Powered By Blogger

Rabu, 03 Mei 2023

DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

 


DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga harus saling membantu. Keseimbangan kehidupan harus menjadi prioritas semua anggota keluarga. Kepentingan keluarga harus diletakkan di atas kepentingan-kepentingan yang lain.

 

Keluarga bagaikan sebuah rumah yang memiliki beberapa tiang penyangga. Jika ada salah satu tiang penyangga bermasalah yang merepresentasikan ada salah satu anggot keluarga yang sedang punya masalah, misalnya sakit, maka harus ada anggota keluarga lain yang bersedia menggantikan perannya untuk sementara sampai anggota keluarga yang sakit tersebut sembuh dan kembali mampu menjalankan perannya.

 

Selama enam bulan terakhir ini kondisi kesehatan saya sedang kurang baik. Sejak bulan November 2022 saya menjalani proses pengobatan yang mengharuskan melalui beberapa tindakan operasi. Hasil tindakan operasi mengakibatkan saya harus banyak istirahat dan mengurangi aktivitas normal. Dikarenakan dalam masa perawatan pasca operasi, maka sebagian peran yang biasa saya lakukan dalam keluarga terpaksa diambil alih oleh istri.

 

Kondisi keluarga yang kurang normal tersebut mengharuskan istri berperan ganda. Misalnya dalam hal urusan transportasi keluarga. Selama ini jika kemana-mana bepergian bersama keluarga, saya yang menjadi drivernya. Tetapi untuk enam bulan terakhir ini, terpaksa istri yang gantian menjadi driver sedangkan saya duduk di sampingnya. Mekanisme alih fungsi peranan ini harus kami jalankan demi keberlangsungan kehidupan keluarga tetap normal.

 

Selama enam bulan terakhir ini, hampir setiap Minggu saya ada jadwal rutin kontrol dokter di RS UNS, dan bahkan sudah menjalani tindakan operasi sebanyak empat kali. Setiap kali saya kontrol dokter ke RS UNS setiap minggunya, istri selalu yang mengantar dan mendampingi saya. Dikarenakan kondisi kesehatan saya yang belum nyaman untuk mengendarai mobil, maka terpaksa istri yang harus menjadi drivernya. Jadi praktis selama enam bulan terakhir ini istri saya menjalankan peran sebagai driver ojek untuk keluarga.

 

Saya yakin situasi tersebut kurang nyaman untuk istri. Umumnya seorang istri pasti ingin dilayani dan disayang-sayang suaminya. Jika bepergian inginnya hanya duduk manis. Tetapi tidak demikian dengan istri saya. Selama enam bulan ini ia harus kehilangan situasi nyaman tersebut. Kini setiap hari selain rutin mengantar jemput si kecil ke sekolah, ia juga harus rutin setiap Minggu mengantar saya kontrol ke RS UNS.

 

Ketika saya dijadwalkan untuk tindakan operasi yang berarti harus opname di RS, istri harus berpikir keras bagaimana mengatur keluarga, yaitu bagaimana dengan anak-anak. Pernah anak-anak kami titipkan ke rumah eyangnya, pernah juga kami titipkan di rumah budenya, dan bahkan pernah anak-anak terpaksa tinggal sendirian di rumah.

 

Alhamdulillah si kecil yang baru berusia lima tahun bisa diajak mengerti kondisi orang tuanya sehingga tidak keberatan tinggal sendiri di rumah bersama kakaknya yang sudah SMA selama orang tuanya di RS. Bahkan pernah si kecil terpaksa kami titipkan ke tetangga untuk diantarkan ke sekolah karena kondisi kami yang sangat rumit, berbagai alternatif pilihan sudah kami pikirkan tetapi semuanya tidak memungkinkan. Sehingga pilihan terakhir terpaksa minta tolong ke tetangga untuk mengantarkan si kecil ke sekolah, sedangkan pulangnya dijemput kakaknya.

 

Selama saya dan istri menginap di RS, untuk urusan makan anak-anak terkadang istri bolak-balik RS - rumah untuk menyiapkan makanan di sela-sela waktu menemani saya di kamar rawat inap. Terkadang si kakak inisiatif masak mie instant sendiri, dan terkadang ia beli makanan lewat aplikasi GoFood. Selama di RS, kami selalu memantau kondisi anak-anak apakah sudah makan atau belum, mengecek si kecil rewel atau tidak, dan memberikan arahan ke si kakak untuk belajar membereskan urusan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju dan menjemurnya.

 

Demikianlah jalan kehidupan keluarga saya selama enam bulan terakhir ini selama saya menjalani proses pengobatan. Saya dan istri selalu harus berpikir bagaimana kehidupan keluarga tetap berjalan normal dengan segala problematika dan situasi yang kurang kondusif. Saya dan istri harus terus berdiskusi bagaimana mencari solusi atas setiap masalah yang muncul.

 

Setiap saat kami bertukar pikiran mencari alternatif-alternatif solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan semua persoalan keluarga. Terkadang karena begitu banyaknya urusan keluarga yang harus diselesaikan, istri mengeluh capek atau berkata sedang malas untuk masak. Jika mendengar keluhan istri seperti itu, saya berusaha menguatkannya dan menghiburnya.

 

Saya memang berusaha sebisa mungkin membantu meringankan beban istri. Saya kadang berkata ke istri, "Urusan rumah memang gak akan ada habisnya, jadi dibuat santai saja, gak usah memaksakan diri. Jika capek ya istirahat. Untuk makan, nanti jika kondisi badan papi sudah agak enakan, kita makan di luar sekalian refreshing. Tetapi jika nanti masih sakit, kita beli makanan aja lewat aplikasi GoFood".

 

Apapun kondisi dan situasi yang tidak menguntungkan, kehidupan keluarga harus tetap berjalan normal. Demikianlah komitmen saya dan istri untuk selalu memprioritaskan kepentingan keluarga tanpa mengesampingkan kepentingan yang lain. Skala prioritas selalu kami pertimbangkan demi efektivitas dan efisiensi tercapainya tujuan. []

 

 

Gumpang Baru, 04 Mei 2023

 

 ___________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer