Powered By Blogger

Minggu, 26 Maret 2023

SEKADAR MENJALANI TAKDIR


SEKADAR MENJALANI TAKDIR

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Dulu saya kira setelah terbebas dari cengkeraman penyakit Fistula Ani, saya akan bisa hidup dan beraktivitas normal kembali seperti orang sehat pada umumnya. Dulu saya kira setelah sembuh dari penderitaan sakit Fistula Ani, saya akan dapat merasakan nikmatnya hidup sehat dan tidak merasakan sakit lagi. Tetapi ternyata perkiraan saya tersebut meleset. Ternyata saya mengalami kejadian yang tidak sesuai dengan harapan saya tersebut. 


Setelah penyakit Fistula Ani saya dinyatakan telah sembuh oleh dokter bedah digestif yang mengoperasi dan luka bekas operasi Fistula Ani juga telah benar-benar menutup, saya merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Waktu itu saya merasakan perasaan sangat bahagia sekali, terasa sekali betapa nikmatnya hidup tanpa siksaan rasa sakit. Saya begitu menikmati tubuh yang sehat tanpa rasa sakit, yang selama tujuh tahun ini setiap hari diwarnai rasa sakit menyayat akibat kambuhnya Fistula Ani. Saya merasa bagaikan terlahir kembali ke dunia ini. Saya pun menyiapkan diri untuk kembali melakukan aktivitas normal.  


Tetapi belum lama menikmati nikmatnya hidup sehat tanpa terganggu siksaan rasa sakit menyayat-nyayat seperti hari-hari sebelumnya, ternyata kembali Allah Swt memberikan ujian kesabaran dan tes rasa syukur saya kepada-Nya. Di suatu pagi hari setelah olah raga ringan dan sedikit aktivitas membersihkan rumah, saya dikejutkan dengan rasa nyeri di pinggang kanan dan ketika BAK keluar urine yang bercampur darah. Melihat kejadian tersebut, saya berpikiran ada yang serius terjadi dengan organ tubuh bagian dalam saya. Oleh karena itu, saya pun segera memeriksakan diri ke dokter di klinik kesehatan faskes pertama. Di klinik kesehatan faskes pertama, dokternya langsung membuatkan surat rujukan ke rumah sakit. 


Hari berikutnya, berbekal surat rujukan dokter faskes pertama, saya memeriksakan diri ke poliklinik Urologi RS UNS sehingga bisa langsung ditangani oleh dokter spesialis urologi. Setelah konsultasi dan diperiksa oleh dokter urologi, dokter mendiagnosis bahwa saya menderita sakit karena ada batu ginjal di ginjal kanan saya. Untuk memastikan diagnosis tersebut, dokter membuatkan surat pengantar ke bagian radiologi RS UNS untuk menjalani tes CT-Scan. 


Setelah hasil tes CT-Scan keluar, ternyata terkonfirmasi bahwa ada batu berukuran 1,17 cm x 0,69 cm di ginjal sebelah kanan. Melihat hasil tes CT-Scan tersebut, dokter kemudian merekomendasikan untuk tindakan operasi. Setelah saya menyatakan bersedia dioperasi, dokter langsung menjadwalkan jadwal untuk operasi. 


Beberapa hari berikutnya, saya mendapatkan telepon dari RS UNS bahwa jadwal operasi saya telah ditetapkan dan saya mulai menjalani rawat inap satu hari sebelum tindakan operasi. Sebelum dioperasi, saya harus menjalani beberapa prosedur tes seperti tes swap antigen Covid-19, foto Rontgen  dada, tes darah, dan pemasangan selang infus. Malam hari sebelum besok pagi dioperasi, dokter memberikan obat pencahar untuk membersihkan usus besar dan obat pencegah infeksi saluran kemih. Setelah itu saya harus berpuasa minimal enam jam sebelum dioperasi. 


Satu hari setelahnya, tepat pukul 07.30 perawat ruang membawa saya ke ruang operasi. Di ruang operasi telah ada dokter urologi, dokter anestesi, dokter jantung, dan perawat ruang bedah. Sebelum operasi, saya diberikan tindakan pembiusan setengah badan melalui suntikan di tulang belakang. Beberapa waktu kemudian, obat bius mulai bekerja dan selanjutnya proses operasi dijalankan. 


Selesai proses operasi, dokter urologi menjelaskan proses operasi yang sudah dilakukan pada saya dan memberitahukan bahwa ginjal saya telah dipasang DJ Stent untuk melancarkan aliran urine dari ginjal ke kandung kemih. Dokter juga memberitahukan bahwa selesai operasi nanti saya langsung difoto Rontgen untuk mengetahui apakah masih ada batu di ginjal atau tidak. Jika nanti ternyata masih ada batu di ginjal, maka dokter akan melakukan kembali tindakan operasi dengan metode berbeda. Satu bulan kemudian baru akan dilakukan operasi pengambilan DJ Stent dari dalam tubuh saya. 


Apakah saya merasa kecewa dengan kondisi kesehatan saya sekarang ini? Tidak, saya tidak merasa kecewa dengan kondisi kesehatan saya karena saya yakin selalu ada hikmah kebaikan di balik ketentuan takdir Allah. Saya berusaha untuk selalu berhusnudhan terhadap segala kehendak dan takdir-Nya. 


Walaupun sekarang saya kembali merasakan sakit nyeri di pinggang efek adanya batu ginjal dan efek pasca operasi, saya tetap semangat menjalani hidup. Saya pernah tujuh tahun lamanya menjalani hidup dengan ujian rasa sakit menyayat-nyayat setiap harinya ketika penyakit Fistula Ani saya kambuh, dan ternyata akhirnya saya lulus melaluinya. Maka untuk ujian sakit batu ginjal ini saya yakin juga pasti bisa melaluinya. 


Menderita sakit Fistula Ani selama tujuh tahun merupakan ujian terberat dalam hidup saya karena saya pernah hampir mau menyerah dan berputus asa karena beratnya rasa sakit yang ditimbulkannya. Maka untuk ujian sakit batu ginjal yang sekarang ini, saya tidak mau menyerah. Saya harus bisa sembuh untuk melanjutkan hidup dan melakukan hal-hal besar dan bermanfaat. Dengan mematuhi saran dan petunjuk dokter, saya yakin pasti bisa segera sembuh. 


Di bulan ramadhan sekarang ini, saya berusaha tetap menjalankan ibadah puasa dengan hati-hati dan mematuhi arahan petunjuk dokter. Saya sempat memohon rekomendasi ke dokter urologi pasca operasi batu ginjal apakah diizinkan untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan. Alhamdulillah dokter mengizinkan dengan catatan tetap menjaga pola minum sesuai standar kesehatan dan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas fisik yang berat-berat dulu. 


Saya pun berusaha mematuhi arahan dari dokter, terlebih saat ini di ginjal saya sedang terpasang DJ Stent, sehingga saya harus ekstra hati-hati dalam menjalankan ibadah puasa. Pernah kejadian suatu hari tiba-tiba pinggang kanan saya terasa nyeri, saat BAK keluar urine berwarna merah dan banyak gumpalan darah yang ikut keluar bersama urine. Warna BAB juga jadi hitam yang menandakan telah terjadi perdarahan di organ dalam. Saya pun tidak mau mengambil risiko dengan kemudian membatalkan puasa, segera minum obat, minum banyak air putih, dan istirahat. 


Demikianlah keadaan saya setelah sembuh dari sakit Fistula Ani. Harapan saya akan dapat hidup normal dan terbebas dari beban rasa sakit setelah sembuh dari Fistula Ani ternyata belum terwujud. Ternyata Allah Swt memiliki rencana tersendiri terhadap diri saya. Ternyata Allah Swt masih ingin menguji kesabaran dan rasa syukur saya dengan memberikan ujian sakit batu ginjal tidak lama setelah ujian sakit Fistula Ani dapat saya lalui. 


Sebagai makhluk, saya hanya menjalani hidup sesuai takdir hidup yang telah ditetapkan Allah Swt. Saya berkeyakinan bahwa jika saya mampu menjalani hidup dengan baik dan sesuai rambu-rambu yang diberikan-Nya, maka saya akan mendapatkan hasil terbaik dan juga meraih keridhaan-Nya. InsyaAllah. Amin. []



Gumpang Baru, 26 Maret 2023


 _______________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.


Sabtu, 25 Maret 2023

SELALU OPTIMIS

 


SELALU OPTIMIS

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Dalam hidup ini akan banyak masalah yang kita hadapi. Setiap masalah yang muncul harus kita selesaikan. Kita tidak boleh menghindari masalah. Kita tidak boleh pergi meninggalkan masalah. Masalah harus dihadapi dan diselesaikan. 


Salah satu masalah yang sering dihadapi banyak orang adalah masalah kesehatan. Semua orang pasti ingin hidup sehat. Semua orang pasti tidak ingin sakit. Tetapi ketika tiba-tiba sakit menghampiri, maka kita tidak bisa menghindar. Sakit harus diobati.


Kesehatan memang berkaitan dengan pola hidup. Pola hidup sehat akan menghasilkan kehidupan yang sehat. Terapi terkadang walau sudah menjalankan pola hidup sehat, ternyata penyakit bisa juga datang menghampiri. 


Sakit merupakan indikator tubuh sedang berjuang melawan penyakit. Oleh karena itu, ketika sakit kita harus membantu tubuh melawan serangan penyakit dengan minum obat. Minum obat akan memberikan bala bantuan ke tubuh untuk memenangkan peperangan melawan penyakit.


Terkadang untuk penyakit tertentu, pemberian obat tidak cukup untuk membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan penyakit. Untuk beberapa penyakit tertentu, diperlukan tindakan operasi untuk memperbaiki dan mengembalikan kembali fungsi kerja organ tubuh yang sempat tidak bekerja normal.


Tubuh perlu diperbaiki dan dikembalikan ke fungsi normalnya agar mampu berjuang melawan penyakit dengan maksimal. Pada kondisi ketika fungsi organ tubuh telah berubah, diperlukan tindakan operasi oleh dokter ahli. Dokter akan melakukan tindakan rekayasa untuk memulihkan fungsi kerja organ tubuh agar bisa kembali ke kondisi normal. 


Ketika proses penyembuhan suatu penyakit yang cukup serius, diperlukan usaha yang serius dan semangat optimisme. Secara jasmani tubuh diperbaiki fungsi kerjanya melalui tindakan operasi, sedangkan secara rohani (psikis) jiwa dibangkitkan semangatnya dengan motivasi dan optimisme.


Terkadang ketika kondisi tubuh sedang lemah, sementara penyakit masih begitu kuat menyerang benteng pertahanan tubuh, kita mudah mengalami putus asa dan depresi. Pada saat kondisi demikianlah, diperlukan tambahan dorongan motivasi dan energi kehidupan dari luar. 


Energi kehidupan berupa motivasi dan semangat sembuh tersebut bisa berasal dari orang-orang di sekitar kita, yaitu orang-orang berhati baik dan mulia yang peduli terhadap kita. Doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang di sekitar kita akan mampu membangkitkan semangat kita untuk sembuh.


Keberadaan orang-orang yang peduli dengan kita seakan-akan memberikan energi baru sehingga kita menjadi lebih bergairah untuk bangkit dan bersemangat berperang mengalahkan penyakit yang menjangkiti kita. Munculnya semangat dan rasa optimis pasti sembuh merupakan awal kemenangan kita untuk merayakan kesembuhan kita. InsyaAllah. Amin. []


Gumpang Baru, 24 Maret 2023

 

 ________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.



 


STANDAR RASA SAKIT

STANDAR RASA SAKIT

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Beberapa hari yang lalu saya menjalani tindakan operasi batu ginjal. Sehari sebelum operasi, saya harus menjalani tahapan-tahapan prosedur seperti tes swap antigen covid-19, tes Rontgen dada, tes darah dan dipasang selang infus. 


Tahap tes swap antigen covid-19 dan foto Rontgen dada menghasilkan hasil yang baik. Tes swap antigen covid-19 hasilnya negatif. Foto Rontgen dada mengkonfirmasi tidak ada masalah dengan jantung dan paru-paru. 


Tetapi ketika tahapan pemasangan selang infus, ternyata mengalami kendala. Dua kali jarum ditusukkan di pembuluh darah untuk pemasangan selang infus mengalami kegagalan. Hingga kemudian tusukkan jarum ketiga -berarti tempat ketiga yang ditusuk jarum- barulah berhasil dipasang selang infus. Jadi pada tahapan pemasangan infus saya mengalami rasa sakit akibat tusukan tiga jarum suntik di tiga tempat yang berbeda. 


Ketika tahapan penusukan jarum infus, perawat sekaligus mengambil sampel darah untuk dilakukan uji laboratorium. Dari hasil uji laboratorium ternyata kandungan mineral kalium dalam tubuh saya berada di bawah angka normal. Maka semalaman saya diberi cairan infus yang mengandung mineral kalium. Keesokan paginya, kembali saya ditusuk jarum suntik di tempat berbeda untuk pengambilan sampel darah. Jadi di hari kedua rawat inap, saya telah merasakan empat kali rasa sakit akibat empat kali tusukan jarum. 


Pagi jam 08.30 di hari kedua, saya menjalani tindakan operasi batu ginjal. Sebelum menjalani proses operasi, saya diberi tindakan pembiusan oleh dokter anestesi. Saya diberi tindakan bius setengah badan dengan disuntik di tulang belakang. Ketika tulang belakang disuntik, saya merasakan rasa nyeri yang cukup terasa. Saya berusaha tenang dan mengatur nafas ketika jarum suntik pelan-pelan menusuk punggung dan ketika cairan bius diinjeksikan. Saya merasakan rasa nyeri dan ngilu tapi tetap saya coba tahan. Ini adalah rasa sakit akibat tusukan jarum suntik yang kelima yang saya alami. 


Rasa sakit yang saya rasakan  saat proses pembiusan masih bisa saya toleransi karena saya pernah merasakan rasa sakit yang jauh berkali-kali lipat ketika masa perawatan luka operasi Fistula Ani. Rasa sakit akibat tusukan jarum suntik di tulang belakang ini tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit ketika penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani yang dulu. 


Malam hari setelah tindakan operasi batu ginjal dan pemasangan DJ Stent di pagi hari, dokter meresepkan pemberian obat antibiotik melalui infus. Sebelum diinjeksikan melalui selang infus, perawat melakukan uji coba obat antibiotik ke tubuh saya apakah tubuh saya bisa menerima antibiotik tersebut atau menolaknya. Indikator penolakan tubuh terhadap pemberian antibiotik adalah munculnya warna kemerah-kemerahan di kulit sekitar tempat suntikan dan munculnya rasa gatal-gatal. 


Maka perawat menyuntikkan cairan antibiotik ke jaringan di bawah kulit. Saat jarum suntik ditusukkan ke jaringan di bawah kulit dimana terdapat sel-sel syaraf, saya merasakan rasa nyeri yang menyayat. Ini adalah rasa sakit yang keenam akibat tusukan jarum suntik yang keenam di tempat berbeda. Jadi selama dua hari badan saya telah ditusuk jarum suntik sebanyak enam kali di tempat yang berbeda-beda. 


Demikianlah, sepulang dari rawat inap di RS, di badan saya terdapat enam bekas suntikan jarum. Ketika proses penyuntikan, keenam suntikan tersebut semuanya menimbulkan rasa sakit yang berbeda-beda karena dilakukan di enam bagian tubuh yang berbeda. Tetapi yang jelas, rasa sakit akibat suntikan enam jarum suntik tersebut, semuanya masih jauh di bawah rasa sakit saat perawatan luka pasca operasi Fistula Ani yang saya jalani beberapa bulan sebelumnya. 


Jadi seolah-olah saya sekarang memiliki standar rasa sakit maksimal, yaitu rasa sakit saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani. Rasa sakit yang timbul timbul saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani saya jadikan standar maksimal karena ketika itu tubuh saya benar-benar merasakan sakit yang luar biasa, saya merasakan hampir pingsan ketika menahan rasa sakitnya.


Ketika berjuang menahan rasa sakit yang timbul saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani, otot-otot tubuh saya tegang semua, tubuh bergetar, nafas terengah-engah, dan hati merasakan ketakutan yang amat sangat (traumatik) setiap harinya. 


Selama 3,5 bulan setiap hari saya harus menyiapkan keberanian yang ekstra dan menata mental agar berani menghadapi rasa sakit. Walaupun hati sangat ketakutan setiap kali perawat datang ataupun setiap kontrol ke dokter, saya harus tetap menghadapinya karena tidak ada pilihan lain. Semuanya demi harapan sembuh dan berpisah dengan penderitaan rasa sakit yang diakibatkan kambuhnya penyakit Fistula Ani setiap hari. []



Gumpang Baru, 23 Maret 2023


 

 _______________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.


Selasa, 14 Maret 2023

IDUL FITRI: AWAL KEHIDUPAN DENGAN STANDAR BARU

Sumber Gambar: https://jatim.nu.or.id/keislaman/berikut-8-hal-yang-disarankan-saat-hari-raya-idul-fitri-ajPyI


 IDUL FITRI: AWAL KEHIDUPAN DENGAN STANDAR BARU

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Ramadan merupakan bulan yang diistimewakan oleh umat Islam. Ramadan dianggap istimewa karena diyakini di dalam bulan Ramadan banyak kebaikan dan keutamaan, pahala kebaikan dilipatgandakan, dan dosa-dosa diampuni. Oleh karena itu, setiap kali memasuki bulan Ramadan, umat Islam berbondong-bondong menyambutnya dengan suka cita dan penuh harap. Di dalam bulan Ramadan, umat Islam seperti jor-joran dalam beribadah dan beramal kebaikan. Mereka  tidak eman-eman mengeluarkan banyak uang dan harta benda demi mendapatkan kemuliaan bulan Ramadan.

 

Ketika memasuki bulan Ramadan, banyak orang Islam yang berubah drastis menjadi baik. Banyak orang Islam yang seperti menjalani hidup yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Mereka bagaikan ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka benar-benar meninggalkan sikap hidup sehari-hari dan menjalani sikap hidup yang benar-benar baru dan berbeda. Ramadan bagaikan momentum untuk bertransformasi menjadi pribadi yang baru dan berbeda. Walaupun harus melalui perjuangan yang berat, banyak orang yang tidak merasa berat dan bahkan senang menjalaninya. Semua itu karena mereka sangat mengharapkan keridaan, keberkahan dan maghfirah dari Allah Swt. Mereka ingin menggapai derajat muttaqin atau orang yang bertakwa.

 

Saat Ramadan, muncul beberapa fenomena baru di kalangan umat Islam. Ada orang-orang yang rutin bangun tengah malam setiap hari selama bulan Ramadan untuk salat tahajud dan membaca Al-Qur’an yang mana sebelum Ramadan tidak rutin dilakukannya. Ada orang-orang yang rutin bersedekah makanan setiap hari dengan menyediakan menu berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa, padahal sebelum Ramadan mereka tidak rutin bersedekah. Ada juga orang-orang yang setiap hari rutin membaca Al-Qur’an dan bahkan mentargetkan bisa khatam beberapa kali selama bulan Ramadan, dimana sebelumnya tidak ada target tersebut. Dan fenomena lainnya.

 

Amalan-amalan ibadah tersebut mungkin jarang atau tidak dilakukannya di luar bulan Ramadan. Mereka memang mengkhususkan mengerjakan amalan-amalan ibadah tersebut di bulan Ramadan karena ingin mendapatkan ampunan dan keberkahan dari bulan Ramadan. Mereka seolah-olah ingin meraup keuntungan dari bulan Ramadan sebanyak-banyaknya. Makanya mereka berani jor-joran melakukannya.

 

Apakah melakukan ibadah dan amalan kebaikan secara jor-joran secara khusus di bulan Ramadan merupakan keutamaan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat kembali panduan beribadah dan beramal dari Rasulullah Saw. Berkaitan dengan bagaimana kita mengerjakan amalan ibadah, Rasulullah Saw. telah memberikan panduan. Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim No. 783). Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab, ”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782).

 

Berdasarkan dua hadis Nabi Saw. di atas, dapat kita pahami bahwa amalan yang paling baik adalah amalan yang dikerjakan secara rutin (kontinu), walaupun amalan tersebut sedikit. Penekanan dari kedua hadis tersebut adalah pada amalan yang rutin (kontinu), bukan pada amalan sedikit. Hadis tersebut merupakan panduan minimal dalam beramal. Jika mampu, lebih diutamakan mengerjakan amalan yang banyak dan rutin (kontinu). Tetapi jika tidak mampu mengerjakan amalan yang banyak, tidak apa-apa mengerjakan amalan yang sedikit, yang terpenting dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

 

Dengan demikian, sekarang kita sudah mengetahui panduan terbaik bagaimana kita beribadah dan beramal, yaitu harus rutin dan terus-menerus. Amalan terbaik bukan tergantung pada banyaknya amalan, melainkan bergantung pada rutin dan kesinambungan amalan tersebut dikerjakan. Dari sini terlihat bahwa kualitas ibadah dan amalan kebaikan itu tidak bergantung pada kuantitas tetapi pada berkesinambungan. Artinya, amalan kebaikan itu merupakan amalan yang dinamis, yang merepresentasikan dari sebuah proses atau perjalanan. Jadi untuk dapat dipandang sebagai hamba yang taat pada Allah Swt, bukan dilihat dari banyaknya ibadah dan amal kebaikan yang dikerjakan, melainkan kepada bagaimana proses kita menjalankan ibadah dan amal kebaikan. Proses dinamisnya ibadah dan amalan kebaikan menggambarkan sebuah spirit perjuangan yang tiada putus.

 

Kita kembali pada topik pembahasan tentang adanya fenomena mengkhususkan ibadah dan amalan kebaikan hanya di bulan Ramadan. Jika merujuk pada panduan beribadah dan beramal yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa melakukan ibadah dan amalan kebaikan secara berlebih-lebihan (bahasa Jawa : jor-joran) di bulan Ramadan itu tidak masalah (dibolehkan), asalkan setelah selesai bulan Ramadan ibadah dan amalan kebaikan tersebut tetap terus dikerjakan agar syarat aspek berkesinambungannya (rutin, kontinu) dapat terpenuhi. Dengan demikian, dapat penulis ungkapkan dengan kalimat lain bahwa ibadah dan amalan di bulan Ramadan dapat dijadikan sebagai titik awal (start) bagaimana kita beribadah dan beramal di bulan-bulan selanjutnya. Ibadah dan amalan yang dilakukan selama bulan Ramadan dapat menjadi standar baru dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Bulan setelah Ramadan adalah bulan Syawal. Syawal adalah bulan ke 10 dalam kalender Islam setelah bulan suci Ramadhan. Hari pertama di bulan Syawal dirayakan sebagai Idul Fitri. “Syawal” berasal dari kata Arab Sawaal yang berarti “dibesarkan”. Syawal berarti naik atau meninggi. Pada bulan Syawal ini, kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di sisi Allah SWT karena telah melewati bulan ujian dan ibadah selama Ramadan. Diyakini, penamaan Syawal diberikan untuk menandakan waktu tahun di mana unta betina akan mengandung bayinya. Ini merupakan simbol kehidupan baru dan pembaruan setelah sebulan pembersihan spiritual (Sendari, 2022).

 

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bulan Syawal merupakan bukti tindakan nyata dari perjuangan di bulan Ramadan. Bulan Ramadan adalah awal atau start dari perjuangan menjadi hamba Allah Swt. yang taat dengan menjalankan ibadah dan amalan-amalan kebaikan sebanyak-banyaknya dan berlatih rutin melakukannya sebulan penuh selama bulan Ramadan agar setelah keluar dari Ramadan sudah terbiasa melakukan ibadah dan amalan sesuai standar di bulan Ramadan.

 

Syawal dapat diibaratkan sebagai awalan kita menapaki kehidupan nyata dengan standar ibadah dan kehidupan yang baru yang dibentuk selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Momentum hari raya Idul Fitri dapat kita jadikan sebagai awal menjalani kehidupan dengan standar dan target baru demi meraih kemuliaan Allah Swt. Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang harus kita rayakan dengan penuh suka cita dan bahagia. Suka cita selain karena kita telah mampu menjalankan kewajiban ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, juga bergembira karena kita telah membuat standar kehidupan yang baru yang lebih baik dibandingkan sebelum memasuki bulan Ramadan, dan bahkan kita telah berlatih menjalaninya selama sebulan penuh.

 

Kebiasaan dan standar hidup baru yang telah kita desain selama bulan Ramadan inilah yang seharusnya menjadi standar kehidupan kita yang nyata dan layak untuk kita teruskan di bulan-bulan selanjutnya. Bertepatan dengan momentum perayaan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal yang berarti bulan peningkatan ini, marilah kita menjalani kehidupan nyata kita dengan pola dan standar yang baru. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Gumpang Baru, 14 Maret 2023

 

 

Daftar Bacaan

Sendari, A. A. (2022, May 2). Makna Bulan Syawal dan Keistimewaannya, Ketahui Amalan Baiknya. Retrieved March 14, 2023, from Liputan6.com website: https://www.liputan6.com/hot/read/4947915/makna-bulan-syawal-dan-keistimewaannya-ketahui-amalan-baiknya


 ________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Senin, 06 Maret 2023

MELANJUTKAN KEHIDUPAN

MELANJUTKAN KEHIDUPAN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 


Di dalam Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 5-8 Allah Swt. berfirman:

“(5). Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6).  Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan., (7).  Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (8).  Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah [94]: 5-8).

 

Firman Allah tersebut menjadi panduan bagi umat manusia bahwa kehidupan itu harus terus berlanjut. Setiap orang harus terus melanjutkan kehidupannya walaupun seberat apapun beban masalah hidup yang dihadapi. Kita tidak boleh berhenti, berputus asa, dan stagnan dalam menjalani kehidupan ini, melainkan kita harus terus semangat, pantang menyerah, move on, dan selalu dinamis dalam menjalani hidup.

 

Kehidupan ini harus terus diperjuangkan dan dijalani sampai takdir memisahkan kita dari kehidupan dunia ini. Tetapi selama kita masih memiliki kemampuan untuk berikhtiar dan berjuang, maka kita harus tetap semangat melanjutkan kehidupan. Memang di masa depan akan semakin banyak rintangan, hambatan, dan tantangan yang menghadang kita, tetapi penting kita tanamkan dalam diri kita bahwa setiap tantangan, rintangan, dan hambatan merupakan mekanisme Allah untuk menguji kesungguhan dan ketangguhan kita dalam melanjutkan hidup. Jika kita mampu melalui semua masalah, rintangan, hambatan dan tantangan hidup, maka grade kualitas hidup kita akan meningkat.

 

Dengan berparadigma pada surat al-Insyirah ayat 5-8 di atas, maka setiap masalah, rintangan, hambatan, dan tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan ini merupakan pertanda bahwa pada proses kehidupan selanjutnya kita akan menemukan kemudahan, kesuksesan, kebahagiaan, maupun kesejahteraan hidup. Segala masalah dan kesulitan hidup yang kita jalani akan menjadi batu loncatan kita mencapai tangga kesuksesan hidup. Kesuksesan hidup itu memang harus diraih melalui usaha dan perjuangan yang sungguh-sungguh dan bahkan dengan bercucuran keringat. Hidup itu itu terlalu mahal jika hanya dijalani seadanya tanpa ada fase perjuangan dan usaha sungguh-sungguh menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Hidup adalah perjuangan dan perbaikan diri.

 

Dalam menjalani roda kehidupan ini, penulis juga mengalami banyak masalah dan kesulitan hidup yang memaksa penulis harus berjuang melalui itu semua. Jika penulis dulu tidak berjuang melalui semua masalah dan cobaan hidup dengan bersungguh-sungguh, maka mungkin kondisi kehidupan penulis tidak seperti saat ini. Sekarang penulis sudah menikmati hasil dari perjuangan masa lalu. Sekarang penulis bisa merasakan betapa nikmatnya itu sebuah kesuksesan hidup. Ternyata perjuangan itu mampu mendatangkan kenikmatan hidup yang tiada tara.

 

Apakah setelah kita melewati masalah dan rintangan hidup dan menikmati kemenangan, lantas kita tidak akan menemui masalah lagi? Jawabannya adalah kita tetap dan akan selalu menemui masalah, dimana jenis dan kadar masalah yang kita hadapi akan berbeda-beda. Semakin berat beban masalah hidup yang kita hadapi maka juga akan semakin nikmat rasanya kemenangan dan kesuksesan nanti ketika kita telah berhasil melewatinya.

 

Setiap masalah hidup itu berjenjang kadar kesulitannya, semakin lama semakin berat dan sulit untuk melewatinya. Semua masalah hidup yang berbeda-beda tersebut merupakan mekanisme  yang dibuat Allah Swt untuk mengukur dan menaikkan level kualitas hidup kita. Maka kita harus selalu semangat menjalani kehidupan dan selalu berpikiran positif terhadap setiap masalah yang kita hadapi. Kita harus ingat dengan petunjuk dari Allah Swt dalam surat al-Insyirah di atas bahwa sesudah kesulitan akan ada kemudahan. Jadi yakinkan pada diri sendiri bahwa kita pasti akan menemukan kemudahan dalam hidup ini, kita pasti akan bisa sukses.

 

Tentang kapan datangnya kesuksesan itu hanya masalah waktu saja, tugas kita sekarang hanyalah terus berusaha dan berjuang meraih kesuksesan dan kebermaknaan hidup sebagaimana dipandukan oleh Allah Swt melalui ketauladanan Rasulullah Muhammad Saw. Kita harus terus semangat berusaha menaklukkan segala rintangan dan hambatan hidup yang menghadang sambil juga terus berusaha meningkatkan kompetensi dan kualitas hidup, serta terus berikhtiar menjadi pribadi yang lebih baik. Proses perbaikan diri atau transformasi itu bersifat terus-menerus, bukan hanya sekali jadi, melainkan proses yang berkesinambungan. Maka, jadilah pribadi yang continuous improvement sepanjang hidup. Semoga kita diberikan kemampuan dan kekuatan untuk mewujudkan diri menjadi orang yang baik dan sukses. Amin. []

 

Gumpang Baru, 07 Maret 2023

 

 

 ________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Jumat, 03 Maret 2023

SEHAT ITU MAHAL


SEHAT ITU MAHAL

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis pernah bersabda, “…..Jagalah sehatmu sebelum datang sakitmu…(HR. Al-Hakim). Rasulullah saw. juga bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Hadis lain tentang pentingnya kesehatan juga diungkapkan Nabi Saw., “Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR Ibnu Majah).

 

Beberapa hadis tersebut menunjukkan bahwa dalam ajaran agama Islam, menjaga kesehatan merupakan salah satu sendi penting dalam kehidupan. Sehat merupakan kondisi paling nyaman dalam hidup dan semua orang pasti menginginkannya. Tetapi ternyata tidak semua orang mampu mencapainya. Ada sebagian orang yang terpaksa berada dalam kondisi sakit. Orang-orang yang sedang sakit tersebut pasti tidak menginginkannya, tetapi mereka terpaksa harus menerimanya karena takdir kehidupan.

 

Sehat itu terasa sangat nikmat ketika kita sudah sakit. Banyak orang yang terkadang lupa bagaimana nikmatnya rasa sehat karena terlena dengan kondisi sehat. Orang yang terbiasa sehat terkadang menganggap sehat itu hal biasa dan tidak ada rasa nikmatnya. Orang yang belum pernah merasakan sakit pasti tidak pernah menyadari betapa nikmatnya rasa sehat itu. Tidak merasakan rasa sakit di salah satu anggota tubuh itu saja merupakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Sehat itu terasa mahal ketika kita sakit dan harus mengeluarkan banyak biaya untuk bisa sembuh. Ada orang yang sampai harus mengeluarkan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah hanya demi untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

 

Selama tujuh tahun saya menderita penyakit yang terbilang langka, yaitu Fistula Ani atau Fistel Perianal. Penyakit ini belum banyak dikenal orang dan penderitanya juga tidak banyak. Setiap orang yang bertanya tentang penyakit saya, ketika saya katakana sakit Fistula Ani, mereka lanjut bertanya itu penyakit apa? Jadi memang Fistula Ani ini merupakan jenis penyakit yang belum familier di masyarakat dan termasuk penyakit langka. Saya baca di sebuah artikel kesehatan yang menyatakan bahwa Fistula Ani termasuk penyakit langka dimana di Indonesia jumlah penderita Fistula Ani kurang dari 150 ribu kasus pertahun. Fistula ani (anal fistula) adalah suatu terowongan yang terinfeksi di antara kulit dan anus, bukaan otot pada ujung saluran pencernaan. Kebanyakan anal fistula adalah hasil dari infeksi pada kelenjar anal yang menyebar ke kulit. Gejalanya meliputi nyeri, pembengkakan, dan keluarnya darah atau nanah dari anus. Pembedahan biasanya diperlukan untuk mengobati fistula ani.

 

Di dunia medis, belum ada metode standar untuk menangani atau menyembuhkan penyakit ini. Satu-satunya metode pengobatan penyakit Fistula Ani adalah melalui pembedahan (operasi) dan dibuat luka terbuka. Metode operasi yang umum dipakai oleh para dokter bedah adalah metode fistulektomi (metode growak). Tetapi metode growak ini bukan metode standard dan yang paling ampuh untuk menyembuhkan penyakit Fistula Ani karena masih ada metode lain seperti teknik benang seton, metode Filac, dan lain sebagainya. Tetapi yang penting dicatat adalah metode-metode operasi tersebut semuanya tidak menjamin 100% pasti sembuh karena sembuh tidaknya penyakit fistula selain dipengaruhi oleh ketepatan metode operasi yang dilakukan juga bergantung pada teknik perawatan luka operasi kareena lukanya berupa luka terbuka alias tidak dijahit sehingga memerlukan perawatan secara khusus. Salah seorang dokter bedah yang sudah ratusan kali mengoperasi pasien Fistula Ani menyatakan bahwa penyakit Fistula Ani adalah penyakit yang rumit penanganannya, sulit sembuh alias mudah kambuh dan banyak dihindari oleh dokter-dokter bedah di dunia.

 

Beberapa waktu yang lalu saya bergabung di sebuah grup penderita Fistula Ani. Di grup Fistula Ani tersebut, ada anggota yang telah 20 tahun menderita penyakit Fistula Ani, ada yang sudah operasi beberapa kali, ada yang sampai menghabiskan biaya ratusan juta rupiah karena sekali operasi biayanya antara 15 - 40 juta, ada yang sampai berobat ke luar negeri, ada yang sudah mencoba berbagai metode pengobatan, ada yang akhirnya pasrah menerima takdir menderita penyakit Fistula seumur hidup, ada yang depresi dengan beratnya menanggung sakit Fistula Ani, dan lain sebagainya.

 

Dari mungkin ribuan penderita Fistula Ani, kebanyakan belum bisa langsung sembuh dari sakit Fistula Ani setelah operasi. Penderita Fistula Ani yang berhasil sembuh kebanyakan setelah menjalani operasi beberapa kali, berkisar antara 3 sampai 5 kali operasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dokter bedah di atas bahwa penyakit Fistula Ani merupakan penyakit yang sulit sembuh dan sangat merepotkan. Perlu kesabaran ekstra dan mental yang kuat bagi siapapun yang menderita Fistula Ani. Siapapun yang menderita penyakit Fistula Ani pasti mengalami penurunan kualitas hidup dan mengalami depresi karena penyakit ini sangat menyiksa dan sangat merepotkan.

 

Dokter bedah yang mengoperasi saya sampai mengatakan bahwa Fistula Ani adalah penyakit yang sangat-sangat menjengkelkan. Saya sangat membenarkan apa yang dikatakan dokter karena saya telah mengalami siksaan penderitaan rasa sakit akibat penyakit Fistula settiap hari selama tujuh tahunan dan betapa repotnya perawatan lukanya. Tetapi kata beliau, dengan teknik operasi yang tepat dan teknik perawatan yang tepat pula, maka penyakit Fistula Ani pasti bisa sembuh. Kalimat motivasi beliau inilah yang memberikan kekuatan baru bagi saya untuk menjalani operasi yang sangat berat dan penuh rasa sakit.

 

Alhamdulillah setelah menjalani proses operasi dua kali (tiga kali jika termasuk operasi minor yang dulu pernah saya jalani saat awal-awal menderita Fistual Ani) dan menjalani proses perawatan luka operasi yang dipenuhi dengan drama kesakitan rasa nyeri menyayat-yayat selama 3,5 bulan, akhirnya Allah Swt memberikan harapan kesembuhan. Saya tidak melakukan perawatan luka secara mandiri, melainkan dilakukan oleh tenaga medis profesional yang saya bayar. Pasca operasi pertama, setelah sebulan bertarung dengan rasa sakit menyayat setiap harinya, ternyata penyakit Fistula Ani saya kambuh kembali, sedangkan luka operasi belum juga  menutup. Selama masa perawatan luka pasca operasi pertama, saya sempat dua kali dilarikan ke IGD RS dalam kondisi dibopong lima orang karena saya tidak bisa jalan akibat menahan rasa sakit yang sangat menyayat-yayat. Setelah kejadian tersebut, saya dirujuk ke dokter bedah digestif dan dua bulan kemudian saya menjalani operasi kedua.

 

Saat ini luka operasi Fistula Ani saya sudah menutup, tetapi terkadang saya masih merasakan nyeri di bekas luka operasi. Selain itu, tubuh saya juga masih merasakan keluhan lain pasca operasi. Mungkin keluhan tersebut efek samping dari tindakan operasi yang saya jalani. Karena selama 3,5 bulan saya full bedrest, sekarang saya sedang latihan pemulihan kondisi tubuh agar bisa beraktivitas normal kembali sambil terus memantau perkembangan kondisi bekas luka operasi Fistual Ani. Hati saya masih was-was dengan penyakit Fistula Ani saya ini. Pengalaman kambuhnya penyakit Fistula Ani pasca operasi pertama dulu masih menyisakan trauma psikis dan teringat di memori pikiran saya betapa menyiksanya rasa sakit yang ditimbulkannya, sampai semalaman saya tidak bisa tidur dan hanya bisa menangis menahan rasa sakit tak tertahankan setiap detiknya. Saya selalu berdoa dan sangat berharap semoga penyakit Fistula Ani saya ini bisa benar-benar sembuh sempurna dan tidak akan kambuh lagi. Semoga Allah Swt meridai dan mengabulkan doa-doa dan harapan saya. Aamin 3x Yaa Robbal’alamiin. []

 

Gumpang Baru, 04 Maret 2023

 

 _________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Postingan Populer