Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Anak. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 April 2025

DRESS CODE BAJU LEBARAN KELUARGA


DRESS CODE BAJU LEBARAN KELUARGA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang ditunggu-tunggu setiap umat Islam. Semua umat Islam menyambut gembira kedatangan hari raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri bagi umat Islam adalah hari kemenangan karena setelah selama sebulan penuh berjuang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang cukup berat.

Untuk menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri, umat Islam sibuk mempersiapkan berbagai persiapan, mulai dari membersihkan rumah, menyiapkan aneka makanan yang enak-enak, menyiapkan bingkisan lebaran, menyiapkan uang THR, dan menyiapkan baju lebaran.

Di keluarga kami, karena merupakan keluarga kecil dan keluarga muda, maka jarang ada tamu yang berkunjung. Tetangga perumahan juga kebanyakan mudik. Oleh karena itu, kami tidak terlalu fokus menyiapkan makanan untuk menjamu tamu karena memang jarang ada tamu.

Untuk bingkisan lebaran, dulu kami biasa menyiapkan bingkisan lebaran untuk kami bagi-bagikan ke tetangga dekat dan saudara di keluarga besar. Tetapi untuk saat ini, karena sesuatu hal, kami lebih fokus menyiapkan bingkisan lebaran untuk orang tua kami.

Adapun untuk baju lebaran, memang kami secara khusus tidak menyiapkan. Hanya kadang-kadang saja kami membeli baju yang warnanya sama untuk sekeluarga. Tetapi lebih seringnya kami memakai baju bebas atau baju yang sudah ada. Kami juga tidak secara khusus membeli baju baru untuk lebaran.

Tetapi di lebaran tahun ini kami agak berbeda. Di beberapa hari terakhir bulan Ramadhan, putri kecil kami si kecil Icha beberapa kali bertanya ke papinya besok lebaran pakai baju warna apa. Karena si kecil Icha terus bertanya besok lebaran pakai baju warna apa dan sekeluarga harus sama warnanya, maka saya berkata ke istri, "Wah sepertinya ini pertanda kita harus beli baju baru yang seragam warnanya karena kalau pakai baju yang ada tidak ada yang sama". Si kecil Icha juga menegaskan nanti lebaran jangan pakai baju warna putih karena tahun kemarin sudah pakai warna putih.

Maka ketika si kecil Icha mengajak buka bersama (bukber) di luar, katanya bukber terakhir sebelum lebaran, maka saya niatkan sekalian membelikan baju baru untuk dia. Sebelum masuk ke rumah makan di dalam supermarket, saya ajak dulu si kecil masuk ke toko pakaian khusus muslimah. Saya bilang ke dia, "Silakan adek pilih baju yang diinginkan. Nanti papi, mami, dan kakak menyesuaikan warnanya".

Setelah si kecil Icha memilih baju yang diinginkan, selanjutnya memilih jilbabnya. Ternyata dia memilih jilbab yang lebih bagus yang tentu saja harganya relatif lebih mahal. Saya berkata ke istri sambil tersenyum, "Ternyata adek sudah bisa memilih mana barang bagus dan mana yang kurang bagus". Setelah si kecil selesai memilih baju dan jilbabnya, selanjutnya saya persilakan istri untuk memilih baju dan jilbab yang sesuai dengan warna baju si kecil Icha. Berapa kali si kecil Icha ikut memberikan penilaian terhadap baju dan jilbab yang dipilih maminya. Setelah semua keperluan si kecil Icha dan maminya selesai, sekarang giliran papinya untuk menyelesaikan urusan pembayarannya ke kasir he..he..

Selanjutnya kami pindah ke toko baju laki-laki untuk membeli baju Koko untuk si kakak dan papinya. Setelah memilah dan memilih, akhir kami menemukan baju yang warnanya senada dengan warna baju si kecil Icha dan maminya, walau tidak sama persis. Setelah dicoba, si kakak cocok ukurannya tetapi untuk papinya kurang besar ukurannya. Akhirnya papinya dapat baju lain yang warnanya sama tetapi kualitas bahannya di bawah kualitas bahan baju si kakak, yang artinya harga baju papinya lebih murah dari harga baju si kakak. Setelah deal baju yang dibeli, selanjutnya tugas papinya untuk menyelesaikan pembayaran di kasir.

Setelah semua sudah dapat baju lebaran, saya meminta si kakak untuk memasukkan dahulu belanjaan baju ke mobil sebelum masuk ke rumah makan untuk buka bersama. Setelah melihat-lihat nota pembayaran baju-baju lebaran, ternyata harga baju dan jilbab si kecil Icha yang paling mahal. Urutan harga yang paling murah adalah baju papinya.

Demikianlah sepenggal cerita tentang persiapan dress code baju lebaran tahun ini di keluarga kami. Kami yang semula tidak ada rencana untuk membeli baju batu, tetapi gara-gara si kecil Icha menanyakan terus baju apa yang akan dipakai untuk lebaran, akhirnya papinya harus menganggarkan anggaran tambahan untuk membeli baju lebaran sekeluarga. Walaupun harus mengeluarkan uang tambahan di luar rencana, tetapi kami senang dan bahagia karena melihat si kecil Icha tampak bahagia dibelikan baju baju. Hitung-hitung sekalian sebagai hadiah karena si kecil Icha telah mampu berpuasa sehari penuh selama sebulan tanpa terputus. Juga sebagai hadiah atas prestasinya mendapatkan juara 1 dan 2 tingkat nasional pada ajang lomba olimpiade nasional bidang bahasa Inggris dan Matematika. []


Gumpang Baru, 02 April 2025

Kamis, 03 April 2025

PRESTASI HEBAT PUTRI KECIL KAMI

 


PRESTASI HEBAT PUTRI KECIL KAMI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro 



Tahun ini begitu istimewa bagi keluarga kami. Kami sangat bahagia karena di tahun 2025 ini, putri kecil kami Aisyah atau biasa dipanggil Icha telah menorehkan beberapa prestasi. 


Prestasi pertama adalah di awal tahun 2025 ini, pertama kali putri kecil kami mampu mengkhatamkan membaca Al-Qur'an 30 Juz. Sejak bisa membaca Al-Qur'an waktu di TK B, dia setiap hari bakda sholat Maghrib rutin membaca Al-Qur'an. Hingga akhirnya dia mampu khatam membaca Al-Qur'an 30 Juz. Ini adalah prestasi besar dia yang sangat kami syukuri sebagai orang tuanya. 


Prestasi kedua yang diraih si kecil Icha adalah di bulan Ramadhan tahun ini, pertama kalinya dia mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan sehari penuh selama 30 hari tanpa terputus. Ini adalah prestasi hebat yang dia capai sebagai seorang muslimah. Kami sangat bangga dan bahagia dengan pencapaian putri kecil kami. 


Prestasi ketiga yang dicapai oleh putri kecil kami Icha adalah saat hari penerimaan raport hasil Asesmen Tengah Semester (STS) II di semester ini. Dari hasil raport alhamdulillah si kecil Icha memperoleh nilai rata-rata raport sebesar 99. Nilai raport si kecil Icha merupakan nilai rata-rata raport tertinggi di kelasnya. Artinya si kecil Icha mampu mempertahankan prestasinya sebagai peraih rangking 1 di kelasnya sejak semester 1. 


Prestasi keempat yang diraih putri kecil kami di penghujung akhir bulan Ramadhan ini adalah ketika mengikuti lomba olimpiade nasional, dia mendapatkan juara 1 olimpiade nasional bidang bahasa Inggris dan juara 2 olimpiade nasional bidang Matematika pada ajang Kompetisi Online Nasional. Sebuah prestasi luar biasa yang diraih putri kecil kami. Kami sangat bangga dan bersyukur sekali putri kecil kami telah tumbuh menjadi anak yang pintar dan shalihah. 


Demikian beberapa prestasi luar biasa yang diraih putri kecil kami Icha, baik prestasi di bidang akademik maupun prestasi di bidang pengamalan ajaran agama Islam. Semoga Allah SWT terus membimbing putri kecil kami hingga kelak saat dewasa dapat menjadi seorang muslimah yang shalihah, taat beragama, berbakti kepada kedua orang tua, pintar, sukses, dan bermanfaat bagi agama, keluarga, masyarakat dan negara. Amin. []


Gumpang Baru, 30 Maret 2025


Jumat, 28 Maret 2025

KEISTIMEWAAN RAMADHAN KAMI TAHUN INI

 

KEISTIMEWAAN RAMADHAN KAMI TAHUN INI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Di bulan Ramadhan ini umat Islam meyakini bahwa Allah Swt sangat murah pengampunannya. Oleh karena itulah, maka bulan Ramadhan sering dijuluki sebagai bulan maghfirah yang berarti bulan yang penuh ampunan. Di bulan Ramadhan ini pula umat Islam meyakini bahwa segala aktivitas ibadah dan amal kebaikan akan dilipatgandakan pahala kebaikannya oleh Allah Swt. Maka tidaklah mengherankan jika setiap kali datang bulan Ramadhan, umat Islam berlomba-lomba melakukan ibadah dan memperbanyak amalan-amalan kebaikan.

 

Terkait keistimewaan bulan Ramadhan, sudah banyak penulis ataupun para pendakwah yang menjelaskannya. Informasi ataupun sumber-sumber referensi tentang keutamaan dan keistimewaan amalan di bulan Ramadhan juga mudah diperoleh di era digital sekarang ini. Oleh karena itu, pada artikel ini saya tidak akan membahas tentang keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan sebagaimana sudah banyak dibahas dan dijelaskan oleh banyak orang. Tetapi pada artikel ini saya akan menulis keistimewaan bulan Ramadhan versi kami sendiri. Pengalaman menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini memiliki kesan tersendiri bagi kami sekeluarga.

 

Bulan Ramadhan tahun ini, putri kecil kami sudah masuk sekolah dasar (SD). Sejak sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK), dia sudah berlatih menjalankan puasa Ramadhan walaupun masih puasa setengah hari. Tetapi ketika di TK B, di minggu terakhir bulan Ramadhan tahun kemarin, tiba-tiba dia menyatakan ingin menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh dengan keinginanannya sendiri. Berbekal pengalamannya di tahun sebelumnya tersebut, maka di bulan Ramadhan tahun ini kami memotivasi putri kecil kami yang baru berusia 7 tahun untuk menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Walaupun begitu, kami tidak memaksa dia untuk harus menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Kami hanya memotivasinya saja karena dia sejak sekolah TK sudah berlatih puasa Ramadhan. Awalnya dia ragu-ragu dan tidak begitu yakin dengan dirinya sendiri apakah akan kuat menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Tetapi setelah kami memotivasinya dan meyakinkannya bahwa adek pasti kuat karena saat sekolah TK B pernah kuat menjalankan puasa sehari penuh, maka akhirnya dia mau mencoba berpuasa sehari penuh di bulan Ramadhan tahun ini.

 

Bulan Ramadhan tahun 2025 ini terasa begitu istimewa bagi keluarga kami. Ada dua keistimewaan utama yang kami rasakan ketika menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Keistimewaan yang pertama berhubungan dengan tumbuh kembang putri kecil kami, khususnya terkait implementasi ajaran agama dalam kehidupannya. Memasuki bulan Ramadhan hari ke-28 saat artikel ini ditulis, alhamdulillah putri kecil kami mampu menjalakan puasa Ramadhan sehari penuh selama 27 hari tanpa terputus. Alhamdulillah selama 27 hari menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh, dia belum pernah membatalkan puasanya ataupun mengubah puasanya menjadi puasa setengah hari. 


Kami sangat bangga dan bersyukur kepada Allah Swt. karena putri kecil kami tetap komitmen melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sehari penuh sebagaimana niat di awal bulan Ramadhan. Alhamdulillah juga kami panjatkan karena selama 27 hari berpuasa Ramadhan sehari penuh, putri kecil kami tidak pernah mengeluh dengan beratnya menahan diri dari makan dan minum sejak sahur hingga berbuka. Setiap kali kami sekeluarga berbuka puasa bersama di meja makan, saya melihat wajah putri kami terlihat senang dan bahagia. Saya tidak melihat tanda-tanda adanya rasa keterpaksaan dan kemalasan untuk menjalankan puasa hari berikutnya.

 

Keistimewaan Ramadhan yang kedua di tahun ini adalah berhubungan dengan kondisi saya pribadi.  Selama dua bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya, saya tidak mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh satu bulan. Ada beberapa hari saya terpaksa tidak berpuasa karena kondisi kesehatan saya yang pasca menjalani tindakan operasi tidak memungkinkan untuk berpuasa. Selama dua tahun berturut-turut, menjelang datang bulan Ramadhan saya dijadwalkan oleh dokter Rumah Sakit untuk menjalani tindakan operasi. Oleh karena itu, ketika memasuki bulan Ramadhan, tubuh saya belum sepenuhnya siap menjalani ibadah puasa Ramadhan. 


Nah bulan Ramadhan tahun ini, alhamdulillah sampai Ramadhan hari ke-28 saya mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan tanpa ada kendala yang berarti. Walaupun selama menjalani ibadah puasa Ramadhan di tahun ini, saya beberapa kali mengalami kondis kesehatan yang kurang baik dimana kondisi kesehatan saya agak ngedrop sehingga menyebabkan kondisi tubuh yang kurang nyaman karena munculnya keluhan rasa sakit di beberapa bagian anggota tubuh saya. Kondisi tubuh yang kurang sehat dan sangat tidak nyaman tersebut berakibat mengganggu aktivitas kerja dan kenyamanan saya dalam menjalankan ibadah puasa. Akahirnya saya memeriksakan kondisi kesehatan saya ke  dokter di Rumah Sakit. Dengan mematuhi nasihat dokter dan meminum obat yang diresepkan dokter, alhamdulillah akhirnya kondisi kesehatan saya menjadi lebih baik sehingga mampu tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan lancar.

 

Demikianlah keistimewaan puasa Ramadhan tahun ini yang kami rasakan. Kami sangat bersyukur kepada Allah Swt. karena kami sekeluarga diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Kami juga sangat bersyukur sekali karena atas izin dan kehendak Allah Swt lah kami dimudahkan dalam mengajak putri kecil kami untuk berlatih menjalankan  ibadah puasa Ramadhan sehari penuh selama satu bulan. Dengan berbekal pemberian contoh ketauladanan dalam kehidupan beragama di lingkungan keluarga, kami dimudahkan dalam mengajarkan pokok-pokok ajaran agama Islam kepada anak-anak kami secara demokrasi. Kami memilih pendekatan demokrasi dan komunikatif dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada anak-anak melalui pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Kami berdoa semoga keluarga kami selalu dalam limpahan kebaikan dan keberkahan sehingga seluruh anggota keluarga kami selalu dalam perlindungan dan ridha Allah Swt. Hanya kepada-Nya lah kami berserah diri dan berharap. Tiada daya dan upaya yang mampu mewujudkan segala keinginan dan harapan-harapan kami selain atas izin dan kehendak-Nya.  Semoga Allah Swt mengabulkan segala doa-doa dan harapan kami sekeluarga. Amin. []

 

Gumpang Baru, 28 Maret 2025

Sabtu, 15 Maret 2025

PERAN PENTING KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

 


PERAN PENTING KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Di dalam keluarga kami, pendidikan karakter kami ajarkan ke anak-anak melalui metode keteladanan. Kami mendidik anak-anak dengan pemberian contoh nyata dalam sikap dan tindakan. Kami tidak sekadar menasihati, tapi juga memberikan contoh nyata perilaku yang benar kepada anak-anak.

Dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di lingkungan keluarga, kami menggunakan pendekatan yang demokratis. Kami tidak memaksakan ke anak-anak untuk melakukan suatu aktivitas. Kami lebih banyak memberikan contoh keteladanan ke anak-anak.

Di bulan Ramadhan ini, kami mengajarkan puasa untuk si kecil Icha. Waktu masih sekolah TK, si kecil Icha sudah pernah puasa sehari penuh, walaupun masih bolong-bolong diselingi puasa setengah hari. Kami tidak memaksanya untuk berpuasa penuh. Kami hanya memotivasinya untuk bisa berpuasa penuh. Ketika dia belum mau puasa penuh, kami tidak memaksanya. Pernah di minggu terakhir bulan Ramadhan, tiba-tiba si kecil Icha bilang besok ingin puasa penuh. Kami cukup kaget mengapa tiba-tiba dia ingin puasa penuh.

Saat ini si kecil Icha sudah sekolah SD kelas 1. Bulan Ramadhan tahun ini merupakan bulan Ramadhan pertama dia sekolah SD. Karena waktu di sekolah TK dia sudah pernah berpuasa sehari penuh, maka di bulan Ramadhan tahun ini kami memotivasinya untuk berpuasa penuh. Awalnya dia masih ragu-ragu apakah nanti kuat berpuasa sehari penuh. Tetapi setelah kami meyakinkan dia bahwa adek pasti kuat karena waktu masih TK sudah pernah berpuasa penuh, akhirnya si kecil Icha bersedia berpuasa sehari penuh.

Untuk memotivasi si kecil Icha agar semangat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, terkadang kami mengajak dia berbuka puasa di luar (di rumah makan). Dan ternyata si kecil Icha sangat senang dan bahagia saat bisa buka puasa bersama di luar karena dia bisa bebas memilih menu makanan berbuka yang diinginkan.

Saat ini bulan Ramadhan telah memasuki hari ke-15, alhamdulilah si kecil Icha telah mampu berpuasa sehari penuh tanpa jeda. Biasanya ketika melatih anak kecil berpuasa menghadapi masalah saat membangunkan anak untuk makan sahur. Tetapi tidak demikian dengan si kecil Icha, alhamdulillah dia mudah dibangunkan dan mau makan sahur.

Ada sedikit drama masalah ketika hari pertama si kecil Icha masuk sekolah setelah libur sekolah awal Ramadhan. Ketika pulang sekolah di hari pertama masuk sekolah, dia merengek-rengek mau puasa setengah hari. Setelah kami tanya mengapa mau puasa setengah hari, padahal sudah beberapa hari kuat berpuasa sehari penuh. Ternyata dia berubah mau puasa setengah hari dikarenakan ada teman sekelasnya yang berpuasa setengah hari. Setelah kami bujuk-bujuk dan motivasi, akhirnya si kecil Icha kembali mau berpuasa sehari penuh.

Berdasarkan pengalaman si kecil Icha tersebut, ternyata lingkungan pergaulan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Ketika di lingkungan keluarga kami latihkan, biasakan dan contohkan untuk berpuasa sehari penuh, dan dia mampu menjalankan puasa sehari penuh tanpa ada hambatan. Tetapi ketika bertemu dengan teman-teman di sekolah yang ternyata ada sebagian teman-temannya yang masih berpuasa setengah hari, maka si kecil Icha terpengaruh juga mau berpuasa setengah hari. Tetapi dengan motivasi dan dukungan keluarga, si kecil Icha bisa kembali semangat menjalankan puasa Ramadhan sehari penuh. Di sinilah peran penting keluarga dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. []


Gumpang Baru, 15 Maret 2025

Senin, 06 Januari 2025

PAPI SUDAH SIAP JADI JUARA?

 


PAPI SUDAH SIAP JADI JUARA?

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro 




Setelah menjadi warga di perumahan Gumpang Baru RT 10, saya berusaha untuk bisa terlibat aktif di setiap kegiatan RT. Setiap bulan juga saya berusaha untuk bisa datang menghadiri rapat rutin pertemuan warga RT. Kalau tidak ada acara lain yang benar-benar penting dan mendesak, saya berusaha untuk bisa hadir di pertemuan rutin warga RT setiap bulan sekali. 


Tanggal 4 Januari 2025 ada acara lomba memasak mie goreng untuk bapak-bapak antar RT di lingkup RW 02. Kebetulan RT 10 dipercaya untuk menjadi panitia penyelenggaranya. Saya dan istri ikut terlibat dalam penyiapan lomba memasak tingkat RW 02 tersebut. Dan kebetulan saya bersama pak Hendri (sekretaris RT) ditunjuk oleh ketua RT untuk mewakili warga RT 10 mengikuti lomba memasak mie goreng tingkat RW 02 tersebut. 


Karena ditunjuk mewakili RT, maka saya serius mempersiapkan persiapan untuk lomba memasak mie goreng. Saya cari-cari info cara memasak mie goreng dari beberapa orang, termasuk tanya ke istri. Kemudian saya juga mencari ide penyajian mie goreng yang unik dan menarik agar bisa memenangkan lomba. 


Salah satu orang yang sangat mensupport saya dalam mengikuti lomba memasak mie goreng ini adalah putri kecil kami yaitu si kecil Icha. Seminggu sebelum hari pelaksanaan lomba masak, dia setiap hari bertanya kapan papinya latihan masak mie goreng. Setelah saya jelaskan rencana penyajiannya, dia semangat ingin tahu bagaimana bentuk penyajian (plating) mie gorengnya nanti. 


Maka saya dan Icha berselancar di internet mencari ide plating mie goreng. Setiap saya menemukan ide plating, dia memberikan pendapat dan penilaiannya. Beberapa bentuk plating saya pilih dan si kecil Icha memberikan penilaiannya. Hingga akhirnya kami sepakat memilih satu bentuk plating mie goreng yang tepat dan unik serta menarik. 


Sabtu malam menjelang pelaksanaan lomba memasak mie goreng, si kecil Icha bertanya ke saya, "Apakah papi siap jadi juara?" Saya pun menjawab, "Papi siap jadi juara". Si kecil Icha sangat semangat dan antusias mendukung papinya ikut lomba memasak mie goreng. Dia sering bertanya, "Apakah papi bisa dapat juara?" Saya menjawab, "Insyaallah papi dapat menjadi juara. Tetapi nanti hasilnya tergantung penilaian tim juri". 


Malam itu setelah sholat Isyak, kami sekeluarga pergi ke balai RT 10 tempat penyelenggaraan lomba masak. Sore bakda sholat ashar kami juga sudah di balai RT untuk ikut menyiapkan segala keperluan lomba memasak karena kami ikut menjadi panitia penyelenggara. Si kecil Icha juga ikut datang ke balai RT. 


Setelah waktu lomba memasak selesai, selanjutnya waktunya tim juri melakukan penilaian. Saya kembali ke tempat duduk penonton lomba dan mengobrol dengan si kecil Icha. Dia kembali bertanya, "Papi dapat juara tidak?". Saya menjawab, "Belum tahu karena masih menunggu penilaian tim juri". 


Sambil menunggu tim juri selesai menilai masakan peserta lomba, panitia menyelingi dengan acara pembagian door prize kehadiran. Banyak hadiah door prize untuk dibagikan kepada seluruh pengunjung yang hadir, baik panitia, peserta, maupun warga yang ikut menonton lomba masak. Kami dapat empat voucher door prize dan Alhamdulillah keempat-empatnya mendapatkan door prize hiburan. Si kecil Icha cukup senang mendapatkan door prize hiburan yang cukup banyak. 


Ketika waktunya tim juri membacakan juara pemenang lomba memasak mie goreng antar RT di lingkungan RW 02, saya hampir tidak percaya kalau tim Master Chef RT 10 mendapatkan juara pertama. Hal itu dikarenakan kami merasa penampilan kami masih banyak kekurangannya, baik dari rasa masakan maupun bentuk penyajiannya (plating) yang tidak sesuai dengan rencana semula. Karena waktu lomba hampir habis, akhirnya kami buru-buru menata sajian mie goreng kami sejadinya sehingga tidak sesuai desain awal kami. 


Ketika selesai mengumpulkan hasil masakan mie goreng, saya  merasa tidak akan dapat juara. Saya merasa gagal menyajikan masakan mie goreng sesuai desain plating semula. Oleh karena itu, saya sangat kaget dan agak tidak percaya jika ternyata masakan mie goreng kami mendapatkan skor tertinggi dan dinyatakan oleh tim juri (juri independen dari RT dan RW lain) sebagai juara 1. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah akhirnya kami tidak mengecewakan bapak ketua dan seluruh warga RT 10. RT 10 memang layak menyandang juara pertama. RT 10: guyub rukun sehat bahagia selamanya. []


Gumpang Baru, 06 Januari 2025


Sabtu, 30 November 2024

URGENSI MEMILIKI PENGETAHUAN DASAR AGAMA

 


URGENSI MEMILIKI PENGETAHUAN DASAR AGAMA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Beberapa waktu yang lalu saat sholat Jumat di masjid, saya menjumpai sebuah pemandangan yang cukup menyedihkan. Sebuah pemandangan tentang ironisnya kualitas generasi muslim sekarang. Kejadian tersebut menunjukkan fenomena generasi muslim sekarang sangat minim pengetahuan agamanya.

Saat memasuki masjid, saya melihat beberapa remaja berseragam sekolah SMA yang sedang ngobrol dan bermain-main. Padahal saat itu khatib sudah menyampaikan khutbah Jum'at. Mereka bukannya duduk tenang dan mendengarkan isi khutbah Jum'at tetapi malah asyik mengobrol dan bermain-main.
Saya masuk masjid langsung mengerjakan sholat sunnah tahiyatul masjid dan kemudian duduk mendengarkan isi khutbah Jum'at hingga selesai. Saya melakukan hal itu karena sejak kecil sudah mendapat pelajaran agama bahwa khutbah Jum'at merupakan bagian tak terpisahkan dari sholat Jum'at. Khotbah Jum'at adalah termasuk rukun sholat Jum'at. Disebut mengerjakan sholat Jum'at adalah jika ikut mendengarkan khutbah Jum'at dan mengerjakan sholat Jum'at sebanyak dua rakaat.

Melihat perilaku beberapa remaja tersebut saya jadi berpikir, apakah mereka tidak mengetahui pengetahuan dasar agama terkait rukun sholat Jum'at? Apakah seusia mereka belum pernah mendapatkan pelajaran agama tentang rukun sholat Jum'at? Saya sangat heran bagaimana remaja sebesar mereka tidak mengetahui ilmu-ilmu agama yang dasar tersebut. Sementara saya dulu waktu kecil sudah mengetahui pengetahuan dasar rukun sholat Jum'at, makanya sejak kecil setiap kali mengikuti sholat Jum'at saya selalu duduk diam mendengarkan khotbah Jum'at dari Khatib.

Waktu kecil saya tidak punya pikiran saat mengikuti sholat Jum'at akan bermain-main dan ngobrol dengan teman-teman ketika Khotib menyampaikan khutbah Jum'at. Kejadian yang saya lihat pada para remaja tersebut adalah sebuah pemandangan yang sungguh aneh dan tidak pernah terbayangkan dalam pikiran saya waktu kecil. Pemandangan yang sangat menyedihkan karena melihat generasi Islam sekarang tidak mengetahui pengetahuan-pengetahuan dasar dalam ajaran agama Islam.

Jika pengetahuan dasar tentang rukun sholat Jum'at saja tidak mengetahui, apakah mungkin kita berharap mereka mampu memahami dan mengimplementasikan pesan-pesan kebaikan dari ajaran agama Islam? Apa yang bisa diharapkan untuk memajukan peradaban umat Islam dari generasi seperti mereka? Saya jadi berpikir, bagaimana nasib umat Islam yang di masa mendatang jika generasi remajanya memiliki kualitas pengetahuan agamanya seperti itu? Sungguh-sungguh sangat ironis dan menyedihkan sekali.

Saya sungguh tidak percaya jika ada generasi umat Islam yang tidak mengetahui rukun-rukun sholat Jum'at. Selama khatib menyampaikan khutbah Jum'atnya, para remaja sekolah tersebut asyik mengobrol dengan cukup keras. Untung karena suara speaker masjid cukup keras sehingga suara obrolan mereka tidak terlalu terdengar karena suara khutbah Khatib lebih keras terdengar.

Ketika Iqamah disuarakan muadzin pertanda sholat Jum'at mau segera didirikan, semua jamaah berdiri merapikan shaf sholat. Lantas bagaimana para remaja tersebut? Ternyata mereka baru mau mengambil air wudhu ketika Iqamah dibacakan. Berarti selama khutbah Jum'at mereka di dalam masjid belum berwudhu dan hanya asyik ngobrol. Melihat kejadian tersebut, saya jadi semakin bingung dengan kondisi mereka. Generasi muslim macam apakah mereka kok sampai sama sekali tidak mengetahui rukun sholat Jum'at?

Kejadian seperti itu ternyata tidak hanya dilakukan oleh generasi remaja. Ketika sholat Jum'at di masjid kampus, saya juga beberapa kali melihat orang-orang dewasa yang ketika khutbah sedang disampaikan oleh Khatib, mereka malah asyik membuka-buka aplikasi di handphone. Melihat kejadian tersebut, saya juga jadi berpikir, apakah mungkin masih banyak orang-orang Islam baik remaja maupun dewasa yang memang tidak mengetahui bahwa khutbah Jum'at itu berbeda dengan acara pengajian biasa? Mungkinkah mereka belum mengetahui pengetahuan dasar tentang rukun-rukun sholat Jum'at?

