Powered By Blogger

Sabtu, 03 Oktober 2020

MENDIDIK DENGAN METODE QURANI : Metode Amtsal (Metode Perumpamaan)

 

Sumber gambar : https://iqra.id/mendidik-dengan-kisah-qurani-220268/

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Al-Quran merupakan kitab suci yang paling sempurna dan lengkap. Al-Quran telah sempurna isinya, tidak ada yang tercecer sedikitpun dan juga tidak berlebih. Kesempurnaan isi Al-Quran menjadi tanda telah berakhirnya tugas kenabian Muhammad Saw.

Al-Quran merupakan kitab suci yang berlaku sepanjang zaman, oleh karena itu setelah kenabian Muhammad Saw tidak ada lagi kenabian-kenabian berikutnya. Nabi Muhammad Saw adalah "khatamul anbiya" yang berarti nabi terakhir di antara nabi-nabi. Artinya, setelah Allah Swt menurunkan Al-Quran secara sempurna, Allah Swt tidak akan menurunkan kitab suci lagi. Jadi jika ada seseorang yang mengaku nabi karena menerima wahyu dari Allah Swt, baik dengan mengaku menyempurnakan Al-Quran, maka dapat dipastikan dia telah berbohong.

Al-Quran merupakan kitab suci yang paling lengkap karena semua informasi terkait perkembangan zaman dapat dijumpai dalam Al-Quran. Al-Quran memang bukan kitab ilmiah tetapi kandungan isi Al-Quran dapat dikaji secara ilmiah dan menuntun umat Islam bersikap ilmiah. Al-Quran memang bukan kitab sastra tetapi bahasa yang digunakan dalam Al-Quran merupakan bahasa sastra tertinggi yang pernah ada dan belum pernah ada pesaingnya. Al-Quran memang bukan kitab filsafat tetapi kandungan falsafah yang terdapat di dalam Al-Quran merupakan ajaran filsafat terbaik yang pernah dikenal manusia. Al-Quran memang bukan kitab pendidikan tetapi kandungan isi Al-Quran penuh dengan konsep pendidikan mutakhir.

Al-Quran yang merupakan pedoman kehidupan mengajarkan kepada umat manusia aturan-aturan bagaimana menjadi "insan kamil" (manusia sempurna). Melalui Al-Quran, Allah Swt hendak mendidik umat manusia menjadi manusia yang "kaffah". Salah satu metode pendidikan yang digunakan dalam Al-Quran adalah metode " Amtsal".

Amtsal adalah bentuk jamak dari "matsala". Kata " matsala' sama dengan "syabaha", baik lafad maupun maknanya. Jadi arti lughawi " amtsal' adalah membuat pemisalan, perumpamaan, dan bandingan. Makna "amtsal" dapat disederhanakan pengertiannya sebagai mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan tersebut (Syahidin, 2009). Contoh amtsal dalam Al-Quran adalah firman Allah Swt :

"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat". (QS. Al-Baqarah [2] : 17). Dalam amtsal ini, Allah Swt menjelaskan hakikat, sifat dan keadaan orang-orang munafik yang tidak dapat mengambil manfaat dan petunjuk dari Allah. Mereka diibaratkan dengan orang yang menyalakan api, yang kemudian api itu dipadamkan oleh Allah sehingga mereka kegelapan dan tidak dapat melihat apa-apa lagi (Syahidin, 2009).

Tujuan paedagogis dari penggunaan metode " Amtsal" dalam pembelajaran sebagaimana dijelaskan oleh Syahidin (2009) antara lain adalah :

1.  Peserta didik akan lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak jika digunakan perumpamaan sesuatu yang konkrit (lihat contoh di QS. Al-Baqarah [2] : 275).

2.  Dengan perumpamaan dan perbandingan, pikiran peserta didik akan terlatih untuk beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar (lihat contoh di QS. Al-Hasyr [59] : 18-21).

3.   Pemberian perumpamaan akan mendorong peserta didik untuk berbuat sesuai dengan isi perumpamaan itu jika ia merupakan yang disenangi jiwa (lihat contoh di QS. Al-Baqarah [2] : 261).

4.   Pemberian "tamtsil" akan mendorong peserta didik untuk tidak berbuat seperti yang di-tamtsil-kan (kebalikan). Hal ini terjadi jika yang di-tamtsil-kan itu merupakan sesuatu yang dibenci oleh jiwa (lihat contoh di QS. Al-Hujurat [49] : 12).

5.  Pemberian "tamtsil" bisa digunakan untuk memuji peserta didik yang melakukan tindakan atau memperoleh suatu prestasi (lihat contoh di QS. Al-Fath [48] : 29).

6.   Pemberian "tamtsil" dapat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dipandang buruk oleh banyak orang (lihat contoh di QS. Al-Ankabut [29] : 41).

Demikian, semoga bermanfaat. Salam Literasi. []

 

Sumber Bacaan :

Syahidin, 2009, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, Bandung : Penerbit Alfabeta.


____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.


Tidak ada komentar:

Postingan Populer