Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Maret 2025

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI: MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 



MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI:
MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari raya Idul Fitri merupakan momen membahagiakan bagi setiap orang Islam yang telah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Datangnya hari raya Idul Fitri di tangggal 1 syawal menjadi penanda bahwa mereka telah selesai menunaikan kewajibannya selama sebulan penuh dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan bersama bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan hati bahagia dan penuh riang gembira. Jangan sampai ada di antara umat Islam yang saat hari Raya Idul Fitri menampakan muka murung dan sedih.

Pada saat hari raya Idul Fitri, di pagi hari semua umat Islam berbondong-bondong pergi menuju tanah lapang atau masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak, baik orang kaya maupun orang miskin, dan bahkan para perempuan yang sedang berhalangan sholat (datang bulan) pun juga dianjurkan untuk ikut datang ke tempat diselenggarakannya sholat Idul Fitri, walaupun mereka tidak ikut sholat. Hal itu disunnahkan agar semua umat Islam merasakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama menyambut datangnya hari raya Idul Fitri.

Di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi atau budaya kearifan lokal yaitu selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, umat Islam saling mengunjungi satu sama lain, mengunjungi dari satu rumah ke rumah lain untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan satu sama lain atas kesalahan dan kekhilafaan yang mungkin pernah dilakukan, baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Tradisi ini bisanya dinamakan “Halal bi Halal”. Tradisi Halal bi Halal ini memang tidak selalu ada di setiap daerah, dan mungkin bentuk kegiatannya bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.

Saat acara Halal bi Halal tersebut, tuan rumah yang dikunjungi para tetangga dan kerabatnya biasanya akan menyiapkan aneka hidangan makanan yang lezat untuk menjamu para tamu yang hadir. Semua itu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa keterpaksaan dan penuh suka cita atau kegembiraan karena mengharapkan keberkahan hari raya Idul Fitri. Para tamu dengan suka cita akan menyantap hidangan makanan yang disajikan oleh tuan rumah dan tuan rumah pun akan merasa bahagia ketika melihat para tamunya menyantap hidangan makanan yang dimasak dan disiapkannya dengan penuh kegembiraan.

Di hari raya Idul Fitri, bagi anak-anak, untuk menambah kegembiraan mereka menyambut hari raya Idul Fitri, selain mendapatkan baju baru (baju lebaran), umumnya para orang tua juga membagi-bagikan uang fitrah (sebutan lain untuk istilah THR sekarang) untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat  senang dan semakin gembira saat menerima uang fitrah. Intinya, hari raya Idul Fitri atau hari raya Lebaran adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan bersama umat Islam.  

Hari raya Idul Fitri memiliki makna tersendiri. Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Kata “Fitri” ada yang mengartikan fitrah atau suci. Idul Fitri artinya kembali suci. Jadi umat Islam yang selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, seluruh dosa-dosanya telah diampuni Allah Swt sehingga dirinya kembali suci bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Idul Fitri ada juga yang mengartikan kembali makan. Jadi hari raya Idul  Fitri adalah hari raya untuk makan-makan setelah selama sebulan penuh berpuasa Ramadan. Terlepas dari perbedaan pemaknaan arti Idul Fitri tersebut, Idul Fitri tetaplah hari raya bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan suka cita dan penuh kegembiraan.

Hari raya Idul Fitri memiliki nama lain yaitu hari raya Lebaran. Istilah “Lebaran” ini memiliki makna filosofis yang tinggi. Lebaran berasal dari kata “lebar” yang artinya pada hari raya Idul Fitri atau lebaran, umat Islam saling memaafkan dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Pada saat merayakan hari raya Idul Fitri atau lebaran inilah, banyak di daerah-daerah di Indonesia yang mengadakan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan dengan saling berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan saudara.

Di Indonesia, setiap kali hari raya Idul Fitri, ada tradisi saling meminta maaf  yang disebut “Halal bi Halal”. Halal bi halal memang tradisi yang ada di Indonesia, di negara asal agama Islam yaitu Arab Saudi tidak ada tradisi acara Halal bi Halal ini. Halal bi Halal merupakan bentuk tradisi kearifan lokal yang dirumuskan oleh para ulama nusantara zaman dulu. Walaupun merupakan budaya lokal di Indonesia, tradisi Halal bi Halal merupakan acara keagamaan yang banyak nilai positifnya. Karena adanya acara Halal bi Halal inilah, keluarga yang saling berjauhan dapat berkumpul kembali dan saling menjalin silaturahmi.

Momen Halal bi Halal ini dapat menjadi sarana penting untuk menyambung tali silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin hidup dan tinggal di luar kota yang belum tentu setiap waktu dapat berkumpul. Justru karena ada tradisi Halal bi Halal inilah dapat terjalin tali silaturahmi antar keluarga, antar tetangga, antar teman, antar kolega kerja, dan lain sebagainya. Pada acara Halal bi Halal inilah ada acara pembacaan ikrar Halal bi Halal yang berisi permintaan maaf dari anggota muda kepada anggota yang lebih tua dan sebaliknya. Jadi di akhir acara Halal bi Halal, semua anggota keluarga saling memaafkan dan semakin mempererat tali silaturahmi.

Peringatan hari raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal. Bulan Syawal memiliki arti bulan peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa ketika memasuki bulan Syawal, umat Islam yang telah menjalani proses penggemblengan diri selama sebulan penuh di bulan Ramadan diharapkan dapat mengalami peningkatan kualitas dirinya, baik kualitas keimanan, kualitas ketakwaan, kualitas ibadahnya, maupun kualitas etos kerjanya. Peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal dapat dimaknai bahwa umat Islam seyogyanya mengalami peningkatan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

        Puasa Ramadan selama sebulan penuh seharusnya telah membakar (sesuai arti Ramadan yaitu panas yang membakar) seluruh dosa-dosa dan membakar sifat-sifat kebinatangan setiap umat Islam, sehingga ketika memasuki bulan Syawal atau bulan peningkatan, maka umat Islam menjadi pribadi-pribadi yang baru yang memiliki semangat baru dan tingkat ketakwaan yang baru sebagaimana tujuan diperintahkannya puasa Ramadan untuk menjadikan orang yang bertakwa.

      Hari raya Idul Fitri bukanlah akhir dari proses penggeblengan diri menjadi pribadi yang bertakwa dan berkualitas tinggi, melainkan justru menjadi titik start untuk memulai memperbaiki kualitas diri dalam segala hal. Bulan Syawal seyogyanya menjadi bulan momentum untuk kembali memasang target-target kehidupan atau resolusi hidup untuk dua belas bulan yang aka datang.

