Sumber gambar : https://kominfo.go.id/content/detail/14136/angka-penggunaan-media-sosial-orang-indonesia-tinggi-potensi-konflik-juga-amat-besar/0/sorotan_media
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Saat ini hampir
semua orang memiliki akun media sosial, tidak hanya satu akun di satu aplikasi,
tetapi ada yang memiliki beberapa akun dalam satu aplikasi dan bahkan ada yang
memiliki akun di beberapa aplikasi media sosial yang berbeda. Tujuan bermedia
sosial tiap orang berbeda-beda, ada yang bermedia sosial untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan teman-temannya, ada yang bermedia sosial untuk berbisnis (online shop), ada yang bermedia sosial
untuk berinteraksi dengan komunitasnya, ada yang bermedia sosial untuk berbagi
manfaat dengan memposting nasihat-nasihat, ada yang bermedia sosial untuk
berdakwah, ada yang bermedia sosial untuk menyebar isu dan fitnah, dan
lain-lain. Dari berbagai tujuan yang berbeda-beda tersebut, secara umum tujuan
bermedia sosial dapat kita kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tujuan baik dan
tujuan tidak baik.
Media sosial
yang sudah menjadi gaya hidup orang-orang zaman now seharusnya digunakan untuk tujuan baik. Media sosial kalau
dilihat dari kata yang menyusunnya yakni media dan sosial, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa media sosial seharusnya untuk tujuan baik. Media berarti
sarana dan sosial artinya interaksi. Jadi media sosial artinya sarana untuk
berinteraksi di dunia maya. Interaksi di media sosial seharusnya tidak berbeda
dengan interaksi di dunia nyata, yang membedakan hanyalah sarananya. Jadi media
sosial yang seharusnya digunakan untuk tujuan kebaikan ternyata juga berpotensi
disalahgunakan untuk kepentingan atau tujuan
yang tidak baik. Salah satu penggunaan media sosial yang tidak baik dan
merugikan orang lain adalah untuk tindakan penipuan.
Penulis tidak
pernah menyangka akan mengalami sendiri pengalaman (pahit) yang sangat berharga
ini. Dalam artikel ini penulis tidak bermaksud berbagi pengalaman pahit dan
kesedihan sehingga memperoleh simpati dan belas kasihan dari orang lain
(pembaca). Bagi penulis pribadi, kesedihan itu adalah area privasi yang tidak
pantas untuk disebarluaskan ke orang lain hanya demi mendapatkan rasa simpati
dan belas kasihan. Menurut penulis, kalau seseorang ingin berbagi dengan orang
lain, maka seyogyanya ia berbagi kegembiraan dan kebahagiaan agar orang lain
juga ikut merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang sedang ia rasakan, bukan
sebaliknya malah berbagi kesusahan dan kesedihan. Tidak ada sesuatu yang dapat
diharapkan dari aktivitas berbagi kesusahan dan kesedihan ke orang lain selain
harapan memperoleh rasa simpati dan belas kasihan.
Melalui artikel
ini justru penulis ingin berbagi pengalaman (pahit) yang penulis alami agar
dapat menjadi pelajaran berharga bagi pembaca sehingga tidak sampai mengalami
apa yang penulis alami. Ada pepatah lama yang mengatakan “pengalaman adalah
guru yang terbaik”. Berdasarkan pepatah inilah semangat penulis untuk berbagi
pengalaman (walaupun pahit) kepada orang lain agar menjadi guru (pelajaran
berharga) bagi orang lain sehingga orang lain tidak harus sampai mengalami
sendiri. Cukuplah penulis sendiri lah yang mengalaminya dan menceritakan kepada
orang lain. Berbagi pengalaman hidup yang bermanfaat itu adalah suatu
kebahagiaan tersendiri bagi penulis. Kejadian yang kurang menyenangkan (tetapi
penuh hikmah berharga) yang penulis alami inilah yang menginspirasi penulis
untuk menuliskan dalam artikel ini. Semoga apa yang penulis tuliskan di artikel
ini bermanfaat dan terhitung sebagai amal kebajikan. Amin.
Selama ini penulis
selalu berusaha bersikap hati-hati dalam setiap akan melakukan suatu tindakan. Sikap
kehati-hatian ini juga selalu penulis tanamkan ke anggota keluarga penulis dan
juga kepada mahasiswa-mahasiswi penulis ketika proses pembimbingan. Di dunia
nyata, penulis sudah beberapa kali mengalami pengalaman berinteraksi dengan
oknum-oknum pelaku tindak penipuan yang bermodus pemberian hadiah maupun modus iming-iming
lainnya. Selama ini berbekal sikap kehati-hatian ini, penulis selalu berhasil
menangkal modus penipuan tersebut sehingga penulis terbebas dari jebakan maut penipuan
tersebut.
