Powered By Blogger

Sabtu, 29 Mei 2021

MANFAAT MENULIS BUKU SEBAGAI BUKTI EKSISTENSI DIRI

 


MANFAAT MENULIS BUKU SEBAGAI BUKTI EKSISTENSI DIRI

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Question         :

Kak, adek ingin tahu apa saja sih manfaat kita menulis?

Answer           :

Beneran nih adek pingin tahu? Baiklah akan kakak jelaskan. Menulis itu ibaratnya menuangkan isi pikiran yang ada di kepala. Menulis adalah mengubah isi pikiran kita menjadi bentuk tulisan. Nah, di antara manfaat dari menulis adalah sebagai bukti eksistensi diri

Waktu kita hidup di dunia ini tidak lama, bahkan sangat singkat dibandingkan usia dunia ini. Orang Jawa menganalogikan sangat singkatnya waktu atau usia manusia hidup di dunia ini dengan ungkapan "Urip ning dunya mung koyo wong mampir ngombe" (terj. Hidup di dunia bagaikan orang mampir minum saja).

Ungkapan orang Jawa tersebut mengandung makna bahwa kehidupan manusia di dunia memang sangat singkat dibandingkan waktu dunia, ibaratnya waktu orang mampir untuk minum itu pasti sangat singkat dibandingkan usia keseluruhan orang tersebut. Berapa lama waktu yang kita butuhkan ketika minum? Paling antara 1-2 menit. Bandingkan waktu minum yang antara 1-2 menit tersebut dengan keseluruhan waktu hidup kita? Dari perbandingan ini, kita pasti bisa memahami bahwa waktu untuk kita minum (representasi waktu hidup di dunia) sangat-sangat singkat. Maka tepat sekali orang Jawa zaman dulu dalam membuat perumpamaan atau analogi tersebut.

Dengan usia hidup yang sangat singkat tersebut, apa yang telah dan akan kita lakukan agar eksistensi kita diakui? Apa yang telah dan akan kita lakukan agar kita dikenang sepanjang masa walau ketika nanti kita sudah meninggalkan kehidupan dunia yang fana ini? Dalam salah satu hadis,Rasulullah Saw pernah bersabda, "Jika anak keturunan manusia telah meninggal, maka terputuslah seluruh (pahala) amal-amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan doa anak shalih/shalihah untuk kedua orang tuanya" (HR. Muslim). Dari hadis Rasulullah Saw ini, saya ingin lebih fokus membahas tentang ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu perkara yang tidak pernah putus aliran pahalanya walau sang pemilik ilmu telah tiada. Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal yang berkesinambungan aliran pahala kebaikannya yang menembus batas-batas ruang dan waktu. Kalau kehidupan kita di dunia ini dibatasi oleh dinding-dinding pembatas waktu, maka ilmu yang kita miliki dan memberikan manfaat untuk orang lain justru mampu menembus batas-batas waktu tersebut. Perhatikan penjelasan tersebut, betapa Allah Swt sungguh-sungguh peduli dan care pada kita? Walau umur kita dibatasi tetapi Allah Swt tidak membatasi aktivitas kebaikan kita melalui kemanfaatan ilmu yang kita miliki. Sungguh Allah Swt sangat sayang pada umat-Nya. Subhanallah..

Sekarang marilah kita renungkan, bagaimana cara kita agar ilmu kita bertahan lama dan terus bermanfaat? Maka jawabannya adalah ilmu kita tersebut harus diikat dalam suatu media sehingga dapat diakses dan dimanfaatkan orang sampai kapanpun. Nah, salah satu media pengikat ilmu adalah tulisan, dan kumpulan tulisan-tulisan ilmu tersebut dapat disatukan dalam bentuk BUKU, baik buku cetak maupun buku digital (ebook). Ya, buku dapat menjadi sarana keterlaksanaan dari isi hadis Rasulullah Saw di atas.

Perhatikan wahyu pertama yang diterima Rasulullah Saw, berbunyi IQRA' ! (bacalah). Coba pikirkan, perintah dalam firman Allah Swt tersebut hanya dapat terlaksana jika ada objek yang dibaca. Apakah objek yang dibaca? Bacaan. Ya, bacaan adalah objek yang diperlukan untuk melaksanakan perintah dalam wahyu pertama tersebut. Bacaan itu bisa berupa tulisan dalam bentuk buku. Jadi, buku adalah salah satu media sarana untuk melaksanakan perintah iqra' dan penulis buku adalah orang yang baik karena telah berjasa menjadi perantara keterlaksanaan wahyu pertama tersebut. Betapa beruntungnya para penulis (buku, majalah, jurnal, dll) karena turut serta membantu tercapainya tujuan diturunkannya wahyu pertama.

Melalui menulis, seorang penulis akan mampu menembus batas ruang dan waktu untuk mewujudkan kebermanfaatan dari ilmu-ilmu yang dimilikinya yang telah diikatnya dalam wujud tulisan di buku-bukunya. Melalui tulisan dan menerbitkannya dalam bentuk buku, ilmu seseorang dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Inilah yang saya maksud dengan ungkapan "ilmu yang diikat melalui media tulisan dan dibukukan akan mampu menembus batas-batas dinding ruang dan waktu". Dan tentunya, kalau ilmu seseorang mampu menembus batas ruang dan waktu maka pastilah kebermanfaatan ilmunya juga akan mampu menembus batas ruang dan waktu.

Selain bisa menjadi sarana menyebarkan manfaat (kebaikan) yang dapat menembus batas ruang (lintas wilayah) dan waktu (lintas generasi), tulisan (yang dibukukan) juga mampu menjadi bukti eksistensi seseorang. Ingat peribahasa "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati...? Jawabannya adalah meninggalkan nama. Nah, sekarang bagaimana cara kita meninggalkan "nama" kita agar dikenal oleh generasi yang akan datang? Di manakah kita akan meletakkan "nama" kita agar dikenang oleh generasi masa depan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini ada di BUKU. Ya, buku bisa menjadi alternatif sarana/media dan cara kita meninggalkan "nama" kita agar dikenal dan dikenang orang-orang di masa depan. Buku bisa menjadi bukti dan saksi atas eksistensi kita di masa sekarang untuk diketahui oleh orang-orang generasi masa depan. WaAllahu a'lam. []

 

___________________________________

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, Internatioal Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK), Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), dan International Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation-CTFAI (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Kamis, 27 Mei 2021

Membangun Bangsa Kreatif Melalui Pembelajaran Skill Abad 21

 

Sumber Gambar : https://www.cleverism.com/idea-generation-problem-solving-using-scamper-technique/

Membangun Bangsa Kreatif Melalui Pembelajaran Skill Abad 21

 

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Pendahuluan

Jepang pernah menjadi negara yang hancur dan lumpuh pasca  dijatuhkannya dua buah bom atom oleh tentara sekutu yang menjadi penyebab kekalahannya dalam Perang Dunia II. Melihat negaranya yang hancur tersebut, pemerintah Jepang tidak tinggal diam dan hanya meratapi nasib. Mereka segera bangkit membangun negaranya kembali dan berkreasi dengan menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif. Dalam waktu yang relatif singkat, Jepang telah mengubah diri dari negara yang hancur karena perang menjadi negara maju yang produktif dengan produk teknologinya yang inovatif hingga mampu  menembus perdagangan di negara-negara lain, dan bahkan mampu bersaing dengan produk teknologi negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat. Jiwa kreativitas dan semangat berinovasi telah mengantarkan Jepang menjadi salah satu negara paling maju di dunia.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan banyak keunggulan, baik keunggulan dalam jumlah sumber daya manusia, keunggulan keanekaragaman sumber daya alam, keunggulan demografis, maupun keunggulan kelimpahan sumber energi alami. Dengan begitu banyaknya keunggulan yang dimiliki, bangsa Indonesia sangat berpotensi menjadi negara yang besar, maju, dan makmur. Tetapi mengapa setelah merdeka selama 77 tahun, bangsa Indonesia belum juga menjadi negara yang maju dan sejahtera? Mengapa kemajuan bangsa Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain?

Memperhatikan posisi bangsa Indonesia di dalam kancah pergaulan bangsa-bangsa di dunia, kita patut prihatin dan merasa sedih karena Indonesia masih kalah jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju dan bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Di banyak sektor kehidupan, Indonesia selalu kalah dengan negara-negara lain. Jika melihat kekayaan alam dan potensi jumlah penduduk yang sangat besar tersebut, mengapa bangsa Indonesia sulit menjadi negara maju? Faktor apakah yang menghambat bangsa Indonesia sulit bersaing dengan negara-negara lain?

Penulis berasumsi bahwa bangsa Indonesia sulit maju kemungkinan karena bangsa Indonesia kurang kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki. Bangsa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam, tetapi masih lebih suka mengekspor bahan mentah dibandingkan produk jadi. Sebaliknya bangsa Indonesia juga suka mengimport produk jadi dari negara lain yang boleh jadi bahan bakunya malah diimport dari dari Indonesia dibandingkan memproduksi sendiri. Di sinilah faktor kekurangan yang dimiliki banngsa Indonesia, yaitu kurangnya penguasaan teknologi untuk mengolah bahan mentah dari alam menjadi produk-produk industri dan masih lemahnya daya kreativitas orang Indonesia dalam mengolah dan memproses sumber-sumber daya alam menjadi produk-produk teknologi yang maju.

Kreativitas merupakan salah satu skill yang harus dimiliki bangsa Indonesia. Negara-negara lain yang maju pesat karena karena sumber daya manusianya memiliki daya kreativitas yang tinggi. Negara Jerman, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, Thailand, dan negara-negara lainnya bisa maju pesat karena kreatif. Oleh karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia bangkit dan memajukan kreativitas sumber daya manusianya. Sistem pendidikan nasional, khususnya pendidikan tinggi harus berbenah diri dan berubah mindsetnya dari menghasilkan lulusan calon tenaga kerja menjadi menghasilkan lulusan-lulusan yang kreatif dan kompeten yang mampu menciptakan inovasi-inovasi. Dalam bab ini akan dibahas tentang kreativitas dan implementasinya dalam dunia pendidikan.

Pembahasan

Abad 21 adalah abad yang sangat menuntut dan mengedepankan kreativitas. Di abad 21 ini, hanya orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi saja yang akan survive, sedangkan orang-orang yang miskin kreativitas akan tersinggkir dari persaingan kehidupan. Kreativitas adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang di abad 21 ini. Kreativitas merupakan kemampuan melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang di luar kebiasaan umum. Maka kreativitas merupakan kemampuan yang luar biasa yang berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa.

Menurut Ir. Drs. Djohan Yoga, M.Sc., MoT., Ph.D., seorang International Certified Trainer of CCTS (Creative and Critical Thinking Skills) for ASIA saat memberikan materi TOT Creativity and Innovation kepada 25 orang trainer mindmap certified ThinkBuzan iMindMap Leader, kreativitas merupakan jembatan penghubung antara kemampuan iterasi dengan inovasi. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu yang baru (thinking new thing), sedangkan inovasi adalah kemampuan melakukan sesuatu yang baru (doing new thing). Sedangkan menurut Prof. Edward De Bono, Ph.D., bapak kreativitas dunia, kreativitas itu bersifat from nature to nurture. Kreativitas itu 80% bersifat nurture, artinya kreativitas itu bukan bakat bawaan sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat diajarkan. Mitos bahwa kreativitas itu berkaitan dengan keberadaan “gen kreativitas” yang ada dalam diri seseorang tidak memiliki dukungan bukti yang meyakinkan. Kreativitas itu dapat diajarkan (teachable) dan dilatihkan (trainable). Pandangan paradigma lama beranggapan bahwa orang yang kreatif itu adalah orang yang dominan menggunakan otak kanan. Padahal menurut paradigma yang baru, ternyata orang yang kreatif itu adalah orang yang menggunakan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (whole brain). Paradigma lama juga berpandangan bahwa kreativitas itu bersifat out of the box, sedangkan paradigma baru beranggapan bahwa kreativitas itu bersifat in side of the box.

Kreativitas harus diajarkan di dalam proses pendidikan. Kreativitas memiliki landasan yang logis, dapat dirumuskan, dan dapat diajarkan kepada orang lain. Paradigma-paradigma baru dan prinsip-prinsip kreativitas harus disampaikan ke peserta didik agar mereka mampu mengubah mindsetnya dari kreativitas hanya dimiliki orang tertentu (otak kanan) dan merupakan bakat bawaan lahir menjadi kreativitas dimiliki semua orang dan dapat dilatih. Jika semua anak sekolah telah berubah mindsetnya tentang kreativitas sesuai paradigma yang baru, maka bangsa Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang kreatif yang jumlahnya sangat melimpah. Bayangkan jika ada ratusan juta penduduk Indonesia yang kreatif, maka bangsa Indonesia akan menjadi negara yang sangat kreatif dan sangat produktif yang  dengan sendirinya akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.

Paradigma-paradigma baru tentang kreativitas yang harus dipahami oleh setiap praktisi pendidikan (pendidik, manajer lembaga pendidikan, pengelola lembaga pendidikan) dalam mengembangkan kreativitas di lingkungan pendidikan adalah 1). Kreativitas itu tidak dilahirkan melainkan dilatihkan., 2). Kreativitas itu tidak dominan menggunakan otak kanan (right brain) melainkan menggunakan otak kanan dan otak kiri (whole brain)., 3). Kreativitas itu dari out of the box menjadi in side the box  (Yoga, 2021).

Beberapa hal yang penting diketahui terkait kreativitas, yaitu 1). Kreativitas ada di setiap orang, 2). Bersifat paradox atau bertentangan dengan hal-hal yang dipercayai secara umum, 3). Bersifat konstruktif atau membangun, 4). Memerlukan keberanian, 5). Berkaitan dengan sudut pandang, 6). Dapat dimunculkan atau dimatikan, 7). Seperti anak kecil, 8). Menerima kerancuan. Prinsip dalam mengembangkan, membelajarkan, dan melatihkan kreativitas kepada peserta didik adalah 1). Kreativitas bersifat “open ended”, jadi akan terus berkembang., 2). Saat ini “belum ada” orang yang berani disebut sebagai “ahli kreativitas” (Yoga, 2021).

Kreativitas merupakan salah satu skill yang harus dimiliki setiap individu yang ingin eksis dan sukses di abad 21. Selain kreativitas, ada skill lain yang dituntut abad 21. Terdapat 4 (empat) keterampilan abad 21 yang dikenal dengan 4Cs, yaitu (1). Critical Thinking (berpikir kritis), (2). Communication (komunikasi), (3). Collaboration (kolaborasi), dan (4). Creativity and Innovation (kreativitas dan inovasi).

Kreativitas itu bersifat nurture yang bermakna dapat diajarkan dan dilatihkan. Karena merupakan skill yang dapat dibelajarkan, maka kita harus mengetahui bagaimana teknik kreativitas tersebut. Dalam implementasinya dalam dunia pendidikan, ada teknik yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan kreativitas, yaitu teknik SCAMPER .

SCAMPER merupakan singkatan dari substitute (pergantian), combine (penyederhanaan), adapt (beradaptasi), modify (memodifikasi ukuran, memperbesar/memperkecil), put to another use (mengalihgunakan), eliminate (menghilangkan), reverse/rearrange (mengatur ulang).  Penjelasan dari teknik SCAMPER adalah sebagai berikut:

1.  Substitute : uraikan komponen menjad sub-subkomponen, periksa apakah ada komponen yang dapat diganti agar produk menjadi lebih baik, yaitu lebih murah, lebih aman, dll., tuliskan semua kemungkinan tanpa menilai atau mempertimbangkan secara detail.

2.  Combine : periksa apakah ada komponen yang bisa digabung, penggabungan komponen harus membuat produk menjadi lebih baik, penggabungan bisa juga menjadi produk baru.

3. Adapt : komponen/subkomponen apa saja yang bisa “diadaptasikan”?, adaptasi adalah menyesuaikan dengan kondisi terkini, adaptasi bisa juga oleh terinspirasi oleh “pihak luar” yang disesuaikan dengan kondisi internal dengan menggunakan  prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

4.  Modify: komponen/subkomponen apa saja yang harus diperbesar/diperkecil agar lebih baik, lebih baik bisa berarti lebih dibutuhkan, lebih menguntungkan, lebih aman, lebih murah, dll, proses magnify bisa dilakukan secara “simultan”, artinya proses memperbesar/memperkecil dilakukan secara bersamaan.

5.  Put to another use: apakah produk/jasa yang ada bisa di’alihgunakan”?, apakah ada limbah yang selama ini dibuang/dijual murah bisa diubah menjadi lebih berguna/mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi?.

6.   Eliminate: apakah ada komponen/subkomponen yang bisa dihilangkan?, biasanya yang jadi fokus adalah komponen/subkomponen yang mahal, rumit, bahaya, susah disimpan, tidak baik untuk menunjang hidup sehat, dll.

7.  Reverse/rearrange: apakah ada komponen/subkomponen yang bisa “dibalik” atau didaur ulang agar lebih baik?, komponen/subkomponen yang dibalik bisa berarti pola waktu, komponen urutan kerja, dll.

Penutup 

Bangsa Indonesia sangat berpotensi menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Dengan strategi pengelolaan sumber daya alam yang profesional dan pemberdayaan sumber daya manusia secara baik, maka loncatan kemajuan akan dialami oleh bangsa Indonesia. Dengan membangun dan membangkitkan jiwa kreativitas dan inovatif di setiap warga Indonesia, maka secara akumulatif bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kreatif, yang dengan sendirinya akan menjadi negara yang maju dan sejahtera.

Kreativitas bukanlah kemampuan yang dibawa sejak lahir. Kreativitas bersifat nurture, bukan nature. Jadi siapapun dapat belajar menjadi kreatif. Kreativitas bukan hanya menggunakan kemampuan otak kanan, melainkan menggunakan otak kanan dan otak kiri secara sinergis. Kreativitas merupakan kemampuan yang dapat diajarkan dan dilatihkan melalui proses pendidikan. Dalam implementasi di dunia pendidikan, kreativitas dapat dibelajarkan melalui teknik SCAMPER. []

 

_____________________________________________________

Biodata Penulis

 

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Auditor internal Certified Internal Quality Audit ISO 9001 : 2008, Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK),  Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), dan Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation-CTFAI (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

KARENA BUKU, KINI KEHIDUPAN KELUARGAKU LEBIH SEJAHTERA

 

Foto Diplay Buku Karya Penulis (Dokumen Pribadi).

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kehidupan keluarga saya dulu di desa jauh dari kecukupan. Kami sekeluarga lebih sering mengalami kekurangan karena rendahnya tingkat perekonomian keluarga. Orang tua saya bukan orang kaya, bukan pejabat ataupun orang yang berpengaruh. Orang tua saya hanyalah rakyat kecil biasa. Ayah seorang pegawai negeri sipil golongan rendah, hingga memasuki usia pensiun hanya sampai golongan IIc karena beliau hanya lulusan sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama, setingkat SMA), sedangkan ibu tidak lulus SR (Sekolah Rakyat, setingkat SD) dan menjadi ibu rumah tangga. Maka, praktis kehidupan saya dan empat saudara saya hanya bergantung pada gaji ayah yang tidak seberapa. Berkat keprigelan ibu dalam mengatur keuangan dan memenuhi kebutuhan keluarga lah kami sekeluarga tetap bisa menjalani kehidupan, walau dengan kondisi yang jauh dari kata layak. Setiap gajian, ayah selalu membelikan susu kental manis untuk anak-anaknya. Mungkin itulah cara beliau untuk memberikan gizi kepada anak-anaknya untuk mendukung kelancaran sekolahnya walau sebulan sekali karena untuk makanan sehari-hari lebih sering kurang bergizi. 


Ayah bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan golongan rendah, ibu hanya seorang ibu rumah tangga, sedangkan anak-anaknya berjumlah lima orang. Karena hanya menggantungkan pendapatan dari gaji ayah yang gak seberapa, maka ayah sering gali lubang tutup lubang alias berhutang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ayah sering mengambil hutang ke koperasi di kantornya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oh ya, walau kehidupan keluarga kekurangan, ayah sangat semangat membiayai pendidikan anak-anaknya. Semua anak-anaknya disekolahkan di sekolah keagamaan (madrasah) di desa. Untuk menjamin kelancaran pembiayaan sekolah kelima anak, ayah saya bergiliran dalam membayar biaya SPP sekolah anak-anaknya. Misalnya bulan ini ayah membayar SPP kakak pertama untuk beberapa bulan ke depan, maka pada bulan ini SPP adik-adiknya nunggak dulu. Bulan berikutnya gantian kakak kedua yang dibayar SPPnya. Begitu seterusnya cara ayah saya mengelola dan mengatur keuangan untuk biaya pendidikan anak-anaknya hingga sebagian anak-anaknya lulus sarjana.


Awalnya ayah adalah seorang guru SD sebelum akhirnya menjadi pegawai di kantor KUA di kabupaten Karanganyar. Karena pernah menjadi guru, maka ayah memiliki koleksi buku-buku bacaan yang kebanyakan berupa buku-buku agama Islam. Selain mengoleksi buku-buku bacaan, ayah juga berlangganan majalah setiap bulannya. Oleh karena itu, di rumah terdapat koleksi buku-buku bacaan milik ayah dan kumpulan majalah yang datang setiap bulannya. Aktivitas rutin yang ayah lakukan setiap sore bakda sholat Ashar adalah membaca, entah membaca buku ataupun membaca majalah. Aktivitas rutin yang ayah lakukan tersebut akhirnya berdampak juga pada anak-anaknya. Semua anak akhirnya juga suka membaca. Hampir setiap hari suasana rumah tidak pernah sepi dari aktivitas membaca. Ada kejadian lucu, yaitu ketika datang majalah baru maka anak-anak cepet-cepetan berebut membacanya hingga terkadang ayah kalah cepat untuk membaca majalah tersebut. Kalau teringat memori masa kecil tersebut, saya merasakan betapa bahagianya suasana rumah waktu itu. Setiap sore kami duduk di teras maupun ruang tamu untuk membaca buku atau majalah.


Karena suasana rumah yang mendukung kegiatan literasi tersebut, maka saya yang waktu itu masih sekolah di MI (Madrasah Ibtidaiyah, sekolah keagamaan setingkat SD) sudah terbiasa membaca buku-buku pelajaran kakak saya yang duduk di bangku MTs (setingkat SMP) dan buku-buku keagamaan milik ayah dan kakak mbarep yang kuliah di STAIN. Oleh karena itu, pengetahuan agama saya relatif jauh lebih tinggi dibandingkan anak-anak seusia saya. Saya suka membaca buku-buku yang tingkatannya lebih tinggi. Hal inilah yang berdampak pada bertambah luasnya wawasan pengetahuan dan ilmu keagamaan saya. Tradisi suka membaca buku inilah yang menyebabkan keluarga saya memiliki pemahaman agama yang moderat, tidak berpikiran sempit dan tidak terlalu mengkhultuskan tokoh ataupun pendapat tertentu.


Satu hal yang sangat saya banggakan dari orang tua saya adalah pandangan mereka tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Semua anak-anak disekolahkan di sekolah keagamaan (madrasah) yang kebanyakan sekolah swasta. Pada pendidikan jenjang sekolah MI dan MTs, semua anaknya disekolahkan di sekolah swasta di desa. Hanya anak laki-laki saja yang disekolahkan di sekolah negeri (MAN) di kota Solo ketika melanjutkan ke jenjang SMA, dimana harus ditempuh dengan naik sepeda dari desa sampai kota kurang lebih satu jam lamanya. Untuk anak-anak perempuan semuanya sekolah di desa. Demikian pula untuk jenjang pendidikan tinggi, hanya anak laki-laki saja yang disekolahkan sampai sarjana. Mengapa hanya anak laki-laki saja yang dikuliahkan, ada pertimbangan tersendiri dari orang tua dan yang pasti juga berkaitan dengan faktor ekonomi.


Walaupun tingkat perekonomian keluarga rendah, ayah tetap semangat mendorong anak-anaknya untuk sekolah. Ayah pernah berpesan bahwa beliau tidak dapat mewarisi harta benda, tetapi hanya bisa mewarisi ilmu yaitu pendidikan. Maka beliau berpesan agar anak-anaknya belajar dengan rajin dan sekolah dengan benar. Hanya melalui pendidikanlah yang diharapkan nanti dapat memperbaiki taraf kehidupan keluarga. Mendengar pesan ayah tersebut, saya pun berjanji akan belajar dengan giat dan serius dalam mencari ilmu di sekolah. Saya menyadari betul bahwa hanya bekal ilmu dari sekolah saja yang dapat saya andalkan untuk dapat menjadi sarana saya memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarga. Hanya melalui jalur keilmuan (pendidikan) saja saya berharap kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga. Pengalaman hidup dalam keterbatasan ekonomi sudah cukup untuk menjadi penyemangat agar kelak tidak mengalami kondisi yang sama. Oleh karena itu, saya harus belajar dengan giat dan harus bisa sukses dalam menempuh pendidikan agar kelak dapat menjalani profesi pekerjaan yang terhormat. Itulah tekat saya waktu itu.


Di samping dorongan dan dukungan orang tua dalam bidang pendidikan, saya juga bersyukur karena orang tua saya meninggalkan tradisi keluarga yang baik, yaitu suka membaca buku. Dari kebiasaan membaca buku inilah akhirnya saya menyukai buku. Saya selalu senang jika melihat rumah yang di dalamnya ada rak-rak buku yang berisi jejeran buku-buku koleksi. Saya dulu bercita-cita suatu saat ingin memiliki koleksi buku-buku yang banyak. Ada kebanggaan dan kepuasaan tersendiri ketika bisa memiliki banyak koleksi buku-buku pribadi. Oleh karena itu, sejak kuliah S1 saya sedikit demi sedikit membeli buku untuk menambah koleksi buku di perpustakaan pribadi di rumah. Setiap pulang dari kampus saya sering mampir ke toko buku di kampus hanya untuk sekadar melihat-lihat buku yang didisplay, siapa tahu ada buku yang menarik. Setiap bulan saya rutin membeli buku di toko buku tersebut. Terkadang saya juga berburu buku-buku bekas di lapak penjualan buku-buku bekas di dekat alun-alun utara keraton Solo.


Saya suka membaca buku, walaupun bukan pembaca yang rakus. Saya membaca buku sekadarnya saja untuk menambah wawasan keilmuan. Sejak remaja saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah dengan membaca buku dibandingkan bermain dengan teman-teman sebaya di kampung. Ketika teman-teman sebaya suka bermain dan bepergian, saya justru lebih suka di rumah dan membaca buku. Akibatnya saya tidak memiliki teman akrab di kampung. Ketika duduk di bangku sekolah MAN, saya mulai suka menulis di buku diary. Saya menulis berbagai hal yang saya alami di sekolah. Memang tulisan saya di buku diary tersebut lebih banyak merupakan curhatan hati saya. Karena tidak memiliki teman yang akrab, maka saya melampiaskan perasaan hati saya dalam bentuk tulisan di buku diary. Kebiasaan menulis hasil perenungan peristiwa sehari-hari di buku diary inilah yang nantinya menjadi cikal bakal saya menekuni dunia literasi tulis-menulis.


Saya suka membeli dan mengkoleksi buku berbagai genre. Saya senang membaca buku berbagai genre karena dapat memperluas wawasan saya tentang berbagai permasalahan kehidupan. Selain koleksi buku-buku akademik, saya juga mengoleksi buku-buku keagamaan dan pengembangan diri. Saya tidak mengkhususkan mengkoleksi buku tema tertentu ataupun penulis tertentu. Bagi saya, semua buku itu baik dan bermanfaat karena mengandung ilmu dari penulisnya. Maka saya pun tidak punya penulis idola maupun buku favorite karena saya tidak membeda-bedakan buku. Semua jenis buku saya sukai dan akan saya baca selama saya merasa tertarik membacanya dan akan mendapatkan manfaat keilmuan dari membaca buku tersebut. Menurut saya, dengan membaca buku berbagai genre dan dari banyak penulis akan dapat memperkaya wawasan dan cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Kita tidak akan terjebak pada pemikiran yang sempit jika kita mau membaca berbagai buku atau berbagai pemikiran dari para tokoh.


Saya selalu kagum dengan penulis yang mampu menulis buku tebal-tebal ratusan hingga ribuan halaman. Saya membayangkan jika buku setebal seribu halaman, bagaimana cara penulisnya menulisnya? Betapa banyak ilmu yang dimiliki penulis buku tersebut hingga mampu menuliskannya dalam bentuk buku hingga seribu halaman. Saya ingin suatu saat bisa menulis buku yang tebal dengan ratusan halaman. Sampai saat ini saya baru mampu menulis buku di kisaran 200an halaman. Saya bermimpi suatu saat nanti harus bisa menghasilkan buku masterpiece yang cukup tebal hingga ribuan halaman. Saya membayangkan betapa bahagianya saya nanti ketika mampu mewujudkan mimpi tersebut. Semoga Allah Swt memudahkan saya dalam mewujudkan mimpi saya tersebut. Amin.


Mencintai buku ternyata telah membuka jalan datangnya rezeki untuk saya dan keluarga. Hobi mengkoleksi buku dan membaca buku ternyata telah menjadi sarana saya mendapatkan hidup yang lebih sejahtera. Dari hasil menulis buku, akhirnya saya bisa mendapatkan uang ratusan juta rupiah hingga saya bisa membeli sebuah rumah untuk keluarga saya. Dari hasil menulis buku saya juga bisa membelikan sebuah motor baru untuk istri tercinta. Dan juga dari hasil menulis buku saya mendapatkan uang yang cukup besar untuk biaya merenovasi rumah. Boleh dibilang rumah yang sekarang saya tinggali bersama keluarga saya adalah berkah dari menulis buku. Oleh karena itu, keluarga saya sangat mendukung aktivitas saya dalam menulis buku. Aktivitas sampingan saya tersebut yang awalnya hanyalah sebuah hobi ternyata mampu menjadi sarana datangnya rezeki yang tidak disangka-sangka. Sungguh benar sekali janji Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah : 11 bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah [58] : 11).


Saya menekuni aktivitas menulis buku hanyalah sebagai pekerjaan sampingan saja karena saya memiliki pekerjaan utama sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi. Aktivitas menulis buku yang merupakan hobi tersebut ternyata sangat mendukung profesi saya selaku dosen. Hobi yang saya jalani bersesuaian dan bahkan sangat mendukung pada pengembangan karier saya. Maka, saya akan terus menekuni aktivitas menulis buku ini. Mungkin menulis buku adalah jalan yang ditunjukkan Allah swt untuk saya untuk dapat memperbaiki tingkat perekonomian dan kesejahteraan keluarga saya.


Melalui menulis buku inilah, dalam beberapa tahun ini saya rutin setiap tahun mendapatkan tambahan rezeki hingga puluhan juta rupiah di luar pendapatan rutin saya selaku dosen PNS setiap bulannya. Terakhir di awal tahun ini saya mendapatkan rezeki dari menulis buku hingga hampir setara dengan gaji saya selama satu tahun. Saya sangat bersyukur atas karunia Allah Swt yang begitu besar ini. Sungguh, Allah Swt telah begitu baik pada saya dan keluarga saya. Dengan tambahan rezeki uang puluhan juta rupiah tersebut setiap tahunnya, kondisi keuangan keluarga saya yang sempat down akhirnya perlahan bangkit kembali. Terima kasih ya Allah. Semoga nikmat rezeki yang ENGKAU karuniakan kepada kami ini tidak membuat kami lalai, tetapi justru semakin mendekatkan kami kepada-MU. Amin. []

 

Gumpang Baru, 18 Mei 2021

 

________________________________________________________________________

Tentang Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Auditor internal Certified Internal Quality Audit ISO 9001 : 2008, Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK),  Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), dan Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation-CTFAI (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Senin, 03 Mei 2021

MEMBERI MAKANAN BERBUKA SEPERTI BERPUASA?

Sumber Gambar : https://sharinghappiness.org/SedekahBerbukaYatimDhuafa

 

MEMBERI MAKANAN BERBUKA SEPERTI BERPUASA?

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Ada sebuah hadis Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa orang yang memberi makan buka puasa bagi orang lain yang sedang berpuasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Hadis Rasulullah Saw ini mendorong umat Islam berbondong-bondong bersedekah memberikan makanan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa. Umumnya makanan berbuka puasa tersebut diberikan atau dititipkan di masjid-masjid. Sehingga muncullah tradisi orang berbuka puasa di masjid. Setiap bulan Ramadan, semua masjid menyediakan menu berbuka puasa bagi siapa saja yang ingin berbuka puasa. Inilah dampak positif dari hadis Rasulullah Saw di atas.

 

Terkait hadis Rasulullah Saw tersebut di atas, ada yang perlu kita (umat Islam) renungkan yaitu  apakah sebatas itu saja (memberikan makanan berbuka puasa) makna dari hadis Rasulullah Saw tersebut? Apakah dorongan memberikan makanan untuk orang yang berpuasa hanya di bulan Ramadan saja? Ataukah hadis Rasulullah Saw tersebut hanyalah sekadar pemancing untuk pembentukan sikap kepedulian kepada orang lain yang lebih  membutuhkan bantuan di waktu-waktu di luar bulan Ramadan? Kira-kira hikmah atau pesan tersirat apa yang hendak disampaikan Rasulullah Saw melalui sabdanya tersebut?

 

Menurut pendapat penulis pribadi, hadis Rasulullah Saw tersebut hanyalah sekadar pancingan untuk mengajarkan kepada umat Islam tentang kepedulian terhadap sesama manusia yang lebih membutuhkan. Waktunya pun juga tidak terpaku hanya di bulan Ramadan. Kebaikan pada sesama manusia khususnya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan uluran bantuan seharusnya tidak mengenal batas waktu dan tempat. Kapan pun dan di manapun kita berada, kita harus selalu berbuat kebaikan dan menebarkan manfaat. Jika pahala memberi makanan (representasi dari makanan buka puasa) pada orang yang kelaparan (representasi dari orang berpuasa) hanya ketika bulan Ramadan saja, maka ajaran ini bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia harus berbuat baik pada sesama manusia di sepanjang waktu dan di sembarang tempat. Tidak hanya di bulan Ramadan saja umat Islam seharusnya berbagi makanan sedekah. Bersedekah dan bersikap dermawan seharusnya tidak hanya di bulan Ramadan saja, tetapi juga di semua bulan di luar bulan Ramadan. Jika benar Islam mengajarkan kebaikan hanya di bulan tertentu saja, maka ajaran tersebut tidak bisa diterima sebagai ajaran yang luhur dan universal. Maka lebih masuk akal jika hadis Rasulullah Saw tersebut mengandung pesan tersirat agar umat Islam memiliki rasa empati dan kepedulian sosial yang tinggi kepada sesama manusia yang membutuhkan bantuan.

 

Ungkapan dalam hadis Rasulullah Saw tersebut yang menyamakan pahala kebaikan orang yang memberikan makanan buka puasa seperti pahala orang yang berpuasa menunjukkan betapa seriusnya Rasulullah Saw dalam mengajak umat Islam untuk memiliki rasa empati dan kepedualian sosial yang tinggi. Stimulus balasan pahala yang besar jangan dimaknai secara harfiah saja tetapi harus dimaknai secara kontekstual bahwa membantu orang-orang yang menderita kelaparan (representasi dari kemiskinan dan penderitaan) merupakan sebuah amal kebaikan yang sangat mulia. Semua umat Islam harus memiliki sikap dan kepribadian yang luhur yaitu bersifat dermawan dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi yang ditunjukkan dari sikap kepeduliannya terhadap nasib penderitaan orang lain.

 

Demikianlah makna dan hikmah hadis Rasulullah Saw di atas menurut pandangan dan pemikiran penulis pribadi. Kebenaran atas pandangan dan pemikiran penulis ini bersifat relatif dan tidak mengikat siapapun. Hanya kepada Allah Swt semata penulis berserah diri atas kebenaran pemahaman penulis ini. Maka, jika pembaca tidak sepakat dengan pandangan ini, itu tidak menjadikan mengapa. Tetapi jika ada pembaca yang sepakat dengan pandangan pemikiran penulis ini, silakan diimplementasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hanya dari Allah Swt sajalah kebenaran hakiki itu datang. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

 

Gumpang Baru, 18 Ramadan 1442 H (30 April 2021)

*) Tulisan dalam artikel ini adalah pendapat pribadi penulisnya.

PUASA MENDATANGKAN REZEKI?


Sumber Gambar : https://www.wajada.net/2017/03/8-pintu-rezeki-dari-allah.html


PUASA MENDATANGKAN REZEKI?

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim." (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa menyambung ikatan silaturahmi memiliki hikmah yaitu dapat menjadi sarana Allah Swt menambahkan rezeki dan memanjangkan usia kita. Jika kita renungkan, apa kaitannya menyambung tali silaturahmi dengan kedua hikmah tersebut? Apa pengaruh dari menyambung tali silaturahmi dengan urusan rezeki dan umur? Katanya rezeki, umur, dan jodoh kita sudah ditentukan Allah Swt sejak kita dilahirkan ke dunia ini. Dengan merujuk hadis di atas, apakah rezeki dan umur kita bisa berubah gara-gara  kita menyambung silaturahmi?

 

 Untuk memahami makna hadis Rasulullah Saw di atas, kita jangan menggunakan akal atau rasional karena pasti sulit menemukan hubungan antara menjalin silaturahmi dengan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur. Kita pergunakan sisi spiritual kita untuk memahami hikmah di balik isi kandungan hadis tersebut. Apa yang kita rasakan ketika kita menjalin silaturahmi atau komunikasi dengan orang lain? Ya, hati kita merasa bahagia. Ketika kita saling mengunjungi saudara-saudara kita, muncul rasa senang, gembira dan bahagia yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba saja hati kita merasakan kebahagiaan saat kita berjumpa teman lama atau saudara jauh. Dengan alasan ini juga mengapa banyak orang ingin mengadakan reuni dengan teman-teman sekolah yang telah lama berpisah. Bahkan mereka rela jauh-jauh hari repot menyaiapkan acara reuni tersebut yang terkadang mereka harus berkorban waktu dan uang. Tapi mengapa banyak orang senang melakukannya? Jawabannya adalah karena mereka senang dan bahagia akan bertemu kembali dengan teman-teman mereka. Kebahagiaan inilah faktor penting dalam silaturahmi yang akan berpengaruh pada aspek yang lain, di antaranya rezeki dan umur.

 

Ketika seseorang ikhlas menjalin tali silaturahmi atau menyambung kembali tali silaturahmi yang lama terputus, maka Allah Swt akan mengkaruniakan kebahagiaan di hatinya. Hati yang selalu merasakan kebahagiaan adalah hati yang sehat. Hati yang sehat akan mudah menangkap dan menerima datangnya kebaikan-kebaikan. Dengan sendirinya orang yang memiliki hati yang sehat dan bahagia pastinya adalah orang yang baik. Orang yang memiliki hati sehat (qolbu salim) akan senantiasa berbuat untuk kebaikan dan kemanfaatan bagi sesame. Di sinilah terdapat hubungan yang sangat erat antara menyambung silaturahmi dengan kebahagiaan yang berdampak pada terbentuknya pribadi yang baik.

 

Orang yang memiliki hati yang sehat dan selalu merasakan kebahagiaan, hidupnya pasti dijalani dengan optimis dan damai. Orang seperti ini pasti memiliki kehidupan yang penuh kebahagiaan, kedamaian, wajahnya memancarkan aura kebaikan, perkataan selalu berisi hikmah kebaikan, akhlaknya selalu berorientasi ke kebaikan dan kebermanfaatan. Siapapun yang bergaul dan berinteraksi dengannya pasti akan merasakan kebahagiaan pula. Orang yang mampu menyebarkan kebaikan dan kedamaian ke lingkungan sekitarnya pastilah orang yang diberkahi Allah Swt dan selalu dalam perlindungann-Nya. Dapat mengenal dan bergaul dengan orang-orang yang selalu menyebarkan aura kebaikan seperti itu merupakan keberuntungan tersendiri. Ikut merasakan kedamaian dan kebahagiaan ketika bergaul orang-orang tersebut merupakan berkah tersendiri yang harus disyukuri. Hanya orang-orang yang hatinya penuh kebaikan saja yang akan mampu merasakan aura kebaikan dari hamba-hamba yang dimuliakan Allah Swt.

 

Lalu apa pengaruhnya hati yang sehat dan selalu bahagia terhadap umur dan rezeki? Untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan ini, marilah kita amati data angka harapan hidup di dunia. Ternyata negara yang mempunyai angka harapan hidup tertinggi rata-rata penduduknya  menjalani hidup dengan bahagia. Ternyata hidup bahagia mampu meningkatkan angka harapan hidup manusia. Negara yang memiliki angka harapan hidup tertinggi adalah Monako. Penduduk di negara ini bisa hidup hingga usia 89,4 tahun. Para lansia di Monako juga cenderung religius, mengutamakan keluarga dan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan. Mereka juga punya kebiasaan pergi ke mana-mana dengan berjalan kaki. Penduduk Monako juga diberi layanan kesehatan wajib yang didanai oleh negara, sehingga mereka tak perlu takut apabila jatuh sakit (Zakiah, 2019). Negara berikutnya yang memiliki angka harapan hidup tertinggi kedua adalah Jepang. Angka harapan hidup orang Jepang tertinggi kedua di dunia, yakni rata-rata mencapai usia 85,3 tahun. Mereka menghabiskan masa tuanya dengan damai, melakukan hobi seperti berkebun serta bersosialisasi bersama para lansia lainnya. Panjangnya umur orang Jepang juga dipengaruhi dengan makanan yang mereka makan, yaitu tahu, ikan laut dan ubi manis serta menghindari makan daging. Bahkan, tak sedikit penduduk Jepang yang berhasil mencapai usia 100 tahun. Persentasenya, 740 dari 1,3 juta penduduk Jepang berusia di atas 100 tahun serta 90 persen di antaranya perempuan (Zakiah, 2019).

 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita tarik benang merah adanya keterkaitan yang sangat erat antara silaturahmi yang membawa kebahagiaan dengan panjang umur yang dinyatakan dengan data angka harapan hidup. Dengan tingginya angka harapan hidup suatu negara, dimana penduduknya hidup dengan bahagia dan memiliki tingkat kesehatan yang prima, maka pastilah produktivitas Negara tersebut sangat tinggi. Negara yang memiliki produktivitas yang tinggi pastilah Negara yang makmur dan sejahtera. Negara yang terbelakang dan miskin tidak mungkin memiliki produktivitas tinggi, yang ada malah tingkat konsumtif yang tinggi. Maka kita perhatikan, Negara-negara yang maju dan makmur adalah Negara-negara yang produktifitasnya tinggi sedangkan Negara-negara yang konsumtif adalah Negara-negara yang belum maju atau sedang berkembang atau malah Negara miskin. Dari sini, dengan melihat hubungan antara silaturahmi, kebahagiaan, kesehatan, angka harapan hidup, produktivitas, kemakmuran, maka kita akan menerima kebenaran isi hadis Rasulullah Saw di atas.

 

Lantas apa hubungannya dengan puasa Ramadan? Puasa Ramadan bertujuan bukan hanya sekadar menahan rasa lapar dan dahaga tetapi mengajarkan umat Islam untuk memiliki empati, kepedulian pada sesame dan rasa kemanusiaan yang tinggi. Dorongan untuk bersikap humanism dituangkan dalam hadis Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa memberi makan makanan berbuka puasa untuk orang yang sedang berpuasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa.  Hadis ini menunjukkan bahwa puasa itu sarana untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian pada sesame dan dengan sendirinya memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang sedang berpuasa akan mampu membahagiakan orang yang berpuasa dan akan mempererat tali silaturahmi. Dari sinilah kemudian kita dapat menghubungkan keterkaitan antara puasa dengan melapangkan rezeki dan memperpanjang umur dengan menggunakan hubungan di atas. Wallahu a’lam bish-shawab. []

 

Referensi

Zakiah, N. (2019, November 26). 7 Negara dengan Angka Harapan Hidup Tinggi, Apa Kebiasaan Penduduknya? Retrieved April 30, 2021, from IDN Times website: https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/negara-dengan-angka-harapan-hidup-tinggi

 

 

Gumpang Baru, 21 Ramadan 1442 H (03 Mei 2021)

*) Tulisan dalam artikel ini adalah pendapat pribadi penulisnya.

Minggu, 02 Mei 2021

MEMAKNAI RAMADAN SEBAGAI BULAN KEILMUAN

 



MEMAKNAI RAMADAN SEBAGAI BULAN KEILMUAN

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh kebaikan. Di dalam bulan ini, umat Islam berlomba-lomba mengisinya dengan aktivitas-aktivitas yang tidak jauh dari aktivitas keilmuan, seperti membaca Al-Qur’an, mengkaji isi kandungan Al-Qur’an, mengikuti kajian-kajian keagamaan,dan lain sebagainya. Ada kajian menjelang buka puasa, ada kajian bakda Shubuh, ada kultum Tarawih, ada tadarus Al-Qur’an, dan lain-lain yang semuanya itu bertujuan untuk mendalami ilmu agama. Jadi aktivitas di bulan Ramadan ternyata tidak lepas dari aktivitas mengkaji ilmu. Walaupun umumnya kegiatan kajian yang diselenggarakan masih seputar mengkaji ilmu agama, tetapi sebenarnya tidak menutup kemungkinan juga jika diisi dengan kajian-kajian ilmu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, seperti ilmu ekonomi, ilmu sains, ilmu hukum, ilmu kesehatan, dan lain sebagainya. Ilmu yang diperlukan dan bermanfaat bagi masyarakat bukan hanya ilmu agama saja, tetapi juga ilmu-ilmu penunjang lainnya. Penguasaan ilmu agama tanpa didukung dengan penguasaan ilmu-ilmu duniawi lain sebagai penunjang kehidupan, maka kehidupan masyarakat akan berjalan secara kurang seimbang. Ilmu agama dan ilmu umum adalah saling mendukung dan saling melengkapi. Kedua jenis ilmu tersebut sama-sama penting bagi proses kehidupan manusia.  

 

Ramadan adalah bulan keilmuan. Di dalam bulan Ramadan terdapat peristiwa penting dan istimewa yaitu diturunkannya Al-Quran. Al-Qur’an adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Wahyu Al-Qur’an pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw adalah berisi perintah membaca, yaitu iqra’ (bacalah). Jika bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat mulia karena di dalamnya diturunkannya Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk membaca (mencintai ilmu), maka bulan Ramadan adalah bulan keilmuan. Ingat Ramadan, maka ingat ilmu. Ingat puasa Ramadan, maka ingat menuntut ilmu. Demikianlah eratnya hubungan puasa Ramadan dengan aktivitas keilmuan. Maka sudah saatnya umat Islam mengisi bulan Ramadan dengan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan keilmuan, kompetensi, keterampilan, dan wawasan pengetahuannya. Bulan Ramadan adalah momentum terbaik untuk peningkatan kualitas diri, yakni kualitas keilmuan dengan ditunjang dengan kualitas spiritual.

 

Di tahun 2021 ini, bersamaan dengan datangnya bulan Ramadan, bangsa Indonesia juga memperingati Hari Pendidikan Nasional. Karena bulan Ramadan sangat berhubungan erat dengan aktivitas keilmuan, maka peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2021 ini terasa sangat istimewa. Mengapa? Karena peringatan Hari Pendidikan Nasional berada di dalam bulan Ramadan. Semoga momen kebersamaan bulan Ramadan dan peringatan Hari Pendidikan Nasional ini akan memberikan pengaruh positif pada kemajuan pendidikan nasional. Semoga keagungan dan kemuliaan bulan Ramadan tahun ini juga akan membawa keberkahan tersendiri bagi kemajuan pendidikan nasional. Melalui keagungan bulan Ramadan, marilah kita majukan pendidikan nasional bangsa Indonesia dengan menjalankan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan literasi seperti membaca, menulis, mengkaji, mendiskusikan, dan menseminarkan. Ide-ide dan gagasan kreatif serta pemikiran-pemikiran kita seputar upaya memajukan dunia pendidikan Indonesia, marilah kita tulis dan kita sebarkan melalui media sosial, media massa, maupun media blog/website. Marilah kita ungkapkan ide-ide, gagasan-gagasan, dan pemikiran-pemikiran brilliant kita kepada masyarakat luas agar bangsa ini penuh dengan gagasan-gagasan positif dan keoptimisan tentang masa depan pembangunan sistem pendidikan nasional.

 

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk membangun peradaban maju. Melalui sistem pendidikan yang baik, banyak negara yang awalnya terpuruk sekarang menjadi negara yang maju, makmur, dan sejahtera. Negara-negara yang maju pasti kehidupan warga negaranya juga sejahtera. Negara-negara yang maju pasti memiliki sistem pendidikan yang berkualitas tinggi. Justru fenomena yang sebaliknya terjadi di negara-negara berkembang yang banyak mengalami permasalahan. Maka agar bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa yang maju, makmur, dan sejahtera, maka setiap warga negara harus memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Semua warga negara Indonesia harus memiliki kesempatan mengakses pendidikan secara adil dan merata. Semua wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memiliki pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahun berwujud bangunan-bangunan sekolah yang berkualitas  tinggi. Hanya melalui pengelolaan dan penataan sistem pendidikan yang bermutu tinggi dan meratanya kesempatan akses pendidikan bagi semua wara negara Indonesia, bangsa Indonesia akan berpeluang menjadi bangsa yang besar, maju, makmur, dan sejahtera.

 

Bagi penulis pribadi, pendidikan memegang peranan penting dalam mengubah kehidupan penulis dari tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa menjadi sekarang ini. Penulis sekarang dapat menjalani profesi terhormat sebagai pendidik di jenjang pendidikan tinggi juga karena tidak lepas dari faktor pendidikan. Penulis memiliki kehidupan yang berkecukupan juga karena faktor pendidikan. Penulis dapat membangun harkat dan martabat diri dan keluarga juga karena faktor pendidikan. Jadi, pendidikan memiliki arti yang sangat penting dan istimewa bagi penulis. Tanpa jalur pendidikan yang pernah penulis tempuh dulu, mungkin kehidupan dan karier penulis tidak akan seperti sekarang ini. Pendidikan adalah sarana untuk membangun kehormatan, harkat, martabat dan meningkatkan kesejahteraan. Allah Swt sendiri telah menegaskan melalui firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 bahwa DIA akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat.

 

Untuk mewujudkan Ramadan yang berkah dan penuh kebaikan, maka penulis berusaha mengisinya dengan aktivitas literasi berwujud menulis setiap hari. Penulis berusaha menjadikan bulan Ramadan tahun  ini sebagai bulan literasi, bulan keilmuan, dan bulan peningkatan kualitas diri. Penulis berharap setelah keluar dari bulan yang penuh keagungan dan keistimewaan ini, penulis mampu menghasilkan satu buku solo hasil perenungan dan pemaknaan terhadap aktivitas puasa Ramadan. Demikianlah cara penulis dalam mengisi dan memaknai bulan Ramadan tahun ini, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah Swt. Jika Allah Swt saja mengistimewakan bulan Ramadan, mengapa kita tidak ikut juga mengistimewakannya dengan menjadikan sebagai momentum untuk mencatatkan rekam jejak berkarya kita.

 

Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021. Mari kita bersama-sama “Serentak Bergerak, (me)-Wujudkan Merdeka Belajar”. Belajar adalah hak kemerdekaan setiap orang. Tanpa kemerdekaan dalam belajar, maka hanya akan dihasilkan pribadi-pribadi yang tidak maksimal menggunakan potensinya. Merdeka [dalam] Belajar adalah cara untuk memerdekakan setiap peserta didik dalam menggali, mengenali, mengembangkan, dan meningkatkan potensi dan bakat minatnya. Melalui program Merdeka Belajar, mari kita songsong Indonesia Emas 2045. []

 

Gumpang Baru, 20 Ramadhan 1442 H (02 Mei 2021)

 

Postingan Populer