Berdasarkan pengamatan fakta di lapangan tentang implementasi pengamalan ajaran agama Islam oleh umat Islam seperti itu, maka menjadi PR bersama bagi seluruh umat Islam, terutama para pendakwah dan lembaga keagamaan untuk lebih intensif lagi membelajarkan ajaran-ajaran dasar agama Islam kepada anak-anak. Anak-anak harus dikenalkan dengan pengetahuan-pengetahuan dasar agama Islam agar kelak ketika mereka dewasa mampu memahami, memaknai, dan mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan dari ajaran agama Islam. []


Gumpang Baru, 07 November 2024

Minggu, 29 September 2024

KAPAN SEBAIKNYA MULAI MENGAJARI ANAK SHALAT?

 


KAPAN SEBAIKNYA MULAI MENGAJARI ANAK SHALAT?

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Shalat fardhu merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim dan muslimat, baik orang dewasa maupun anak-anak yang telah akil baligh. Shalat menduduki posisi istimewa dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang diperintahkan Allah Swt kepada Rasulullah Saw secara langsung tanpa melalui perantara malaikat Jibril. Shalat merupakan amalan pertama yang nanti dihisab pada yaumil akhir. Shalat merupakan pembeda (furqan) antara orang Islam dan orang kafir. Shalat mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan keistimewaan-keistimewaan shalat yang lain. Semuanya ini menunjukkan bahwa shalat menduduki posisi penting dalam ajaran agama Islam.

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman :
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa,” (Q.S. ThaHa [20]:132).

Firman Allah Swt ini menjadi dasar hukum yang berlaku dan mengikat bagi semua orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka agar melaksanakan (mendirikan) shalat. Mengenalkan ibadah shalat ke anak merupakan kewajiban bagi setiap orang tua karena diperintahkan Allah Swt. Perintah ini bersifat mutlak dan pasti, tidak diragukan lagi keabsahannya (validitas) serta tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dan kami pun sebagai orang tua yang baru memiliki anak balita juga sangat memahami kewajiban tersebut.

Dulu ketika awal-awal mempunyai anak, saat anak lanang (anak pertama kami) masih balita, kami sempat bingung dan bimbang terkait perintah mengajarkan anak untuk shalat. Kami bingung dengan pertanyaan, kapan sebaiknya mulai mengajarkan anak tentang kewajiban ibadah kepada Tuhannya (Shalat)? Apakah menunggu sampai anak lanang berusia 7 tahun baru mengajarinya sholat? Sebagaimana hadis Rasulullah Saw berikut ini.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!”
(Hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197

Setelah cukup lama kami berpikir, dengan mempertimbangankan banyak hal, akhirnya kami menempuh cara dengan terlebih dahulu mengenalkan anak dengan gerakan-gerakan shalat melalui aktivitas mendekatkan anak saat kami shalat. Dengan rutin melihat orang tuanya shalat, kami berharap anak kami akan belajar sendiri meniru-nirukan gerakan sholat. Sebagai sama-sama lulusan sarjana pendidikan, kami berdua memahami teori pendidikan bahwa setiap anak memiliki kemampuan untuk mengimitasi atau meniru apapun yang dilihat dan didengarnya. Hal ini karena semua orang memiliki kecenderungan untuk meniru perbuatan orang lain, semata mata karena hal itu merupakan bagian dari sifat biologis mereka untuk melakukan hal tersebut. Imitasi memainkan peranan yang sentral dalam transmisi kebudayaan dan pengetahuan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya (Tarde, 1903). Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963) telah melakukan eksperimen pada anak - anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus.

Maka, seiring berjalannya waktu, sambil membesarkan si kecil anak lanang, akhirnya kami-orang tua baru- menyadari bahwa Allah Swt memang Tuhan yang Maha Adil dan Maha Penyayang. DIA menciptakan manusia disertai dengan bekal potensi dan kemampuan untuk belajar sendiri (self-learning) yang melekat pada diri anak. Anak lanang kami yang masih balita ternyata memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengimitasi (meniru) gerakan-gerakan shalat tanpa kami ajari. Si kecil anak lanang kami telah mampu melaksanakan fitrah kehidupannya, ia berhasil melaksanakan tugas perkembangannya melalui aktivitas melihat, meniru, dan kami pun menambahkannya dengan aktivitas membiasakannya. Kami meyakini bahwa suatu aktivitas jika diulang-ulang terus-menerus suatu saat akan dapat menjadi kebiasaan (habit).

Maka kami pun mulai mengenalkan anak lanang dengan aktivitas shalat sejak dia usia balita dengan cara membiasakannya melihat gerakan shalat orang tuanya. Lama-kelamaan anak lanang mulai belajar menirukan gerakan-gerakan shalat. Oleh karena itu, akhirnya sejak sebelum masuk sekolah TK, anak lanang sudah rutin dan terbiasa mengerjakan shalat wajib (shalat fardhu) lima waktu hingga sekarang ketika dia mulai memasuki usia remaja. Alhamdulillah, sejak pertama kali kami mengajaknya mengerjakan shalat ketika dia masih balita hingga sekarang, belum pernah sekalipun dia menolaknya atau berkata malas atau capek. Setiap kami mengajak atau mengingatkan dia untuk shalat, dia segera bergegas mengambil air wudlu.

Demikianlah yang kami lakukan -- yang notabene orang tua baru yang sedang mencari pola pengasuhan dan pendidikan keluarga yang tepat untuk anak -- untuk mengenalkan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama Islam kepada anak kami. Kami masih terus belajar dan mencari pola yang paling tepat untuk mendidik dan membentuk anak kami menjadi pribadi yang memiliki akhlak, adab, dan karakter yang baik. Kami pun sebagai orang tua juga masih terus berupaya belajar bagaimana menjadi sosok orang tua yang baik dan mampu menginspirasi anak kami agar kelak mereka mampu menjalani kehidupannya secara baik dan benar sesuai ajaran agama yang diridhai Allah Swt.

Pola pendidikan agama untuk anak di rumah, kami memilih cara moderat dalam mengajarkan nilai-nilai spiritual ke anak-anak kami. Menurut kami, ajaran agama itu harus dibiasakan dan dihayati, bukan didoktrinasikan. Anak harus dibiasakan menjalankan kewajiban ibadahnya sejak kecil sehingga menjadi habit. Anak harus dilatih terbiasa menikmati proses mengenal agamanya. Kami memilih tidak banyak menceramahi anak tentang ajaran Islam, tetapi kami lebih memilih dengan cara memberikan contoh bagaimana akhlak dan perilaku seorang muslim. Kami lebih memilih mendampingi anak mengenal shalat dan membiasakannya sejak anak masih kecil.

Pun demikian, metode dan pendekatan yang sama juga sedang kami terapkan pada anak kedua kami, Icha si bidadari kecil kami. Kami mulai mengenalkan gerakan-gerakan shalat kepadanya. Kami mulai mengenalkan si kecil dengan sajadah untuk alas shalat. Kami mulai mengenalkan si kecil aktivitas berdoa setelah sholat. Sejauh ini pendekatan yang kami terapkan untuk bidadari kecil kami menunjukkan progres yang baik. Kami melihat bidadari kecil kami mulai mengimitasi dan mempraktikan secara autodidak gerakan-gerakan shalat. Kami hanya memberikan contoh dan membiasakan si kecil melihat sendiri bagaimana orang tuanya shalat. Hal ini sebagaimana metode yang dipergunakan Rasulullah Saw ketika mengajarkan shalat kepada para sahabatnya dengan sabdanya, "Shalatlah sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat" (HR. Bukhori). WaAllahu a'lam. []

Kamis, 12 September 2024

MENJAGA KESEIMBANGAN MENTAL ANAK


 MENJAGA KESEIMBANGAN MENTAL ANAK

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro 



Dunia anak kecil adalah dunia bersenang-senang. Dalam perspektif anak, lingkungan sekitarnya adalah lingkungan yang menyenangkan. Anak kecil belum tahu apa itu berjuang, hidup susah, bekerja, dan lain-lain yang masuk domain dunia orang dewasa. Dunia anak kecil memang sangat berbeda dengan dunia orang dewasa. Oleh karena itu, memahami dunia anak kecil penting dimiliki oleh setiap orang tua. 


Anak kecil memandang dunia ini menyenangkan. Dalam persepsi anak kecil, mereka berada di sekitar orang-orang baik. Anak kecil tidak punya pikiran negatif kepada orang lain. Itulah mengapa, sehabis bertengkar dengan teman bermainnya hingga menangis, anak kecil cepat sekali bisa bermain dan bercanda kembali dengan temannya. Anak kecil tidak menyimpan dendam seperti orang dewasa. Hal itu dikarenakan jiwa anak kecil masih bersih dan suci. Jiwa anak kecil masih kondisi fitrah, belum terkotori pikiran-pikiran negatif. 


Idealnya dunia anak kecil adalah bermain dan bergembira. Tetapi sambil bermain-main dan bergembira, anak kecil juga belajar mengeksplorasi potensi dirinya. Cara belajarnya anak kecil adalah melalui sarana bermain-main dan bersenang-senang. Anak kecil tidak betah atau cepat merasa bosan manakala diajak melakukan aktivitas yang menuntut keseriusan, walaupun itu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, karakteristik dunia anak kecil ini harus dipahami setiap orang tua dan para pendidik di sekolah. 


Berangkat dari pemahaman seperti itu,maka di lingkungan keluarga kami berusaha mendesain pola pendidikan yang mengakomodir karakteristik dunia anak kecil. Kami menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk putri kecil kami Icha agar bisa belajar dengan nyaman. Kami tidak memaksakan si kecil Icha untuk belajar dengan target tertentu. Kami justru menginginkan si kecil Icha dapat belajar mengeksplorasi potensi dirinya secara alami. 


Oleh karena itu, ketika si kecil Icha masuk SD mendapat tawaran program kelas ICP (International Class Program) kami tidak menindaklanjuti. Kami lebih memilih memasukkan si kecil Icha di kelas reguler. Kami berpikir, si kecil Icha masih anak-anak yang suka bermain. Kami kawatir jika si kecil Icha masuk kelas ICP, nanti dia terforsir waktunya untuk belajar sehingga kehilangan masa-masa bermainnya. Kami ingin si kecil Icha menjalani proses belajarnya secara alami. Kami ingin si kecil Icha bisa menjaga keseimbangan mentalnya antara untuk belajar dan untuk bermain-main. Biarlah dia tumbuh berkembang menjalani tugas perkembangannya secara alami. 


Oleh karena itu, sehabis pulang sekolah jam 2 siang dimana di sekolah ada jadwal tidur siang, kami membiarkan dia bermain di rumah ataupun bermain ke rumah temannya. Biasanya setelah mandi sore dan sholat Ashar, barulah dia minta izin untuk bermain ke rumah temannya atau sebaliknya temannya yang datang ke rumah untuk bermain-main sampai waktu menjelang Maghrib. Hal ini kami lakukan agar terjadi keseimbangan mental si kecil Icha sehingga ia bisa tumbuh berkembang dengan optimal. []


Ruang Tunggu RS UNS, 12 September 2024

Senin, 09 September 2024

CERITA SI KECIL ICHA


CERITA SI KECIL ICHA

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Tadi malam tiba-tiba si kecil Icha bertanya ke papinya, "Papi dulu waktu masih kecil ikut les gak?" Saya pun langsung menjawab, "Dulu papi gak ikut les. Papi gak pernah ikut les. Papi belajar sendiri di rumah. Dulu teman-teman papi ikut belajar membaca Al-Qur'an di TPA, tapi papi gak ikut TPA. Papi belajar membaca Al-Qur'an sendiri di rumah. Lha emang kenapa kok adek tanya begitu?" Lalu dia menjawab, "Teman-teman adek ikut les".

Maminya yang mendengar obrolan kami ikut menyambung, "Kalau adek rajin belajar setiap hari tidak perlu ikut les. Adek sudah bisa membaca buku dan membaca Al-Qur'an, untuk apa ikut les". Istri menambahkan bahwa katanya beberapa teman Icha di SD ikut les karena masih belum bisa membaca buku maupun membaca IQRA'.

Dari obrolan singkat ini, kami ingin membangun kepercayaan diri pada Icha bahwa ia tidak perlu ikut-ikutan sepertinya teman-temannya yang ikut les membaca karena dia sudah bisa membaca. Selama mau rajin belajar setiap hari bersama papi dan mami di rumah, Icha tidak perlu ikut les. Kami menyadari bahwa dunia anak kecil adalah dunia mengimitasi. Maka wajar jika Icha merasa berbeda dengan teman-temannya yang pada ikut les. Mungkin dia ingin meniru (ikut-ikutan) seperti teman-temannya ikut les. Untuk itulah kami menjelaskan mengapa dia tidak perlu ikut les karena dia sudah bisa membaca, berbeda dengan teman-temannya yang ikut les karena belum bisa membaca.

Setelah kami jelaskan alasannya mengapa Icha tidak perlu ikut les, dia bisa mengerti. Dia tetap semangat belajar setiap hari. Untuk aktivitas membaca Al-Qur'an, kami sudah tidak lagi mendampinginya karena dia sudah jalan sendiri. Dia semangat ingin segera khatam membaca Al-Qur'an 30 Juz. Makanya setiap bakda sholat Maghrib dia rajin membaca Al-Qur'an beberapa halaman sekaligus.

MEMBACA IQRA' DAN AL-QUR'AN

 

MEMBACA IQRA' DAN AL-QUR'AN

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Waktu akhirussanah sekolah TK, Icha merupakan salah satu siswa dari tiga siswa yang mendapat syahadah lulus baca buku IQRA' jilid 6 atau telah mampu membaca Al-Qur'an. Sedangkan teman-temannya yang lain belum selesai buku IQRA' jilid 6. Sejak lulus IQRA' jilid 6 atau sudah bisa membaca Al-Qur'an, Icha setiap hari rutin membaca Al-Qur'an setiap bakda sholat Maghrib. Saat ini dia telah membaca Al-Qur'an sampai Juz 22.

Ketika melanjutkan sekolah ke jenjang SD, ada kebijakan sekolah semua siswa kemampuan membaca tulisan arab di nol-kan. Artinya, baik siswa yang belum lulus IQRA' maupun yang sudah mampu membaca Al-Qur'an akan mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur'an dimulai dari buku IQRA' jilid 1.

Akhirnya kenyataan selama proses pembelajaran di SD selama satu bulan lebih ini, Icha mengikuti pembelajaran membaca buku IQRA' jilid 1. Setiap hari kami mendampingi dia kembali membaca buku IQRA' jilid 1. Besok Senin dia dan satu teman sekelasnya dijadwalkan akan menjalani ujian membaca buku IQRA' jilid 1. Semoga besok Senin ujian Icha lancar dan lulus IQRA' jilid 1.
Karena sekolah menyediakan buku monitoring membaca buku IQRA' setiap hari yang harus diisi orang tua, maka kami pun rutin mendampingi dan menyimak Icha membaca buku IQRA' jilid 1. Ketika saya tanya sulit tidak membaca buku IQRA' jilid 1? Dia menjawab, "Gampang". Mendengar jawaban spontan dia, saya tersenyum. Ya jelas dia tidak kesulitan membaca buku IQRA' jilid 1 karena dia sebenarnya sudah melewati jilid 1 dua tahun yang lalu saat masih TK A.

Saya kurang tahu persis apa dasar pertimbangan sekolah meng-nol-kan tingkat kemampuan membaca Al-Qur'an siswa. Katanya mengapa diawali dari IQRA' jilid 1 untuk menstandarkan tingkat kemampuan bacaan siswa, yaitu untuk membetulkan bacaan makhraj huruf siswa yang masih salah. Saya masih bingung dengan argumen tersebut, khususnya berkaitan dengan pembelajaran diferensiasi yang menjadi ruh kurikulum merdeka.

Saya masih bingung antara tujuan "membetulkan bacaan makhraj huruf siswa" dengan program "menyamaratakan siswa membaca buku IQRA' jilid 1". Tujuan membetulkan bacaan siswa seharusnya bisa dilakukan dengan tes membaca, nanti akan dapat diketahui huruf-huruf mana yang pengucapan siswa belum tepat, bukan dipukul rata semua siswa dianggap belum bisa membaca tulisan arab.

Kebijakan menyamaratakan kemampuan anak dalam membaca huruf Arab dengan memulai mempelajari buku IQRA' jilid 1 menunjukkan sekolah melanggar prinsip pembelajaran diferensiasi, dimana sekolah seharusnya dapat memfasilitasi siswa belajar menyesuaikan kemampuan anak, bukan sebaliknya justru menurunkan kemampuan anak sampai dianggap nol. Program standarisasi kemampuan baca huruf Arab ini seolah-olah menunjukkan sekolah tidak mengakui hasil belajar siswa waktu sekolah TK. Apakah ini bentuk kesombongan institusi pendidikan?

Di rumah setiap hari Icha rutin (belajar) membaca buku IQRA' Jilid 1-nya, tetapi setiap bakda sholat Maghrib dia tetap rutin melanjutkan membaca Al-Qur'an hingga saat ini sudah memasuki Juz 22. Jadi setiap hari Icha harus memerankan peran ganda, yaitu berpura-pura menjadi siswa yang baru bisa membaca buku IQRA' jilid 1 dan sekaligus memerankan diri sebagai siswa yang sudah hampir mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an. Sebuah kejadian yang aneh dan lucu tapi nyata terjadi di keluarga kami.
Gumpang Baru, 1 September 2024

Postingan Populer