangan pertama menganggap bahwa anak adalah amanah dari Allah Swt. Pandangan pertama ini menempatkan anak sebagai subjek, yaitu anak sebagai pelaku kehidupan yang dijalaninya. Sedangkan pandangan kedua beranggapan bahwa anak adalah investasi jangka panjang bagi orang tuanya. Pandangan kedua ini menempatkan anak sebagai objek, yaitu anak sebagai alat bagi orang tua untuk memperoleh keuntungan, baik keuntungan finansial ataupun keuntungan pahala kebaikan. Dampak dari kedua pandangan tersebut berpengaruh kepada bagaimana pola asuh yang dijalankan orang tua dalam memelihara anak-anaknya.
Pandangan Pertama: Anak sebagai Amanah dari Allah Swt.
Bagi orang tua yang menganggap anak adalah amanah dari Allah Swt., maka mereka akan menjaga dan memelihara anak-anaknya dengan penuh perhatian dan limpahan cinta kasih sayang. Mereka menyadari bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia ini sudah dibekali dengan potensi diri yang merupakan karunia dari Tuhan yang menciptakan. Menyadari hal itu, mereka akan berusaha memberikan lingkungan pendidikan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pendidikan di sekolah agar anak-anak mereka mampu tumbuh dan mengembangkan diri dengan segala potensi yang dimilikinya secara maksimal. Mereka berharap anak-anak mereka kelak akan mampu menjadi orang-orang yang tangguh dan mampu menjalani kehidupan dengan baik.
Pandangan Kedua: Anak sebagai Investasi Masa depan Orang Tua
Sementara itu, bagi orang tua yang menganggap anak adalah tabungan atau investasi di masa depan, mereka akan mendidik anak-anaknya sesuai keinginan mereka. Terkadang mereka kurang peduli dengan bakat minat dan keinginan anak. Mereka sering membatasi anak-anak mereka hanya diperbolehkan untuk belajar ilmu tertentu saja yang mereka anggap akan bermanfaat untuk kehidupan masa depan anak versi orang tuanya. Sedangkan untuk ilmu-ilmu lain yang menurut pandangan orang tuanya dirasa kurang bermanfaat, maka mereka melarang anak-anaknya untuk mempelajarinya.


PANDANGAN PENULIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK DALAM KELUARGA
Bagaimana pandangan penulis tentang anak, apakah cenderung sependapat dengan pandangan pertama bahwa anak adalah amanah Tuhan ataukah pandangan kedua bahwa anak adalah investasi masa depan? Dengan mempertimbangkan banyak hal, yaitu terkait tujuan penciptaan manusia, keistimewaan manusia, dampak kelahiran anak bagi kedua orang tuanya, dan potensi kemampuan yang dimiliki setiap anak, maka penulis berpendapat bahwa anak merupakan amanah Allah Swt yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Anak sebagai amanah Tuhan harus dijaga dengan baik melalui disediakannya lingkungan kehidupan untuk mereka tumbuh dan berkembang secara natural sesuai fitrah kehidupan yang telah ditakdirkan Allah Swt. pada mereka.
Dalam konteks pendapat penulis ini, orang tua berkedudukan sebagai hamba Tuhan yang terpilih dan mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengemban amanah yang mulia tersebut. Maka orang tua seyogyanya tidak memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya karena anak-anak telah memiliki garis suratan takdir sendiri untuk kehidupannya. Yang diperlukan oleh setiap anak adalah lingkungan yang kondusif dan mendukung diri mereka untuk bertumbuh dan berkembang secara alami untuk mengenali semua potensi dirinya yang telah dititipkan oleh Allah Swt.


IMPLEMENTASI PANDANGAN ANAK ADALAH AMANAH ALLAH SWT.
Pandangan penulis tersebut di atas tidak terlepas dari bagaimana pola asuh dan proses pendidikan keluarga yang dijalankan orang tua penulis. Orang tua penulis bersikap sangat demokratis dalam menentukan jalan hidup yang dipilih anak-anaknya. Mereka tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya, terutama dalam hal jurusan pendidikan yang akan diambil anak-anaknya. Kami (anak-anak mereka) diberikan kebebasan penuh untuk memilih jurusan yang akan kami ambil ketika mau melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Setiap anak diberikan kebebasan akan melanjutkan pendidikan tinggi ke mana dan akan mengambil jurusan apa. Tetapi ada satu hal yang tidak boleh ditentang oleh anak-anaknya, yaitu semua anak-anaknya harus sekolah di sekolah berbasis keagamaan untuk sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat menengah atas. Bagi orang tua penulis, pengetahuan agama sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu, semuanya anak-anaknya disekolahkan di sekolah berbasis keagamaan seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasaha Aliyah.
Sebagai gambaran bagaimana demokrasinya pola asuh orang tua penulis, kakak tertua penulis memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agama Islam dengan mengambil jurusan ilmu dakwah. Penulis sendiri lebih tertarik mengambil jurusan pendidikan kimia sebagai pilihan saat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sedangkan adik bungsu penulis lebih memilih jurusan teknik kimia sebagai pilihan studi sarjananya.
Walaupun pendidikan kami bertiga berbeda-beda jurusan, tetapi ternyata ketika berkarier, kami bertiga sama-sama memilih berprofesi yang sama yaittu menjadi pendidik. Penulis dan kakak penulis berprofesi sebagai dosen sedangkan adik penulis berprofesi sebagai guru di sekolah menengah. Walaupun awalnya kami berbeda-beda jurusan dalam menempuh pendidikan tinggi, tetapi ternyata profesi ayah kami yang dulu pernah menjadi guru SD telah menginspirasi kami semua untuk menekuni profesi sebagai pendidik. Tidak ada paksaan bagi kami untuk memilih menekuni profesi sebagai pendidik. Ini merupakan pilihan kami sendiri. Orang tua kami pun juga tidak pernah meminta kami untuk menjadi pendidik. Tetapi panggilan jiwalah yang menuntun kami pada akhirnya memilih menekuni profesi menjadi pendidik.
Demikianlah pola asuh dan proses pendidikan keluarga yang dijalankan orang tua penulis. Mereka tidak memilihkan kami jurusan pendidikan yang tepat untuk setiap anak-anaknya. Anak-anaknya sendiri yang memilih jurusan yang diminatinya. Mereka hanya berusaha menciptakan suasana lingkungan keluarga yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anaknya. Walaupun di tengah keterbatasan finansial dan kekurangan dana untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, mereka berusaha mengenalkan anak-anak mereka dengan dunia pendidikan melalui penyediaan buku-buku bacaan di rumah. Sejak kecil penulis memang senang membaca. Semua buku-buku yang ada di rak buku di rumah penulis baca. Penulis bahkan memimpikan suatu saat akan memiliki perpustakaan pribadi yang berisi banyak koleksi buku. Lebih berani lagi, penulis bermimpi suatu saat nanti bisa menjadi seorang penulis buku.
Alhamdulillah mimpi-mimpi penulis di masa kecil dulu akhirnya sekarang bisa terealisasi. Sekarang penulis memiliki perpustakaan pribadi yang berisi banyak koleksi judul buku berbagai tema. Penulis juga sekarang telah mampu menulis buku sebanyak 125 judul buku, baik buku karya solo maupun buku-buku book chapter atau buku kolaborasi. Penulis tidak pernah menyangka jika mimpi-mimpi masa kecil dulu sekarang menjadi kenyataan. Semua apa yang penulis capai saat ini merupakan buah dari inspirasi orang tua penulis yang mengajarkan tentang pentingnya setiap orang mengenali dan memberdayakan potensi dirinya semaksimal mungkin.
Semua capaian prestasi yang berhasil penulis raih sekarang ini merupakan hasil dari petikan buah paradigma berpikir orang tua penulis bahwa anak adalah amanah Tuhan yang wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya dan ditumbuhkembangkan segala potensi diri dan kompetensi diri yang dimiliki anak. Setiap orang tua harusnya bersyukur karena menjadi hamba Tuhan yang dipilih untuk menjaga dan memelihara amanah anak yang dititipkan-Nya. Maka sudah seharusnya jika orang tua menyediakan lingkungan pergaulan yang bernilai edukatif dan kondusif, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan di luar keluarga (misalnya memilihkan sekolah yang tepat) sehingga memungkinkan anak mampu mengeksplorasi, mengenali, dan mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin dengan bimbingan dan arahan dari orang tua dan orang-orang di sekelilingnya (pendidik).


PENUTUP: ANAK SEBAGAI SUBJEK KEHIDUPAN
Setiap anak ketika dipilih Allah Swt untuk terlahir ke dunia ini telah dibekali dengan potensi diri yang tersimpan dalam diri anak dan bersifat laten. Potensi diri anak tersebut akan bangun dan berkembang manakala anak tersebut menemukan atau berada di lingkungan yang tepat dan mendukung terbangunnya potensi diri anak tersebut. Ketika berada di dalam lingkungan yang cocok dengan karakter potensi dirinya, anak secara alami akan memunculkan segala potensi dirinya yang bersifat laten dan masih tersimpan di dalam dirinya. Anak akan secara alami mengembangkan kompetensi dirinya semaksimal mungkin. Pertumbuhan dan perkembangan potensi, bakat minat, passion, dan kompetensi anak berlangsung secara natural tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hanya lingkungan yang tepatlah yang memungkinkan terbangunnya dan bangkitnya potensi diri anak secara alami.
Dapat diibaratkan seperti sebuah biji kacang ketika berada di daerah yang basah atau lembab secara alami akan tumbuh tunasnya dan tumbuh semakin besar menjadi sebuah pohon kacang yang dapat berbuah lebat. Demikianlah analogi potensi diri pada anak-anak. Ketika berada di lingkungan yang cocok dan sesuai dengan karakter potensi dirinya, maka secara serta merta tanpa menunggu datangnya aba-aba, anak akan segera memunculkan potensi dirinya yang selama ini tersimpan dalam dirinya dan berkembang melesat jauh menjadi kompetensi dan kemampuan yang luar biasa.
Demikianlah misteri kehidupan yang telah didesain oleh Allah Swt. Hanya hamba-hamba-Nya yang memahami hakikat kehidupanlah sajalah yang akan mampu menangkap maksud dari kehendak Allah Swt tersebut. Sekali lagi perlu kita pahami bahwa anak adalah amanah dan titipan dari Allah Swt yang di dalam diri anak telah dibekali potensi diri yang menunggu lingkungan yang tepat untuk bangun dan bangkit menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Maka tugas orang tua sebagai hamba yang menerima kehormatan untuk melahirkan dan memelihara anak titipan Allah Swt tersebut untuk menyediakan lingkungan yang mendukung anak menjalankan tugas perkembangannya secara alami sehingga kelak mereka mampu tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai blueprint yang ditetapkan Allah Swt. []

Senin, 29 September 2025

MENJAGA KESEIMBANGAN DUNIA ANAK

 


MENJAGA KESEIMBANGAN DUNIA ANAK

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.





Suatu hari, putri kecil kami yang bernama Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho atau biasa dipanggil Icha, siswa kelas 2 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura bercerita bahwa teman-temannya banyak yang ikut les. Dia juga pernah cerita kalau pernah ditanya gurunya apakah ikut ngaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an)? Ketika dia menjawab tidak, gurunya heran dan kayak tidak percaya jika Icha tidak ikut TPA.


Dia memang pernah bertanya kenapa tidak ikut les TPA. Maka saya jelaskan bahwa adek tidak ikut les TPA karena adek sudah bisa membaca Al-Quran. Teman-teman adek ikut les TPA karena mereka belum bisa membaca Al-Quran. Dengan penjelasan tersebut, si kecil Icha akhirnya bisa memahami.


Kami memang tidak ingin si kecil Icha ikut les TPA ataupun les yang lain. Kami tidak ingin dia terforsir energinya untuk belajar dari pagi sampai sore. Kami tidak ingin dia kehilangan masa kecilnya untuk bermain-main. Kami sadar bahwa dunia anak kecil adalah bermain dan bersenang-senang. Oleh karena itu, karena dia sudah sekolah full day dari pagi hingga sore, kami tidak ingin menambah lagi beban belajarnya di sekolah maupun tempat les. Kami ingin sepulang dari sekolah di sore hari, si kecil Icha masih bisa bermain-main dan mengembangkan bakat minatnya.


Aktivitas si kecil Icha setiap hari setelah pulang sekolah adalah bermain atau tidur siang. Sore setelah sholat Ashar melanjutkan aktivitas bermain atau pengembangan bakat minat seperti menggambar, mewarnai, atau membaca buku-buku cerita. Saat ini di kecil Icha memang sedang senang membaca buku-buku cerita. Buku seratusan halaman bisa dibacanya dengan cepat. Saya senang dengan aktivitas dia sekarang. Saya pun mendukung aktivitas membaca bukunya dengan membelikan buku-buku bacaan yang baru.


Malam setelah sholat Maghrib, bersama keluarga dia membaca Al-Qur'an, lanjut makan malam dan belajar materi pelajaran sekolah dengan didampingi maminya. Sebelum belajar materi sekolah, terlebih dahulu dia membaca buku iqro dan muraja'ah hafalan Al-Quran dengan didampingi maminya atau papinya.


Setelah sholat Isya barulah si kecil tidur. Terkadang setelah sholat Isya karena belum mengantuk dia masih melanjutkan aktivitas pengembangan bakat minat atau bermain. Jika malam hari tidak sempat belajar materi sekolah karena sangat mengantuk, maka saat pagi sambil sarapan pagi si kecil Icha belajar materi sekolah.


Saya dan istri memang berusaha memantau perkembangan proses belajar si kecil Icha. Kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk terus membersamai dan memberikan perhatian dan pendampingan dalam proses belajarnya. Saat belajar bersama tersebut, kami membuat suasana belajar terasa santai dengan candaan dan gurauan. Dengan demikian, si kecil Icha tidak merasa tertekan dalam belajar. Dan sampai sejauh ini, kami melihat si kecil Icha menjalani proses belajarnya dengan santai dan ceria. Setiap pagi ia berangkat ke sekolah juga dengan riang gembira. Dan setiap pulang dari sekolah, ia selalu semangat bercerita tentang kejadian-kejadian di sekolahnya. []



Gumpang Baru, 28 September 2025

Kamis, 11 September 2025

MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI

Foto Aisyah Izzatunnisa Putri Nugroho 


MENJADI PRIBADI YANG BERPRESTASI 

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.




Di dalam perkuliahan, saya  selalu memotivasi mahasiswa agar selain fokus meningkatkan kompetensi akademik dengan mengikuti proses perkuliahan dengan sebaik-baiknya dan berusaha meraih IPK tinggi, saya juga mendorong mereka agar juga mengenali kemungkinan potensi non akademik yang tersembunyi dalam dirinya dan membangkitkannya dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat memperkuat softskill mereka. 


Motivasi tersebut saya sampaikan secara rasional karena mereka tidak tidak mengetahui, di masa depan nanti, manakah antara potensi akademik atau potensi non akademik yang akan menjadi jalan kesuksesan mereka. Jika mereka mampu memaksimalkan potensi akademik maupun potensi non akademiknya hingga menjadi kompetensi yang unggul, maka di masa depan nanti mereka bisa sukses melalui kedua potensi tersebut ataupun salah satunya. Tetapi yang terpenting adalah mereka telah memiliki bekal untuk meraih kesuksesan dengan bekal potensi titipan Tuhan dalam diri mereka. 


Tuhan membekali diri setiap orang berupa potensi diri. Potensi diri tersebut bersifat laten yang perlu dibangunkan pada waktunya. Potensi diri harus dibangunkan dan dibangkitkan menjadi kompetensi dan skill  yang menjadi bekal kehidupan. Masing-masing orang boleh jadi memiliki potensi diri yang berbeda-beda yang menjadi keistimewaan dirinya. Setiap orang adalah unik dan istimewa karena memiliki keunggulan sendiri-sendiri. 


Apakah setiap orang tahu potensi dirinya? Potensi diri merupakan kemampuan diri yang bersifat laten (tersembunyi). Setiap orang perlu mengenali potensi diri yang tersimpan dalam dirinya. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu mengeksplorasi dan mengidentifikasi potensi-potensi yang tersimpan dalam dirinya. 


Bagaimana cara mengenali potensi diri? Cara untuk mengenali potensi diri dalam diri adalah melalui menjalani aktivitas-aktivitas baru. Dengan berani melakukan hal-hal baru, seseorang akan mampu mengidentifikasi jenis-jenis kemampuan dirinya. Melalui aktivitas-aktivitas baru, seseorang bisa menyadari jenis keahlian yang dikuasainya. 


Ada tipe orang yang mudah menguasai kompetensi bidang akademik dan ada tipe orang yang lebih mudah menguasai kompetensi bidang non akademik. Tetapi seseorang tidak bisa memastikan dirinya kelak akan sukses di bidang akademik atau bidang non akademik. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk sejak dini mengenali potensi dirinya cenderung ke bidang akademik atau ke bidang non akademik.


Mengenali jenis potensi diri lebih awal akan membuat seseorang dapat menyiapkan dirinya untuk menjadi ahli di bidang keahliannya dengan lebih awal dan lebih lama sehingga peluang dirinya sukses di bidang tersebut akan semakin besar. Keuntungan mengenali potensi diri lebih awal adalah dapat memiliki waktu yang lebih lama untuk melatih kemampuan dan skill sehingga dapat menjadi orang yang benar-benar ahli di bidangnya. 


Masa muda adalah waktu yang sangat berharga untuk proses mengenali dan memberdayakan potensi diri. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencatatkan banyak prestasi di berbagai bidang ilmu dan keahlian. Capaian prestasi di masa muda akan menjadi catatan rekam jejak kemampuan seseorang yang akan berguna kelak ketika memasuki dunia kerja. Catatan rekam jejak prestasi diri dapat menjadi bukti pengalaman dan kemampuan diri. Dengan memiliki banyak bukti pencapaian prestasi diri di berbagai bidang, maka akan memudahkan pelaku dunia kerja mengenali kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga ia akan lebih cepat menemukan lapangan kerjanya. []


Surakarta, 11 September 2025


Senin, 11 Agustus 2025

MENERUSKAN CITA-CITA ORANG TUA

 


MENERUSKAN CITA-CITA ORANG TUA 

Oleh:

Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.*)




Kami terlahir di lingkungan pedesaan. Saya anak nomor empat dengan memiliki tiga kakak dan satu adik. Keluarga kami adalah keluarga yang cukup, walaupun lebih banyak kurangnya. Tetapi dengan semangat menjalani kehidupan  dengan positif dan memperbaiki hidup, orang tua kami bertekad menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana, walaupun harus berhutang dan pengaturan pengelolaan keuangan yang sangat ketat. 


Orang tua kami bertekad untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke tingkat sarjana. Walaupun mereka sendiri belum pernah mengenyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Ayah sekolahnya hanya sampai lulus sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama, sekarang setara SMA), sedangkan ibu hanya sekolah SR (Sekolah Rakyat, sekarang setara SD). 


Ayah dan ibu memiliki lima orang anak, yaitu tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Entah karena faktor ekonomi atau ada faktor alasan yang lain, anak-anak yang disekolahkan sampai ke perguruan tinggi hanya anak laki-laki saja. Itupun juga dengan berhutang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Bahkan untuk kakak pertama, beliau bisa kuliah juga karena dapat sedikit bantuan orang lain dan hasil bekerja karena orang tua tidak mampu membiayai kuliahnya. 


Semangat ayah dan ibu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi-walaupun  harus berhutang- karena mereka ingin masa depan anak-anaknya besok meningkat lebih baik. Walaupun ayah dan ibu hanya orang kecil dan rakyat jelata serta tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi, mereka sangat sadar bahwa pendidikan tinggi akan mampu mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Hanya melalui jalur pendidikan tinggi, ayah dan ibu yakin kehidupan anak-anak mereka kelak akan menjadi lebih baik dan sejahtera. 


Orang tua kami pernah berkata bahwa mereka tidak dapat mewariskan harta benda karena memang tidak punya, tetapi hanya bisa mewariskan ilmu (pendidikan) untuk bekal kehidupan di masa depan.  Berbekal nasihat ini, maka saya berusaha menjalani proses studi selama kuliah dengan sebaik-baiknya dan berusaha meraih prestasi semaksimal mungkin. Saya juga meyakini bahwa  melalui pendidikan yang baik, masa depan saya akan menjadi lebih baik. 


Dengan inspirasi dan semangat orang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang sarjana, maka saya juga bertekad untuk menjalani proses studi dengan sebaik-baiknya. Saya juga berusaha untuk melanjutkan cita-cita orang tua yang ingin anak-anaknya bisa menjadi sarjana dengan melanjutkan pendidikan ke  jenjang yang lebih tinggi yaitu pendidikan Pascasarjana tingkat Magister dan Doktor. 


Atas berkat doa kedua orang tua, semangat belajar anak-anaknya, dan ridho Allah SWT, akhirnya dari lima anak-anak mereka ada dua anak yang mampu melanjutkan pendidikan Pascasarjana hingga  tingkat doktor, yaitu anak pertama (Dr. Agus Fatuh Widoyo, S.Ag., M.S.I.) dan saya sendiri sebagai anak nomor empat (Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc.). Selain itu, cucu pertama mereka yang merupakan putri dari anak pertama juga  berhasil mengenyam pendidikan Pascasarjana tingkat magister (Mutiara Hanif Saputri, S.Pd., M.Pd.). 


Kakak pertama saya mas Dr. Agus Fatuh Widoyo, S.Ag., M.S.I. yang selalu memotivasi dan mendorong saya untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktor dan memberikan ketauladanan ke saya saat ini memiliki pencapaian jenjang karier yang cukup baik. Saat ini beliau menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah di Institut Islam Mambaul Ulum (IIM) Surakarta. 


Alhamdulillah, saya, mas Agus, dan dek Hanif dapat  meneruskan cita-cita almarhum - almarhumah ayah dan ibu untuk melanjutkan pendidikan tinggi hingga jenjang doktor dan magister. Alhamdulillah kami dapat mengharumkan nama baik ayah dan ibu dengan pencapaian kehidupan kami. Kami bahagia dan bangga dapat membuktikan bahwa walau kedua orang tua kami bukan orang kaya dan kehidupannya penuh dengan kekurangan, tetapi mereka mampu mendidik kami -anak-anaknya- menjadi orang yang baik dan berpendidikan tinggi. Semoga apa yang kami capai sekarang ini dapat menjadi kebaikan jariyah bagi almarhum-almarhumah ayah dan ibu. Amin. []



Gumpang Baru, 10 Agustus 2025


_________________________________________

*) Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah dosen di Progam Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, Alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’an (CTS-Q).

Selasa, 05 Agustus 2025

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

 


URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.

 

 

 

Menurut Thomas Lickona, (2012), “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior.” Karakter yang mulia menurutnya bermula dengan pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar melaksanakan kebaikan. Menurut Kilpatrick dalam (Hudi, 2017), pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan melalui proses pengetahuan (knowing) kepada tindakan kebiasaan (habits). Hal ini bermakna, pengetahuan yang diperoleh diaplikasikan dalam bentuk tindakan melalui latihan dan pendidikan yang berterusan untuk membedakan mana-mana pengaruh yang baik dan keburukan. Untuk tujuan ini, seorang pelajar (siswa, mahasiswa) hendaklah dididik secara sadar akan pengetahuan moral (moral knowing), menghargai nilai-nilai yang baik (moral feeling) dan melakukan kebiasaan moral yang baik (moral habits).

 

Lickona (2012) mengatakan ada 7 (tujuh) alasan utama yang menjadi dasar mengapa Pendidikan Karakter wajib untuk diberikan kepada seluruh peserta didik sejak dari tahap dini, yaitu: 1). Ini cara terbaik untuk menjamin peserta didik bisa memiliki kepribadian yang baik dalam hidupnya, 2). Ini cara yang paling efektif dalam meningkatkan prestasi akademik peserta didik, 3). Sebagian peserta didik belum bisa membentuk karakter yang baik bagi dirinya di tempat lain, 4). Sebagai sarana untuk membentuk peserta didik agar menjadi insan yang dapat menghormati orang lain dan hidup dalam kemajemukan. 5). Sebagai upaya untuk mengatasi akar masalah moral-sosial seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja yang rendah, dll., 6). Ini cara terbaik untuk membentuk perilaku peserta didik sebelum mereka memasuki lingkungan kerja, 7). Sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang menjadi bagian dari sebuah peradaban.

 

Pendidikan karakter sangat penting diajarkan ke mahasiswa. Walaupun umumnya orang berpandangan bahwa mahasiswa sudah dewasa sehingga mereka pastinya sudah memahami pendidikan karakter, tetapi faktanya masih dijumpai adanya mahasiswa yang kurang memiliki karakter baik. Penulis masih menjumpai di lapangan bagaimana beberapa mahasiswa kurang peduli terhadap lingkungannya dan kurang memiliki empati terhadap orang lain. Mereka cenderung bersikap individualistik dimana mereka hanya fokus pada kepentingan dirinya sendiri dan kurang mempedulikan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa memiliki karakter yang baik. Karakter baik seperti rasa empati, kepedulian sosial, kemandirian, dan sikap religius harus tetap diajarkan dan dilatihkan kepada mahasiswa dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas agar karakter-karakter yang baik tersebut menjadi habit (kebiasaan) mereka.

 

Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan, khususnya pendidik (guru, dosen). Di tingkat pendidikan tinggi, dosen memiliki kewajiban selain mengajarkan materi perkuliahan juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada para mahasiswa. Untuk mengajarkan materi pendidikan karakter tidak perlu terpisah dalam mata kuliah khusus pendidikan karakter, tetapi dapat diajarkan secara terpadu dalam penyampaian materi perkuliahan. Dosen dapat mengintegrasikan materi perkuliahannya dengan materi pendidikan karakter sehingga penyampaian materi perkuliahan secara terpadu juga menyampaikan materi pendidikan karakter.

 

Ketika mengajar mata kuliah, penulis berusaha memasukkan nilai-nilai karakter yang baik pada penyampaian materi perkuliahan. Di mulai dari awal perkuliahan, penulis mengawali dengan mengajak mahasiswa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, penulis selaku dosen yang memimpin doa bersama (doa dalam hati masing-masing sesuai agama dan keyakinannya karena mahasiswa bisa beragam agamanya). Tetapi pada pertemuan kedua dan seterusnya, penulis meminta salah satu perwakilan mahasiswa untuk memimpin doa bersama. Mungkin apa yang penulis lakukan tersebut dinilai tidak terlalu penting. Mungkin ada yang berpendapat, buat apa mengajak mahasiswa berdoa bersama karena pastinya mereka sudah berdoa sendiri-sendiri tanpa dipimpin.

 

Menurut penulis, kegiatan berdoa bersama setiap kali memulai perkuliahan adalah kegiatan yang tidak sia-sia. Dalam kegiatan doa bersama tersebut, penulis ingin mengajak dan mengingatkan agar para mahasiswa kembali mengingat Tuhan (walau sesaat) setelah sekian waktu beraktivitas memikirkan duniawi dan juga memohon kepada Tuhan agar ilmu yang akan mereka pelajari nantinya membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi kehdupan mereka terkhusus kesuksesan karier mereka nanti. Kegiatan doa bersama di setiap awal perkuliahan penulis desain untuk membangkitkan jiwa spiritualisme mahasiswa agar walau sesaat hati dan jiwa mereka tersirami oleh nilai-nilai kesucian yang bersifat transenden.

 

Kegiatan mengawali perkuliahan dengan doa bersama sudah beberapa tahun penulis lakukan ketika mengajar dan penulis merasakan (subjektivitas penulis) bahwa setelah adanya kegiatan doa bersama, penulis merasakan suasana kelas yang lebih religius dan damai dibandingkan suasana kelas sebelum penulis mengadakan kegiatan doa bersama. Penulis mengamati terkadang masih ada satu dua mahasiswa yang terkesan meremehkan kegiata doa bersama yang terlihat dari ketika berdoa mereka tidak serius (khusuk). Melihat kondisi tersebut, ketika di dalam proses pembelajaran, penulis menyisipkan nasihat tentang pentingnya berdoa secara khusuk kepada Tuhan karena manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Manusia membutuhkan bantuan Tuhan dalam menjalani kehidupan agar ditunjukkan jalan kebaikan dan dimudahkan dalam segala urusan. Melalui pemberian nasihat-nasihat seperti itu, mahasiswa menjadi lebih sadar tentang pentingnya berdoa secara serius dan khusyuk.

 

Setelah di awal perkuliahan memasukkan aktivitas berdoa bersama, di dalam proses penyampaian materi kuliah penulis juga menyisipkan materi pendidikan karakter, misalnya penyisipan motivasi berprestasi, manajemen diri, dan semangat berusaha (memperjuangkan cita-cita) melalui pembacaan biografi tokoh-tokoh ilmuwan dunia. Sebagai contoh, ketika menyampaikan materi kuliah kimia koordinasi, penulis mengawali dengan menyampaikan sejarah perkembangan kimia koordinasi. Nah, saat membahas materi sejarah perkembangan kimia koordinasi topik Teori Koordinasi Werner, penulis menyisipkan pembahasan tentang biografi Alfred Werner, ilmuwan kimia peraih hadiah nobel bidang kimia koordinasi tahun 1913. Melalui pembahasan biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa mengetahui bagaimana Alfred Werner bekerja keras meneliti senyawa-senyawa koordinasi selama kurang lebih 20 tahun sehingga akhirnya menjadi pakar kimia koordinasi dengan merumuskan teori koordinasi dan dunia menghargainya dengan memberikan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1913.

 

Dari mempelajari biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa dapat belajar tentang pentingnya belajar secara tekun, fokus, menemukan bakat minat sejak dini, tidak mudah menyerah, dan akhirnya meraih kesuksesan. Mahasiswa dapat menyadari dari kisah-kisah kesuksesan para tokoh dunia bahwa kesuksesan harus diperjuangkan, kesuksesan tidak ada yang instan tetapi melalui usaha dan perjuangan tanpa mengenal lelah. Dari metode pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran inilah mahasiswa belajar tentang Performance Character, sedangkan melalui kegiatan doa bersama dan menghayatinya serta mengimplementasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, mahasiswa belajar tentang Moral Character. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Thomas Lickona (2012) bahwa karakter dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu Karakter Moral (Moral Character) dan Karakter Kinerja (Performance Character).

 

Lebih lanjut, Djohan Yoga (2022) menjelaskan tentang perbedaan antara Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Karakter Moral (Moral Character) merupakan karakter yang berguna untuk menjalin hubungan dengan orang lain seperti : jujur, rasa hormat, menerima perbedaan, dll. Karakter Moral dapat mendorong seseorang untuk berperilaku yang positif dan menjadi warganegara yang bertanggungjawab. Dengan Karakter Moral, sesorang akan dapat menghargai pendapat orang lain serta tidak melanggar nilai moral dalam meraih prestasi. Adapun Karakter Kinerja (Performance Character) merupakan karakter yang berguna untuk meraih prestasi seperti: kerja keras, disiplin, pantang menyerah, kreatif, dll. Karakter Kinerja mendorong seseorang untuk mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya untuk menguasai sesuatu (ilmu, ketrampilan). Dengan Karakter Kinerja seseorang akan dapat memaksimalkan prestasi sebab bisa melahirkan kekuatan dan strategi yang menantang diri sendiri untuk meraih yang terbaik dengan talenta yang dimilikinya.

 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pelu dibekali dengan Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Mengapa mahasiswa perlu dibekali dengan pendidikan karakter moral dan karakter kinerja sekaligus? Menanggapi pertanyaan ini, penulis mengutip penjelasan Djohan Yoga (2022) dalam Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner yang memberikan penjelasan secara sangat memuaskan terkait pentingnya Karakter Kinerja dan Karakter Moral sebagai berikut.

1. Seseorang bisa memiliki Karakter Kinerja saja tanpa Karakter Moral dan sebaliknya bisa hanya memiliki Karakter Moral tapi tidak untuk Karakter Kinerja. Kita banyak mendengar bahwa ada banyak peraih prestasi yang mencapaikan dengan berlatih keras, disiplin, pantang menyerah dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Kinerja. Namun mereka kurang dalam aspek kejujuran, kebaikan, dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Moral. Sebaliknya ada orang yang kuat dalam Kebajikan Moral tapi kurang dalam Kebajikan Kinerja seperti kerja keras, kegigigihan dan berinisiatif.

2. Seseorang yang berkarakter harus memiliki baik Karakter Kinerja maupun Karakter Moral. Keduanya mendatangkan kewajiban. Karakter Kinerja seperti juga Karakter Moral memiliki dimensi etika. Kita semua memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan talenta, merealisasikan potensi untuk keunggulan dan memberikan usaha terbaik dalam melaksanakan tugas-tugas kita. Kita memiliki kewajiban dengan 2 alasan : a). Rasa hormat kepada diri-sendiri dengan cara tidak mengabaikan talenta kita tapi menggunakan mereka untuk berkembang sebagai pribadi yang terbaik. b. Peduli dengan kebutuhan orang lain dengan cara mengerjakan seluruh tugas dengan sebaik-baiknya sebab kualitas kerja kita akan berpengaruh pada kehidupan orang lain. Dalam cara yang sama, kita semua juga memiliki tanggungjawab untuk menjadi yang pribadi yang terbaik secara etika sebab hal ini juga akan berpengaruh pada kehidupan yang ada di sekitar kita

3. Perlu diingat bahwa dalam kebajikan moral (moral virtues) yang pada hakikatnya baik, kebajikan kinerja (performance virtues) dapat juga digunakan untuk sesuatu yang buruk. Para teroris mungkin telah menggunakan kebajikan kinerjanya seperti kecerdikan dan tanggungjawab dalam melakukan pengeboman kepada orang yang tidak berdosa. Sebaliknya, kebajikan moral seperti keadilan, kejujuran dan kepedulian yang pada hakekatnya baik tidak dapat dipaksa untuk melakukan tugas-tugas yang jahat.

4. Karakter Kinerja dan Karakter Moral saling mendukung satu dengan yang lain secara terpadu dan saling terkait. Keterpaduan Karakter Kinerja dan Karakter Moral bisa ditunjukkan dalam 2 cara: a). Orang yang kuat dalam Karakter Kinerja bisa membantu mereka dalam mencapai tujuan moralnya. b. Karakter Moral bisa memberikan energi yang bisa memotivasi mereka untuk menggerakkan kinerja yang tinggi dan memastikan bahwa mereka melakukannya secara beretika.

5. Pendidikan Karakter memiliki tiga dimensi psikologis yaitu: kognitif (the head), emosi (the heart) dan perilaku (the hand). Hal yang sama juga berlaku untuk Karakter Kinerja dan Karakter Moral yang bisa dipandang memiliki tiga komponen psikologis juga yaitu: kesadaran (awareness), sikap (attitude) dan aksi (action) yang dikenal dengan istilah 3A’s of Performance Character and Moral Character. []

 

Referensi

Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral pada Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30–44.

 

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk membentuk karakter: Bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggungjawab. Bumi Aksara.

 

Yoga, D. (2022). Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner. Indomindmap.

 

 

 

Gumpang Baru, 05 Agustus 2025

 

 

_________________________________

*) Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q), peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI, Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menulis 125 judul buku (mandiri dan book chapter) dan memiliki 48 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Postingan Populer