      Mari kita jadikan peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal tahun ini sebagai momentum untuk meng-update dan meng-upgrade diri kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas tinggi dan pastinya juga menjadi pribadi-pribadi yang muttaqin karena itulah tujuan kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadahan selama satu bulan penuh. Semoga Allah Swt meridlai niat hati kita dan memudahkan langkah-langkah kaki kita untuk bertransformasi menjadi pribadi yang berkualitas tinggi dan mampu menggapai derajat muttaqin. Amin. []

           

Gumpang Baru, 16 Maret 2025

Sabtu, 01 Maret 2025

SPIRIT MENULIS: ANTARA MENJAGA KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS


SPIRIT MENULIS: ANTARA MENJAGA KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Menulis merupakan aktivitas yang banyak manfaatnya, di antaranya adalah menulis berpengaruh positif terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mental (psikis). Kesehatan mental sangat penting bagi setiap orang. Orang yang mengalami gangguan mental akan juga mengalami gangguan kesehatan fisik atau jasmaninya. Kesehatan mental sangat berkaitan erat dengan kesehatan jasmani.

 

Mengutip dari Intermountain Healthcare, menulis dapat membantu mengekspresikan emosi melalui kata-kata sehingga dapat membantu penyembuhan. Menulis juga bisa menjadi salah satu cara mengatur dan mengurangi stres. Hal itu karena stres bisa merusak kesehatan fisik, mental, dan emosional seseorang. Berdasarkan penelitian terbitan Advances In Psychiatric Treatment, diketahui bahwa menulis selama 15-20 menit setiap 3-5 hari dalam 4 bulan bisa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi hati. Selain itu, ternyata menulis tentang pengalaman hidup dan cerita yang membuat stres akan membantu mengelola stres dengan cara yang sehat. Bahkan, menulis bisa menjadi kebiasaan meditasi sebelum tidur yang membantu melepas dan menghilangkan stress (Herliafifah, 2022).

 

Saat seseorang sedang menulis, dia sedang menuangkan isi pikirannya. Semua ide, gagasan dan pemikirannya yang ada di otaknya dia pindahkan ke bentuk tulisan. Menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan itu merupakan aktivitas yang menyehatkan. Mengapa? Karena seseorang yang banyak memiliki pikiran, jika tidak dikeluarkan akan menganggu kesehatannya. Menulis dapat diibaratkan seperti orang yang sedang curhat (mencurahkan isi hati). Kalau curhat lebih berkaitan dengan mengeluarkan isi perasaan atau isi hatinya, sedangkan menulis lebih kepada mengeluarkan isi pikirannya.

 

Jika seseorang memiliki banyak masalah yang dipikirkan, sedangkan ia tidak mempunyai wadah untuk menuangkan isi pikirannya, maka hal itu bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental dan jasmaninya. Oleh karena itu, pantaslah ketika seseorang yang sedang mempunyai banyak masalah yang dipikirkan, kemudian ia menemukan teman ngobrol yang cocok sehingga ia bisa menceritakan segala permasalahan di pikirannya atau melakukan curhat, maka ia setelah itu akan merasa plong, pikirannya menjadi lebih jernih dan hatinya menjadi lebih tenang.

 

Kalau dengan curhat ke seseorang, orang yang sedang memiliki banyak masalah yang dipikirkan  bisa mengembalikan kesehatan mental dan jasmaninya, maka tentunya hal yang sama juga bisa berlaku ketika seseorang menuangkan segala permasalahan di pikirannya menjadi bentuk tulisan. Menulis dapat dijadikan sebagai sarana curhat, bedanya kalau curhat memerlukan bantuan orang lain yang mau mendengarkan curahan isi pikirannya, sedangkan menulis tidak membutuhkan bantuan orang lain. Orang yang ingin curhat melalui menulis hanya membutuhkan alat tulis dan media untuk menulis saja.


 

Menurut Dr. James W Pennebaker, seorang Psikolog dan ahli bahasa,  seorang yang memelopori terapi kejiwaan dengan menulis. Melalui karyanya yang berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion“.  Penebaker mengatakan jika sedang mengalami permasalahan, mulailah menulis sedikit demi sedikit, kata demi kata. Untuk mengurangi depresi yang menekan jiwa, maka tuliskan saja apa saja yang kita bisa tuliskan. Menulis tentang hal-hal yang negatif akan memberikan pelepasan emosi yang dapat membangkitkan perasaan puas dan lega. Dari sisi kesehatan jiwa, bagi orang yang dapat menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka mengenai pengalaman traumatisnya, berdasarkan risetnya menunjukkan akan terjadi peningkatan kekebalan tubuhnya dibandingkan dengan orang yang hanya menuliskan masalah-masalah yang remeh-temeh saja (Lisa, 2023).


Orang dapat menulis sebebas-bebasnya apa yang ingin ditulis tanpa memerlukan bantuan orang lain. Cukup dengan menuliskan segala isi pikiran atau permasalahan yang ada di pikirannya menjadi bentuk tulisan, maka seseorang dapat kembali bugar mental dan jasmaninya. Berdasarkan manfaat menulis, salah satunya adalah terkait dengan manfaat dalam kesehatan mental, menulis bisa dijadikan sarana untuk menuliskan suasana hati, terapi dan juga untuk melepaskan emosi. Menulis juga bisa menjadi jembatan informasi pengalaman kehidupan yang bisa kita bisa ambil hikmahnya kelak, pengingat pembelajaran hidup ataupun bisa juga menjadi pembelajaran kehidupan buat orang lain (Lisa, 2023).

 

Melalui aktivitas menulis, orang dapat mengembalikan kesehatan mental dan jasmaninya, serta sekaligus meningkatkan produktivitasnya dalam berkarya. Ada beberapa orang yang awalnya menulis hanya untuk sekadar menyalurkan uneg-uneg pikirannya. Tetapi setelah merasakan manfaatnya terhadap kesehatannya mental dan jasmaninya, mereka akhirnya meneruskan aktivitas menulisnya. Hingga akhirnya, ketika mereka sudah pulih kesehatannya, mereka tetap melanjutkan aktivitas literasinya dan akhirnya menjadi penulis yang produktif.


Menjadi penulis yang produktif tidak muncul dengan sendirinya. Perlu usaha dan komitmen yang tinggi untuk bisa menjadi seorang penulis yang produktif. Banyak gangguan dan hambatan yang akan dihadapi saat seseorang ingin aktif menulis. Mulai dari kesibukan alias merasa tidak punya waktu untuk menulis hingga merasa kehilangan mood atau semangat menulis. Hambatan-hambatan menulis seperti itu bisa menghinggapi siapapun. Bukan hanya para penulis pemula yang mengalami kondisi kurang mood menulis, bahkan para penulis yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam menulis juga bisa mengalami kondisi stagnan tersebut.

 

Untuk  meningkatkan produktivitas dalam menulis, seseorang harus menjaga spirit menulisnya. Spirit menulis itu bersifat fluktuatif, terkadang tinggi dan terkadang rendah. Oleh karena itu perlu upaya bagaimana agar tetap mampu menjaga spirit menulis tetap optimal. Salah satu cara menjaga spirit menulis agar tetap tinggi adalah melalui menjaga motivasi menulis. Untuk menjaga motivasi menulis selalu tinggi, kita bisa menyiasatinya dengan berada di lingkungan yang kondusif untuk selalu menulis. Caranya adalah dengan bergaul dengan para penulis lain yang produktif menulis.

 

Untuk dapat berada di lingkugan pergaulan para penulis produktif, kita bisa bergabung dalam sebuah komunitas menulis. Di komunitas menulis, biasanya para anggota berusaha menjaga ritme dan spirit menulisnya dengan cara rutin menulis setiap waktu. Dengan berada di lingkungan yang berisi para penulis produktif tersebut, kita akan juga terpengaruh untuk produktif menulis. Ketika bergabung di sebuah komunitas menulis, kita harus meniatkan diri untuk terus belajar menulis dan menjaga spirit menulis. Di komunitas menulis, kita harus juga aktif menulis setiap waktu. Hanya dengan aktif dan rutin menulis setiap waktu, kita akan mampu menjaga spirit menulis kita yang pada akhirnya kita akan mampu meningkatkan produktivitas kita dalam menghasilkan karya-karya tulis.

 

Dengan semangat menulis setiap waktu dan terus meningkatkan kualitas tulisan dengan cara banyak membaca karya-karya tulis penulis lain yang memiliki jam terbang tinggi dalam menulis, maka lambat laun kualitas tulisan yang kita hasilkan juga akan meningkatkan kualitasnya. Kualitas yang tinggi tidak bisa diperoleh dengan cara instan, melainkan harus melalui proses perjalanan panjang dan perjuangan yang berat. Para penulis pemula harus selalu ingat bahwa para penulis professional dan memiliki jam terbang tinggi dalam menulis dulunya juga berawal dari seorang penulis pemula. Karya-karya besar para penulis hebat dulunya juga berawal dari tulisan-tulisan sederhana. []

 

Gumpang Baru, 01 Maret 2025

 

 

Referensi

Herliafifah, R. (2022, February 9). 7 Manfaat Menulis untuk Kesehatan, Termasuk Mengasah Memori. Hello Sehat. https://hellosehat.com/mental/stres/manfaat-menulis-untuk-kesehatan/#google_vignette

Lisa, W. (2023, July 11). Sehat Mental Dengan Menulis – Prodi Psikologi. https://fpsi.gunadarma.ac.id/psikologi/2023/07/11/sehat-mental-dengan-menulis/

Rabu, 29 Januari 2025

KEUNTUNGAN MENULIS BUKU

 


KEUNTUNGAN MENULIS BUKU

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Buku merupakan salah satu media untuk mendiseminasikan ide, gagasan, pemikiran dan menyebarkan ilmu pengetahuan ke masyarakat. Buku menjadi media yang efektif untuk menyebarkan informasi karena masyarakat sudah sangat familier dengan buku. Ada banyak jenis buku, tergantung jenis buku yang mana yang ingin digunakan penulis untuk membagikan pengetahuan, ide, gagasan dan pemikirannya ke publik.

            Dalam dunia pendidikan, peran buku pelajaran menjadi sangat urgen. Buku pelajaran menjadi panduan utama bagi peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran. Buku pelajaran juga bisa menjadi alat bantu guru untuk mendorong peserta didik lebih mendalami materi pelajaran yang disampaikan secara mandiri (self learning). Tanpa keberadaan buku pelajaran, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan maksimal dan tujuan pembelajaran juga akan lebih sulit tercapai. Walaupun ada sumber melimpah di internet, tetapi materi pelajaran yang disajikan dalam buku pelajaran lebih sistematis, terstruktur, dan mendukung aktivitas belajar peserta didik.

            Sejak kecil saya menaruh ketertarikan untuk menjadi penulis buku. Setiap kali melihat buku yang halamannya tebal berisi ratusan hingga ribuan halaman, muncul rasa kagum dan takjub di hati saya, betapa hebatnya sang penulis buku tersebut. Saya penasaran bagaimana caranya sang penulis buku tersebut mampu menulis sekian banyak halaman. Saya sangat takjub betapa tinggi dan mendalam ilmu yang dimiliki sang penulis buku sehingga mampu menuangkan pengetahuan dan pemikirannya ke dalam halaman-halaman buku yang jumlahnya sangat banyak.

            Saya ingin sekali bisa menulis buku seperti para penulis buku yang hebat-hebat tersebut. Saya selalu merasa kagum dengan kehebatan para penulis buku. Saya ingin bisa seperti mereka yang mampu menulis berates-ratus hingga beribu-ribu halaman. Saya sangat mengidolakan para penulis yang hebat-hebat tersebut. Bagi saya, penulis buku itu sangat keren, hebat, dan pastinya orang pintar. Karena kalau bukan orang pintar atau berilmu tinggi, bagaimana mungkin mereka mampu menulis buku dengan jumlah halaman yang sangat banyak. Entah sampai kapan keinginan saya untuk menjadi seorang penulis buku dapat terwujud.

            Hingga saya lulus sarjana S1, keinginan untuk bisa menulis buku masih hanya sebatas angan-angan saja. Saya belum tahu ilmunya bagaimana cara menulis sebuah buku. Selama menempuh pendidikan S1 saya belum pernah ikut kursus atau pelatihan menulis buku. Saya baru pernah mengikuti pelatihan menulis karya tulis ilmiah dan memenangkan beberapa kejuaraan lomba penulisan karya tulis ilmiah. Bekal ilmu dari mengikuti pelatihan menulis karya tulis ilmiah dan pengalaman menjadi juara lomba karya tulis ilmiah belum mampu menjadikan saya bisa menulis buku.

            Ketika bekerja sebagai guru Kimia SMA setelah lulus sarjana S1, saya pernah mendapatkan undangan dari sebuah penerbit buku untuk menulis buku pelajaran Kimia SMA. Waktu itu saya menerima undangan menulis buku pelajaran Kimia SMA dari penerbit tersebut. Dengan berbekal pengalaman menulis karya tulis ilmiah, saya mencoba menulis buku pelajaran Kimia SMA kelas X. Setelah beberapa waktu berlalu, ternyata saya belum mampu menghasilkan satu bab pun.

            Saya benar-benar mengalami kesulitan dan kebuntuan ide untuk menyelesaikan penulisan buku pelajaran Kimia SMA kelas X. Akhirnya saya menyatakan menyerah dan tidak melanjutkan proses penulisan buku pelajaran Kimia SMA. Meskipun undangan penulisan buku pelajaran tersebut merupakan kesempatan langka dan berharga sekali karena ada jaminan kepastian buku akan diterbitkan oleh penerbit, tetapi saya harus menerima kenyataan pahit bahwa saya belum mampu menulis buku. Demikian pengalaman pertama saya mencoba menulis buku dan berakhir dengan sebuah kegagalan.

            Kesempatan menulis buku kedua datang berupa penawaran untuk menulis buku pelajaran Kimia SMA tetapi dalam bentuk buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Mendapatkan tawaran tersebut, saya menyanggupinya dan berusaha sekuat tenaga menyelesaikan naskah buku LKSnya. Setelah berjuang dengan sekuat tenaga dan bersungguh-sungguh, akhirnya saya mampu menyelesaikan satu naskah buku LKS Kimia SMA dengan baik. Pengalaman pertama menulis buku LKS Kimia SMA ini akhirnya menjadi bekal saya untuk menyelesaikan projek-projek penulisan buku pelajaran berikutnya. Master dokumen buku LKS Kimia SMA yang saya buat tersebut juga kelak akan saya pergunakan untuk bahan menulis buku pelajaran Kimia SMA pada ajang lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI.

            Setelah menjadi dosen PNS di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, saya bersama-sama dengan kolega dosen di Program Studi Pendidikan Kimia menulis buku pelajaran Kimia SMA. Buku pelajaran Kimia SMA yang kami hasilkan tersebut akhirnya dibeli hak ciptanya  oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional RI dan statusnya menjadi BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang dapat diunduh dan dicetak oleh siapapun dan bahkan bebas diperjual belikan dengan mengikuti HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah. Royalti bagi hasil dari pembelian hak cipta buku tersebut kemudian saya pergunakan untuk membelikan motor baru untuk istri tercinta.

            Pengalaman menulis buku pelajaran Kimia SMA/MA berikutnya adalah ketika saya dan teman Studi Pascasarjana S2 mengikuti lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI. Saya mengerjakan projek penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA untuk kepentingan lomba tersebut saat sedang menempuh pendidikan studi lanjut Pascasarjana Kimia di Program Studi S2 Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alhamdulillah buku yang kami tulis mendapatkan apresiasi dan penghargaan sebagai juara 1 Nasional. Dari memenangkan lomba penulisan buku pelajaran Kimia SMA/MA tersebut, saya mendapatkan hadiah uang yang jumlahnya cukup besar. Uang hadiah memenangkan lomba penulisan buku pelajaran MIPA tersebut kemudian saya pergunakan untuk membeli sebuah rumah yang kami tempati hingga sekarang ini.

            Setelah memenangkan lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut, kami mendapat undangan dari panitia lomba untuk membahas rencana penerbitan buku-buku pemenang lomba. Dikarenakan sejak awal di pengumuman lomba dinyatakan bahwa hak cipta buku pemenang lomba ada pada penulis, maka ketika buku kami diterbitkan oleh Kementerian Agama RI melalui proyek pengadaan buku pelajaran MIPA untuk MA seluruh Indonesia, maka kami selaku penulis buku berhak atas royalty dari biaya pengadaan buku tersebut. Alhamdulillah dari penerbitan buku tersebut, saya mendapatkan royalty yang cukup besar dan kemudian saya pergunakan untuk biaya merenovasi rumah yaitu menambah luas bangunan rumah.

            Setelah lulus studi lanjut Pascasarjana S2, saya mengikuti lomba penulisan buku pengayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional RI. Walaupun tidak memperoleh juara, tetapi saya mendapatkan bantuan sosial berupa uang beberapa juta rupiah untuk memperbaiki kualitas buku dan biaya penerbitan buku. Buku tersebut di kemudian hari saya terbitkan di sebuah penerbit buku di kota Malang.

            Di kampus saya, kemudian ada penawaran pemberian insentif penulisan buku ajar untuk mendukung perkuliahan. Mendengar informasi tersebut, saya langsung tertarik mengikutinya. Alhamdulillah akhirnya saya dapat menyelesaikan satu naskah buku ajar untuk mata kuliah yang saya ajar dan mendapatkan insentif uang beberapa juta rupiah. Di kemudian hari, buku ajar tersebut saya terbitkan di penerbit buku di kota Yogyakarta. Hingga saat ini, buku ajar saya tersebut masih dicetak dan diperjualbelikan. Dan setiap tahun saya masih mendapatkan royalty dari hasil penjualan buku ajar kimia yang saya tulis tersebut.

            Sejak pengalaman-pengalaman menyenangkan dalam menulis buku tersebut, saya semakin semangat dalam menulis buku. Saya semakin produktif menulis dan menerbitkan buku setiap tahunnya. Selain menulis buku tunggal, saya juga banyak menulis buku-buku kolaborasi bersama kolega penulis maupun dosen-dosen di seluruh Indonesia. Hingga artikel ini ditulis, saya tercatat telah menulis dan menerbitkan buku sebanyak 121 judul buku, baik buku tunggal maupun buku kolaborasi. Selain itu saya juga telah memiliki sertifikat hak cipta buku dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI sebanyak 46 buah. Untuk mendukung kompetensi saya sebagai penulis buku secara forma, saya telah memiliki sertifikat kompetensi sebagai penulis buku non fiksi dari BNSP [1].

            Demikian cerita keuntungan-keuntungan yang saya peroleh setelah menjalani aktivitas menulis buku. Saya merasa sangat bersyukur sekali karena dari aktivitas menulis yang semula hanya sebuah hobi atau kesenangan belaka akhirnya bisa menjadi sumber pendapatan alternatif selain penghasilan rutin selaku dosen PNS. Selain mendapatkan keuntungan material berupa keuntungan finansial, setelah menekuni aktivitas menulis buku saya juga mendapatkan keuntungan immaterial yaitu berupa kepuasan dan kebanggaan serta kebahagiaan karena cita-cita dan keinginan saya terdahulu untuk mampu menulis buku akhirnya terwujud. Dari aktif menulis buku tersebut, akhirnya saya juga bisa mengenal banyak penulis hebat lain sehingga bermanfaat memotivasi spirit menulis saya.

Sebagai seorang akademisi yang bekerja di perguruan tinggi, aktivitas menulis buku yang saya jalani sangat mendukung profesi sebagai dosen. Berkat ketekunan saya dalam menulis buku, baik buku tunggal maupun buku-buku kolaborasi dengan para kolega dosen dari berbagai perguruan tinggi, profil Google Scholar saya memiliki jumlah sitasi dan h-indeks yang relative tinggi. Hingga saat artikel ini ditulis, tercatat akun Google Scholar saya memiliki jumlah kutipan: 4.086, indeks-h: 36, dan indeks-i10: 69 [2].

Dari ketekunan menulis buku juga saya pernah dua kali mendapatkan penghargaan Rektor Universitas Sebelas Maret sebagai “Inovasi dan P2M Award” Peringkat 2 dan 3 Kategori Lektor Bidang Sainstek pada tahun 2022 dan 2023. Selain itu, berkat aktif menulis buku nama saya juga masuk dalam daftar Indonesia Top 10.000 Scientists yang dikeluarkan oleh lembaga pengindeks dari USA yakni AD Scientific Index. Awal tahun 2025 ini, di daftar World Scientist and University Ranking 2025 yang dirilis oleh AD Scientific Index, saya menduduki posisi peringkat 1 di bidang Chemical Sciences dan Natural Sciences tingkat Universitas. Di tingkat Nasional, saya menduduki peringkat 8 bidang Chemical Sciences dan peringkat 40 bidang Natural Sciences [3]. []

 

 

Surakarta, 30 Januari 2025

 

Tautan pendukung artikel:

[1]

https://sharing-literasi.blogspot.com/2024/11/profil-penulis-agung-nugroho-catur.html

[2]

https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=SVzbvn4AAAAJ&view_op=list_works&sortby=pubdate&gmla=AGd7smHKVMe22xVNZoCcONyKS1fXsYfxhKHxwLwJU5klwA1zlbp2j5BMOLuFk6oBXWPB-1foglnV6txbHhQDWmVur_kamyNpwJBiNWmbPA6tXtU6OrtV4QRaSg&sciund=6561976900141841353

[3]

https://www.adscientificindex.com/scientist/agung-nugroho-catur-saputro/301914

 

Senin, 30 Desember 2024

MOMEN MENULIS PALING BERKESAN

 


MOMEN MENULIS PALING BERKESAN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Setiap waktu adalah baik. Tidak ada waktu yang buruk. Waktu sehari semalam 24 jam sama-sama baik. Waktu adalah nikmat Allah Swt. yang harus kita syukuri. Cara mensyukuri waktu yang diberikan Allah Swt. adalah dengan cara mengisi waktu tersebut dengan amalan kebaikan. Kita harus melatih diri dan membiasakan diri untuk senantiasa melakukan kebaikan. Apa yang dimaksud dengan kebaikan? Kebaikan adalah segala sesuatu yang jika kita lakukan, hati kita merasa tenang, damai, dan bahagia. Kebaikan tidak ada yang membuat hati gundah gulana. Tidak ada kebaikan yang mendatangkan kemadharatan. Justru kebaikan itu akan selalu mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan. 


Keutamaan suatu waktu tertentu biasanya dikaitkan dengan momentum. Karena pada dasarnya semua waktu sama-sama baik, maka di antara waktu-waktu yang baik tersebut, ada keutamaan waktu tertentu karena berkaitan dengan momentum tertentu. Waktu antara azan dan iqamah adalah waktu mustajab karena dekat dengan momen shalat. Waktu sepertiga malam adalah waktu mustajab karena momen waktu tidur dimana kebanyakan orang menikmati tidur, maka ketika ada yang mau menggunakan sebagian waktu tidurnya untuk beribadah, Allah Swt sangat menyukainya. Saat terdekat antara hamba dengan Allah Swt adalah saat sujud karena dalam momen mengerjakan ibadah shalat. 


Momentum menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi nilai sebuah perbuatan. Kita perlu memperhatikan momen-momen waktu ketika mau melakukan suatu aktivitas. Terkadang momen menjadikan suatu aktivitas memiliki kesan khusus. Kita tidak bisa mengabaikan momen karena terkadang kita memerlukan datangnya momentum untuk memulai suatu aktivitas. Datangnya momen tersebut bisa jadi menjadi alasan mengapa kita mau melakukan suatu aktivitas.


Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis. Menulis bukanlah aktivitas yang mampu dilakukan semua orang. Menulis juga bukan aktivitas yang bisa dilakukan kapan saja-walaupun seharusnya bisa kapan saja- tetapi faktanya tidak demikian. Banyak orang yang ingin bisa menulis setiap saat tetapi ternyata mengalami kesulitan. Mereka seperti kurang memiliki motivasi yang mendorongnya untuk menulis. Masih banyak orang yang menulis tetapi saat ada mood saja. Oleh karena itu, momen dapat menjadi faktor pendorong seseorang mau menulis. 


Dalam perjalanan karier saya menjalani aktivitas menulis terutama menulis buku, saya mengalami beberapa momen sangat berkesan dalam menulis buku. Momen tersebut sangat berkesan dalam kehidupan saya karena di momen-momen tersebut saya mampu menghasilkan karya tulis berupa buku yang luar biasa menurut standar saya, dan semoga juga menurut standar orang lain. 


Sejak menekuni aktivitas menulis buku tahun 2006 hingga sekarang, saya telah menerbitkan 121 judul buku, baik berupa buku tunggal maupun buku kolaborasi. Di antara karya-karya buku saya tersebut, mayoritas memang berupa buku kolaborasi. Setiap tahun saya berusaha mampu menerbitkan buku tunggal, tetapi realisasinya bervariasi. Terkadang dalam satu tahun saya mampu menerbitkan beberapa judul buku tunggal, seperti misalnya pada tahun 2018 saya mampu menerbitkan 4 judul buku tunggal. Tahun 2019 saya mampu menerbitkan 3 judul buku tunggal. Kemudian tahun 2020 saya juga mampu menerbitkan 3 judul buku tunggal. Tahun 2021 saya tidak menerbitkan buku tunggal, tahun 2022 saya menerbitkan 1 judul buku tunggal, kemudian di tahun 2023 saya mampu menerbitkan 2 judul buku tunggal. Sedangkan di tahun 2024 ini saya tidak menerbitkan buku tunggal. 


Di antara momen-momen menerbitkan buku tersebut, saya memiliki kesan khusus ketika momen menerbitkan buku di tahun 2007. Momen menulis buku tersebut adalah ketika menulis buku pelajaran kimia untuk siswa MA/SMA dalam rangka mengikuti lomba penulisan buku pelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh Departemen Agama RI (sekarang menjadi Kementerian Agama RI) tahun 2007. Ketika menulis buku untuk kepentingan lomba tersebut, saya bekerja dengan sangat keras dan menumpahkan seluruh pikiran dan daya kreativitas saya untuk dapat menghasilkan buku pelajaran Kimia untuk siswa MA/SMA yang berbeda, unik, istimewa, dan berkualitas. Momen menulis buku pelajaran Kimia tersebut terasa sangat berkesan karena saat itu saya sedang di posisi sebagai mahasiswa Program Pascasarjana S2 Ilmu Kimia di FMIPA UGM Yogyakarta. 


Momen menulis buku pelajaran kimia MA/SMA untuk mengikuti lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut sangat berkesan karena waktu itu saya benar-benar mencurahkan seluruh energi dan pikiran untuk menghasilkan sebuah buku yang unik dan istimewa. Bersama teman studi S2, saya sampai melakukan survey ke toko buku Gramedia terlebuh dahulu untuk melihat-lihat buku pelajaran kimia di pasaran agar mampu menghasilkan buku pelajaran Kimia yang lain dari yang lain. Kemudian saya juga berpikir keras bagaimana menyajikan buku pelajaran kimia yang unik dan berbeda dengan buku pelajaran kimia pada umumnya. Saya mengerjakan penulisan buku sampai lembur-lembur hingga kurang tidur di sela-sela himpitan banyaknya tugas kuliah S2. 


Hasil kerja keras dan pantang menyerah dengan mengorbankan banyak hal, seperti waktu tidur, waktu untuk keluarga maupun waktu untuk studi S2 tersebut, Alhamdulillah menghasilkan hasil yang membahagiakan. Ketika pengumuman hasil lomba, buku kami dinyatakan sebagai juara 1 tingkat nasional. Saya sangat bangga dan bahagia dengan hasil lomba buku tersebut. Menjadi pemenang juara 1 Nasional bidang Kimia, saya mendapatkan hadiah sebuah tropi juara 1 dan hadiah uang yang jumlahnya cukup besar. Uang hasil memenangkan lomba penulisan buku pelajaran Kimia tersebut kemudian berdasarkan hasil diskusi dengan istri tercinta akhirnya saya belikan rumah yang sekarang kami tempati bersama keluarga kecil kami. Dari hasil memenangkan lomba menulis buku dan kemudian buku diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, saya mendapatkan hadiah uang dan royalty yang saya pergunakan untuk membeli rumah dan merenovasinya. 


Demikianlah momen menulis buku saya yang paling berkesan sepanjang karier menekuni aktivitas menulis buku. Momen menulis buku untuk lomba di Kementerian Agama RI tersebut menjadi yang paling berkesan bagi saya di bandingkan ketika menulis puluhan buku lainnya karena kalau dapat diibaratkan saat menulis buku untuk lomba itulah saya sampai berdarah-darah dan bermandikan keringat karena saat itu saya benar-benar mengeluarkan seluruh energi dan kreativitas saya dalam menyelesaikan naskah buku. Adapun ketika menulis buku-buku yang lain, saya tidak sampai bekerja sangat keras seperti waktu menulis buku untuk ikut lomba di Kementerian Agama RI. 


Walaupun buku pelajaran Kimia untuk lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut dinilai maksimal oleh dewan juri dan dinyatakan sebagai juara pertama, yang artinya buku hasil karya saya dan teman saya tersebut dinilai paling baik, tetapi seiring berjalannya waktu secara pribadi saya merasa buku tersebut belum maksimal. Saya merasa buku tersebut masih jauh dari kata sempurna. Saya masih menemukan beberapa kekurangan dari buku tersebut. Menurut pandangan saya, kualitas dari buku hasil lomba tersebut masih belum memenuhi standar kualitas bermutu, khususnya untuk bagian pengintegrasian nilai-nilai karakter religius ke dalam pembahasan materi kimia. 


Ke depannya saya berniat akan berusaha merevisi buku pelajaran Kimia hasil menang lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI tersebut agar menjadi lebih berkualitas dan ciri khas keislamannya yaitu bagian pengintegrasian nilai-nilai karakter religius menjadi lebih terasa dan mewarnai seluruh bagian pembahasan materi kimianya. Saya berharap buku tersebut  nantinya dapat menjadi buku pegangan bagi siswa-siswi sekolah di MA maupun SMAIT dalam mempelajari ilmu kimia. Semoga saya dimampukan dan Allah Swt memudahkan saya mewujudkan niat baik saya ini. Amin. []


Surakarta, 31 Desember 2024

Rabu, 11 Desember 2024

SILATURAHMI KE "EYANG"

 


SILATURAHMI KE "EYANG"

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro




Beberapa waktu yang lalu saya berkomunikasi dengan guru kimia di MAN 1 Surakarta, sekolah dimana saya dulu pernah menimba ilmu di tingkat sekolah menengah atas. Saya berencana mengadakan penelitian di sekolah almamater. Saya memohon bantuan beliau untuk berkenan membantu penelitian saya. Alhamdulillah beliau merespon dengan positif dan berkenan membantu penelitian saya. Maka disepakati saya akan sowan ke beliau pada hari Senin minggu berikutnya.

Hari Senin merupakan hari pertama si kecil Icha melaksanakan tes SAS (Sumatif Akhir Semester) dan pulang agak pagi. Berhubung si kecil Icha pulang agak pagi, maka saya mengajaknya untuk ikut berkunjung ke sekolah papinya. Saya bertanya ke si kecil Icha apakah mau ikut berkunjung ke sekolah papi? Ternyata dia mau. Si kecil Icha ingin melihat sekolah papinya.

Maka setelah menjemput si kecil Icha pulang dari sekolah, bersama istri dan si kecil Icha, kami bertiga berangkat menuju MAN 1 Surakarta. Sebelumnya saya juga sudah menghubungi Wakasek Kurikulum untuk mengajukan permohonan izin penelitian dan direspon dengan positif. Alhamdulillah beliau berkenan membantu rencana penelitian saya.

Saat bertemu guru-guru saya dulu saat menjadi siswa MAN 1 Surakarta, saya mengenalkan si kecil Icha dengan mereka. Saya membahasakan si kecil Icha menyebut mereka dengan sebutan "eyang". Iya, karena guru-guru saya tersebut memang sudah menjadi eyang atau nenek. Jadi saat di sekolah tersebut, si kecil Icha dapat bersalaman dan sungkem ke eyang-eyangnya. Eyang-eyangnya sangat senang menyambut kedatangan si kecil Icha, terutama saat si kecil Icha mencium tangan mereka. Bahkan salah satu eyangnya segera mengambilkan sekotak snack hidangan untuk guru diberikan kepada si kecil Icha.

Banyak hal yang kami obrolkan dan diskusikan. Mulai tentang saat dulu saya masih sekolah di MAN 1 Surakarta hingga saat beliau menjalani program sertifikasi guru PLPG di kampus UNS dimana saya menjadi instrukturnya. Kebetulan waktu itu saya menjadi instruktur mata Diklat Praktikum Kimia.

Setelah kurang lebih satu setengah jam ngobrol dan berdiskusi dengan eyangnya si kecil Icha (guru kimia saya), saya mohon pamit pulang. Sebelum pulang, saya mengajari si kecil Icha untuk menyalami dan mencium tangan satu persatu eyangnya. Tidak lupa juga saya sungkem dan memohon doa-doa guru-guru saya tersebut agar saya diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan studi maupun meniti karier. Sebelum pulang saya mampir dulu ke ruang Tata Usaha sekolah untuk memasukkan surat permohonan izin penelitian sesuai arahan Wakasek kurikulum.

Sambil perjalanan ke luar gedung sekolah, saya minta tolong istri untuk mengambilkan foto saya di beberapa tempat di lingkungan sekolah. Sekarang gedung sekolah sudah sangat berubah menjadi lebih megah dan mewah. Saya jadi terbayang bentuk gedung sekolah saat dulu saya sekolah yang masih sederhana, sangat jauh berbeda dibandingkan saat ini.

Karena belum sholat dhuhur, saya dan si kecil Icha mampir dulu ke masjid sekolah untuk mengerjakan sholat dhuhur. Masjid tersebut menyimpan memori indah saat dulu saya dan teman-teman sekolah mengerjakan sholat dhuha ketika waktu istirahat pertama. Setelah sholat dhuha, kami ngobrol santai atau ada yang rebahan di teras masjid sampai terdengar bunyi bel masuk kelas. Aktivitas sholat dhuha tersebut rutin kami lakukan setiap hari secara sukarela walaupun sekolah tidak membuat program sholat dhuha seperti sekolah-sekolah Islam sekarang ini. Jadi kebiasaan para siswa mengerjakan sholat dhuha zaman saya sekolah dulu memang terjadi secara alami.

Waktu mengobrol-ngobrol dengan eyangnya si kecil Icha di ruang guru, saya jadi mengetahui bahwa ternyata kebiasaan sholat dhuha yang dulu dilakukan para siswa di masjid sekolah setiap waktu istirahat pertama sudah mulai pudar. Ternyata siswa sekarang berbeda dengan siswa zaman dulu. Jangankan mengerjakan sholat sunah secara sukarela, bahkan mengerjakan sholat fardhu dhuhur pun terkadang masih ada siswa yang masih harus diingatkan oleh guru.

Pengaruh penggunaan gadget telah menyita banyak perhatian siswa. Mereka lebih tertarik dan asyik bermain game dibandingkan mengerjakan sholat sunah seperti yang dulu kami lakukan. Zaman memang telah berubah. Demikian pula tradisi baik yang dulu berlangsung alami juga mengalami perubahan. Tugas guru untuk mengajarkan nilai-nilai karakter baik kepada para siswa semakin berat. []


Gumpang Baru, 09 Desember 2024

Senin, 09 Desember 2024

MENGUNGKAP SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KIMIA : Berawal dari Pencarian Batu Filsuf, Jamu Mujarab Kehidupan, hingga Teori Atom Mekanika Kuantum.

 Seri Filsafat Kimia (4)


MENGUNGKAP SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KIMIA : 

Berawal dari Pencarian  Batu Filsuf, Jamu Mujarab Kehidupan, hingga Teori Atom Mekanika Kuantum.

Oleh: 

Agung Nugroho Catur Saputro 


Pada zaman dulu, ada beberapa filsuf Yunani yang mencoba berpendapat tentang unsur penyusun materi. Miletus (624-527 SM) menyatakan bahwa "air" adalah unsur utama penyusun materi. Kemudian Anaximenes (585-524 SM) berpendapat bahwa "udara" adalah unsur penyusun materi. Sedangkan Ephesus (544-484 SM) menyatakan bahwa "api" itu unsur penyusun materi. Kemudian ada filsuf yang  bernama Agrigentum (492-432 SM) yang memiliki  pandangan bahwa materi di alam ini tersusun atas empat unsur, yaitu unsur api, unsur tanah, unsur air, dan unsur udara.


Di kalangan para filsuf Yunani, ada anggapan bahwa keempat unsur alam tersebut saling berhubungan dan pada batas tertentu hubungan antar empat unsur tersebut dipandang sejajar dengan hubungan antara badan, jiwa, akal budi, dan cinta kasih.


Bahkan fakta-fakta ilmu kimia dinyatakan dengan istilah-istilah seperti itu dan dipergunakan juga oleh para penyair dan ahli moral. Sebagai contoh seperti filsuf Agrigentum yang menganggap interaksi antar unsur membentuk materi diibaratkan seperti hubungan antara "love" dan "hate". Keseragaman antara pengertian kebendaan dan kerohanian sangat mendalam dan bertahan lama. Inilah dasar intelektual yang memungkinkan timbulnya "Alkemia".


Alkemia adalah suatu usaha yang dimulai pada tahun 200 SM di kota Alexandria untuk memadukan tafsiran teoritis dengan pengalaman praktis dalam suatu sistem teknis yang tunggal. Gagasan teoritis diperoleh dari bangsa Yunani, khususnya aliran "atomisme filosofis". 


Beberapa filsuf Yunani yang termasuk aliran atomisme filosofis adalah Leukipos dan Demokritos. Leukipos (500 SM) yang merupakan pencetus " Teori Atom" yang pertama kali  mengajukan teori bahwa seluruh materi terbentuk dari atom-atom yang tidak terbagi lagi dan bergerak terus serta dipisahkan oleh kekosongan. Atom ada di ruang kosong sehingga atom dapat bergerak. Semua atom menurut Leukipos adalah sama, yang berbeda hanya dalam hal ukuran, bentuk, letak dan massa. 


Dalam perkembangannya, para ahli Alkemia juga menambahkan pandangan Aristoteles tentang "Prinsip Perkembangan". Menurut prinsip ini, semua benda secara alamiah berubah dan berkembang ke arah bentuk "kedewasaannya". Maka materi lebih dipandang sebagai zat organis daripada zat yang bersifat statis. Berdasarkan gagasan ini dan didukung hasil pengamatan terhadap perubahan materi, maka para ahli Alkemia menyimpulkan bahwa perkembangan juga terjadi di materi. 


Pandangan bahwa materi mampu berkembang juga didukung oleh beberapa pendapat filsuf seperti Miletus (624-527 SM) dan Anaximander (610-546 SM) yang menyatakan bahwa setiap materi memiliki "jiwa" sehingga mampu bergerak dan berkembang.


Berangkat dari pemahaman tersebut, para ahli Alkemia berusaha memperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat mengulangi perkembangan alamiah dari materi-materi di alam ini di dalam bengkel atau laboratorium. 


Alat-alat yang dipergunakan para ahli Alkemia direncanakan  untuk  menciptakan syarat-syarat yang mempercepat "perkembangan" alamiah dari logam. Peralatan yang dipergunakan antara lain tungku pelebur, tabung reaksi, "makanan" yang dicampurkan dengan logam dasar supaya berubah menjadi logam mulia seperti perak dan emas. Selain upaya mengubah logam biasa menjadi logam mulia, para ahli Alkemia juga berusaha mencari "batu filsuf" yang diyakini dapat mengubah semua benda menjadi emas.


Seorang ahli kimia dari Arab yang bernama Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang hidup pada masa khalifah Harun al-Rasyid dari dinasti Abbasiyah di Baghdad, tidak mempercayai pemikiran "batu filsuf" yang dapat mengubah semua barang-barang tambang (logam) menjadi emas. Tetapi walau begitu, ia tetap mencoba mengadakan serangkaian penelitian dan pengujian tentang pemikiran tersebut. 


Gagasan dari filsuf Yunani seperti Miletus dan Anaximander yang menganggap bahwa materi memiliki "jiwa" juga diadopsi oleh para ahli alkemia dalam kerangka pemikiran mereka. Maka tujuan lain dari praktik alkemia adalah memisahkan jiwa (nyawa) dari materi (badan) atau mengubah badan barang-barang logam menjadi "tak berbadan". Para alkemia menyamakan gas atau uap sebagai kodrat material tak berbadan. 


Penemuan proses-proses untuk memisahkan zat asam dari senyawa oksidanya mendorong para alkemis untuk percaya bahwa mereka telah menemukan suatu cara untuk memisahkan maupun mempersenyawakan kembali (dalam bentuk yang telah dibersihkan) badan (materi) dan nyawa (jiwa) benda-benda ciptaan. 


Perkembangan teori kimia tidak langsung berasal dari alkemia, tetapi dari iatro-kimia, yaitu ilmu kimia medis dari para dokter (iatros, Yunani) abad XV. Para dokter beranggapan bahwa fungsi seorang ahli kimia bukanlah mengubah logam dasar menjadi emas, melainkan memperoleh obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit manusia.


Orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tersebut adalah Paracelsus, seorang dokter bangsa Swiss. Ia mengemukakan bahwa pada dasarnya tubuh manusia merupakan suatu sistem kimia dan karena itu membutuhkan pengobatan kimiawi untuk penyembuhannya. 


Obat-obatan yang diberikan itu merupakan hasil coba-coba belaka dan kerapkali menuntut persiapan bahan-bahan yang berbahaya seperti garam-garam antimon, arsen dan air raksa. Seperti para ahli alkemia, para ahli iatro-kimia pun cenderung pada ilmu gaib dan percaya akan pengaruh bintang-bintang.Mereka para ahli iatro-kimia memang tidak mencari "Batu Filsuf", melainkan "Jamu Mujarab Kehidupan" yang memberikan kesehatan dan usia panjang.


Sekalipun berbahaya, iatro-kimia yang berlangsung dua abad lamanya telah berhasil memajukan jumlah pengetahuan yang berdasarkan percobaan-percobaan dan menyebabkan diterbitkannya "Pharmacopia", yaitu suatu ensiklopedia keterangan mengenai obat-obatan dan penggunaannya.


Keberadaan unsur-unsur penyusun materi telah dipercayai oleh para ahli kimia, tetapi sampai abada XVIII mereka masih kesulitan dalam menghubungkan hasil-hasil eksperimen laboratorium dengan teori. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul 'Teori Phlogiston" untuk menjelaskan fenomena pembakaran logam.


Menurut teori Phlogiston, Phlogiston adalah "zat" yang timbul bila logam dibakar. Bila logam dipanaskan pada suhu tinggi, maka phlogiston dikeluarkan dan hanya tersisa senyawa oksida logam. 


Teori Phlogiston dipercaya oleh para ahli kimia hingga Lavoisier berdasarkan data-data eksperimennya merumuskan "Hukum Kekekalan Massa". Menurut Lavoisier, dalam proses-proses kimia yang alamiah maupun yang buatan, tidak ada sesuatu yang hilang, tidak ada sesuatu yang bertambah. Sejak ditemukannya "Hukum Kekekalan Massa" oleh Lavoisier tersebut, teori Phlogiston ditinggalkan para ahli kimia. 


Pada tahun 1802, seorang guru kimia sekolah di Inggris yang bernama John Dalton (1766-1844) menghidupkan kembali teori atom dan menggabungkannya dengan gagasan Lavoisier mengenai afinitas kuantitatif antar unsur-unsur. Ia mengemukakan  teori  atomnya yang berbeda dengan teori atom filsuf Yunani. 


Teori atom Dalton mampu memberikan penjelasan yang sangat memuaskan tentang hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier dan Hukum Perbandingan Tetap dari Proust. Oleh karena itu, teori atom Dalton dianggap sebagai "teori atom modern" yang pertama kali. 


Sejak kemunculan teori atom Dalton, beberapa waktu kemudian para ahli kimia berlomba-lomba mengungkap hakikat atom penyusun materi. Setelah John Dalton, muncul J.J. Thomson dengan teori atom "Plum-Pudding" nya, Rutherford dengan penemuan inti atomnya, Niels Bohr dengan konsep "orbit" elektron, dan akhirnya teori atom mekanika kuantum.


Demikian sekilas sejarah perkembangan ilmu Kimia, mulai dari pemikiran filosofis hingga eksperimen pengujian di laboratorium dan teori berbasis persamaan matematika. []


Sumber Bacaan : 

Keith Wilkes, 1982, Agama dan Ilmu Pengetahuan, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Sinar Harapan.

Postingan Populer