Powered By Blogger

Minggu, 11 Oktober 2020

SUDAHKAH KITA BAHAGIA HARI INI?



Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Siapakah yang tidak ingin bahagia? Adakah orang yang tidak ingin bahagia? Mengapa kita ingin hidup bahagia? Mudah atau sulitkah mendatangkan kebahagiaan? Apakah kita sudah bahagia? Apakah orang lain juga merasakan apa yang kita rasakan? Mengapa saya merasa hidup saya terasa hambar? Demikian pertanyaan-pertanyaan yang mungkin pernah muncul atau terlintas dalam pikiran kita. Semuanya terkait dengan kata “bahagia”. Begitu berharganyakah kebahagiaan itu sehingga ada orang yang rela mengorbankan apapun demi meraih kebahagiaan dalam kehidupannya?

            Bahagia, kata sederhana yang mudah diucapkan tetapi mengandung makna yang dalam. Satu kata yang bisa menimbulkan multitafsir. Walaupun tujuannya sama yaitu ingin mereguk kebahagiaan tetapi setiap orang dapat berbeda-beda dalam mewujudkannya. Berbagai usaha dapat dilakukan orang untuk sekadar merasakan rasa bahagia.

          Kebahagiaan menurut orang awam sangat mungkin berbeda menurut orang terpelajar. Kebahagiaan anak kecil sangat mungkin berbeda dengan kebahagiaan anak remaja. Kebahagiaan orang miskin mungkin sangat berbeda dengan kebahagiaan orang kaya. Mengapa bisa begitu? Mengapa kebahagiaan itu bisa berbeda-beda rasanya? Bukankah kebahagiaan itu nikmat dari Allah swt. Mengapa Allah menurunkan kebahagiaan berbeda-beda kepada umat manusia? Di antara berbagai versi rasa bahagia tersebut, mungkinkah ada yang bahagia yang bersifat fatamorgana dan ada bahagia yang hakiki? Bagaimana cara kita mendapatkan bahagia yang hakiki?

         Bahagia akan datang sesuai usaha masing-masing orang. Jenis rasa bahagia yang mana yang akan dirasakan seseorang bergantung pada bagaimana persepsi dia terhadap kehidupannya, dirinya dan hubungan dia dengan Tuhannya. Seseorang yang berpersepsi bahwa berkomunikasi dengan Tuhan adalah membahagiakan, maka ia akan berusaha untuk selalu mengabdikan diri atau beribadah kepada-Nya. Bagi orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu jika ia memiliki banyak uang dan harta melimpah, maka ia akan setiap saat memikirkan uang dan harta serta akan mengerahkan seluruh energinya untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Bagi orang yang merasakan kebahagiaan ketika ia bisa sering bertemu dan berkumpul dengan keluarganya, maka ia akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarganya atau ia akan berusaha proporsional dalam mengalokasikan waktu untuk bekerja dengan waktu untuk membersamai keluarga. Bagi seseorang yang berpandangan bahwa karier adalah sumber kebahagiaan, maka ia akan seumur hidupnya akan berjuang untuk meraih puncak karier yang setinggi-tingginya.

      Menikmati rasa bahagia itu sebenarnya mudah. Mewujudkan kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Salah satu cara menciptakan kebahagiaan dalam hidup kita yang paling mudah adalah dengan tersenyum. Ya, cukup tersenyum saja kita akan merasakan bahagia. Tersenyum walau tampak sepele tetapi ternyata tidak semua orang mampu menampakkan senyumnya. Masih banyak orang yang sulit untuk sekadar tersenyum. Untuk itu penting sekali untuk kita selalu menebarkan senyum. Bahkan tersenyum merupakan salah satu bentuk sedekah yang paling mudah dilakukan siapapun.

          Terkait perlunya kita selalu tersenyum dan dampak positif dari senyum kita kepada orang-orang sekitar, hari ini saya diingatkan oleh Prof Suhubdy Yasin yang memposting renungan pagi tentang pentingnya menebar senyum di grup WA ANTOLOGI BUKU DOKTOR.

#Renungan Pagi, Suhubdy Yasin: Menebar Senyum, mungkin tidak semua orang memiliki senyum yang mempesona atau bahkan ada orang yang sama sekali tidak dapat menampilkan senyumnya. Tersenyum, sesungguhnya tak memerlukan biaya untuk melakukannya. Entahlah, jika setiap pagi sejak kita bangun dapat menebar senyum maka alam akan bergembira, urat syaraf kita akan lega, kawan kita akan ikut senyum, pepohonan pun akan ikut tersenyum, bahkan jagat rata akan larut dalam senyum kita. Paling tidak dengan menebar senyum kita akan memberikan energi yang positif untuk lingkungan kita. Mari di pagi yang cerah ini kita tebar senyum sebanyak mungkin dengan harapan bahwa kita tetap tegar dan bahagia dalam menyambut rahmat dan nikmat yang selalu kita peroleh dari Allah swt. Aamiin (#RP-22/11-10-20).

           Tentang bagaimana memperoleh kebahagiaan, beberapa penulis terkenal memberikan tips-tipsnya. Alexandra Stoddard dalam bukunya Living a Beautiful Life menuliskan “Menjadikan apa yang anda lakukan setiap hari seindah dan senikmat mungkin adalah cara menjalani hidup yang menyenangkan. Tapi banyak di antara kita yang belum melakukannya”.  Ia menambahkan “Cara menikmati kehidupan yang indah adalah menjadikan 95 persen kehidupan sehari-hari anda menjadi kehidupan yang luar biasa”. Logan Pearsall Smith dalam bukunya All Trivia mengatakan, “Ada dua tujuan dalam hidup. Pertama, mendapatkan apa yang anda inginkan, dan setelah itu atau kedua adalah menikmatinya. Hanya manusia paling bijaksana yang bisa mencapai yang kedua”. Joyce Carol Oates dalam bukunya Solstice menulis tentang jam dan mengatakan, “Jam hanya bisa menunjuk ke satu arah. Tak ada seorangpun yang bisa menganggap remeh. Waktu tidak bisa direkayasa. Kalau anda tidak memperkaya kehidupan anda sehari-hari, maka anda merampok kebahagiaan anda sendiri, kebahagiaan yang sebetulnya mudah didapat dengan seni menjalani kehidupan yang sebenarnya. Ritual dimulai di rumah”.

            Demikian renungan tentang kebahagiaan ini saya tulis. Kebahagiaan adalah milik kita yang harus kita nikmati. Kebahagiaan bukan milik orang-orang tertentu saja. Tidak peduli apa profesi dan pekerjaan kita, bagaimana kehidupan kita, kita tetaplah berhak bahagia. Mari kita bahagiakan hidup kita. Mari kita mulai ciptakan kebahagiaan dari rumah kita sendiri. Mari mulai kita ciptakan kebahagiaan dari aktivitas rutin kita sehari-hari. Sudahkah kita bahagia hari ini? []

 

Gumpang Baru, 11 Oktober 2020

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.

 

  

Tidak ada komentar:

Postingan Populer