Powered By Blogger

Sabtu, 25 Maret 2023

STANDAR RASA SAKIT

STANDAR RASA SAKIT

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Beberapa hari yang lalu saya menjalani tindakan operasi batu ginjal. Sehari sebelum operasi, saya harus menjalani tahapan-tahapan prosedur seperti tes swap antigen covid-19, tes Rontgen dada, tes darah dan dipasang selang infus. 


Tahap tes swap antigen covid-19 dan foto Rontgen dada menghasilkan hasil yang baik. Tes swap antigen covid-19 hasilnya negatif. Foto Rontgen dada mengkonfirmasi tidak ada masalah dengan jantung dan paru-paru. 


Tetapi ketika tahapan pemasangan selang infus, ternyata mengalami kendala. Dua kali jarum ditusukkan di pembuluh darah untuk pemasangan selang infus mengalami kegagalan. Hingga kemudian tusukkan jarum ketiga -berarti tempat ketiga yang ditusuk jarum- barulah berhasil dipasang selang infus. Jadi pada tahapan pemasangan infus saya mengalami rasa sakit akibat tusukan tiga jarum suntik di tiga tempat yang berbeda. 


Ketika tahapan penusukan jarum infus, perawat sekaligus mengambil sampel darah untuk dilakukan uji laboratorium. Dari hasil uji laboratorium ternyata kandungan mineral kalium dalam tubuh saya berada di bawah angka normal. Maka semalaman saya diberi cairan infus yang mengandung mineral kalium. Keesokan paginya, kembali saya ditusuk jarum suntik di tempat berbeda untuk pengambilan sampel darah. Jadi di hari kedua rawat inap, saya telah merasakan empat kali rasa sakit akibat empat kali tusukan jarum. 


Pagi jam 08.30 di hari kedua, saya menjalani tindakan operasi batu ginjal. Sebelum menjalani proses operasi, saya diberi tindakan pembiusan oleh dokter anestesi. Saya diberi tindakan bius setengah badan dengan disuntik di tulang belakang. Ketika tulang belakang disuntik, saya merasakan rasa nyeri yang cukup terasa. Saya berusaha tenang dan mengatur nafas ketika jarum suntik pelan-pelan menusuk punggung dan ketika cairan bius diinjeksikan. Saya merasakan rasa nyeri dan ngilu tapi tetap saya coba tahan. Ini adalah rasa sakit akibat tusukan jarum suntik yang kelima yang saya alami. 


Rasa sakit yang saya rasakan  saat proses pembiusan masih bisa saya toleransi karena saya pernah merasakan rasa sakit yang jauh berkali-kali lipat ketika masa perawatan luka operasi Fistula Ani. Rasa sakit akibat tusukan jarum suntik di tulang belakang ini tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit ketika penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani yang dulu. 


Malam hari setelah tindakan operasi batu ginjal dan pemasangan DJ Stent di pagi hari, dokter meresepkan pemberian obat antibiotik melalui infus. Sebelum diinjeksikan melalui selang infus, perawat melakukan uji coba obat antibiotik ke tubuh saya apakah tubuh saya bisa menerima antibiotik tersebut atau menolaknya. Indikator penolakan tubuh terhadap pemberian antibiotik adalah munculnya warna kemerah-kemerahan di kulit sekitar tempat suntikan dan munculnya rasa gatal-gatal. 


Maka perawat menyuntikkan cairan antibiotik ke jaringan di bawah kulit. Saat jarum suntik ditusukkan ke jaringan di bawah kulit dimana terdapat sel-sel syaraf, saya merasakan rasa nyeri yang menyayat. Ini adalah rasa sakit yang keenam akibat tusukan jarum suntik yang keenam di tempat berbeda. Jadi selama dua hari badan saya telah ditusuk jarum suntik sebanyak enam kali di tempat yang berbeda-beda. 


Demikianlah, sepulang dari rawat inap di RS, di badan saya terdapat enam bekas suntikan jarum. Ketika proses penyuntikan, keenam suntikan tersebut semuanya menimbulkan rasa sakit yang berbeda-beda karena dilakukan di enam bagian tubuh yang berbeda. Tetapi yang jelas, rasa sakit akibat suntikan enam jarum suntik tersebut, semuanya masih jauh di bawah rasa sakit saat perawatan luka pasca operasi Fistula Ani yang saya jalani beberapa bulan sebelumnya. 


Jadi seolah-olah saya sekarang memiliki standar rasa sakit maksimal, yaitu rasa sakit saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani. Rasa sakit yang timbul timbul saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani saya jadikan standar maksimal karena ketika itu tubuh saya benar-benar merasakan sakit yang luar biasa, saya merasakan hampir pingsan ketika menahan rasa sakitnya.


Ketika berjuang menahan rasa sakit yang timbul saat penggantian kasa tampon luka operasi Fistula Ani, otot-otot tubuh saya tegang semua, tubuh bergetar, nafas terengah-engah, dan hati merasakan ketakutan yang amat sangat (traumatik) setiap harinya. 


Selama 3,5 bulan setiap hari saya harus menyiapkan keberanian yang ekstra dan menata mental agar berani menghadapi rasa sakit. Walaupun hati sangat ketakutan setiap kali perawat datang ataupun setiap kontrol ke dokter, saya harus tetap menghadapinya karena tidak ada pilihan lain. Semuanya demi harapan sembuh dan berpisah dengan penderitaan rasa sakit yang diakibatkan kambuhnya penyakit Fistula Ani setiap hari. []



Gumpang Baru, 23 Maret 2023


 

 _______________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.


Tidak ada komentar:

Postingan Populer