Sumber Gambar: https://tasawufpsikoterapi.fuda.iainkediri.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/55763b530423bd42758b4567.jpeg |
KEMBALIKAN KEPADA ALLAH SWT.
Oleh:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah
lepas dari permasalahan. Terkadang permasalahan hidup tersebut terasa sangat
berat. Bahkan terkadang seseorang merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Mengingat kemampuan dan keterbatasan yang ada di dirinya, dia menyadari bahwa dirinya
tidak akan sanggup menyelesaikan masalah tersebut. Seandainya kita berada pada
kondisi seperti itu, apakah yang akan kita lakukan?
Sebagai hamba yang beriman, kita tidak
boleh berputus asa dari harapan dan rahmat Allah Swt. Kita harus meyakini bahwa
dalam kondisi apapun, Allah Swt pasti akan menolong hamba-hamba-Nya. Kita harus
meyakini bahwa Allah Swt tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang
sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah Swt tidak
akan pernah memalingkan wajah-Nya dari hamba-hamba-Nya yang menengadahkan
tangan sambil berdoa, walaupun sebanyak apapun dosa-dosa hamba-Nya tersebut. Mengapa?
Karena Allah Swt adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada sesuatupun yang mampu menyaingi Maha Pengasih dan Maha
Penyayang-Nya. Rasa kasih dan sayang Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya jauh
lebih besar dari murka-Nya.
Selain keyakinan tersebut, ada hal yang
sangat penting yang harus kita lakukan selaku Hamba Allah Swt. Apakah itu?
Yaitu berusaha menyelesaikan segala permasalahan hidup kita dengan sekuat
tenaga dan kemampuan sampai seakan-akan kita sudah sampai pada puncak kemampuan
dan batas kekuatan kita. Ketika kita sudah merasa di kondisi puncak (kritis)
tersebut, selanjutnya semua hasil usaha dan ikhtiar kita serahkan pada Allah
Swt. Apapun hasil dari usaha dan ikhtiar kita nantinya, kita hendaknya selalu
berpikiran positif bahwa hasil yang kita peroleh adalah hasil yang terbaik
untuk kita dan sesuai kehendak Allah Swt.
Dengan memiliki sikap positif seperti
ini, maka kita akan memiliki kelapangan hati yang luas untuk menerima apapun
yang terjadi dengan hati yang tenang dan damai.
Pikiran kita juga akan lebih jernih sehingga akan mudah menerima
signal-signal solusi dari-Nya. Akhir dari semua kondisi tersebut adalah kita
akan mampu berpikir jernih, mampu mengurai persoalan yang rumit menjadi
persoalan-persoalan yang lebih sederhana, mampu melihat celah-celah peluang
untuk solusinya, dan mampu menemukan alternatif-alternatif solusi yang mungkin
dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan hidup tersebut.
Setiap orang pasti memiliki permsalahan
dalam kehidupannya. Setiap orang memiliki permasalahan hidup yang berbeda-beda,
baik tingkat kerumitannya, beratnya beban yang dihadapi, jenis permasalahannya,
maupun banyaknya permasalahan. Kita tidak usah membanding-bandingkan
permasalahn hidup kita dengan orang lain karena hal itu tidak ada gunanya. Yang
ada hanyalah kita akan merasa lebih susah dan lebih menderita dibandingkan
orang lain karena kita menganggap permasalahan hidup kita jauh lebih berat dan
lebih rumit.
Anggapan seperti itu muncul dalam
pikiran kita karena kita melihat kehidupan orang lain sepertinya baik-baik
saja, mereka seperti tidak mempunyai masalah. Anggapan kita seperti itu salah
besar. Mengapa? Karena bisa saja orang lain itu mempunyai masalah hidup yang jauh
lebih berat daripada kita, tetapi mereka tidak memperlihatkan ke orang lain. Mereka
berusaha menyembunyikan masalah hidupnya dan menampilkan hidup yang baik-baik
saja, padahal mereka sedang bingung dan stress bagaimana mencari solusi atas
masalah yang sedang dihadapinya.
Hidup itu sawang-sinawang, artinya hidup
itu saling melihat dan mengira-ira. Apa yang terlihat oleh kita pada kondisi
orang lain bisa jadi tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Demikian pula apa
yang dilihat dan diperkirakan orang lain pada diri kita juga bisa jadi sangat
berbeda dengan kondisi kita yang sebenarnya. Kita mengira orang lain hidupnya
makmur dan bahagia, tetapi ternyata sebenarnya mereka sedang berjuang untuk
hidup berkecukupan dan bahagia. Orang lain mengira hidup kita nyaman dan enak,
padahal sebenarnya hidup kita sedang dalam kondisi kritis dan kesusahan. Tidak ada
orang yang bisa mengetahui dengan pasti kondisi kehidupan orang lain. Semuanya hanya
asumsi dan perkiraan berdasarkan apa yang terlihat. Padahal apa yang terlihat
belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya.
Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka
cukuplah kita bahagia dan mensyukuri kondisi kita masing-masing. Cukuplah Allah
Swt saja tempat kita menggantungkan harapan. Cukuplah Allah Swt saja yang
menjadi penolong kita. Cukuplah Allah Swt saja tempat tujuan dari doa-doa yang
kita panjatkan. Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Swt pasti
mendengar doa-doa dan mengabulkan harapan kita. Kita harus sangat yakin bahwa
Allah Swt tidak akan memberikan ujian hidup melebihi kemampuan kita. Allah Swt pasti
lebih tahu sampai mana batas kemampuan kita dalam menghadapi permasalahan
hidup. Maka, hanya kepada Allah Swt sajalah kita mengharap dan berserah diri. Innallah ma’a al-shabirin. []
Gumpang Baru, 21 Mei 2023
____________________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis
buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta:
KBM Indonesia, 2022), Spiritualisme
Lapar dalam Ibadah Puasa (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar