Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Agustus 2025

MORAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER


MORAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.

 

 


Berbicara tentang karakter, maka pasti juga membicarakan tentang moral. Moral dan karakter merupakan dua istilah yang sangat berkaitan. Istilah Moral berasal dari bahasa Latin, yakni mores kata jamak dari mos yang sepadan dengan kata adat kebiasaan. Ketika berbicara tentang kata moral, maka ada beberapa kata atau istilah lain yang memiliki makna yang hampir sama, yaitu nilai, norma, etika, kesusilaan, budi pekerti, akhlak, dan adat istiadat. Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang patut dan wajar (Hudi, 2017).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral dapat diartikan sebagai : (1) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; (2) akhlak; (3) budi pekerti; dan (4) susila (KBBI Online, 2022). Menurut kamus Cambridge (dictionary.cambridge.org, 2022), “Moral is relating to the standars of good or badd behavior, fairness, etc. that each person believes in, rather than to laws”. Moral adalah berkaitan dengan standar perilaku baik atau buruk, keadilan, dan lain-lain., yang diyakini setiap orang, bukan hukum. Sedangkan menurut kamus Merriam-webster (www.merriam-webster.com, 2022), “Moral is relating to principles of right and wrong in behavior”. Moral berkaitan dengan prinsip benar dan salah dalam berperilaku.

Beberapa ahli telah berusaha membuat definisi tentang moral. Walaupun berbeda-beda definisi, secara umum terdapat persamaan dalam inti maknanya. W.J.S. Poerdarminta mengatakan bahwa ajaran moral dari perbuatan baik dan buruk dan perilaku. Hurlock mendefinisikan moral sebagai perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok social. Moral sendiri berarti tata cara, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Menurut Sonny Keraf, moral dapat digunakan untuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat (member of society) atau sebagai manusia yang memiliki posisi tertentu atau pekerjaan tertentu. Menurut Chaplin (2006), moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan social, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Dewey menyatakan bahwa masalah moral berkaitan dengan nilai-nilai moral. A. Mustafa mengungkapkan moral sebagai penentuan dasar perilaku mana yang baik dan yang buruk melalui pengamatan pada perbuatan manusia sejauh akal pikiran mereka. Sedangkan Shaffer menyatakan bahwa moral merupakan kaidah norma yang dapat mengatur perilaku suatu individu dalam menjalankan hubungan dan kerjasama di lingkungan masyarakat berdasarkan aturan yang berlaku (Makplus, 2018). Ananda (2017) mendefiniskan moral atau moralitas sebagai suatu tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. Menurut Suseno dalam (Ananda, 2017), moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral dan manusiawi. Sementara itu, Ouska dan Whellan dalam (Ananda, 2017) mendefiniskan moral sebagai prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang.

Berdasarkan beberapa definisi moral menurut para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa moral adalah aturan, prinsip ataupun ukuran yang berkaitan dengan perilaku baik atau buruk yang diyakini kebenarannya oleh setiap individu dalam suatu masyarakat. Moral seseorang dalam kehidupan sehari-hari terimplementasikan dalam wujud sikap dan perilakunya. Seseorang dikatakan bermoral baik atau tidak dapat dilihat dari bagaimana perilakunya sehari-hari, apakah perilakunya mengarah tindakan yang baik atau buruk.

Walaupun moral itu berada dalam diri individu, kita harus menyadari bahwa moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan, norma atau pun hukum. Istilah moral dan moralitas terkadang dianggap sama, padahal sebenarnya ada perbedaan sedikit antara kedua istilah tersebut. Moral adalah prinsip baik-buruk, sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Atas dasar pengertian ini, maka hakikat dan moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan (Ananda, 2017).

            Lickona, (2012) membagi nilai-nilai moral yang menjadi tuntutan menjadi dua kategori, yaitu universal dan nonuniversal. Nilai-nilai moral universal seperti memperlakukan orang lain dengan baik, menghormati pilihan hidup, kemerdekaan, dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang di mana pun mereka berada karena menjunjung tinggi dasar-dasar nilai kemanusiaan dan penghargaan diri. Nilai-nilai moral yang bersifat universal ddasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku universal. Nilai-nilai kemanusiaan ini tidak berasal dari suku bangsa dan agama tertentu, bahkan nilai-nilai ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagai misal, kejujuran itu nilai moral yang mulia yang berlaku di negara atau wilayah manapun dan sampai kapan pun. Kemerdekaan adalah nilai moral kemanusiaan yang berlaku untuk siapa pun dan di mana pun ia berada atau domisili karena setiap orang memiliki hak asasi untuk hidup secara merdeka. Oleh karena itu, kemerdekaan itu dilindungi oleh undang-undang.

Sebaliknya, nilai-nilai moral nonuniversal tidak membawa tuntutan moral yang bersifat universal. Contoh nilai-nilai moral nonuniversal adalah nilai-nilai kewajiban yang berlaku pada agama-agama tertentu (ketaatan, berpuasa, dan memperingati hari besar keagamaan) ataupun pada adat istiadat dan budaya suku bangsa tertentu yang secara individu menjadi sebuah tuntutan yang cukup penting, namun hal itu belum tentu dirasakan oleh individu lain (Lickona, 2012). Berpuasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban dan mendapatkan pahala bagi umat Islam, tapi tidak berlaku bagi umat agama lain. Hormat pada bendera merah putih ketika upaca pengibaran bendera merah putih merupakan kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia, tetapi hal ini bukan kewajiban bagi warga negara asing yang tinggal di Indonesia karena warga negara asing memiliki bendera kebangsaan sendiri.

Nilai-nilai moral harus dikembangkan dalam diri anak (peserta didik) melalui program pendidikan moral atau pendidikan karakter. Program pengembangan moral lebih baik dilakukan sejak anak usia dini karena pada usia dini tersebut otak anak memiliki daya serap yang sangat besar dan kemampuan meniru (imitasi) yang sangat hebat. Dengan melalui pemberian pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang baik dan dilakukan usaha pembiasaan, maka anak diharapkan akan mampu memiliki moral yang baik dan menjadi bagian dari kepribadiannya. Nilai moral yang telah menjelma menjadi kepribadian anak akan terimplementasikan dalam perilaku sehari-harinya.

Tujuan pengembangan nilai-nilai moral/pembentukan perilaku adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai moral sehingga dapat hidup sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat. Pembentukan perilaku ini berfungsi untuk mencapai beberapa hal: (1). Menanamkan pembiasaan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai agama dan moral sehingga anak dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat; (2). Membantu anak agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri; (3). Menanamkan budi pekerti yang baik; (4). Melatih anak untuk dapat membedakan sikap dan perilaku yang baik dan yang tidak baik sehingga dengan sadar berusaha menghindarkan diri dari perbuatan tercela; (5). Sebagai wahana untuk terciptanya situasi belajar anak yang berlangsung tertib, aktif, dan penuh perhatian; (6). Melatih anak didik untuk mencintai lingkungan yang bersih dan sehat; dan (7). Menanamkan kebiasaan disiplin dalam kehidupan sehari-hari (Ananda, 2017).

Pendidikan moral sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Pengembangan moral merupakan bagia dari pendidikan karakter. Menurut Lickona (2012), “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior.” Karakter yang mulia menurutnya bermula dengan pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar melaksanakan kebaikan. Menurut Kilpatrick dalam (Hudi, 2017), pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan melalui proses pengetahuan (knowing) kepada tindakan kebiasaan (habits). Hal ini bermakna, pengetahuan yang diperoleh diaplikasikan dalam bentuk tindakan melalui latihan dan pendidikan yang berterusan untuk membedakan mana-mana pengaruh yang baik dan keburukan. Untuk tujuan ini, seorang siswa hendaklah dididik secara sadar akan pengetahuan moral (moral knowing), menghargai nilai-nilai yang baik (moral feeling) dan melakukan kebiasaan moral yang baik (moral habits).

Menurut Hudi (2017), pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral knowing tidaklah cukup, sebab sebatas hanya tahu atau memahami nilai-nilai atau moral tanpa melaksanakannya, hanya menghasilkan orang cerdas, tetapi tidak bermoral. Sangat  penting proses pendidikan dilanjutkan sampai pada moral feeling. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal aspek emosi yang harus dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia bermoral atau berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri), dan humility (kerendahan hati). Namun, pendidikan moral atau karakter hanya sampai pada moral feeling saja juga tidaklah cukup, sebab sebatas ingin atau mau, tanpa disertai perbuatan nyata hanya akan menghasilkan manusia munafik.

Keterkaitan erat antara pemahaman moral atau nilai moral seseorang dengan perbuatan atau tindakan yang akan dilakukan tidaklah diragukan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abowitz dalam (Hudi, 2017)) menyimpulkan: ”Moral perseption is typically defined as which helps us determine whart factors in a situation are morally siginificant, and how we can for,ulate action from what we see. Perception helps us to understand the morally relevant values in a situation”. Penelitian Abowitz ini menegaskan  bahwa persepsi moral seseorang akan membantu dalam menentukan faktor-faktor moral mana yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil secara tepat sesuai dengan hatinya. Di samping itu, persepsi moral seseorang membantu pemahaman nilai-nilai moralitas hidup yang relevan saat ini.[]

 

 

___________________________________ 

*) Dr.Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q), dan Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), serta 120-an judul buku lainnya. 

Selasa, 05 Agustus 2025

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

 


URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER KINERJA DAN KARAKTER MORAL

Oleh:
Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.

 

 

 

Menurut Thomas Lickona, (2012), “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior.” Karakter yang mulia menurutnya bermula dengan pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar melaksanakan kebaikan. Menurut Kilpatrick dalam (Hudi, 2017), pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan melalui proses pengetahuan (knowing) kepada tindakan kebiasaan (habits). Hal ini bermakna, pengetahuan yang diperoleh diaplikasikan dalam bentuk tindakan melalui latihan dan pendidikan yang berterusan untuk membedakan mana-mana pengaruh yang baik dan keburukan. Untuk tujuan ini, seorang pelajar (siswa, mahasiswa) hendaklah dididik secara sadar akan pengetahuan moral (moral knowing), menghargai nilai-nilai yang baik (moral feeling) dan melakukan kebiasaan moral yang baik (moral habits).

 

Lickona (2012) mengatakan ada 7 (tujuh) alasan utama yang menjadi dasar mengapa Pendidikan Karakter wajib untuk diberikan kepada seluruh peserta didik sejak dari tahap dini, yaitu: 1). Ini cara terbaik untuk menjamin peserta didik bisa memiliki kepribadian yang baik dalam hidupnya, 2). Ini cara yang paling efektif dalam meningkatkan prestasi akademik peserta didik, 3). Sebagian peserta didik belum bisa membentuk karakter yang baik bagi dirinya di tempat lain, 4). Sebagai sarana untuk membentuk peserta didik agar menjadi insan yang dapat menghormati orang lain dan hidup dalam kemajemukan. 5). Sebagai upaya untuk mengatasi akar masalah moral-sosial seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja yang rendah, dll., 6). Ini cara terbaik untuk membentuk perilaku peserta didik sebelum mereka memasuki lingkungan kerja, 7). Sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang menjadi bagian dari sebuah peradaban.

 

Pendidikan karakter sangat penting diajarkan ke mahasiswa. Walaupun umumnya orang berpandangan bahwa mahasiswa sudah dewasa sehingga mereka pastinya sudah memahami pendidikan karakter, tetapi faktanya masih dijumpai adanya mahasiswa yang kurang memiliki karakter baik. Penulis masih menjumpai di lapangan bagaimana beberapa mahasiswa kurang peduli terhadap lingkungannya dan kurang memiliki empati terhadap orang lain. Mereka cenderung bersikap individualistik dimana mereka hanya fokus pada kepentingan dirinya sendiri dan kurang mempedulikan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa memiliki karakter yang baik. Karakter baik seperti rasa empati, kepedulian sosial, kemandirian, dan sikap religius harus tetap diajarkan dan dilatihkan kepada mahasiswa dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas agar karakter-karakter yang baik tersebut menjadi habit (kebiasaan) mereka.

 

Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan, khususnya pendidik (guru, dosen). Di tingkat pendidikan tinggi, dosen memiliki kewajiban selain mengajarkan materi perkuliahan juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada para mahasiswa. Untuk mengajarkan materi pendidikan karakter tidak perlu terpisah dalam mata kuliah khusus pendidikan karakter, tetapi dapat diajarkan secara terpadu dalam penyampaian materi perkuliahan. Dosen dapat mengintegrasikan materi perkuliahannya dengan materi pendidikan karakter sehingga penyampaian materi perkuliahan secara terpadu juga menyampaikan materi pendidikan karakter.

 

Ketika mengajar mata kuliah, penulis berusaha memasukkan nilai-nilai karakter yang baik pada penyampaian materi perkuliahan. Di mulai dari awal perkuliahan, penulis mengawali dengan mengajak mahasiswa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, penulis selaku dosen yang memimpin doa bersama (doa dalam hati masing-masing sesuai agama dan keyakinannya karena mahasiswa bisa beragam agamanya). Tetapi pada pertemuan kedua dan seterusnya, penulis meminta salah satu perwakilan mahasiswa untuk memimpin doa bersama. Mungkin apa yang penulis lakukan tersebut dinilai tidak terlalu penting. Mungkin ada yang berpendapat, buat apa mengajak mahasiswa berdoa bersama karena pastinya mereka sudah berdoa sendiri-sendiri tanpa dipimpin.

 

Menurut penulis, kegiatan berdoa bersama setiap kali memulai perkuliahan adalah kegiatan yang tidak sia-sia. Dalam kegiatan doa bersama tersebut, penulis ingin mengajak dan mengingatkan agar para mahasiswa kembali mengingat Tuhan (walau sesaat) setelah sekian waktu beraktivitas memikirkan duniawi dan juga memohon kepada Tuhan agar ilmu yang akan mereka pelajari nantinya membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi kehdupan mereka terkhusus kesuksesan karier mereka nanti. Kegiatan doa bersama di setiap awal perkuliahan penulis desain untuk membangkitkan jiwa spiritualisme mahasiswa agar walau sesaat hati dan jiwa mereka tersirami oleh nilai-nilai kesucian yang bersifat transenden.

 

Kegiatan mengawali perkuliahan dengan doa bersama sudah beberapa tahun penulis lakukan ketika mengajar dan penulis merasakan (subjektivitas penulis) bahwa setelah adanya kegiatan doa bersama, penulis merasakan suasana kelas yang lebih religius dan damai dibandingkan suasana kelas sebelum penulis mengadakan kegiatan doa bersama. Penulis mengamati terkadang masih ada satu dua mahasiswa yang terkesan meremehkan kegiata doa bersama yang terlihat dari ketika berdoa mereka tidak serius (khusuk). Melihat kondisi tersebut, ketika di dalam proses pembelajaran, penulis menyisipkan nasihat tentang pentingnya berdoa secara khusuk kepada Tuhan karena manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Manusia membutuhkan bantuan Tuhan dalam menjalani kehidupan agar ditunjukkan jalan kebaikan dan dimudahkan dalam segala urusan. Melalui pemberian nasihat-nasihat seperti itu, mahasiswa menjadi lebih sadar tentang pentingnya berdoa secara serius dan khusyuk.

 

Setelah di awal perkuliahan memasukkan aktivitas berdoa bersama, di dalam proses penyampaian materi kuliah penulis juga menyisipkan materi pendidikan karakter, misalnya penyisipan motivasi berprestasi, manajemen diri, dan semangat berusaha (memperjuangkan cita-cita) melalui pembacaan biografi tokoh-tokoh ilmuwan dunia. Sebagai contoh, ketika menyampaikan materi kuliah kimia koordinasi, penulis mengawali dengan menyampaikan sejarah perkembangan kimia koordinasi. Nah, saat membahas materi sejarah perkembangan kimia koordinasi topik Teori Koordinasi Werner, penulis menyisipkan pembahasan tentang biografi Alfred Werner, ilmuwan kimia peraih hadiah nobel bidang kimia koordinasi tahun 1913. Melalui pembahasan biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa mengetahui bagaimana Alfred Werner bekerja keras meneliti senyawa-senyawa koordinasi selama kurang lebih 20 tahun sehingga akhirnya menjadi pakar kimia koordinasi dengan merumuskan teori koordinasi dan dunia menghargainya dengan memberikan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1913.

 

Dari mempelajari biografi Alfred Werner tersebut, mahasiswa dapat belajar tentang pentingnya belajar secara tekun, fokus, menemukan bakat minat sejak dini, tidak mudah menyerah, dan akhirnya meraih kesuksesan. Mahasiswa dapat menyadari dari kisah-kisah kesuksesan para tokoh dunia bahwa kesuksesan harus diperjuangkan, kesuksesan tidak ada yang instan tetapi melalui usaha dan perjuangan tanpa mengenal lelah. Dari metode pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran inilah mahasiswa belajar tentang Performance Character, sedangkan melalui kegiatan doa bersama dan menghayatinya serta mengimplementasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, mahasiswa belajar tentang Moral Character. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Thomas Lickona (2012) bahwa karakter dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu Karakter Moral (Moral Character) dan Karakter Kinerja (Performance Character).

 

Lebih lanjut, Djohan Yoga (2022) menjelaskan tentang perbedaan antara Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Karakter Moral (Moral Character) merupakan karakter yang berguna untuk menjalin hubungan dengan orang lain seperti : jujur, rasa hormat, menerima perbedaan, dll. Karakter Moral dapat mendorong seseorang untuk berperilaku yang positif dan menjadi warganegara yang bertanggungjawab. Dengan Karakter Moral, sesorang akan dapat menghargai pendapat orang lain serta tidak melanggar nilai moral dalam meraih prestasi. Adapun Karakter Kinerja (Performance Character) merupakan karakter yang berguna untuk meraih prestasi seperti: kerja keras, disiplin, pantang menyerah, kreatif, dll. Karakter Kinerja mendorong seseorang untuk mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya untuk menguasai sesuatu (ilmu, ketrampilan). Dengan Karakter Kinerja seseorang akan dapat memaksimalkan prestasi sebab bisa melahirkan kekuatan dan strategi yang menantang diri sendiri untuk meraih yang terbaik dengan talenta yang dimilikinya.

 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pelu dibekali dengan Karakter Moral dan Karakter Kinerja. Mengapa mahasiswa perlu dibekali dengan pendidikan karakter moral dan karakter kinerja sekaligus? Menanggapi pertanyaan ini, penulis mengutip penjelasan Djohan Yoga (2022) dalam Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner yang memberikan penjelasan secara sangat memuaskan terkait pentingnya Karakter Kinerja dan Karakter Moral sebagai berikut.

1. Seseorang bisa memiliki Karakter Kinerja saja tanpa Karakter Moral dan sebaliknya bisa hanya memiliki Karakter Moral tapi tidak untuk Karakter Kinerja. Kita banyak mendengar bahwa ada banyak peraih prestasi yang mencapaikan dengan berlatih keras, disiplin, pantang menyerah dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Kinerja. Namun mereka kurang dalam aspek kejujuran, kebaikan, dan aspek lainnya yang terkait dengan Karakter Moral. Sebaliknya ada orang yang kuat dalam Kebajikan Moral tapi kurang dalam Kebajikan Kinerja seperti kerja keras, kegigigihan dan berinisiatif.

2. Seseorang yang berkarakter harus memiliki baik Karakter Kinerja maupun Karakter Moral. Keduanya mendatangkan kewajiban. Karakter Kinerja seperti juga Karakter Moral memiliki dimensi etika. Kita semua memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan talenta, merealisasikan potensi untuk keunggulan dan memberikan usaha terbaik dalam melaksanakan tugas-tugas kita. Kita memiliki kewajiban dengan 2 alasan : a). Rasa hormat kepada diri-sendiri dengan cara tidak mengabaikan talenta kita tapi menggunakan mereka untuk berkembang sebagai pribadi yang terbaik. b. Peduli dengan kebutuhan orang lain dengan cara mengerjakan seluruh tugas dengan sebaik-baiknya sebab kualitas kerja kita akan berpengaruh pada kehidupan orang lain. Dalam cara yang sama, kita semua juga memiliki tanggungjawab untuk menjadi yang pribadi yang terbaik secara etika sebab hal ini juga akan berpengaruh pada kehidupan yang ada di sekitar kita

