Powered By Blogger

Senin, 05 Oktober 2020

POSITIVE THINKING DAN SIKAP KEHATI-HATIAN : Strategi Menangkal Modus Penipuan di Media Sosial

Sumber gambar : https://kominfo.go.id/content/detail/14136/angka-penggunaan-media-sosial-orang-indonesia-tinggi-potensi-konflik-juga-amat-besar/0/sorotan_media


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Saat ini hampir semua orang memiliki akun media sosial, tidak hanya satu akun di satu aplikasi, tetapi ada yang memiliki beberapa akun dalam satu aplikasi dan bahkan ada yang memiliki akun di beberapa aplikasi media sosial yang berbeda. Tujuan bermedia sosial tiap orang berbeda-beda, ada yang bermedia sosial untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman-temannya, ada yang bermedia sosial untuk berbisnis (online shop), ada yang bermedia sosial untuk berinteraksi dengan komunitasnya, ada yang bermedia sosial untuk berbagi manfaat dengan memposting nasihat-nasihat, ada yang bermedia sosial untuk berdakwah, ada yang bermedia sosial untuk menyebar isu dan fitnah, dan lain-lain. Dari berbagai tujuan yang berbeda-beda tersebut, secara umum tujuan bermedia sosial dapat kita kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tujuan baik dan tujuan tidak baik.

Media sosial yang sudah menjadi gaya hidup orang-orang zaman now seharusnya digunakan untuk tujuan baik. Media sosial kalau dilihat dari kata yang menyusunnya yakni media dan sosial, maka kita dapat menyimpulkan bahwa media sosial seharusnya untuk tujuan baik. Media berarti sarana dan sosial artinya interaksi. Jadi media sosial artinya sarana untuk berinteraksi di dunia maya. Interaksi di media sosial seharusnya tidak berbeda dengan interaksi di dunia nyata, yang membedakan hanyalah sarananya. Jadi media sosial yang seharusnya digunakan untuk tujuan kebaikan ternyata juga berpotensi disalahgunakan untuk  kepentingan atau tujuan yang tidak baik. Salah satu penggunaan media sosial yang tidak baik dan merugikan orang lain adalah untuk tindakan penipuan.

Penulis tidak pernah menyangka akan mengalami sendiri pengalaman (pahit) yang sangat berharga ini. Dalam artikel ini penulis tidak bermaksud berbagi pengalaman pahit dan kesedihan sehingga memperoleh simpati dan belas kasihan dari orang lain (pembaca). Bagi penulis pribadi, kesedihan itu adalah area privasi yang tidak pantas untuk disebarluaskan ke orang lain hanya demi mendapatkan rasa simpati dan belas kasihan. Menurut penulis, kalau seseorang ingin berbagi dengan orang lain, maka seyogyanya ia berbagi kegembiraan dan kebahagiaan agar orang lain juga ikut merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang sedang ia rasakan, bukan sebaliknya malah berbagi kesusahan dan kesedihan. Tidak ada sesuatu yang dapat diharapkan dari aktivitas berbagi kesusahan dan kesedihan ke orang lain selain harapan memperoleh rasa simpati dan belas kasihan.

Melalui artikel ini justru penulis ingin berbagi pengalaman (pahit) yang penulis alami agar dapat menjadi pelajaran berharga bagi pembaca sehingga tidak sampai mengalami apa yang penulis alami. Ada pepatah lama yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaik”. Berdasarkan pepatah inilah semangat penulis untuk berbagi pengalaman (walaupun pahit) kepada orang lain agar menjadi guru (pelajaran berharga) bagi orang lain sehingga orang lain tidak harus sampai mengalami sendiri. Cukuplah penulis sendiri lah yang mengalaminya dan menceritakan kepada orang lain. Berbagi pengalaman hidup yang bermanfaat itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis. Kejadian yang kurang menyenangkan (tetapi penuh hikmah berharga) yang penulis alami inilah yang menginspirasi penulis untuk menuliskan dalam artikel ini. Semoga apa yang penulis tuliskan di artikel ini bermanfaat dan terhitung sebagai amal kebajikan. Amin.

Selama ini penulis selalu berusaha bersikap hati-hati dalam setiap akan melakukan suatu tindakan. Sikap kehati-hatian ini juga selalu penulis tanamkan ke anggota keluarga penulis dan juga kepada mahasiswa-mahasiswi penulis ketika proses pembimbingan. Di dunia nyata, penulis sudah beberapa kali mengalami pengalaman berinteraksi dengan oknum-oknum pelaku tindak penipuan yang bermodus pemberian hadiah maupun modus iming-iming lainnya. Selama ini berbekal sikap kehati-hatian ini, penulis selalu berhasil menangkal modus penipuan tersebut sehingga penulis terbebas dari jebakan maut penipuan tersebut.

Sikap positif yang selama ini penulis bangun di dunia nyata ketika berinteraksi dengan oknum-oknum pelaku penipuan terbukti berhasil dengan baik dan mampu melindungi penulis dari jebakan maut yang siap memerangkap penulis. Alhamdulillah Allah Swt masih selalu memberikan perlindungan kepada hamba-Nya ini sehingga tidak sampai masuk ke lubang jebakan tersebut. Tetapi keberuntungan di dunia nyata tersebut ternyata tidak terjadi di dunia maya (dunia sosial media). Ternyata sikap kehati-hatian penulis selama ini masih kalah oleh kepintaran oknum penipuan di dunia maya. Selama ini dari modus penipuan info-info menang undian dan mendapatkan hadiah puluhan bahkan ratusan juta, penulis mampu menduga dan sama sekali tidak tertarik untuk mengambil hadiah tersebut karena penulis menyadari bahwa itu penipuan.

Pada situasi dimana penulis mendapatkan tawaran iming-iming hadiah besar tersebut, penulis masih mampu mengontrol diri penulis untuk tetap sadar sesadar-sadarnya dan tidak bersikap tamak dan rakus terhadap godaan duniawi. Penulis juga masih mampu mengendalikan diri untuk tidak bersikap “bodoh” dengan menganggap mendapat “keberuntungan” berupa menang undian dengan hadiah mobil atau uang ratusan juta rupiah. Tetapi ketika penulis dihadapkan pada situasi dimana bukan iming-iming hadiah menggiurkan yang ditawarkan tetapi justru aspek psikologis yakni permohonan bantuan  pertolongan dari orang lain, penulis kesulitan menghindarinya. Permohonan bantuan berupa uang tersebut akhirnya menghilangkan sikap kewaspadaan dan kehati-hatian penulis. Sikap waspada dan hati-hati yang selama ini penulis bangun dalam diri penulis telah hilang karena faktor “rasa kasihan” atas kesusahan dan penderitaan orang lain. Akhirnya penulis secara tidak sadar telah masuk ke perangkap oknum pelaku penipuan tersebut dan mengalami kerugian finansial yang tidak sedikit.

Setelah menyadari musibah yang menimpa penulis tersebut, muncul rasa sedih dan kecewa (dalam bahasa Jawa “getun”) mengapa bisa sampai tertipu, dan penulis kira munculnya rasa “getun” tersebut adalah sesuatu yang wajar. Tetapi dalam hati kecil penulis, penulis bisa menerima musibah tersebut dengan hati lapang dan ber-positif thinking bahwa semua ini sudah menjadi ketetapan Allah Swt yang menjadi takdir penulis. Walaupun telah tertipu, tetapi penulis tetap bersyukur kepada Allah Swt karena penulis tertipu bukan karena iming-iming godaan kenikmatan duniawi tetapi justru karena sikap baik penulis untuk menolong orang lain inilah yang menyebabkan penulis tertipu. Untuk menghibur diri sendiri, dalam hati penulis seakan-akan berkata, “ Ya...hitung-hitung bersedekah kepada penipu”. Siapa tahu melalui sedekah dari penulis tersebut mampu menyadarkan pelaku penipuan dan kembali ke jalan kehidupan yang diridhai Allah Swt. WaAllahu a’lam.

Setelah kejadian tersebut, penulis tidak lantas menganggap bahwa sikap menolong orang lain itu merugikan diri sendiri, tetapi sikap positif yang penulis bangun ada diri penulis sendiri adalah bahwa menjadi orang baik saja itu belum cukup, perlu didukung dengan sikap kehati-hatian. Ber-positif thinking ke orang lain itu saja  belum cukup, masih perlu ditambah dengan sikap waspada. Menyelesaikan permasalahn secara sendirian itu baik, tetapi lebih baik lagi jika dikomunikasikan dengan keluarga dan diselesaikan bersama-sama.

Demikian sharing pengalaman (pahit) bermedia sosial yang sangat berharga ini. Semoga pembaca mendapatkan hikmah dari kejadian musibah yang menimpa diri penulis ini. Hanya kepada Allah Swt saja lah semua urusan di dunia ini penulis kembalikan. Semoga Allah Swt senantiasa membimbing dan melindungi kita semua dari tipuan-tipuan duniawi yang bersifat sementara. Amin. []

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer