Powered By Blogger

Minggu, 21 Mei 2023

KEMBALIKAN KEPADA ALLAH SWT

 

Sumber Gambar: https://tasawufpsikoterapi.fuda.iainkediri.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/55763b530423bd42758b4567.jpeg

 KEMBALIKAN KEPADA ALLAH SWT.

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah lepas dari permasalahan. Terkadang permasalahan hidup tersebut terasa sangat berat. Bahkan terkadang seseorang merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikannya. Mengingat kemampuan dan keterbatasan yang ada di dirinya, dia menyadari bahwa dirinya tidak akan sanggup menyelesaikan masalah tersebut. Seandainya kita berada pada kondisi seperti itu, apakah yang akan kita lakukan?

 

Sebagai hamba yang beriman, kita tidak boleh berputus asa dari harapan dan rahmat Allah Swt. Kita harus meyakini bahwa dalam kondisi apapun, Allah Swt pasti akan menolong hamba-hamba-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah Swt tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah Swt tidak akan pernah memalingkan wajah-Nya dari hamba-hamba-Nya yang menengadahkan tangan sambil berdoa, walaupun sebanyak apapun dosa-dosa hamba-Nya tersebut. Mengapa? Karena Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada sesuatupun  yang mampu menyaingi Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya. Rasa kasih dan sayang Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya.

 

Selain keyakinan tersebut, ada hal yang sangat penting yang harus kita lakukan selaku Hamba Allah Swt. Apakah itu? Yaitu berusaha menyelesaikan segala permasalahan hidup kita dengan sekuat tenaga dan kemampuan sampai seakan-akan kita sudah sampai pada puncak kemampuan dan batas kekuatan kita. Ketika kita sudah merasa di kondisi puncak (kritis) tersebut, selanjutnya semua hasil usaha dan ikhtiar kita serahkan pada Allah Swt. Apapun hasil dari usaha dan ikhtiar kita nantinya, kita hendaknya selalu berpikiran positif bahwa hasil yang kita peroleh adalah hasil yang terbaik untuk kita dan sesuai kehendak Allah Swt.

 

Dengan memiliki sikap positif seperti ini, maka kita akan memiliki kelapangan hati yang luas untuk menerima apapun yang terjadi dengan hati yang tenang dan damai.  Pikiran kita juga akan lebih jernih sehingga akan mudah menerima signal-signal solusi dari-Nya. Akhir dari semua kondisi tersebut adalah kita akan mampu berpikir jernih, mampu mengurai persoalan yang rumit menjadi persoalan-persoalan yang lebih sederhana, mampu melihat celah-celah peluang untuk solusinya, dan mampu menemukan alternatif-alternatif solusi yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan hidup tersebut.

 

Setiap orang pasti memiliki permsalahan dalam kehidupannya. Setiap orang memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda, baik tingkat kerumitannya, beratnya beban yang dihadapi, jenis permasalahannya, maupun banyaknya permasalahan. Kita tidak usah membanding-bandingkan permasalahn hidup kita dengan orang lain karena hal itu tidak ada gunanya. Yang ada hanyalah kita akan merasa lebih susah dan lebih menderita dibandingkan orang lain karena kita menganggap permasalahan hidup kita jauh lebih berat dan lebih rumit.

 

Anggapan seperti itu muncul dalam pikiran kita karena kita melihat kehidupan orang lain sepertinya baik-baik saja, mereka seperti tidak mempunyai masalah. Anggapan kita seperti itu salah besar. Mengapa? Karena bisa saja orang lain itu mempunyai masalah hidup yang jauh lebih berat daripada kita, tetapi mereka tidak memperlihatkan ke orang lain. Mereka berusaha menyembunyikan masalah hidupnya dan menampilkan hidup yang baik-baik saja, padahal mereka sedang bingung dan stress bagaimana mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapinya.

 

Hidup itu sawang-sinawang, artinya hidup itu saling melihat dan mengira-ira. Apa yang terlihat oleh kita pada kondisi orang lain bisa jadi tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Demikian pula apa yang dilihat dan diperkirakan orang lain pada diri kita juga bisa jadi sangat berbeda dengan kondisi kita yang sebenarnya. Kita mengira orang lain hidupnya makmur dan bahagia, tetapi ternyata sebenarnya mereka sedang berjuang untuk hidup berkecukupan dan bahagia. Orang lain mengira hidup kita nyaman dan enak, padahal sebenarnya hidup kita sedang dalam kondisi kritis dan kesusahan. Tidak ada orang yang bisa mengetahui dengan pasti kondisi kehidupan orang lain. Semuanya hanya asumsi dan perkiraan berdasarkan apa yang terlihat. Padahal apa yang terlihat belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya.

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka cukuplah kita bahagia dan mensyukuri kondisi kita masing-masing. Cukuplah Allah Swt saja tempat kita menggantungkan harapan. Cukuplah Allah Swt saja yang menjadi penolong kita. Cukuplah Allah Swt saja tempat tujuan dari doa-doa yang kita panjatkan. Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Swt pasti mendengar doa-doa dan mengabulkan harapan kita. Kita harus sangat yakin bahwa Allah Swt tidak akan memberikan ujian hidup melebihi kemampuan kita. Allah Swt pasti lebih tahu sampai mana batas kemampuan kita dalam menghadapi permasalahan hidup. Maka, hanya kepada Allah Swt sajalah kita mengharap dan berserah diri. Innallah ma’a al-shabirin. []

 

Gumpang Baru, 21 Mei 2023

 

 

____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Spiritualisme Lapar dalam Ibadah Puasa (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer