Powered By Blogger

Rabu, 07 Oktober 2020

DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT : Kisah Perjalananku Menaiki Tangga-tangga Keilmuan di Studi Doktoral (Part-1)

 

Sumber gambar : https://international.unime.it/research/phd-programmes/

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro


 A.      Pendahuluan : Membangun Kesadaran Diri

Dahulu setelah berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana (Sarjana Pendidikan Kimia), saya merasa telah memiliki pemahaman yang cukup tentang ilmu kimia dan pendidikan kimia. Minimal bekal ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan tingkat sarjana sudah lebih dari cukup untuk sekadar mengajar kimia di SMA.

Seiring berjalannya waktu dengan semakin bertambahnya pengalaman mengajar, mulai muncul perasaan merasa ilmu yang dimiliki masih kurang banyak, masih terlalu banyak hal-hal yang belum diketahui. Apalagi setelah diterima menjadi dosen (saya mengikuti tes seleksi CPNS dosen formasi S1), saya merasa bekal ilmu kimia yang saya miliki terasa masih sangat kurang. Pemahaman dan pengalaman yang saya peroleh selama menempuh pendidikan S1 terasa belum cukup untuk mengajar di Perguruan Tinggi. Ternyata benar sekali aturan yang dibuat pemerintah bahwa syarat dosen mengajar di program studi S1 adalah minimal berpendidikan tingkat S2. Kalau seorang dosen berpendidikan S1 mengajar mahasiswa S1 maka bisa dianalogikan seperti jeruk makan jeruk.

Berangkat dari kondisi tersebut di atas, saya merasa harus segera melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat magister/master (S2). Ketika awal-awal mengikuti pendidikan pascasarjana tingkat magister/master, saya merasa pemahaman ilmu kimia saya masih sangat rendah. Karena perasaan merasa baru memiliki ilmu yang sedikit, terkadang muncul rasa minder (tidak percaya diri) ketika berinteraksi dengan mahasiswa lain, baik mahasiswa S1 maupun S2. Selama menempuh pendidikan S2, saya lumayan harus belajar lebih giat dan bekerja keras untuk mengimbangi mahasiswa lain. Saya harus berlari kencang untuk sekadar dapat mengimbangi kemampuan mahasiswa lain.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dengan susah payah (harus mengulang riset dari awal di laboratorium kimia karena hasilnya gagal), saya merasakan bahwa pengetahuan ilmu kimia saya jauh meningkat dibandingkan waktu S1. Saya benar-benar telah meng-update dan meng-upgrade penguasaan ilmu kimia. Setelah menyelesaikan pendidikan master di bidang ilmu kimia, saya merasa sudah cukup penguasaan saya di bidang kimia. Bekal ilmu yang saya peroleh selama digembleng di kawah candradimuka berupa proses pendidikan S2, saya rasa sudah lebih dari cukup untuk bekal saya mengajar dan mengembangkan diri (penelitian) di bidang kimia. Terbukti sejak lulus S2, setiap tahun saya memenangkan hibah penelitian di bidang penelitian kimia.

Pasca menyelesaikan pendidikan S2 di bidang kimia, saya memang merasa penguasaan ilmu kimia sudah jauh meningkat dibandingkan waktu baru S1. Saya sangat bersyukur karena selama menempuh pendidikan S2 bisa berjumpa dan berinteraksi dengan dosen-dosen kimia UGM yang hebat dan memperoleh ilmu pengetahuan dari beliau-beliau yang luar biasa. Walau harus bekerja (belajar) dengan susah payah untuk menyelesaikan studi, akhirnya saya bisa juga menyelesaikannya.

Selama menjalani tugas belajar studi lanjut pascasarjana S2 di Program Studi Kimia FMIPA UGM, ada satu pengalaman plus yang saya dapatkan yaitu di samping menjalani aktivitas sebagai mahasiswa, saya juga aktif menulis buku untuk diikutkan dalam perlombaan penulisan buku pelajaran MIPA dan berhasil memenangkan lomba penulisan buku pelajaran kimia MA/SMA di Kementerian Agama RI dengan memperoleh juara 1 tingkat nasional. Setelah itu saya terlibat dalam proyek penerbitan buku tersebut di Kementerian Agama RI sehingga waktu itu saya hampir setiap dua atau tiga bulan sekali mendapat undangan ke kantor Kementerian Agama RI untuk menghadiri rapat-rapat koordinasi rencana penerbitan buku para pemenang.

Alhamdulillah dari aktivitas sampingan tersebut, saya mendapatkan tambahan finansial yang cukup besar, baik dari hadiah juara lomba maupun dari royalty penerbitan buku sehingga dapat membantu pembiayaan studi lanjut saya yang molor dan juga menopang kehidupan keluarga yaitu membelikan sebuah rumah baru untuk keluarga dan motor baru untuk istri. Walaupun secara akademik saya bisa dikatakan kurang sukses karena masa studi S2 saya melebihi batas waktu semestinya, tetapi secara pengalaman kemandirian hidup saya sukses dalam membangun kehidupan berkeluarga dengan menyediakan tempat tinggal yang layak untuk keluarga sehingga kami sekeluarga tidak perlu mengontrak rumah lagi untuk tempat tinggal. Ketika itu di saat yang sama masih ada beberapa kolega dosen seangkatan saya yang masih hidup mengontrak atau tinggal bersama orang tua.

Ketika capaian prestasi beberapa kolega dosen lain selama menempuh pendidikan magister/master dan waktu lulus hanya membawa ijazah magister/master saja, justru tidak demikian dengan saya. Selain mendapatkan ijazah master, ada beberapa capaian saya sebagai bonus prestasi selama menjalani studi magister/master walau harus dibayar dengan molornya masa studi saya. Beberapa bonus capaian prestasi yang telah saya peroleh selama menjalani studi magister/master adalah : (1). Memperoleh juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA untuk MA/SMA di Kementerian Agama RI, (2). Berkesempatan bertemu dan bersalaman langsung dengan bapak Menteri Agama RI di panggung auditorium Kementerian Agama RI di Jakarta, sebuah pengalaman berharga bagi saya yang hanya orang biasa, (3) Berdiri di atas panggung di hadapan para pejabat tinggi di Kementerian Agama RI dan para tokoh nasional ketika menerima piala dan piagam penghargaan sebagai juara 1 dari bapak Menteri Agama RI, (4). Dapat mengajak istri menghadiri acara peringatan HUT Amal Bakti Kementerian Agama RI di auditorium Kementerian Agama RI dan menyaksikan suaminya  menerima penghargaan dari bapak Menteri Agama RI, sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya selaku suami., (5). Memperoleh hadiah pemenang lomba penulisan buku berupa uang sebesar tujuh puluh juta rupiah, (6). Mendapatkan royalty penerbitan buku pemenang lomba mencapai hampir seratus juta rupiah, (7). Memperoleh royalty puluhan juta rupiah dari hasil pembelian hak cipta buku oleh Kemendikbud RI. Dari uang hadiah dan royalty buku tersebut, akhirnya saya dapat (7) Membelikan sebuah rumah baru layak huni untuk keluarga, dan (6) Membelikan sebuah motor baru untuk istri.

Saya tidak merasa minder dan malu masa studi S2 saya mencapai 3,5 tahun, tetapi justru merasa bangga dengan capaian prestasi sampingan saya selama studi S2 tersebut. Belajar dari pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa setiap pilihan atau keputusan dalam kehidupan ini pasti ada konsekuensinya, dan saya telah menentukan pilihan/memutuskan kuliah sambil mencari proyek sampingan karena kondisi perekonomian keluarga yang masih lemah sehingga menuntut saya selaku kepala keluarga harus kreatif. Konsekuensinya adalah saya terlambat lulus kuliah S2.

Setelah lulus pendidikan S2, saya merasa bersyukur dulu bisa diperbertemukan dengan dosen-dosen yang "sulit" dalam hal tuntutan kualitas. Justru melalui perjumpaan dengan dosen-dosen yang mempunyai standar kualitas yang tinggi (sehingga dianggap "sulit" oleh sebagian mahasiswa) telah menggembleng diri saya untuk meng-upgrade kemampuan dan penguasaan ilmu kimia. Di sinilah rasa syukur itu terasa begitu istimewa.

Bekal ilmu kimia dari pendidikan S2 memang telah membuat penguasaan ilmu kimia saya meningkat dan pemahaman pengetahuan kimia saya menjadi lebih terstruktur dan sistematis, tetapi tidak demikian yang terjadi dengan ilmu pedagogi (pendidikan) saya. Saya merasa ilmu pedagogi yang saya miliki masih sangat kurang sekali. Walaupun sudah pernah mengikuti diklat Pekerti dan pelatihan-pelatihan lain terkait pembelajaran dan juga didukung hasil membaca literatur-literatur pendidikan, saya tetap merasa ilmu pedagogi saya masih rendah dan pemahaman ilmu pedagogi saya belum terstruktur dan sistematis. Saya merasa pemahaman pengetahuan pedagogi saya masih parsial-parsial, belum saling terkait membentuk kerangka pengetahuan yang utuh. Saya merasa pengetahuan pedagogi saya belum bermakna (meminjam istilah teori belajar bermakna Ausuble).

Berdasarkan alur pemikiran tersebut di atas, maka saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana S3 di bidang pendidikan kimia. Setelah mengenyam pendidikan tingkat doktoral selama kurang lebih empat semester ini, khususnya tiga semester di perkuliahan mata kuliah teori, saya sudah merasa bersyukur karena bisa berjumpa dan berinteraksi dengan dosen-dosen yang hebat-hebat. Dari mereka (dosen) saya merasakan mendapatkan ilmu baru, pengetahuan baru, pemahaman baru, cara pandang baru, pengalaman baru di bidang kimia dan pedagogi kimia. Saya mencoba menikmati proses belajar ini, bertemu dengan orang-orang baru dan belajar pengalaman baru.

Semakin tinggi saya menapaki tangga-tangga keilmuan, maka semakin membuka cakrawala dan cara pandang saya terhadap dunia ini dengan segala kompleksitasnya. Setiap dosen memiliki keunikan dan keunggulan masing-masing yang berbeda satu dosen dengan yang lain. Benar lah ungkapan dalam sebuah peribahasa "di atas langit masih ada langit". Semakin tinggi kita menapaki tangga-tangga ilmu, maka kita akan selalu menjumpai tangga ilmu lain yang lebih tinggi lagi.

Islam sangat menganjurkan pemeluknya agar mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan sepanjang masih bisa bernafas. Orang barat menyatakan dengan slogannya "Long Life Education" (pendidikan sepanjang hayat). Sedangkan baginda Rasulullah Saw menyatakan dengan redaksional yang berbeda sebagaimana sabdanya "Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat" (HR. Muslim).

Semakin tinggi ilmu dan pengetahuan kita, maka semakin tampak "kebodohan" dan "ketidaktahuan" kita. Semakin berbobot ilmu kita, maka terasa semakin kosong diri kita. Hanya orang-orang yang berbekal "ngelmu" yang cukup yang mampu menghadapi godaan sifat sombong dan angkuh yang muncul mengiringi proses pemilikan ilmu. Hanya orang-orang yang arif dan bijaksana lah yang tetap memiliki "kerendahan hati" dan tidak merasa paling pandai walau memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berpendidikan tinggi. []

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer