Powered By Blogger

Selasa, 23 Mei 2023

MANFAAT POSITIF MENEKUNI HOBI


MANFAAT POSITIF MENEKUNI HOBI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Hobi merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan. Setiap orang pasti memiliki hobi, walaupun jenisnya berbeda-beda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hobi didefinisikan sebagai kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Merujuk pada definisi ini, maka melakukan hobi itu menyenangkan dan bukan aktivitas utama. Hobi dapat dilakukan di waktu senggang, atau di sela-sela rutinitas aktivitas utama untuk menghilangkan kejenuhan.

 

Walaupun hobi itu sekadar kegemaran yang menyenangkan, bukan berarti hobi itu sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Hobi yang jika dilakukan dengan serius ataupun ditekuni, di kemudian hari ternyata dapat mendukung aktivitas utama. Hobi bahkan jika dijalani secara tekun dan disiplin akan dapat menunjang kehidupan. Jadi sekali lagi, hobi bukan sesuatu yang sia-sia. Sudah banyak orang yang hidupnya lebih baik bukan karena aktivitas (pekerjaan) utamanya, tetapi justru karena hobi yang ditekuninya.

 

Suatu aktivitas yang membahagiakan karena merupakan passion pastilah akan berdampak positif terhadap kehidupan. Orang yang selalu merasa bahagia pasti akan merasakan betapa berharganya kehidupan. Penghargaan terhadap hidup akan berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan. Kesadaran akan pentingnya dan berharganya kehidupan harus dimiliki oleh setiap orang. Pandangan positif terhadap kehidupan harus selalu ditanamkan pada diri setiap orang. Hal itu agar supaya setiap orang mampu menjalani kehidupan dengan baik dan penuh manfaat.

 

Orang yang merasa hidupnya sangat berharga akan sangat hati-hati dalam menjalaninya. Ia akan selalu mengisi hidupnya dengan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Sebaliknya, orang yang merasa hidupnya tidak berharga atau tidak menyadari betapa berharganya hidup pasti dalam kesehariannya ia akan lebih sering melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan menyia-nyiakan hidupnya, dan bahkan mungkin malah membahayakan hidupnya. Demikianlah pandangan seseorang terhadap kehidupannya akan mempengaruhi pola dan jalan kehidupan yang dipilih.

 

Salah satu cara menjalani kehidupan yang baik adalah tidak menyia-nyiakan hobi atau passion yang dimiliki. Mengerjakan aktivitas hobi itu menyenangkan dan membahagiakan hati. Hobi yang dilakukan secara berkesinambungan dan teratur suatu saat nanti pasti akan mendatangkan manfaat, baik manfaat psikis maupun manfaat jasmani. Manfaat psikis berupa kesehatan jiwa dan manfaat jasmani berupa kesehatan tubuh. Hati yang senang dan badan yang sehat akan sangat mendukung proses kehidupan.

 

Melakukan aktivitas hobi mampu mencakup kedua aspek tersebut, yakni hati senang dan bahagia yang berarti hatinya sehat dan badan sering beraktivitas yang berarti akan membuat jasmani sehat dan bugar. Perpaduan antara kesehatan psikis dan kesehatan fisik merupakan wujud dari kesehatan paripurna. Kehidupan yang diwarnai dengan suasana hati yang bahagia dan didukung dengan kesehatan jasmani yang prima merupakan nikmat kehidupan yang tiada tara. Kesehatan merupakan nikmat Tuhan yang sangat berharga.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang sakit rela mengeluarkan banyak biaya hanya demi mencari kesehatan. Berbagai jenis dan metode pengobatan mereka tempuh demi memperoleh kesembuhan. Maka sudah sepantasnya jika orang yang masih sehat seyogyanya berusaha untuk selalu menjaga dan memelihata kesehatannya. Sakit itu memang tidak bisa diduga dan diprediksi. Tetapi sehat itu adalah pilihan. Sehat tidak datang sendiri, melainkan harus diupayakan. Maka dalam kehidupan ini, apakah kita akan memilih sehat atau memilih sakit, semuanya akan tercermin dari pola laku kehidupan sehari-hari. Orang yang melakukan gaya hidup sehat saja terkadang masih bisa sakit, apalagi orang yang sembrono dalam berperilaku sehari-hari.

 

Sebagai akhir tulisan ini, penulis mengajak marilah kita isi kehidupan kita dengan aktivitas-aktivitas yang mendukung kesehatan, baik kesehatan psikis maupun kesehatan jasmani. Kesehatan jasmni sangat dipengaruhi oleh kesehatan psikis. Suasana hati yang senang dan bahagia akan berdampak positif terhadap kesehatan jasmani. Maka marilah kita sehatkan psikis kita dengan pikiran-pikiran positif dan melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan membahagiakan hati, salah satunya adalah menekuni hobi. Hobi jangan dipendam. Hobi jangan dikekang. Bebaskan hobi kita. Lakukan hobi kita. Suatu saat nanti kita akan memetik manfaat positif dari kita menekuni hobi.

 

Penulis sendiri juga berusaha melakukan hobi setiap hari. Penulis senang menulis. Penulis merasa menulis itu hobi karena penulis merasakan hati senang dan bahagia setiap kali selesai menulis. Sampai sekarang penulis menjalani proses kreatif menulis masih sekadar untuk menyalurkan hobi. Penulis belum menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas utama. Aktivitas menulis yang penulis jalani hanya untuk hiburan dan penyenang hati. Penulis menulis tema apa saja yang muncul di pikiran. Penulis tidak membatasi tema tertentu untuk ditulis. Pokoknya apa saja yang muncul di pikiran akan penulis tulis.

 

Penulis menulis tema-tema yang ringan saja. Tema-tema ringan seputar kehidupan sehari-hari, baik yang penulis alami maupun penulis lihat merupakan bahan tulisan yang murah dan melimpah. Penulis tidak perlu mencari sumber referensi atau teori ilmiah untuk mendukung tulisan penulis karena tulisan tersebut bukanlah tulisan ilmiah. Tulisan-tulisan yang penulis tulis setiap hari berupa tulisan-tulisan reflektif dan renungan kehidupan. Tulisan-tulisan tersebut biasanya dapat penulis selesaikan dalam sekali duduk atau terkadang memerlukan waktu beberapa hari karena belum mengkristalnya ide tulisan.

 

Demikianlah penulis menjalankan hobi menulis setiap hari. Penulis senang dan bahagia melakukannya. Hanya cukup mengetik di handphone, penulis dapat menghasilkan sebuah tulisan pendek yang berisi 7-10 paragraf, dan kemudian mengunggahnya di akun media social Facebook ataupun blog pribadi. Setiap kali berhasil menyelesaikan satu tulisan dan mengunggahnya di Facebook atau blog pribadi, penulis merasakan hati senang, puas, dan bahagia. Penulis tidak tahu dari mana datangnya kebahagiaan tersebut. Karena menulis itu ternyata menyenangkan dan membahagiakan, maka penulis akan berusaha untuk terus menulis. Menulis selain untuk menyalurkan hobi, juga bisa sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri. Menulis juga bisa untuk sarana meninggalkan jejak kehidupan berupa warisan intelektual karena tulisan adalah penanda peradaban. []

 

Gumpang Baru, 24 Mei 2023

 

 

___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Minggu, 21 Mei 2023

LAGU KEBANGSAAN SEBAGAI SARANA MENANAMKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA ANAK

 

Sumber Gambar: https://protokol.probolinggokab.go.id/wp-content/uploads/2021/11/d0ece3f59ecdd4acc78b314dfa4a6f35.jpg

 LAGU KEBANGSAAN SEBAGAI SARANA MENANAMKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA ANAK

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya (Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia)

 


Pada momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2023 ini, saya kira sangat tepat jika kita membahas tentang tema penanaman jiwa nasionalisme pada anak-anak. Anak-anak Indonesia saat ini merupakan generasi yang akan meneruskan keberlanjutan bangsa Indonesia. Bagaimana tingkat nasionalisme anak-anak Indonesia sekarang akan menentukan wajah dan nasib bangsa Indonesia. Apakah bangsa Indonesia akan tetap ada di masa depan ataukah akan hilang dari permukaan bumi, semuanya tergantung bagaimana jiwa nasionalisme anak-anak zaman sekarang. Merekalah penerus estafet keberlangsungan bangsa Indonesia.

 

Setiap anak Indonesia harus memiliki kebanggaan sebagai warga negara Indonesia. Rasa cinta pada tanah air harus terpatri di setiap dada putra dan putri Indonesia. Jiwa nasionalisme harus terbangun dalam pikiran dan hati setiap anak-anak Indonesia. Jiwa nasionalisme dan kebanggaan pada bangsa dan negara merupakan pondasi dasar untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, sejahtera, dan dihormati bangsa lain di dunia.

 

Anak-anak zaman sekarang sangat dekat dengan perangkat gadget. Mereka sudah biasa melihat tontonan-tontonan yang bebas diakses melalui chanel Youtube. Mereka sudah biasa mendengar lagu-lagu apapun yang dapat mereka akses dari telepon seluler. Anak-anak sekarang bagaikan berada di sebuah dunia yang tanpa sekat dan dinding pembatas. Mereka dapat berselancar dan pergi ke manapun di dunia maya untuk menemukan apapun yang ingin mereka cari.

 

Kemudahan mengakses teknologi informasi dan teknologi digital tersebut jika tidak dibarengi dengan pembentukan sikap yang baik akan berpotensi mengotori jiwa-jiwa murni mereka.  Termasuk dalam hal ini adalah jiwa nasionalisme mereka dapat tergerus dan terkikis oleh tontonan-tontonan yang tidak nasionalisme. Oleh karena itu perlu upaya yang perlu dilakukan oleh para orang tua agar bagaimana anak-anak dapat mengenal bangsanya dan pada akhirnya diharapkan mereka bangga dengan bangsanya sendiri.

 

Mengajarkan jiwa dan sikap nasionalisme merupakan kewajiban setiap orang tua. Anak-anak sejak kecil harus memiliki jiwa nasionalisme. Anak-anak sejak kecil harus sudah memiliki perasaan cinta pada tanah air. Anak-anak sejak kecil harus mulai dibangkitkan rasa kebanggaan pada bangsa dan negaranya. Jika tugas pendidikan ini terabaikan oleh para orang tua, maka dikawatirkan di masa depan bangsa Indonesia akan kehilangan penerus.  

 

Salah satu strategi untuk membangunkan dan membangkitkan jiwa nasionalisme pada diri anak-anak adalah dengan mengenalkan mereka dengan lagu-lagu wajib nasional. Dengan sering memperdengarkan lagu-lagu kebangsaan Indonesia ke anak-anak, diharapkan dalam memori jangka panjang mereka akan tersimpan ingatan tentang lagu-lagu penggugah patriotisme dan bangsanya, yakni bangsa Indonesia. Jika kata “Indonesia” sering mereka dengar dengan iringan irama lagu-lagu yang membangkitkan semangat tersebut, diharapkan jiwa dan pikiran anak-anak akan terisi oleh spirit cinta tanah air dan bangsa.

 

Demikianlah yang beberapa waktu ini coba saya terapkan di lingkungan keluarga. Putri kecil saya yang sudah sekolah TK A ketika mendengar lagu-lagu kebangsaan ternyata menyahut, ia tertarik untuk mendengarkan. Katanya ia pernah mendengar lagu-lagu tersebut diperdengarkan di sekolah. Di sinilah terjadi sinkronisasi antara pendidikan karakter di sekolah dengan pendidikan karakter di keluarga. Ketika pendidikan sekolah dan pendidikan di keluarga terjadi sinergisitas, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Karakter cinta tanah air dan bangsa diharapkan dapat tumbuh pada diri putri kecil saya. Semoga kelak ketika dewasa, ia dapat menjadi orang yang sangat bangga dengan negaranya dan berusaha mengambil peran positif dalam memajukan bangsa Indonesia. Amin. []

 

Gumpang Baru, 21 Mei 2023

 

_____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

KEMBALIKAN KEPADA ALLAH SWT

 

Sumber Gambar: https://tasawufpsikoterapi.fuda.iainkediri.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/55763b530423bd42758b4567.jpeg

 KEMBALIKAN KEPADA ALLAH SWT.

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah lepas dari permasalahan. Terkadang permasalahan hidup tersebut terasa sangat berat. Bahkan terkadang seseorang merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikannya. Mengingat kemampuan dan keterbatasan yang ada di dirinya, dia menyadari bahwa dirinya tidak akan sanggup menyelesaikan masalah tersebut. Seandainya kita berada pada kondisi seperti itu, apakah yang akan kita lakukan?

 

Sebagai hamba yang beriman, kita tidak boleh berputus asa dari harapan dan rahmat Allah Swt. Kita harus meyakini bahwa dalam kondisi apapun, Allah Swt pasti akan menolong hamba-hamba-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah Swt tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah Swt tidak akan pernah memalingkan wajah-Nya dari hamba-hamba-Nya yang menengadahkan tangan sambil berdoa, walaupun sebanyak apapun dosa-dosa hamba-Nya tersebut. Mengapa? Karena Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada sesuatupun  yang mampu menyaingi Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya. Rasa kasih dan sayang Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya.

 

Selain keyakinan tersebut, ada hal yang sangat penting yang harus kita lakukan selaku Hamba Allah Swt. Apakah itu? Yaitu berusaha menyelesaikan segala permasalahan hidup kita dengan sekuat tenaga dan kemampuan sampai seakan-akan kita sudah sampai pada puncak kemampuan dan batas kekuatan kita. Ketika kita sudah merasa di kondisi puncak (kritis) tersebut, selanjutnya semua hasil usaha dan ikhtiar kita serahkan pada Allah Swt. Apapun hasil dari usaha dan ikhtiar kita nantinya, kita hendaknya selalu berpikiran positif bahwa hasil yang kita peroleh adalah hasil yang terbaik untuk kita dan sesuai kehendak Allah Swt.

 

Dengan memiliki sikap positif seperti ini, maka kita akan memiliki kelapangan hati yang luas untuk menerima apapun yang terjadi dengan hati yang tenang dan damai.  Pikiran kita juga akan lebih jernih sehingga akan mudah menerima signal-signal solusi dari-Nya. Akhir dari semua kondisi tersebut adalah kita akan mampu berpikir jernih, mampu mengurai persoalan yang rumit menjadi persoalan-persoalan yang lebih sederhana, mampu melihat celah-celah peluang untuk solusinya, dan mampu menemukan alternatif-alternatif solusi yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan hidup tersebut.

 

Setiap orang pasti memiliki permsalahan dalam kehidupannya. Setiap orang memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda, baik tingkat kerumitannya, beratnya beban yang dihadapi, jenis permasalahannya, maupun banyaknya permasalahan. Kita tidak usah membanding-bandingkan permasalahn hidup kita dengan orang lain karena hal itu tidak ada gunanya. Yang ada hanyalah kita akan merasa lebih susah dan lebih menderita dibandingkan orang lain karena kita menganggap permasalahan hidup kita jauh lebih berat dan lebih rumit.

 

Anggapan seperti itu muncul dalam pikiran kita karena kita melihat kehidupan orang lain sepertinya baik-baik saja, mereka seperti tidak mempunyai masalah. Anggapan kita seperti itu salah besar. Mengapa? Karena bisa saja orang lain itu mempunyai masalah hidup yang jauh lebih berat daripada kita, tetapi mereka tidak memperlihatkan ke orang lain. Mereka berusaha menyembunyikan masalah hidupnya dan menampilkan hidup yang baik-baik saja, padahal mereka sedang bingung dan stress bagaimana mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapinya.

 

Hidup itu sawang-sinawang, artinya hidup itu saling melihat dan mengira-ira. Apa yang terlihat oleh kita pada kondisi orang lain bisa jadi tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Demikian pula apa yang dilihat dan diperkirakan orang lain pada diri kita juga bisa jadi sangat berbeda dengan kondisi kita yang sebenarnya. Kita mengira orang lain hidupnya makmur dan bahagia, tetapi ternyata sebenarnya mereka sedang berjuang untuk hidup berkecukupan dan bahagia. Orang lain mengira hidup kita nyaman dan enak, padahal sebenarnya hidup kita sedang dalam kondisi kritis dan kesusahan. Tidak ada orang yang bisa mengetahui dengan pasti kondisi kehidupan orang lain. Semuanya hanya asumsi dan perkiraan berdasarkan apa yang terlihat. Padahal apa yang terlihat belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya.

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka cukuplah kita bahagia dan mensyukuri kondisi kita masing-masing. Cukuplah Allah Swt saja tempat kita menggantungkan harapan. Cukuplah Allah Swt saja yang menjadi penolong kita. Cukuplah Allah Swt saja tempat tujuan dari doa-doa yang kita panjatkan. Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Swt pasti mendengar doa-doa dan mengabulkan harapan kita. Kita harus sangat yakin bahwa Allah Swt tidak akan memberikan ujian hidup melebihi kemampuan kita. Allah Swt pasti lebih tahu sampai mana batas kemampuan kita dalam menghadapi permasalahan hidup. Maka, hanya kepada Allah Swt sajalah kita mengharap dan berserah diri. Innallah ma’a al-shabirin. []

 

Gumpang Baru, 21 Mei 2023

 

 

____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Selasa, 16 Mei 2023

MEMBANGKITKAN KEMBALI KEJAYAAN BANGSA MELALUI PENGUATAN JIWA NASIONALISME

 

MEMBANGKITKAN KEMBALI KEJAYAAN BANGSA MELALUI PENGUATAN JIWA NASIONALISME

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai bangsa yang besar dan kuat. Di masa lalu, bangsa Indonesia (baca: Nusantara) merupakan bangsa yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain karena kemajuan dan kekuatannya. Dalam website Kementerian ESDM Republik Indonesia (https://www.esdm.go.id/) dinyatakan bahwa di Sumatera pernah berdiri kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang berpengaruh luas bukan hanya atas Sumatera, tetapi juga atas Jawa dan Kalimantan dan bahkan hingga ke Semenanjung Malaysia, Kamboja, Vietnam, Thailand Selatan serta Filipina. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya berasal dari Abad Ke-7 yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang (Wacik, 2012).

Pada masa itu Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Buddha dan ramai dikunjungi para peziarah dan tokoh-tokoh agama Budha. Dalam politik, Sriwijaya disegani oleh negara-negara lain. Dalam perdagangan, Sriwijaya yang menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda mengontrol jalur perdagangan antara dua pusat utama yaitu India dan Cina. Sriwijaya memiliki banyak komoditas antara lain kapur barus, kayu gaharu, kapulaga, gading, emas, dan timah yang membawa kemakmuran bagi Sriwijaya. Sejarah juga mencatat pada masa Sriwijaya inilah berkembang bahasa Melayu sebagai lingua franca ke seluruh penjuru Nusantara. Kita dapat menyaksikan candi-candi peninggalan kerajaan ini seperti Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu (seluruhnya di Jawa Tengah) serta Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus dan Biaro Bahal (di Sumatera Selatan) (Wacik, 2012).

Sebuah teori kehidupan mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang pernah besar dalam sejarahnya di masa lalu cenderung akan mengalami kembali kebesarannya di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, bangsa-bangsa yang bisa besar sekarang dan di masa mendatang adalah bangsa-bangsa yang pernah besar di masa lalu (Wacik, 2012). Melihat sejarah kejayaan bangsa Indonesia di zaman dulu, maka seharusnya bangsa Indonesia bisa mengulang kembali siklus kejayaan tersebut. Bangsa Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi bangsa yang besar dan maju. Hal itu karena bangsa Indonesia mewarisi DNA bangsa yang besar dan maju. Sudah waktunya bangsa Indonesia kembali bangkit dari keterpurukan untuk bangun dan menunjukkan kehebatannya sebagai bangsa yang besar, maju, makmur, dan terhormat.

Untuk bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang besar dan dihormati, harus dimulai dari ditumbuhkannya rasa nasionalisme pada setiap warga Indonesia. Setiap orang Indonesia harus bangga menjadi warga negara Indonesia. Setiap orang Indonesia harus bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan. Setiap orang Indonesia harus menjunjung tinggi simbol-simbol negara Indonesia. Apakah sikap-sikap seperti itu sudah dipraktikkan oleh warga negara Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Mari kita evaluasi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia. Kita ambil contoh di dunia pendidikan sebagai representasi dari kasta masyarakat intelektual dan terdidik. Di dunia akademik, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, sering menyelenggarakan seminar internasional (international conference) dengan mengundang narasumber dari kampus di luar negeri. Walaupun namanya international conference, umumnya pesertanya kebanyakan dari dalam negeri (orang Indonesia). Jadi mayoritas yang hadir dalam international conference tersebut adalah orang Indonesia yang bahasa utamanya adalah bahasa Indonesia. Tetapi anehnya, panitia penyelenggara membuat aturan bahwa penyampaian materi seminar di dalam acara tersebut menggunakan bahasa Inggris, termasuk narasumber yang dari kampus dalam negeri. Yang menjadi pertanyaan sekaligus keprihatinan adalah mengapa semua peserta seminar harus berkomunikasi dengan bahasa Inggris? Mengapa tidak menggunakan bahasa Indonesia, toh itu acaranya diadakan di Indonesia dan mayoritas pesertanya juga orang Indonesia. Patut menjadi renungan bersama, yaitu apakah untuk menjadi berlevel internasional, lantas harus meninggalkan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa asing? Kalau dikawatirkan narasumber dari luar negeri akan mengalami kesulitan jika harus menyampaikan materi seminar dalam bahasa Indonesia, mengapa tidak cukup panitia seminar menyediakan seorang penerjemah atau alat penerjemah bahasa sehingga seminar tetap terselenggara dengan pengantar bahasa Indonesia?

Mari kita lihat bagaimana peraturan resmi Pemerintah Republik Indonesia tentang penggunaan bahasa Indonesia. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 30 September 2019 disebutkan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia, yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau masyarakat, baik dengan dukungan maupun tanpa dukungan pihak asing. Dalam forum yang bersifat internasional sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, warga negara asing dapat menggunakan Bahasa Asing dan penyelenggara wajib menyediakan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia (Putra, 2019). Berdasarkan Perpres tersebut terlihat jelas bahwa acara pertemuan ilmiah antarnegara yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi dalam negeri seperti international conference tetap harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya, sedangkan orang asing atau narasumber dari luar negeri dapat tetap menggunakan bahasanya sendiri dalam menyampaikan paparan materi dimana lembaga penyelenggara international conference harus menyediakan penerjemah.

Hal yang mirip juga terjadi di dalam dunia perjunalan nasional. Sekarang muncul fenomena pengelola jurnal-jurnal nasional terakreditasi Sinta juga mensyaratkan penulis artikel jurnal harus mengirimkan artikel dalam bahasa asing (umumnya bahasa Inggris). Aneh sekali bukan? Jurnal nasional terbit di Indonesia, penerbitnya penerbit dalam negeri, penulisnya orang Indonesia, pembacanya juga mayoritas orang Indonesia, tetapi mengapa harus ditulis dalam bahasa asing? Jika tujuan penulisan dalam bahasa asing agar artikel-artikel jurnal yang dipublish juga dapat dibaca oleh orang asing, mengapa tidak cukup abstraknya saja yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris, sedangkan isi artikel jurnal tetap disajikan dalam bahasa Indonesia? Bagaimana jika ada orang luar negeri yang ingin membaca artikel jurnal kita? Biarkan mereka sendiri yang menerjemahkan ke dalam bahasa negara mereka, bukan kita yang harus melayani mereka dengan menyesuaikan bahasa mereka dan meninggalkan bahasa sendiri. Sama seperti kita ketika mau membaca artikel jurnal berbahasa asing, kita sendirilah yang harus menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Perhatikan kembali isi Perpres Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Perpres ini juga menyebutkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.  Lembaga sebagaimana dimaksud terdiri atas lembaga pemerintah dan lembaga nonpemerintah. Adapun laporan sebagaimana dimaksud berupa: a. laporan pengelolaan kegiatan; b. laporan pelaksanaan tugas kedinasan; c. laporan kegiatan masyarakat; d. laporan pengaduan masyarakat; dan/atau e. laporan lain. Bahasa Indonesia, menurut Perpres ini, juga wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia, berupa: a. disertasi; b. tesis; c. skripsi; d. laporan tugas akhir; e. laporan penelitian; f. makalah; g. buku teks; h. buku referensi; i. prosiding; j. risalah forum ilmiah; k. jurnal ilmiah; dan/atau 1. karya ilmiah lain (Putra, 2019). Jadi sudah sangat jelas sekali bahwa jurnal-jurnal nasional yang terbit di dalam negeri harusnya tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam penulisannya. Walaupun jurnal-jurnal nasional tersebut tidak sesuai dengan Perpres Nomor 63 Tahun 2019, mengapa tetap mendapatkan status akreditasi dari pemerintah?

Melihat fenomena di atas, muncul keprihatinan di hati kita semua, ada apa dengan bangsa Indonesia saat ini? Mengapa rakyat Indonesia tidak bangga menggunakan bahasa Indonesia yang notabene merupakan bahasa negaranya sendiri? Setiap tahun tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda untuk mengenang bagaimana dahulu para pahlawan pendiri bangsa memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tetapi mengapa sekarang setelah merdeka, rakyat Indonesia ada kecenderungan tidak bangga menggunakan bahasa Indonesia? Lebih memprihatinkan lagi adalah hal itu terjadi di lingkungan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam meneruskan perjuangan para pahlawan untuk  menjunjung tinggi bahasa Indonesia dengan cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di forum-forum ilmiah dan penulisan karya ilmiah.

Kebanggaan terhadap simbol-simbol kenegaraan merupakan pondasi dasar nasionalisme. Sikap nasionalisme harus ditunjukkan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa nasional harus menjadi bahasa utama dalam komunikasi sehari-hari, khususnya dalam acara-acara yang diselengarakan di dalam negeri, walaupun melibatkan orang asing. Setiap warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Para pahlawan pendiri bangsa Indonesia pada acara Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 ketika mendeklarasikan Sumpah Pemuda telah berikrar dan bertekat bulat akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan: “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Apakah kita yang sekarang ini tinggal menikmati kebebasan dan kemerdekaan tidak malu dengan para pahlawan pendiri bangsa Indonesia yang telah berjuang mengorbankan segala-galanya demi kemerdekaan Indonesia. Para pahlawan pendiri bangsa telah berkorban harta dan nyawa demi memerdekaan bangsa Indonesia. Para pahlawan pendiri bangsa tidak sempat menikmati hasil perjuangan mereka, tetapi kitalah sekarang yang menikmati hasil perjuangan dan pengorbanan mereka. Apakah berat jika kita meneruskan cita-cita luhur mereka dengan menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan? Wujud konkret dalam menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah dengan menggunakannya dalam setiap percakapan dan keperluan tata tulis resmi. Jika kita lebih sering menggunakan bahasa asing sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan, bagaimana bisa kita mengaku telah menjunjung tinggi bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia ada karena hasil perjuangan para pahlawan pendiri bangsa. Wujud dari menghormati jasa para pahlawan pendiri bangsa adalah salah satunya dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi lisan maupun tulisan. Ini merupakan bentuk implementasi dari rasa nasionalisme kita terhadap bangsa Indonesia.

Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pernah mengungkapkan bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa meneladani semangat dan nilai-nilai kepahlawanan dengan menjadikan pahlawan sebagai panutan. Para pahlawan pendiri bangsa Indonesia telah berjuang untuk kebangkitan bangsa Indonesia dari keterpurukan berada di bawah penjajahan negara lain. Maka sudah saatnyalah seluruh warga negara Indonesia untuk meneruskan perjuangan para pahlawan untuk mewujudkan kejayaan bangsa Indonesia menjadi negara yang maju, besar, sejahtera, dan disegani bangsa lain. Untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut harus dimulai dari adanya jiwa nasionalisme dalam diri setiap warga Indonesia.[]


Gumpang Baru, 13 Mei 2023


Daftar Referensi

Putra, A. P. (2019, October 11). Ada Perpres No. 63/2019, Komunikasi di Kantor Pemerintah dan Swasta Wajib Gunakan Bahasa Indonesia. Retrieved May 13, 2023, from Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi website: https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/ada-perpres-no-63-2019-komunikasi-di-kantor-pemerintah-dan-swasta-wajib-gunakan-bahasa-indonesia

Wacik, J. (2012, Oktober). Siklus 7 Abad Kejayaan Indonesia. Retrieved March 22, 2021, from ESDM website: https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/siklus-7-abad-kejayaan-indonesia

__________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Selasa, 09 Mei 2023

MISTERI KEHIDUPAN

 


MISTERI KEHIDUPAN

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Beberapa hari yang lalu ayah mertua saya berpulang ke rahmatullah setelah sekitar sembilan tahun menderita sakit stroke. Awal terkena stroke beliau masih bisa jalan dan beraktivitas, hanya gerakan motoriknya sedikit mengalami penurunan. Seiring waktu, kondisi kesehatan beliau lama kelamaan mengalami penurunan. 


Saya menduga penurunan kesehatan ayah mertua saya tersebut tidak murni disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikis (mental). Sekian tahun menderita sakit dan tidak bisa beraktivitas normal pastilah mempengaruhi semangat hidupnya. Beliau pasti mengalami depresi. Perasaan putus asa pasti selalu membayang-bayangi pikiran beliau. 


Saya berasumsi seperti itu karena berangkat dari pengalaman pribadi. Saya pernah menderita penyakit Fistula Ani, sebuah penyakit yang termasuk langka, sulit disembuhkan (menurut dokter bedah), dan belum ada metode pengobatan standar yang memberikan jaminan kesembuhan. Karena beratnya penderitaan rasa sakit yang saya rasakan setiap harinya, ditambah dengan belum adanya metode penyembuhan yang pasti, membuat saya pernah mengalami putus asa. Saya pernah merasa pasrah dengan takdir akan seumur hidup merasakan sakit setiap hari saat penyakit tersebut kambuh. Saya pernah berniat mengikhlaskan diri untuk bersahabat dengan rasa sakit akibat penyakit Fistula tersebut. 


Di bulan Oktober tahun lalu, penyakit Fistula Ani saya kambuh dengan rasa sakit yang luar biasa dan terjadi setiap hari. Setiap hari saya hanya bisa berbaring memeluk bantal dan berguling-guling di tempat tidur sambil menangis menahan rasa sakit menyayat-nyayat yang menyerang setiap detiknya. Saat kondisi tersebut, saya benar-benar tidak berdaya dan merasa sangat lemah, fisik maupun psikis. Penderitaan rasa sakit yang menyerang setiap hari terasa sangat berat sekali. Saya hampir menyerah dan berputus asa karena beratnya menahan rasa sakit. 


Karena hampir sebulan setiap hari melihat saya menderita saya, istri tidak tega dan menyarankan saya untuk periksa ke dokter. Awalnya saya menolak saran istri tersebut dengan alasan kalau periksa ke dokter pasti disuruh operasi yang mengerikan itu (sesuai penjelasan dokter bedah yang dulu pernah menangani saya). Tetapi karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit menyayat-nyayat setiap hari, akhirnya saya bersedia dibawa ke RS. 


Benar dugaan saya, dokter bedah RS langsung menyarankan operasi. Ketika saya tanyakan bagaimana prosedur operasinya, dokter bedah RS menjelaskan sama persis dengan yang dulu pernah dijelaskan dokter sebelumnya. Awalnya saya ragu-ragu mau dioperasi atau tidak. Tetapi ketika dokter berkata, "Mau sakit terus atau sakit sebentar tapi sembuh?" Mendengar perkataan dokter bedah tersebut, akhirnya saya bersedia untuk dioperasi. 


Pasca operasi Fistula Ani, saya menjalani proses perawatan luka operasi dengan dipenuhi drama kesakitan yang luar biasa. Luka operasi Fistula Ani berupa luka terbuka, setiap hari luka dibersihkan dan diisi kasa steril (tampon). Saat pengambilan dan pengisian kasa tampon itulah saya merasakan sakit menyayat-nyayat yang luar biasa. Setiap kali perawat RS datang ke rumah untuk mengganti kasa tampon, hati saya bergetar, nyali saya menciut, dan muncul ketakutan yang luar biasa karena terbayang rasa sakit yang akan saya rasakan ketika penggantian kasa tampon. Kondisi drama kesakitan dan ketakutan ini saya alami setiap hari selama 3,5 bulan sampai penyakit Fistula Ani saya sembuh. 


Selama masa perawatan luka operasi Fistula Ani, saya pernah mengalami depresi dan down mental tatkala penyakit Fistula Ani saya kambuh. Pikiran saya buntu dan hilang semangat hidup ketika tahu bahwa proses operasi gagal menyembuhkan penyakit Fistula Ani saya. Pada saat kondisi down tersebut, saya kepikiran untuk menjenguk ayah mertua. Ketika melihat kondisi sakitnya ayah mertua yang hanya bisa berbaring di tempat tidur dan berbagi cerita rasa sakit yang diderita, pikiran saya menjadi lebih tenang dan hati terasa lebih damai. Muncul rasa syukur dan semangat hidup setelah melihat kondisi ayah mertua. Dalam hati saya berkata, "Harusnya saya lebih bersyukur karena sakit saya masih lebih ringan dibandingkan sakit ayah mertua. Harusnya saya lebih semangat untuk berikhtiar mencari kesembuhan dan menjalani kehidupan". 


Setelah mengalami pencerahan batin tersebut, saya kembali semangat untuk sembuh dan bersedia untuk menjalani operasi yang kedua. Bayangan rasa sakit saat perawatan luka operasi saya singkirkan dari pikiran saya. Pikiran saya isi dengan bayangan kebahagiaan ketika nanti saya sembuh dari penderitaan penyakit Fistula Ani. 


Beberapa hari terakhir sebelum ayah mertua wafat, ayah sering berteriak-teriak mengeluhkan rasa sakit. Tetapi di siang itu bakda dhuhur,  pasca pulang dari menjenguk ayah mertua, istri cerita kalau tadi ayah banyak diam, tidak mengeluhkan rasa sakit yang dideritanya. Mendengar cerita istri tersebut, hati saya bergetar. Saya langsung teringat kejadian dulu saat ayah saya wafat. Saya merasa kejadian yang dialami ayah mertua mirip dengan kejadian yang dialami ayah saya dulu beberapa hari sebelum beliau wafat. Saya berkata dalam hati, apakah  waktunya ayah mertua berpulang sudah dekat? 


Saya tidak berani menyampaikan dugaan saya yang belum pasti tersebut ke istri karena kawatir istri shock dan sedih. Saya berkata kepada istri, "Jika dipikirkan secara akal, kemungkinan ayah bisa sembuh itu kecil sekali karena beliau sudah sembilan tahun menderita sakit, dan saat ini kondisinya semakin memburuk". Saya kemudian menasihati istri agar supaya menyiapkan hati dan mental jika sewaktu-waktu ayah dipanggil Allah Swt. "Sebagai orang yang beragama, kita harus percaya bahwa setiap orang pasti meninggal. Jadi mami harus siap menerima dan ikhlas jika sewaktu-waktu ayah dipanggil Allah Swt". Demikianlah nasihat saya ke istri di siang itu. 


Sore harinya bakda Ashar, tiba-tiba istri sambil menangis memberitahukan bahwa ayah telah wafat. Saya tersentak dan langsung mengucapkan innalilahi wa Inna ilaihi raji'un. Saya meminta istri untuk tetap tenang, tabah dan ikhlas dengan kepergian ayah. Saya segera meminta istri untuk menyiapkan pakaian ganti dan bersiap pergi ke rumah ayah. 


Demikianlah misteri kehidupan. Setiap orang pasti akan meninggalkan kehidupan di dunia ini. Tentang kapan waktunya itu menjadi rahasia Allah Swt. Tugas kita hanyalah menyiapkan diri dengan menjalani hidup sebaik-baiknya dan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya untuk bekal kehidupan di akhirat kelak. Semoga kita bisa mengakhiri kehidupan di dunia yang fana ini dengan husnul khatimah dan kelak di akhirat dimasukkan dalam golongan ahli surga. Amin. []


Gumpang Baru, 09 Mei 2023


 __________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Minggu, 07 Mei 2023

KEJUTAN DI AWAL BULAN MEI


KEJUTAN DI AWAL BULAN MEI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro



Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, nikmat dan ridha-Nya. Pada bulan Mei ini saya kembali mendapatkan penghargaan sebagai The Most Viewers of The Month Peringkat Pertama. Pencapaian ini merupakan kali kedua setelah pada bulan Maret kemarin saya juga memperoleh penghargaan serupa dan juga menjadi peringkat pertama.

Penghargaan ini merupakan representasi dari hasil menjaga komitmen dan memelihara spirit menulis. Tanpa ada kemauan untuk memeliahara spirit menulis tersebut, kemungkinan sangat kecil bagi saya untuk bisa sampai pada capaian seperti sekarang ini.

Penghargaan ini bukanlah tujuan akhir dari saya menulis. Sebelum ada penghargaan ini saya telah menulis, dan setelah mendapat penghargaan ini saya juga akan tetap menulis. Ada atau tidak ada penghargaan, menulis adalah spirit kehidupan saya, Bagi saya, menulis adalah sarana saya untuk menjaga gairah dan semangat menjalani kehidupan. Mengabadi melalui tulisan merupakan impian saya.

Penghargaan ini dipersembahkan oleh Sahabat Pena Kita, sebuah komunitas menulis yang sejak 23 Juli 2019 sudah berbadan hukum, dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-001097.AH.01.04.Tahun 2019, tentang pengesahan pendirian badan hukum Yayasan Sahabat Pena Kita.

Penghargaan ini diberikan kepada anggota komunitas yang menulis artikel di website grup Sahabat Pena Kita (https://sahabatpenakita.id) dan mendapatkan jumlah viewers terbanyak. Artikel yang diunggah berasal dari tulisan setoran wajib setiap bulan. Terima Sahabat Pena Kita. Maju dan sukses terus SPK !!


Link artikel:


 _______________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Rabu, 03 Mei 2023

DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

 


DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga harus saling membantu. Keseimbangan kehidupan harus menjadi prioritas semua anggota keluarga. Kepentingan keluarga harus diletakkan di atas kepentingan-kepentingan yang lain.

 

Keluarga bagaikan sebuah rumah yang memiliki beberapa tiang penyangga. Jika ada salah satu tiang penyangga bermasalah yang merepresentasikan ada salah satu anggot keluarga yang sedang punya masalah, misalnya sakit, maka harus ada anggota keluarga lain yang bersedia menggantikan perannya untuk sementara sampai anggota keluarga yang sakit tersebut sembuh dan kembali mampu menjalankan perannya.

 

Selama enam bulan terakhir ini kondisi kesehatan saya sedang kurang baik. Sejak bulan November 2022 saya menjalani proses pengobatan yang mengharuskan melalui beberapa tindakan operasi. Hasil tindakan operasi mengakibatkan saya harus banyak istirahat dan mengurangi aktivitas normal. Dikarenakan dalam masa perawatan pasca operasi, maka sebagian peran yang biasa saya lakukan dalam keluarga terpaksa diambil alih oleh istri.

 

Kondisi keluarga yang kurang normal tersebut mengharuskan istri berperan ganda. Misalnya dalam hal urusan transportasi keluarga. Selama ini jika kemana-mana bepergian bersama keluarga, saya yang menjadi drivernya. Tetapi untuk enam bulan terakhir ini, terpaksa istri yang gantian menjadi driver sedangkan saya duduk di sampingnya. Mekanisme alih fungsi peranan ini harus kami jalankan demi keberlangsungan kehidupan keluarga tetap normal.

 

Selama enam bulan terakhir ini, hampir setiap Minggu saya ada jadwal rutin kontrol dokter di RS UNS, dan bahkan sudah menjalani tindakan operasi sebanyak empat kali. Setiap kali saya kontrol dokter ke RS UNS setiap minggunya, istri selalu yang mengantar dan mendampingi saya. Dikarenakan kondisi kesehatan saya yang belum nyaman untuk mengendarai mobil, maka terpaksa istri yang harus menjadi drivernya. Jadi praktis selama enam bulan terakhir ini istri saya menjalankan peran sebagai driver ojek untuk keluarga.

 

Saya yakin situasi tersebut kurang nyaman untuk istri. Umumnya seorang istri pasti ingin dilayani dan disayang-sayang suaminya. Jika bepergian inginnya hanya duduk manis. Tetapi tidak demikian dengan istri saya. Selama enam bulan ini ia harus kehilangan situasi nyaman tersebut. Kini setiap hari selain rutin mengantar jemput si kecil ke sekolah, ia juga harus rutin setiap Minggu mengantar saya kontrol ke RS UNS.

 

Ketika saya dijadwalkan untuk tindakan operasi yang berarti harus opname di RS, istri harus berpikir keras bagaimana mengatur keluarga, yaitu bagaimana dengan anak-anak. Pernah anak-anak kami titipkan ke rumah eyangnya, pernah juga kami titipkan di rumah budenya, dan bahkan pernah anak-anak terpaksa tinggal sendirian di rumah.

 

Alhamdulillah si kecil yang baru berusia lima tahun bisa diajak mengerti kondisi orang tuanya sehingga tidak keberatan tinggal sendiri di rumah bersama kakaknya yang sudah SMA selama orang tuanya di RS. Bahkan pernah si kecil terpaksa kami titipkan ke tetangga untuk diantarkan ke sekolah karena kondisi kami yang sangat rumit, berbagai alternatif pilihan sudah kami pikirkan tetapi semuanya tidak memungkinkan. Sehingga pilihan terakhir terpaksa minta tolong ke tetangga untuk mengantarkan si kecil ke sekolah, sedangkan pulangnya dijemput kakaknya.

 

Selama saya dan istri menginap di RS, untuk urusan makan anak-anak terkadang istri bolak-balik RS - rumah untuk menyiapkan makanan di sela-sela waktu menemani saya di kamar rawat inap. Terkadang si kakak inisiatif masak mie instant sendiri, dan terkadang ia beli makanan lewat aplikasi GoFood. Selama di RS, kami selalu memantau kondisi anak-anak apakah sudah makan atau belum, mengecek si kecil rewel atau tidak, dan memberikan arahan ke si kakak untuk belajar membereskan urusan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju dan menjemurnya.

 

Demikianlah jalan kehidupan keluarga saya selama enam bulan terakhir ini selama saya menjalani proses pengobatan. Saya dan istri selalu harus berpikir bagaimana kehidupan keluarga tetap berjalan normal dengan segala problematika dan situasi yang kurang kondusif. Saya dan istri harus terus berdiskusi bagaimana mencari solusi atas setiap masalah yang muncul.

 

Setiap saat kami bertukar pikiran mencari alternatif-alternatif solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan semua persoalan keluarga. Terkadang karena begitu banyaknya urusan keluarga yang harus diselesaikan, istri mengeluh capek atau berkata sedang malas untuk masak. Jika mendengar keluhan istri seperti itu, saya berusaha menguatkannya dan menghiburnya.

 

Saya memang berusaha sebisa mungkin membantu meringankan beban istri. Saya kadang berkata ke istri, "Urusan rumah memang gak akan ada habisnya, jadi dibuat santai saja, gak usah memaksakan diri. Jika capek ya istirahat. Untuk makan, nanti jika kondisi badan papi sudah agak enakan, kita makan di luar sekalian refreshing. Tetapi jika nanti masih sakit, kita beli makanan aja lewat aplikasi GoFood".

 

Apapun kondisi dan situasi yang tidak menguntungkan, kehidupan keluarga harus tetap berjalan normal. Demikianlah komitmen saya dan istri untuk selalu memprioritaskan kepentingan keluarga tanpa mengesampingkan kepentingan yang lain. Skala prioritas selalu kami pertimbangkan demi efektivitas dan efisiensi tercapainya tujuan. []

 

 

Gumpang Baru, 04 Mei 2023

 

 ___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

MENYAMBUNG SILATURAHMI

 

Foto bersama dr. Nugrahanta Dasa P, Sp.B-KBD
(Dokter spesialis bedah digestif RS UNS)

MENYAMBUNG SILATURAHMI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kemarin saya dijadwalkan untuk dilakukan tindakan medis kembali setelah satu bulan sebelumnya telah dilakukan tindakan operasi batu ginjal. Sejak proses tindakan operasi yang pertama, dokter sudah menjelaskan bahwa posisi batunya agak ke atas masuk ke dalam ginjal, sehingga agak sulit untuk bisa dibersihkan dengan satu kali tindakan. Mungkin perlu dilakukan beberapa kali tindakan.

 

Satu Minggu setelah tindakan operasi, dokter merekomendasikan tes CT-Scan untuk melihat apakah pasca operasi masih ada batu di ginjal atau tidak. Setelah hasil CT-scan keluar, ternyata terkonfirmasi masih ada batu di ginjal kanan saya. Setelah melihat hasil tes CT-Scan tersebut, dokter merencanakan tindakan pemecahan batu ginjal kembali nanti setelah hari raya Idul Fitri. Dokter kemudian membuatkan surat kontrol untuk pemeriksaan setelah idul Fitri.

 

Setelah liburan hari raya idul Fitri berakhir, saya memeriksakan kembali ke RS sesuai tanggal kontrol. Setelah bertemu dokter dan mengutarakan keluhan rasa sakit yang masih saya rasakan setiap hari selama sebulan pasca operasi, dokter menjadwalkan tindakan operasi kembali di Minggu depan.

Di hari saya menjalani tahapan prosedur untuk masuk ruang operasi, saat sedang menunggu di bagian pendaftaran tidak sengaja melihat perawat ruang IBS (ruang operasi) yang selama hampir empat bulan merawat luka operasi Fistula Ani saya. Saya pun segera mendekatinya dan menyalaminya. Kami ngobrol-ngobrol sebentar sebelum beliau pamit menuju ruang operasi karena sebentar lagi ada operasi.

 

Tidak berapa lama kemudian, saya melihat dokter bedah digestif yang dulu mengoperasi dan mengobati penyakit Fistula Ani selama dua bulan hingga sembuh sedang berjalan menuju ruang presensi finger print yang berada di dekat ruang tunggu. Saya pun segera berdiri dan berjalan mendekati beliau.

 

Saya menyapa beliau dan menyalaminya. Beliau agak kaget melihat saya, "Lho, pak Agung. Sedang ada keperluan apa pak di sini? Apa penyakit Fistula Ani-nya kambuh lagi?" Sambil tersenyum saya menjawab, "Mboten pak dokter. Alhamdulillah sakit Fistulanya sudah sembuh. Ini sedang mau tindakan sakit batu ginjal dok. Dulu setelah selesai dengan pak dokter Dasa, sekarang gantian dengan dokter Rizki". Kami tidak lama ngobrolnya karena beliau mau segera presensi dan pergi ke ruang IGD karena beliau menjabat sebagai kepala bagian IGD RS UNS. Setelah selesai presensi beliau pergi sambil menyapa saya dan mendoakan semoga segera sembuh dan sehat kembali.

 

Demikianlah saya mencoba untuk tetap menjalin hubungan baik dengan dokter-dokter dan perawat RS UNS yang telah membantu mengobati dan merawat saya selama sakit hingga sembuh. Saya ingin hubungan saya dengan beliau-beliau tidak hanya sekadar hubungan profesional saja yang mana setelah selesai ya selesai. Saya ingin tetap terjalinan silaturahmi dengan beliau-beliau. Saya meyakini bahwa menyambung tali silaturahmi itu akan mendatangkan manfaat, kebaikan dan keridhaan Allah Swt. []

 

Gumpang Baru, 03 Mei 2023


 ________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Postingan Populer