3. Perlu diingat bahwa dalam kebajikan moral (moral virtues) yang pada hakikatnya baik, kebajikan kinerja (performance virtues) dapat juga digunakan untuk sesuatu yang buruk. Para teroris mungkin telah menggunakan kebajikan kinerjanya seperti kecerdikan dan tanggungjawab dalam melakukan pengeboman kepada orang yang tidak berdosa. Sebaliknya, kebajikan moral seperti keadilan, kejujuran dan kepedulian yang pada hakekatnya baik tidak dapat dipaksa untuk melakukan tugas-tugas yang jahat.

4. Karakter Kinerja dan Karakter Moral saling mendukung satu dengan yang lain secara terpadu dan saling terkait. Keterpaduan Karakter Kinerja dan Karakter Moral bisa ditunjukkan dalam 2 cara: a). Orang yang kuat dalam Karakter Kinerja bisa membantu mereka dalam mencapai tujuan moralnya. b. Karakter Moral bisa memberikan energi yang bisa memotivasi mereka untuk menggerakkan kinerja yang tinggi dan memastikan bahwa mereka melakukannya secara beretika.

5. Pendidikan Karakter memiliki tiga dimensi psikologis yaitu: kognitif (the head), emosi (the heart) dan perilaku (the hand). Hal yang sama juga berlaku untuk Karakter Kinerja dan Karakter Moral yang bisa dipandang memiliki tiga komponen psikologis juga yaitu: kesadaran (awareness), sikap (attitude) dan aksi (action) yang dikenal dengan istilah 3A’s of Performance Character and Moral Character. []

 

Referensi

Hudi, I. (2017). Pengaruh Pengetahuan Moral Terhadap Perilaku Moral pada Siswa SMP Negeri Kota Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan Orang Tua. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 30–44.

 

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk membentuk karakter: Bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan bertanggungjawab. Bumi Aksara.

 

Yoga, D. (2022). Workbook Training of Trainer Character Education Practitioner. Indomindmap.

 

 

 

Gumpang Baru, 05 Agustus 2025

 

 

_________________________________

*) Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, pengembang model pembelajaran Chemistry, Technology and Society Berorientasi Pendidikan Qur’ani (CTS-Q), peraih juara 1 Nasional lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA di Kementerian Agama RI, Penulis Buku Nonfiksi tersertifikasi BNSP yang telah menulis 125 judul buku (mandiri dan book chapter) dan memiliki 48 sertifikat hak cipta dari Kemenkumham RI. Beliau dapat dihubungi melalui email: anc_saputro@yahoo.co.id, dan website: https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Selasa, 29 Juli 2025

MENAKAR POSISI DIRI DALAM WORLD SCIENTISTS RANKING AD SCIENTIFIC INDEX 2025

 


MENAKAR POSISI DIRI DALAM WORLD SCIENTISTS RANKING AD SCIENTIFIC INDEX 2025

Oleh:

Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc.*)



Alhamdulillah di pertengahan tahun 2025 ini kembali dapat mencatatkan pencapaian prestasi diri sebagai seorang akademisi. Masuknya profil seorang akademisi dalam daftar perangkingan ilmuwan dunia (World Scientists Ranking) yang di release oleh lembaga pengindeks internasional merupakan sebuah kebanggaan dan  kebahagiaan yang pantas untuk disyukuri. 

Dalam daftar World Scientists Ranking yang direlease oleh lembaga pengindeks internasional AD Scientific Index 2025, Alhamdulillah penulis bisa mencatatkan pencapaian diri sebagai berikut. 

1. Berdasarkan skor H-Indeks, menduduki posisi rangking ke-6 (0,57%) di tingkat Universitas Sebelas Maret, rangking ke-303 (0,22%) di tingkat Nasional, rangking ke-31.082 (3,79%) di tingkat Asia, dan rangking ke-181.312 (6,90%) di tingkat dunia. 

2. Di bidang ilmu Natural Sciences menduduki posisi rangking ke-1 (2,70%) di tingkat Universitas Sebelas Maret, rangking ke 44 (0,78%) di tingkat Nasional, rangking ke- 7.311 (8,68%) di tingkat Asia, dan rangking ke- 43.458 (14,03%) di tingkat dunia.

3. Di bidang ilmu Chemical Sciences menduduki posisi rangking ke-1 (7,14%) di tingkat Universitas Sebelas Maret, rangking ke-10 (0,68%) di tingkat Nasional, rangking ke- 2.431 (11,03%) di tingkat Asia, dan rangking ke- 8.946 (13,90%) di tingkat dunia. 

4. Di bidang Natural Sciences dan Chemical Sciences di tingkat Universitas Sebelas Maret menduduki posisi rangking pertama (gold medal). 

Semoga pencapaian akademik penulis dalam perangkingan kinerja ilmuwan di tingkat internasional ini berdampak positif bagi kemajuan institusi tempat penulis mengabdi (Universitas Sebelas Maret) dan almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. Amin. []


_______________________________________

*) Dr. Agung Nugroho Catur Saputro, M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret, Doktor alumni Program Studi Doktor Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pengembang model pembelajaran CTS-Q. 

Kamis, 20 Maret 2025

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI: MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 



MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI:
MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari raya Idul Fitri merupakan momen membahagiakan bagi setiap orang Islam yang telah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Datangnya hari raya Idul Fitri di tangggal 1 syawal menjadi penanda bahwa mereka telah selesai menunaikan kewajibannya selama sebulan penuh dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan bersama bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan hati bahagia dan penuh riang gembira. Jangan sampai ada di antara umat Islam yang saat hari Raya Idul Fitri menampakan muka murung dan sedih.

Pada saat hari raya Idul Fitri, di pagi hari semua umat Islam berbondong-bondong pergi menuju tanah lapang atau masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak, baik orang kaya maupun orang miskin, dan bahkan para perempuan yang sedang berhalangan sholat (datang bulan) pun juga dianjurkan untuk ikut datang ke tempat diselenggarakannya sholat Idul Fitri, walaupun mereka tidak ikut sholat. Hal itu disunnahkan agar semua umat Islam merasakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama menyambut datangnya hari raya Idul Fitri.

Di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi atau budaya kearifan lokal yaitu selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, umat Islam saling mengunjungi satu sama lain, mengunjungi dari satu rumah ke rumah lain untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan satu sama lain atas kesalahan dan kekhilafaan yang mungkin pernah dilakukan, baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Tradisi ini bisanya dinamakan “Halal bi Halal”. Tradisi Halal bi Halal ini memang tidak selalu ada di setiap daerah, dan mungkin bentuk kegiatannya bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.

Saat acara Halal bi Halal tersebut, tuan rumah yang dikunjungi para tetangga dan kerabatnya biasanya akan menyiapkan aneka hidangan makanan yang lezat untuk menjamu para tamu yang hadir. Semua itu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa keterpaksaan dan penuh suka cita atau kegembiraan karena mengharapkan keberkahan hari raya Idul Fitri. Para tamu dengan suka cita akan menyantap hidangan makanan yang disajikan oleh tuan rumah dan tuan rumah pun akan merasa bahagia ketika melihat para tamunya menyantap hidangan makanan yang dimasak dan disiapkannya dengan penuh kegembiraan.

Di hari raya Idul Fitri, bagi anak-anak, untuk menambah kegembiraan mereka menyambut hari raya Idul Fitri, selain mendapatkan baju baru (baju lebaran), umumnya para orang tua juga membagi-bagikan uang fitrah (sebutan lain untuk istilah THR sekarang) untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat  senang dan semakin gembira saat menerima uang fitrah. Intinya, hari raya Idul Fitri atau hari raya Lebaran adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan bersama umat Islam.  

Hari raya Idul Fitri memiliki makna tersendiri. Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Kata “Fitri” ada yang mengartikan fitrah atau suci. Idul Fitri artinya kembali suci. Jadi umat Islam yang selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, seluruh dosa-dosanya telah diampuni Allah Swt sehingga dirinya kembali suci bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Idul Fitri ada juga yang mengartikan kembali makan. Jadi hari raya Idul  Fitri adalah hari raya untuk makan-makan setelah selama sebulan penuh berpuasa Ramadan. Terlepas dari perbedaan pemaknaan arti Idul Fitri tersebut, Idul Fitri tetaplah hari raya bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan suka cita dan penuh kegembiraan.

Hari raya Idul Fitri memiliki nama lain yaitu hari raya Lebaran. Istilah “Lebaran” ini memiliki makna filosofis yang tinggi. Lebaran berasal dari kata “lebar” yang artinya pada hari raya Idul Fitri atau lebaran, umat Islam saling memaafkan dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Pada saat merayakan hari raya Idul Fitri atau lebaran inilah, banyak di daerah-daerah di Indonesia yang mengadakan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan dengan saling berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan saudara.

Di Indonesia, setiap kali hari raya Idul Fitri, ada tradisi saling meminta maaf  yang disebut “Halal bi Halal”. Halal bi halal memang tradisi yang ada di Indonesia, di negara asal agama Islam yaitu Arab Saudi tidak ada tradisi acara Halal bi Halal ini. Halal bi Halal merupakan bentuk tradisi kearifan lokal yang dirumuskan oleh para ulama nusantara zaman dulu. Walaupun merupakan budaya lokal di Indonesia, tradisi Halal bi Halal merupakan acara keagamaan yang banyak nilai positifnya. Karena adanya acara Halal bi Halal inilah, keluarga yang saling berjauhan dapat berkumpul kembali dan saling menjalin silaturahmi.

Momen Halal bi Halal ini dapat menjadi sarana penting untuk menyambung tali silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin hidup dan tinggal di luar kota yang belum tentu setiap waktu dapat berkumpul. Justru karena ada tradisi Halal bi Halal inilah dapat terjalin tali silaturahmi antar keluarga, antar tetangga, antar teman, antar kolega kerja, dan lain sebagainya. Pada acara Halal bi Halal inilah ada acara pembacaan ikrar Halal bi Halal yang berisi permintaan maaf dari anggota muda kepada anggota yang lebih tua dan sebaliknya. Jadi di akhir acara Halal bi Halal, semua anggota keluarga saling memaafkan dan semakin mempererat tali silaturahmi.

Peringatan hari raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal. Bulan Syawal memiliki arti bulan peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa ketika memasuki bulan Syawal, umat Islam yang telah menjalani proses penggemblengan diri selama sebulan penuh di bulan Ramadan diharapkan dapat mengalami peningkatan kualitas dirinya, baik kualitas keimanan, kualitas ketakwaan, kualitas ibadahnya, maupun kualitas etos kerjanya. Peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal dapat dimaknai bahwa umat Islam seyogyanya mengalami peningkatan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

        Puasa Ramadan selama sebulan penuh seharusnya telah membakar (sesuai arti Ramadan yaitu panas yang membakar) seluruh dosa-dosa dan membakar sifat-sifat kebinatangan setiap umat Islam, sehingga ketika memasuki bulan Syawal atau bulan peningkatan, maka umat Islam menjadi pribadi-pribadi yang baru yang memiliki semangat baru dan tingkat ketakwaan yang baru sebagaimana tujuan diperintahkannya puasa Ramadan untuk menjadikan orang yang bertakwa.

      Hari raya Idul Fitri bukanlah akhir dari proses penggeblengan diri menjadi pribadi yang bertakwa dan berkualitas tinggi, melainkan justru menjadi titik start untuk memulai memperbaiki kualitas diri dalam segala hal. Bulan Syawal seyogyanya menjadi bulan momentum untuk kembali memasang target-target kehidupan atau resolusi hidup untuk dua belas bulan yang aka datang.

      Mari kita jadikan peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal tahun ini sebagai momentum untuk meng-update dan meng-upgrade diri kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas tinggi dan pastinya juga menjadi pribadi-pribadi yang muttaqin karena itulah tujuan kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadahan selama satu bulan penuh. Semoga Allah Swt meridlai niat hati kita dan memudahkan langkah-langkah kaki kita untuk bertransformasi menjadi pribadi yang berkualitas tinggi dan mampu menggapai derajat muttaqin. Amin. []

           

Gumpang Baru, 16 Maret 2025

Postingan Populer