Sikap positif
yang selama ini penulis bangun di dunia nyata ketika berinteraksi dengan
oknum-oknum pelaku penipuan terbukti berhasil dengan baik dan mampu melindungi penulis
dari jebakan maut yang siap memerangkap penulis. Alhamdulillah Allah Swt masih
selalu memberikan perlindungan kepada hamba-Nya ini sehingga tidak sampai masuk
ke lubang jebakan tersebut. Tetapi keberuntungan di dunia nyata tersebut
ternyata tidak terjadi di dunia maya (dunia sosial media). Ternyata sikap
kehati-hatian penulis selama ini masih kalah oleh kepintaran oknum penipuan di
dunia maya. Selama ini dari modus penipuan info-info menang undian dan
mendapatkan hadiah puluhan bahkan ratusan juta, penulis mampu menduga dan sama
sekali tidak tertarik untuk mengambil hadiah tersebut karena penulis menyadari
bahwa itu penipuan.
Pada situasi dimana
penulis mendapatkan tawaran iming-iming hadiah besar tersebut, penulis masih mampu
mengontrol diri penulis untuk tetap sadar sesadar-sadarnya dan tidak bersikap
tamak dan rakus terhadap godaan duniawi. Penulis juga masih mampu mengendalikan
diri untuk tidak bersikap “bodoh” dengan menganggap mendapat “keberuntungan” berupa
menang undian dengan hadiah mobil atau uang ratusan juta rupiah. Tetapi ketika penulis
dihadapkan pada situasi dimana bukan iming-iming hadiah menggiurkan yang
ditawarkan tetapi justru aspek psikologis yakni permohonan bantuan pertolongan dari orang lain, penulis kesulitan
menghindarinya. Permohonan bantuan berupa uang tersebut akhirnya menghilangkan
sikap kewaspadaan dan kehati-hatian penulis. Sikap waspada dan hati-hati yang
selama ini penulis bangun dalam diri penulis telah hilang karena faktor “rasa kasihan”
atas kesusahan dan penderitaan orang lain. Akhirnya penulis secara tidak sadar
telah masuk ke perangkap oknum pelaku penipuan tersebut dan mengalami kerugian
finansial yang tidak sedikit.
Setelah
menyadari musibah yang menimpa penulis tersebut, muncul rasa sedih dan kecewa (dalam
bahasa Jawa “getun”) mengapa bisa sampai tertipu, dan penulis kira munculnya
rasa “getun” tersebut adalah sesuatu yang wajar. Tetapi dalam hati kecil penulis,
penulis bisa menerima musibah tersebut dengan hati lapang dan ber-positif thinking bahwa semua ini sudah
menjadi ketetapan Allah Swt yang menjadi takdir penulis. Walaupun telah
tertipu, tetapi penulis tetap bersyukur kepada Allah Swt karena penulis tertipu
bukan karena iming-iming godaan kenikmatan duniawi tetapi justru karena sikap
baik penulis untuk menolong orang lain inilah yang menyebabkan penulis tertipu.
Untuk menghibur diri sendiri, dalam hati penulis seakan-akan berkata, “
Ya...hitung-hitung bersedekah kepada penipu”. Siapa tahu melalui sedekah dari
penulis tersebut mampu menyadarkan pelaku penipuan dan kembali ke jalan
kehidupan yang diridhai Allah Swt. WaAllahu
a’lam.
Setelah kejadian
tersebut, penulis tidak lantas menganggap bahwa sikap menolong orang lain itu
merugikan diri sendiri, tetapi sikap positif yang penulis bangun ada diri penulis
sendiri adalah bahwa menjadi orang baik saja itu belum cukup, perlu didukung dengan
sikap kehati-hatian. Ber-positif thinking ke orang lain itu saja belum cukup, masih perlu ditambah dengan sikap
waspada. Menyelesaikan permasalahn secara sendirian itu baik, tetapi lebih baik
lagi jika dikomunikasikan dengan keluarga dan diselesaikan bersama-sama.
Demikian sharing
pengalaman (pahit) bermedia sosial yang sangat berharga ini. Semoga pembaca
mendapatkan hikmah dari kejadian musibah yang menimpa diri penulis ini. Hanya
kepada Allah Swt saja lah semua urusan di dunia ini penulis kembalikan. Semoga
Allah Swt senantiasa membimbing dan melindungi kita semua dari tipuan-tipuan
duniawi yang bersifat sementara. Amin. []
____________________________________
*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar