Powered By Blogger

Kamis, 29 Oktober 2020

MENGAGUMI KEPRIBADIAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW

 

Sumber gambar : https://kaltim.tribunnews.com/2020/10/27/kamis-29-oktober-2020-memperingati-maulid-nabi-muhammad-saw-ini-amalan-sunnah-yang-bisa-dikerjakan

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Tahun 1987 Dr. Michael H. Hart pernah menerbitkan sebuah buku yang sangat mengejutkan seluruh dunia yaitu berjudul The 100 yang diterjemahkan menjadi 100 Orang paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah. Buku tersebut sangat mengejutkan dunia karena Michael H. Hart  telah  menempatkan Rasulullah Muhammad Saw di urutan pertama dari daftar 100 tokoh dunia paling berpengaruh dalam sejarah. Mengapa Rasulullah Muhammad Saw bisa ditempatkan di urutan nomor wahid mengalahkan tokoh-tokoh besar dunia lainnya? Michael H. Hart menjelaskan alasannya. Dia meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih kesuksesan luar bisaa baik ditinjau dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi (King, 2008).

Apa yang dilakukan oleh Michael H. Hart tersebut tidaklah berlebihan. Apa yang dikatakannya adalah benar adanya. Selain Michael H. Hart, banyak ahli sejarah dunia yang memiliki pemikiran dan pandangan yang senada dengan pendapatnya. Allan Menzies (1845), Profesor of Divinity and Biblical Criticism, University of St Andrews, Edinburgh, Skotlandia  dalam bukunya History of Religion memaparkan apa yang paling luar bisaa tentang Islam adalah kecepatan pertumbuhannya. Muhammad Saw mengawali hidupnya sebagai seorang penggembala miskin, dan pada saat wafatnya mewariskan kepada umat Islam sebuah negara yang dalam waktu singkat mampu mengalahkan negara-negara besar lain. Dalam setengah abad, Islam telah menjadi agama bangsanya yang semula menentangnya, dan tidak hanya bangsanya sendiri, tetapi banyak negara lainnya. Dalam waktu yang singkat, agama yang dibawanya (Islam) telah menjadi agama nasional, dan bahkan telah melampaui nasional ke tahap universal, dimana hanya dua agama lain yang telah mencapainya. Kemajuan yang dicapai Kristen yang perlu waktu berabad-abad, dicapai Islam dalam beberapa dekade. Gelar Islam sebagai agama universal tidak dapat dipungkiri (Menzies, 2015).

Pendapat lain tentang luar biasanya Rasulullah Muhammad Saw disampaikan oleh Philip K. Hitti (1886) dalam bukunya The Arabs : A Short History. Philip K. Hitti menggambarkan kekagumannya pada sosok Rasulullah Muhammad Saw dengan ungkapan kalimat, ”Dalam rentang hidupnya yang singkat, dan beranjak dari lingkungan yang tidak menjanjikan, Muhammad telah mengilhami terbentuknya satu bangsa yang tidak pernah bersatu sebelumnya, di sebuah negeri yang hingga saat ini hanyalah satu ungkapan geografis; membangun sebuah agama yang luas wilayahnya mengalahkan Kristen dan Yahudi, serta diikuti sejumlah besar manusia; ia telah meletakkan landasan bagi sebuah imperium yang dalam waktu singkat berhasil memperluas batas wilayahnya dan membangun berbagai kota yang kelak menjadi pusat-pusat peradaban dunia” (Hitti, 2018).

            Beberapa pendapat para penulis sejarah dunia tersebut di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang nabi dan rasul yang memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah Saw tercermin dalam akhlak dan kepribadian beliau. Akhlak dan segala tindakan yang dilakukan Rasulullah Saw adalah berdasarkan wahyu dari Allah swt yang mengandung ajaran penting bagi umat Islam. Segala tindakan, sikap, dan ketetapan beliau merupakan penjelasan Al-Quran, yang dikenal dengan al-Hadis atau sunah rasul. Aisyah r.a. pernah mengatakan bahwa jika ingin melihat Al-Qura’an berjalan, maka lihatlah akhlak Rasulullah Muhammad Saw. Perkataan istri beliau tersebut menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari tidak berdasarkan keinginan dan nafsu pribadi beliau tetapi semuanya adalah didasarkan atas wahyu yang diwahyukan.

            Berangkat dari pemikiran di atas, sudah sepatutnya kita umat Islam untuk meneladani dan mencontoh akhlak Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku, sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita nisbatkan pada akhlak Rasulullah Saw. Mencontoh akhlak Rasulullah Saw tidak hanya sebatas pada lingkup tuntutan ibadah, tetapi juga sampai hal-hal kecil dalam kehidupan. Amal ibadah dan akhlak kita hendaknya mencontoh kepada ibadah dan akhlak Rasulullah Saw.

            Bagi para pemimpin bisa mencontoh bagaimana beliau memimpin umat Islam. Bagi para pemuda bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau ketika masih muda. Bagi para pebisnis dan pedagang bisa mencontoh bagaimana cara beliau berdagang. Bagi para pendidik bisa mencontoh bagaimana beliau mendidik para sahabat dan umat Islam sehingga menjadi umat yang disegani dunia. Bagi para pejabat pemerintahan bisa mencontoh bagaimana beliau menjalankan roda pemerintahan. Bagi para suami bisa mencontoh bagaimana akhlak beliau kepada keluarganya. Bagi para aktivis dakwah bisa mencontoh bagaimana cara beliau mendakwahkan agama Islam. Dan lain sebagainya. Hampir semua lini kehidupan ada contohnya pada diri Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw memang diturunkan ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang baik (akhlak al-karimah). Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau telah menunjukkan akhlak yang mulia. Bukti bagaimana ketinggian akhlak beliau adalah kaum Quraisy di Mekkah memberi beliau gelar “al-Amin” yang artinya orang yang terpercaya. Gelar tersebut tidak mungkin disematkan ke beliau jika beliau bukan orang yang bisa dipercaya dan bahkan sangat bisa dipercaya. Gelar penghormatan tersebut hanya mungkin beliau peroleh jika beliau memang orang yang sangat bisa dipercaya atau sangat jujur, dan orang-orang di sekitarnya yang pernah berinteraksi dengan beliau mengetahui dan menyaksikan sendiri bagaimana keluhuran akhlak budi pekerti beliau.

Ketika Rasulullah saw berusia 35 tahun, kaum Quraisy mengadakan pertemuan dalam rangka perbaikan bangunan Ka’bah. Mereka bermaksud memberi atap pada Ka’bah. Bangunan Ka’bah pada saat itu terdiri atas batu-batu yang disusun bertumpang-tindih, tanpa dicampur dengan tanah, dengan bangunan yang tinggi. Oleh karena itu, harus dihancurkan dan dibuat bangunan yang baru (Hasani an-Nadwi, 2020 : 179). Proses perbaikan bangunan Ka’bah awalnya baik-baik dan lancar-lancar saja hingga akhirnya terjadi perselisihan yang hebat dan hampir berujung pada pertumpahan darah antar suku. Apakah gerangan yang diperselisihkan oleh para kepala suku di Mekkah hingga hampir terjadi pertumpahan darah di antara mereka? Ternyata sumber terjadinya perselisihan adalah siapakah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Setiap kepala suku mengklaim dirinya dan sukunya sebagai yang paling terhormat sehingga paling berhak untuk mengembalikan batu mulia tersebut ke tempatnya. Karena semua suku saling mengklaim dirinya yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad, maka terjadilah perselisihan hebat dan hampir berakhir dengan pertumpahan darah.

Perselisihan yang hebat dan hampir menumpahkan darah tersebut akhirnya dapat dihentikan dengan adanya kesepakatan di antara mereka bahwa orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram akan memutuskan perselisihan di antara mereka. Dan ternyata orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram adalah Rasulullah Muhammad saw. Ketika mereka melihatnya, mereka berkata, “Ia orang yang tepercaya, kami rela! Ia adalah Muhammad.” (Hasani an-Nadwi, 2020 : 180). Semua kepala suku menyetujui Rasululah saw  yang meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya. Semua kepala suku menyetujui dipilihnya Rasulullah saw karena mereka semua mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah orang yang sangat dapat dipercaya. Rasulullah saw adalah orang yang sangat jujur dan berbudi pekerti yang baik. Rasulullah saw adalah orang yang paling tepat untuk memperoleh kehormatan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.

Berdasarkan kesepakatan para kepala suku tersebut, kemudian Rasulullah saw meminta sehelai kain. Beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain dengan tangan beliau sendiri. Kemudian beliau berkata, “Setiap (pemimpin) suku hendaknya memegang sudut kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka melakukan perintah Rasulullah saw. Ketika sampai pada tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Selanjutnya pembangunan diteruskan hingga selesai. Tindakan Rasulullah saw melibatkan semua kepala suku dalam proses peletakkan Hajar Aswad menunjukkan keluhuran akhlak beliau. Beliau tetap menghormati para kepala suku dengan mengikutkan serta dalam peletakkan Hajar Aswad ke tempat semula (Hasani an-Nadwi, 2020 : 180).  

Rasulullah saw memiliki akhlak yang luhur. Keluhuran akhlak Rasulullah saw bahkan mendapat pengakuan dari Allah swt sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Qalam [68] : 4).

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al Qalam [68] : 4)

Juga firman Allah dalam Q.S. Al Ahzab [33] : 21

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al Ahzab [33] : 21)

Tentang keluhuran budi pekerti Rasulullah Saw, Syekh Mahmud al-Mishri dalam bukunya Sirah Rasulullah : Perjalanan Hidup Manusia Mulia menuliskan bahwa “Budi pekerti Nabi Muhammad saw yang agung sangat tampak dalam kesehariannya, seperti 1). Memiliki keistimewaan berupa lisan yang fasih dan mengena dalam berbicara., 2). Sosok yang penyantun, penyabar, dan pemaaf. Sifat-sifat tersebut merupakan didikan langsung dari Allah. Setiap penyantun dikenal kebaikannya dan terjaga dari kesalahan. Rasulullah saw memiliki kesabaran luar biasa meskipun makin banyak yang menyakitinya. Begitu juga, beliau selalu bersikap santun terhadap perbuatan berlebihan yang dilakukan orang-orang jahil terhadapnya” (Al-Mishri, 2014 : 10).

Bukti-bukti tentang keluhuran akhlak dan kemuliaan kepribadian baginda Rasulullah Muhammad saw banyak diriwayatkan oleh para ulama. Dalam beberapa literatur diceritakan bagaimana luhur dan mulianya akhlak Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah seorarng yang dermawan. Bukti dari sifat dermawan beliau adalah selalu memberi tanpa ada rasa takut menjadi fakir. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw adalah orang yang paling dermawan, apalagi di bulan Ramadhan, yaitu saat malaikat Jibril menemuinya. Malaikat Jibril sendiri menemui beliau setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Quran. Rasulullah lebih cepat dalam menggapai kebaikan daripada angina yang berhembus (HR. Bukhori) (Al-Mishri, 2014 : 10).

Rasulullah saw adalah seorang yang sangat pemberani dan seorang pemimpin yang melindungi keselamatan rakyatnya. Anas mengatakan bahwa tatkala penduduk Madinah dikagetkan pada suatu malam, mereka mendatangi sumber suara. Rasulullah menjumpai mereka-setelah mendahului mereka dalam mendatangi sumber suara-, beliau dalam keadaan menunggang kuda milik Abu Thalhah yang berkalung pedang di lehernya. Beliau pun bersabda, “Kalian belum terjaga, kalian belum terjaga” (HR. Bukhari, Muslim, dan Turmudzi) (Al-Mishri, 2014 : 11).  

Rasulullah saw adalah seorang pendidik. Rasulullah saw telah mendefiniskan tugas asasinya, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk memberi pengajaran”. Al-Quran al-Karim dengan sangat tegas juga menyebut tugas asasi Rasulullah saw ini dalam firman-Nya,

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S. Al-Jum’ah [62]: 2).

Ayat ini menyebutkan bahwa tugas Rasulullah saw adalah mengajar, mendidik, mengajarkan Al-Kitab dan hikmah, serta mendidik orang berdasarkan keduanya. Sebagian terbesar kehidupan Rasul saw dihabiskan untuk ini, karena dari hal inilah segala kebaikan akan lahir (Hawwa, 2002 : 212). 

Rasulullah saw adalah orang yang rendah hati dan bersahaja. Dalam kitab Bathalul Abthaal, penulisnya mengatakan, “Sifat yang dimiliki seorang pahlawan terdepan, dari dulu hingga kini masih hidup, jelas sepanjang sejarah kepribadiannya yang mulia yaitu kesahajaan dan kerendahan hati. Dengan keduanya Muhammad saw menjadi contoh nyata, seorang yang mulia, yang lahir dari lubuk hatinya dan tidak dibuat-buat dengan cara menipu. Muhammad adalah kesahajaan yang menjelma dalam bentuk manusia, lahir dari lubuk hatinya yang paling dalam. Menghapus gemerlapnya pemimpin dari kerajaan, perhiasan dan kepongahan, serta ucapan dan perbuatan yang menipu manusia. Muhammad adalah seorang yang dekat, mudah, dan bersahaja. Mengunjungi orang-orang yang terjauh dan yang terdekat, sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnya, anggota keluarganya. Menemui delegasi-delegasi dari berbagai Negara tanpa dibuat-buat atau bersandiwara, tetapi dengan sebenarnya, tanpa bersandiwara (Hawwa, 2002 : 181).

            Demikian tulisan singkat yang memotret tentang keluhuran akhlak dan kepribadian Rasulullah Muhammad saw. Bertepatan dengan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1442 H ini, dengan membaca sejarah kehidupan beliau yang penuh hikmah semoga kita dapat meneladani akhlak mulia beliau. Marilah kita selalu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.”[]


Referensi

Al-Mishri, S. M. (2014). Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup Manusia Mulia. Surakarta: Tinta Medina.

Hasani an-Nadwi, A. H. al-Ali. (2020). Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: DIVA Press.

Hawwa, S. (2002). Ar-Rasul Muhammad Saw. Surakarta: Media Insani Press.

 Hitti, P. K. (2018). A Short History of The Arabs: Sejarah Ringkas Peradaban Arab-Islam (Terjemahan dari The Arabs: A Short History diterbitkan MacMillan, London, 1960). Jakarta: Qalam.

 King, J. C. (2008). Revolusi Kepemimpinan: Everyday Greatness. Jakarta: KJL Press.

Menzies, A. (2015). History of Religion: Sejarah Kepercayaan dan Agama-Agama Besar Dunia (Terjemahan dari History of Religion, diterbitkan New York  Charles Scribner’s Son, New York, 1895). Yogyakarta: Penerbit INDOLITERASI.

 

Gumpang Baru, 29 Oktober 2020

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.


Senin, 26 Oktober 2020

MENULIS SEBAGAI SARANA PERSONAL BRANDING

Sumber gambar : https://mariakristisworld.blogspot.com/2018/01/brand-yourself-up-personal-branding.html

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Kemajuan teknologi internet di era sekarang ini telah banyak memberikan manfaat ke banyak orang melalui kemudahan mengakses informasi. Dengan teknologi digital, sekarang orang cukup menggunakan gadgetnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, keberadaan media informasi online menjadi sangat penting. Dan memiliki media online tersebut menjadi sebuah kebutuhan bagi orang yang ingin eksis dan dikenal di dunia digital ini.

Blog dan website merupakan salah satu media informasi digital yang sangat potensial untuk menyebarkan informasi kepada para pengguna gadget. Dengan kemudahan diakses dan diindeks oleh mesin pencari (search engine), maka pengguna gadget dimudahkan untuk mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Cukup dengan mengetikkan atau mengucapkan kata kunci informasi yang diinginkan, maka mesin pencari seperti google yang akan bekerja mencarikan informasi yang dicari dengan menampilkan semua situs (blog, website, YouTube, dll) di beranda pencarian.

Orang zaman sekarang begitu dimanjakan oleh teknologi search engine ini. Di sinilah pentingnya kita bersyukur hidup di zaman yang serba modern ini. Kita sangat dimanjakan dan dilayani dengan sangat baik dan super cepat oleh teknologi digital ini. Oleh karena itu, anjuran agar kita tidak hanya menjadi pengguna tetapi lebih lanjut menjadi penyumbang informasi melalui kepemilikan media online adalah perlu ditindaklanjuti. Memiliki blog, website, channel YouTube, dll merupakan pilihan yang tepat di era serba digital ini.

Demikian pula yang saat ini saya jalani. Setelah aktif menggunakan media sosial Facebook, sekarang saya mulai membuat blog dan aktif menulis di blog. Memang baru beberapa bulan ini saya membuat blog pribadi. Saya belajar membuat blog secara mandiri dengan mengikuti langkah-langkah pembuatan blog yang saya peroleh melalui pencarian di google. Atas kebaikan para penulis blog, akhirnya saya dapat membuat sendiri blog saya. Blog saya beralamat di https://sharing-literasi.blogspot.com.


Blog tersebut saya buat sesuai keinginan dan style saya agar dapat menggambarkan "aku banget". Maka di dalam blog ini saya cantumkan semua capaian prestasi yang sudah saya raih, khususnya terkait literasi menulis. Artikel-artikel yang saya posting di blog ini adalah artikel tulisan saya sendiri yang merepresentasikan pemikiran dan pandangan saya terhadap berbagai topik masalah. Blog ini adalah blog pribadi saya dan merupakan media saya mempromosikan siapakah saya. Blog ini merupakan personalisasi saya media personal branding saya. Menurut saya, setiap orang harus mampu membranding diri. Dengan memiliki media untuk mempromosikan diri dan kompetensi yang dimilikinya, maka orang lain dapat mengenal siapa kita dan bagaimana karakter kita cukup dari membaca atau mengakses akun media sosial kita.

Saya sudah mencoba mengetikkan nama saya di google. Ternyata semua artikel tulisan saya baik di jurnal ilmiah maupun blog, tulisan orang lain yang menyebut nama saya, dan buku-buku yang pernah saya tulis muncul di mesin pencari. Alhamdulillah ternyata saya sudah lumayan meninggalkan jejak di dunia Maya. Dan ternyata yang paling banyak informasi yang ditampilkan google tentang saya adalah seputar aktivitas kepenulisan.







Alhamdulillah pelan-pelan brand tentang saya mulai terbentuk. Terbukti di mesin pencari google, nama saya sudah eksis dan dapat diakses orang lain. Jika ada orang yang ingin tahu tentang saya, maka orang tersebut dapat mencari tahu siapa saya cukup dari internet. Semoga jejak digital yang saya tinggalkan di dunia maya dapat menjadi sarana saya untuk mengabadikan diri. Amin. []

 

Gumpang Baru, 26 Oktober 2020

 ____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. 

Senin, 19 Oktober 2020

MEMAKNAI SERTIFIKAT KOMPETENSI

Sumber gambar : Dokumen pribadi penulis


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti proses asesmen sertifikasi penulis buku nonfiksi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis Editor Profesional (LSP PEP) yang memperoleh lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai satu-satunya lembaga sertifikasi profesi yang berhak secara resmi melakukan proses sertifikasi bagi para penulis dan editor buku.

Saya memutuskan mengikuti proses sertifikasi skema penulisan buku nonfiksi dikarenakan saya sekarang menekuni aktivitas menulis buku-buku nonfiksi. Sampai saat artikel ini saya tulis, saya telah menulis dan menerbitkan lebih dari 30 judul buku, baik buku mandiri maupun buku antologi. Di antara puluhan buku yang telah saya tulis tersebut, ternyata tidak semua buku dapat saya pergunakan sebagai dokumen persyaratan untuk mengikuti proses sertifikasi penulis.

Untuk kelengkapan dokumen persyaratan mengikuti proses asesmen setifikasi penulis buku jalur portofolio, saya sebagai calon asesi harus mengumpulkan dokumen portofolio berupa buku minimal 3 judul buku yang telah saya tulis dan terbitkan disertai dengan memiliki nomor ISBNnya. Hanya buku-buku karya mandiri saja yang diakui oleh lembaga pensertifikasi sebagai dokumen portofolio persyaratan proses sertifikasi penulis, sedangkan untuk buku-buku karya antologi tidak diakui sebagai dokumen persyaratan portofolio.

Alhamdulillah ketika proses pendaftaran sertifikasi penulis buku nonfiksi jalur portofolio, saya telah memiliki lebih dari sepuluh judul buku karya mandiri, sehingga untuk tahap awal ini saya tidak mengalami permasalahan yang berarti. Di tahap awal saya hanya perlu melampirkan minimal tiga judul buku hasil karya saya dan pada saat sertifikasi saya dapat menyiapkan 12 judul buku karya mandiri. Oleh karena itu, pada saat proses asesmen, saya relatif lancar dalam memberikan keterangan dan penjelasan kepada asesor tentang proses penulisan buku tanpa hambatan berarti.

Tadi siang, pegawai PT. POS Indonesia yang biasa mengantarkan paket kiriman ke saya kembali datang ke rumah saya mengantar paket kiriman berisi sertifikat kompetensi penulis buku nonfiksi. Saya sangat bersyukur Alhamdulillah akhirnya sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi yang berlisensi BNSP dapat saya terima langsung. Sertifikat kompetensi tersebut sangat berarti bagi saya dan mendukung kompetens menulis saya yang saat ini saya tekuni.

Sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi yang secara resmi dan legal dikeluarkan oleh BNSP sebenarnya tidak berdampak apa-apa terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan saya dalam menulis buku. Setelah saya mengikuti proses sertifikasi penulis dan dinyatakan lulus atau kompeten, bukan berarti kompetensi menulis saya meningkat dengan pesat. Sama sekali tidak demikian. Proses sertifikasi yang saya ikuti bukan untuk meningkatkan kompetensi menulis saya. Jika sertifikasi tidak berdampak positif apapun terhadap peningkatan kualitas kemampuan menulis, lalu mengapa saya mengikuti proses sertifikasi? Apa manfaat dari saya memiliki sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi?

Sertifikat merupakan bukti tertulis penghargaan, penghormatan maupun pengakuan bahwa seseorang telah mengikuti suatu kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi penyelenggara kegiatan. Sertifikat peserta seminar/webinar menunjukkan penghargaan panitia pada nama tertulis di sertifikat karena telah aktif mengikuti kegiatan seminar/webinar. Sertifikat narasumber seminar/webinar menunjukkan penhormatan dan pengakuan dari pemberi sertifikat atau instansi penyelenggara seminar/webinar bahwa nama tertulis di sertifikat benar-benar telah menjadi narasumber dalam seminar/webinar sebagaimana tertulis dalam sertifikat. Ijazah merupakan bukti pengakuan bahwa nama tertulis di ijazah telah selesai mengikuti dan menempuh pendidikan sebagaimana tertulis dalam ijazah. Demikian pula sertifikat kompetensi penulis buku adalah bukti pengakuan resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bahwa nama yang tercantum di dalam sertifikat benar-benar telah memiliki kompetensi menulis buku sebagaimana tercantum dalam daftar unit kompetensi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi sertifikat adalah sebagai bukti pengakuan atas kompetensi yang dimiliki seseorang. Selain itu bisa juga sertifikat dipergunakan sebagau media promosi kompetensi. Dalam dunia pekerjaan, seseorang tidak bisa seenaknya sendiri mengklaim bahwa dirinya memiliki kompetensi tertentu tanpa dibuktikan dengan uji kinerja atau sertifikat kompetensi yang diakui oleh lembaga penguji yang kredibel. Di sinilah pentingnya bukti pengakuan dari pihak eksternal terhadap kompetensi yang dimiliki seseorang. Tidak ada kewajiban seseorang harus mengikuti proses sertifikasi profesi. Hanya saja, misalnya ketika dalam suatu seleksi penerimaan calon pegawai baru instansi pemberi kerja menuntut bukti sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga penguji kompetensi yang kredibel, maka orang yang tidak memiliki sertifikat kompetensi dengan sendirinya pasti tersingkir walaupun ia memiliki kompetensi yang dibutuhkan.

Mungkin ada seseorang yang berpendapat bahwa sertifikat profesi tidak penting, yang terpenting adalah kompetensi ataupun skillnya. Pendapat seperti ini ada benarnya tetapi tidak seratus persen benar. Pendapat tersebut benar dan berguna ketika instansi pemberi kerja tidak mensyaratkan bukti kompetensi dari lembaga penguji yang kredibel, tetapi langsung menguji sendiri kompetensi calon pegawainya. Tetapi jika instansi pemberi kerja mensyaratkan dokumen sertifikat kompetensi dari lembaga penguji yang kredibel, maka pendapat tersebut tidak benar.

Kita harus dapat membedakan antara syarat administrasi dengan kompetensi. Sertifikat kompetensi bisa digunakan sebagai dokumen persyaratan administrasi yang umumnya berada di tahap awal seleksi penerimaan calon pegawai, sedangkan uji kompetensi berada di tahap berikutnya setelah pelamar lulus seleksi administrasi. Di sinilah keuntungan bagi pelamar yang memiliki kompetensi dan dibuktikan dengan memiliki sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga penguji yang kredibel. Jadi sertifikat kompetensi dan kompetensi bukan untuk diperbandingkan mana yang lebih penting, tetapi keduanya saling melengkapi dan memperkuat.

Terkait dengan sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi yang baru saja saya terima, saya pribadi secara kompetensi tidak membutuhkan sertifikat tersebut karena tanpa sertifikat tersebut saya tetap mampu menulis buku. Sertifikat kompetensi tersebut berguna bagi saya sebagai nilai plus bahwa saya memang memiliki kompetensi dalam menulis buku yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dari badan resmi yaitu BNSP dan portofolio buku-buku yang telah saya tulis. Jadi, bagi saya pribadi keberadaan sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi adalah sebagai penunjang dan media promosi kompetensi saya. Demikian pendapat pribadi saya terkait sertifikat kompetensi yang mungkin saja berbeda dengan orang lain. Salam sehat, bahagia dan sukses selalu.[]

 

Gumpang Baru, 20 Oktober 2020

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. 

Jumat, 16 Oktober 2020

PENTINGNYA KERJASAMA DALAM KELUARGA




Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Keluarga terbentuk karena adanya ikatan berbasis cinta yang mempersatukan dua insan bervisi sama untuk membangun sebuah keluarga. Dalam keluarga tidak ada yang namanya visi-misi suami ataupun visi-misi istri. Dalam keluarga tidak dikenal namanya tujuan suami maupun tujuan istri. Dalam keluarga yang ada adalah visi-misi dan tujuan keluarga yang  merupakan perpaduan dan peleburan dari visi-misi dan tujuan dari suami dan istri. Jadi dalam sebuah keluarga hendaknya tidak ada lagi egoisme individual suami maupun istri. Semuanya harus menyatu membentuk satu visi-misi dan tujuan bersama.

            Keluarga dapat dianalogikan sebagai sebuah bahtera atau kapal yang sedang mengarungi samudera kehidupan. Dalam perjalanan mengarungi samudera kehidupan, terkadang akan menghadapi ombak dan badai yang dapat mengancam keutuhan keluarga. Maka dalam proses mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan dan godaan tersebut, diperlukan kerjasama yang solid antar awak kapal yakni anggota keluarga. Setiap anggota keluarga harus memainkan peran masing-masing yang mendukung tercapainya tujuan keluarga. Setiap anggota keluarga harus menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sesuai tupoksinya tanpa ada rasa iri dan keterpaksaan terhadap anggota keluarga yang lain.

            Demikianlah skenario jalannya bahtera keluarga yang sedang saya jalankan. Saya dan istri mencoba belajar berbagi tugas dan kewajiban dalam mengatur jalannya keluarga. Demikian pula anak kita coba libatkan dalam peran menjalankan bahtera keluarga agar jalannya bahtera keluarga bisa lancar dan sampai ke tujuan dengan selamat.

            Seperti sekarang ini. Istri memiliki keinginan untuk membuat akun channel Youtube yang akan dipergunakan untuk mengaktualisasikan keterampilannya dalam menjalankan peran ibu rumah tangga yaitu memasak. Saya memang suka dengan menu masakan istri. Makanya saya lebih suka makan di rumah. Kalaupun kami sekeluarga makan di luar semata-mata sekadar untuk  sarana mencari suasana lain dan mengisi memori kebersamaan keluarga. Karena anak lanang yang menguasai keterampilan editing video (anak lanang sudah terlebih dahulu memiliki akun channel Youtube), maka istri bekerjasama dengan anak lanang dalam proses pembuatan video. Istri yang menjadi model video sedangkan anak lanang yang merekam dan mengedit video hingga jadi dan siap diupload di akun channel Youtube yang dibuat oleh anak lanang. Lalu, dimana peran saya selaku suami dan ayah? Peran saya adalah mendukung keinginan istri dan memberikan dorongan semangat ke anak lanang agar mau membantu maminya dalam membuat video-video. Saya terkadang juga memberikan saran-saran dalam proses editing video agar video yang dihasilkan menjadi lebih baik,

            Channel Youtube istri saya adalah “Mommy Ifah Channel”. Wujud dukungan saya selaku suami kepada istri adalah ikut mempromosikan channel Youtube istri. Oleh karena itu, kepada bapak ibu sahabat pembaca yang budiman, mohon dukungan dan bantuanya untuk menonton video di akun Youtube “Mommy Ifah Channel” dengan meng-klik link https://youtu.be/HDzpYVZVuaQ. Mohon juga partisipasinya untuk memberikan like, komen dan subscribe. Bantuan bapak ibu sahabat pembaca yang budiman dapat menjadi motivasi dan penyemangat bagi istri saya untuk lebih semangat lagi dalam membuat video-video yang bermanfaat. Semoga partisipasi dan kebaikan bapak ibu sahabat pembaca dalam memberikan dukungan ke akun channel Youtube istri saya dapat menjadi kebaikan jariyah bagi bapak ibu semua. Amin. Salam sehat dan bahagia selalu..[]

 

Gumpang Baru, 16 Oktober 2020 

Rabu, 14 Oktober 2020

MENGENAL ANAK UNDERACHIEVER

Sumber gambar : https://curhattekeh.blogspot.com/2016/03/pengertian-dan-penyebab.html


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 


A.      Pendahuluan

Seorang ibu tiba-tiba merasa kepalanya berkunang-kunang setelah melihat nilai rapor hasil ujian akhir semester putra kesayangannya yang sedang duduk di bangku kelas 7 SMP. Pasalnya nilai mata pelajaran anaknya banyak yang di bawah KKM alias belum tuntas. Sang ibu kaget dan bingung, kok bisa nilai tes anaknya banyak yang rendah padahal anaknya termasuk anak berprestasi. Hal itu didasarkan pada prestasi belajar anaknya sewaktu di SD yang selalu masuk rangking lima besar terbaik di kelasnya. Apakah sahabat pembaca ada yang pernah mendengar kisah kejadian seperti  ini? Atau bahkan pernah mengalami sendiri?

Penulis sendiri punya pengalaman yang mirip seperti itu ketika melihat nilai rapor anak pertama yang baru kelas 8 SMP yang memperlihatkan beberapa nilai mata pelajaran yang belum tuntas. Padahal dilihat dari rekam jejak sekolahnya waktu di Madrasah Ibtidaiyah, dia termasuk anak yang cukup prestasinya dan nilai UN juga lumayan tinggi. Tetapi setelah dia duduk di bangku sekolah SMP, mengapa seolah-olah prestasi belajarnya menurun? Saat ini kami sedang menelusuri apa penyebab prestasi belajar dan motivasi belajar anak kami ada kecenderungan menurun. Teknik komunikasi dan diskusi coba kami pergunakan untuk mengungkap masalah apa yang sebenarnya terjadi pada diri putra kami.

            Kejadian seperti cerita di atas merupakan kejadian yang umum menimpa anak-anak sekolah. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi tetapi mengalami kegagalan dalam prestasi akademik termasuk kelompok anak underachiever. Apakah yang dimaksud anak underachiever? Apa penyebab terjadinya under achiever pada anak-anak sekolah? Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat anak menjadi underachiever? Bagaimana solusi alternatif untuk menangani anak-anak underachiever? Bagaimana nasib anak-anak underachiever ke depannya, apakah mereka bisa sukses? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di dalam artikel ini. Yuk kita bahas bersama!

 

B.       Pengertian Underachiever

Underachiever merupakan fenomena yang bisaa terjadi pada anak sekolah. Umumnya anak-anak yang mengalami underachiever berada di sekolah menengah tingkat pertama. Fenomena murid pintar dengan prestasi belajar rendah dikenal sebagai underachiever. Dalam diri murid underachiever terdapat kesenjangan antara potensi akademisnya dengan prestasi belajar secara riil yang tampak dari hasil penilaian guru (Sofia, 2019).

Victor Cogen (1992) dalam bukunya Boosting the Adolescent Underachiever : How Parents Can Change a “C” Student into an “A” Student mendefinisikan underachiever sebagai siswa yang prestasi akademiknya merosot secara signifikan di bawah potensinya yang asli, dan dia tidak mengalami gangguan anatomis, inderawi, maupun system syaraf yang mengganggu daya pikirnya, dan juga tidak menghadapi masalah ketidakbahagiaan. Singkatnya, anak kurang berprestasi (underachiever) adalah anak normal yang tidak memperoleh nilai yang seharusnya bisa dia peroleh (Cogen, 2006 : 18).

Menurut Evy Sofia dalam bukunya Underachiever (2019), fenomena underachiever tidak hanya melanda Indonesia saja, tetapi juga di negara-negara lain. Penelitian Seeley menunjukkan bahwa di Amerika Serikat terdapat sekitar 15-40% anak berbakat yang termasuk golongan murid underachiever. Ahli lain yaitu Peterson dan Colangelo (1996) memperkirakan jumlah murid yang sesungguhnya berkemampuan tinggi tetapi berprestasi rendah mencapai 50%. Di Belanda ditemukan kasus underachiever pada murid sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama sebanyak 30%, sedangkan di Inggris kasus serupa ditemukan sebanyak 23%. Di Indonesia sediri menurut penelitian Yaumil Achir ditemukan kasus underachiever pada murid SMA sebanyak 39% (Sofia, 2019).

Underachiever adalah sebutan untuk peserta didik yang mengalami underachievement, yaitu suatu kondisi dimana angka prestasi seorang pelajar berada jauh di bawah yang diperkirakan (perkiraan dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan prediktor atau alat tertentu) (Thorndike dalam (Smith, 2005). Reis dan McCoach (dalam (Dang, 2014) menyebutkan bahwa underachiever adalah suatu kondisi dimana peserta didik menunjukkan adanya perbedaan antara prestasi yang diharapkan atau expected achievement (diukur melalui tes akademis terstandar atau pemeriksaan intelektual) dengan prestasi aktualnya (diukur melalui evaluasi guru atau kesesuaian tingkatan kelas / school grade).

M. Dalyono (2005) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengungkapkan bahwa anak yang tergolong underachiever adalah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata). Secara potensial anak yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar, karena potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, dan kebisaaan belajar, ciri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orang tuanya serta suasana rumah tangga pada umumnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatiannya yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan sekolah (Dalyono, 2005: 258)

Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Menurut Prayitno dan Amti (1999:280) underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal”. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar sering menjadi penghambat anak dalam belajar. Artinya, jika di dalam diri siswa kurang memiliki motivasi berprestasi bisa jadi ia akan menjadi anak underachiever (Ramadhan, 2008).

Berdasarkan definisi-definisi tentang underachiever di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa underachiever adalah gejala yang terjadi pada anak ketika prestasi akademiknya lebih rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya dan si anak tidak merasa memiliki masalah dengan proses belajarnya.

 

C.      Ciri-ciri Anak Undrachiever

Underachiever banyak dialami oleh siswa di sekolah mereka menentukan prestasi yang tidak sesuai dengan IQ yang dimilikinya. Menurut Whitmore (dalam Munandar, 2004: 243) menyebutkan ada beberapa ciri atau kriteria yang biasanya ada pada siswa underachiever, yaitu:

1.     Nilai rendah pada prestasi.

2.  Mencapai nilai rata-rata atau dibawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.

3.     Pekerjaan sehari-hari tidak lengkap atau buruk.

4.     Memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat.

5.   Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara lisan lebih baik).

6.     Pengetahuan faktual sangat luas.

7.     Daya imajinasi kuat.

8.     Selalu tidak puas dengan pekerjaannya.

9.     Kecenderungan perfeksionisme dan mengkritik diri sendiri, menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna.

10.   Menunjukkan prakarsa lain mengerjakan proyek di rumah yang dipilih diri sendiri.

11.  Mempunyai minat yang luas dan keahlian yang khusus dalam suatu bidang penelitian.

12.  Rasa harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas.

13.   Tidak berfungsi konstruktif di dalam kelompok.

14.   Menunjukkan kepekaan dalam persepsi terhadap diri sendiri, orang lain, dan hidup pada umumnya.

15.   Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk dirinya sendiri (terlalu tingggi atau terlalu rendah).

16.  Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan.

17.  Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas.

18.  Mempunyai sikap negative terhadap sekolah.

19.  Menolak upaya guru untuk mermotivasi atau mendisiplinkan perilaku di dalam kelas.

20. Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya, kurang dapat mempertahankan persahabatan

(Khasanah, 2013).

D.      Karakteristik Anak Underachiever

Menurut Reis dan Coach (2000) dalam (Sofia, 2019), murid underachiever memiliki sejumlah karakteristik yang dapat muncul baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Berat ringannya karakteristik yang muncul tersebut berbeda antara murid satu dengan murid yang lain.

Dalam buku Underachiever (2019) karya Evy Sofia dipaparkan beberapa karakteristik yang dimiliki murid underachiever, yaitu:

1.        Bersikap negatif terhadap sekolah

2.        Memiliki konsep diri yang kurang baik

3.        Cemas untuk berkompetisi

4.        Mencari kambing hitam atas kegagalan

5.        Memilih teman dengan kondisi sejenis

6.        Konsentrasi belajar yang mudah terganggu

Sedangkan menurut Clark (1992: 471) dalam (Rahmawati, 2013) ada beberapa karakeristik yang ditunjukan siswa underachiever, yaitu sebagai berikut:

1.             Menunjukan prestasi yang berlawanan dengan harapan

2.             atau potensi yang dimilikinya.

3.             Merasa tidak senang dengan sekolah atau gurunya dan cenderung

4.             bergabung dengan teman yang juga memiliki sikap negatif

5.             terhadap sekolah.

6.             Kurang termotivasi untuk belajar, tidak mengerjakan tugas, sering

7.             mengantuk ketika belajar dan tidak tuntas dalam mengerjakan

8.             tugas.

9.             Kurang mampu melakukan penyesuaian intelektual.

10.         Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut

11.         di kelas.

12.         Memiliki disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan

13.         mengerjakan tugas, sering ribut, dan mudah terpengaruh.

14.         Tidak memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan untuk mengisi

15.         waktu luang.

16.         Takut ujian dan berprestasi rendah.

 

E.       Faktor-faktor Penyebab Anak Underachiever

Underachiever bukanlah fenomena yang terjadi begitu saja di ruang hampa. Beberapa penyebab saling berkait sehingga memunculkan kasus ini. Jika dilihat secara jeli, ada beberapa factor yang menjadi akar permasalahannya.

Evy Sofia (2019) membedakan factor-faktor penyebab underachiever menjadi dua, yaitu factor dari dalam diri dan factor dari luar. Beberapa faktor dari dalam diri anak yang mungkin menjadi penyebab terjadinya underachiever pada anak, yaitu:

1.        Gangguan penglihatan.

2.        Gangguan pendengaran.

3.        Riwayat kesehatan buruk.

4.        Motivasi rendah.

5.        Tidak ada target yang jelas.

6.        Prokratinasi (kebisaaan menunda-nunda pekerjaan).

7.        Cemas sukses, cemas gagal.

(Sofia, 2019 : 18-27)

Sedangkan faktor-faktor dari luar yang menyebabkan terjadinya underachiever antara lain :

1.        Keluarga

a.         Standar ganda orang tua.

b.         Sikap negative orang tua terhadap sekolah.

c.         Situasi rumah tidak kondusif.

d.        Orang tua tidak mendukung.

e.         Pemberian wewenang berlebih.

f.          Harapan terlalu tinggi.

g.         Harapan terlalu rendah.

h.         Pengawasan kurang.

2.        Sekolah

a.         Beban kurikulum

b.         Ketidaksesuaian gaya belajar

c.         Tantangan tidak sesuai

d.        Kurangnya penghargaan

e.         Fasilitas belajar kurang memadai

f.          Salah strategi belajar

3.        Teman

a.       Tekanan teman

b.      Pengaruh jejaring

F.       Solusi Menghadapi Anak Underachiever

Underachiever bukanlah kutukan dari Tuhan. Ini hanyalah sebuah fenomena biasa yang terjadi pada banyak anak sekolah. Kemampuan dan prestasi bukanlah fenomena statis yang tidak dapat diubah, tetapi bersifat spesifik terhadap konten dan situasi tertentu. Selama dilakukan intervensi yang tepat, underachievement dapat ditekan peluang kejadiannya. Demikianlah yang ditegaskan Evy Sofia (Sofia, 2019 : 68).

Secara garis besar, bentuk intervensi anak underachiever dapat dikelompokkan menjadi  dua bagian, yaitu dari orang tua dan dari guru. Dua pihak ini harus dilibatkan secara aktif karena keluarga dan sekolah adalah lingkungan terdekat si anak underachiever.

1.        Orang tua

a.       Penerimaan diri

b.      Samakan standar

c.       Ajak anak bicara

d.      Temukan hal menarik

e.       Buat aturan main

f.       Bicara perkembangan, bukan hasilnya

g.      Beri kail, bukan ikan

h.      Jeli melihat bakat dan minat

i.        Jalin kerjasama dengan guru

j.        Alih tangan kasus

2.        Guru

a.       Tepat tempat

b.      Beda gaya, beda cara

c.       Dibawa asyik saja

d.      Komunikasi adalah kunci

e.       Perbanyak memuji, kurangi mencaci

(Sofia, 2019 : 69-91)

G.      Penutup : Kisah Kesuksean Adam Khoo, Seorang Anak Underachiever

Apakah anak underachiever nantinya masih bisa sukses? Tentu saja bisa. Anak-anak underachiever pada dasarnya adalah anak-anak yang memiliki potensi tinggi untuk sukses. Permasalahannya hanyalah mereka belum mengetahui bahwa mereka bisa berprestasi tinggi. Bisa juga mereka belum mengenali bakat dan minat mereka yang sesungguhnya. Hanya dengan menyadarkan mereka akan potensi terpendam dalam dirinya dan membangkitkan kessadaran mereka untuk membangun kesuksesannya, maka anak-anak underachiever akan mampu mewujudkan kesuksesannya di masa depan.

Di dalam buku Underachiever : Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Karya Evy Sofia,S.Psi.,M.Si., pada halaman 115-121 dipaparkan kisah kesuksesan seorang anak underachiever bernama Adam Khoo. Semenjak dari anak kecil Adam Khoo dicap sebagai anak yang nakal, malas, dan bodoh, dan pernah dikeluarkan dari sekolahnya waktu SD kelas 4. Tetapi setelah menemukan kesadaran akan potensi dirinya, Adam Khoo akhirnya mampu meraih prestasi tinggi dan menjadi pengusaha sukses dengan omset US $20 juta per tahun. Selanjutnya Adam Khoo lebih dikenal dengan bisnis seminar dan pelatihan dengan bayaran dia sebagai trainer mencapai US $10.000 per jam.  []

 

Referensi

Cogen, V. (2006). Melejitkan Prestasi Anak: Bagaimana Meningkatkan Nilai Siswa “C” Menjadi “A” (Terjemahan dari Boosting the Adolescent Underachiever: How Parents Can Change a “C” Student into an “A” Student, Victor Cogen, Perseus Publishing, USA, 1992). Bandung: How-Pres.

Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Dang. (2014). Tinjauan Pustaka tentang Pengertian Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from http://edutaka.blogspot.com/2014/10/pengertian-underachiever.html

Khasanah, A. Z. (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SD Negeri PEKUNDEN Semarang. Skripsi.  Universitas Negeri Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Bimbingan dan Konseling. 238.

Rahmawati, R. (2013). Bimbingan dan Konseling untuk Anak Underachiever. Paradigma, VIII(15).

Ramadhan, T. (2008, November 19). Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from Tarmizi Ramadhan’s Blog website: https://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/underachiever/

Smith, E. (2005). Analysing Underachievement in Schools. New York: Continuum International Publishing Group.

Sofia, E. (2019). Underachiever: Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Surakarta: Metagraf.

 

Gumpang Baru, 14 Oktober 2020

 

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.

  

Postingan Populer