Sumber gambar : https://iqra.id/mendidik-dengan-kisah-qurani-220268/ |
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Al-Quran merupakan kitab suci yang paling sempurna dan
lengkap. Al-Quran telah sempurna isinya, tidak ada yang tercecer sedikitpun dan
juga tidak berlebih. Kesempurnaan isi Al-Quran menjadi tanda telah berakhirnya
tugas kenabian Muhammad Saw.
Al-Quran merupakan kitab suci yang berlaku sepanjang zaman,
oleh karena itu setelah kenabian Muhammad Saw tidak ada lagi kenabian-kenabian
berikutnya. Nabi Muhammad Saw adalah "khatamul anbiya" yang berarti
nabi terakhir di antara nabi-nabi. Artinya, setelah Allah Swt menurunkan
Al-Quran secara sempurna, Allah Swt tidak akan menurunkan kitab suci lagi. Jadi
jika ada seseorang yang mengaku nabi karena menerima wahyu dari Allah Swt, baik
dengan mengaku menyempurnakan Al-Quran, maka dapat dipastikan dia telah
berbohong.
Al-Quran merupakan kitab suci yang paling lengkap karena
semua informasi terkait perkembangan zaman dapat dijumpai dalam Al-Quran.
Al-Quran memang bukan kitab ilmiah tetapi kandungan isi Al-Quran dapat dikaji
secara ilmiah dan menuntun umat Islam bersikap ilmiah. Al-Quran memang bukan
kitab sastra tetapi bahasa yang digunakan dalam Al-Quran merupakan bahasa
sastra tertinggi yang pernah ada dan belum pernah ada pesaingnya. Al-Quran
memang bukan kitab filsafat tetapi kandungan falsafah yang terdapat di dalam
Al-Quran merupakan ajaran filsafat terbaik yang pernah dikenal manusia.
Al-Quran memang bukan kitab pendidikan tetapi kandungan isi Al-Quran penuh
dengan konsep pendidikan mutakhir.
Al-Quran yang merupakan pedoman kehidupan mengajarkan kepada
umat manusia aturan-aturan bagaimana menjadi "insan kamil" (manusia
sempurna). Melalui Al-Quran, Allah Swt hendak mendidik umat manusia menjadi
manusia yang "kaffah". Salah satu metode pendidikan yang digunakan
dalam Al-Quran adalah metode " Amtsal".
Amtsal adalah bentuk jamak dari "matsala". Kata
" matsala' sama dengan "syabaha", baik lafad maupun maknanya.
Jadi arti lughawi " amtsal' adalah membuat pemisalan, perumpamaan, dan
bandingan. Makna "amtsal" dapat disederhanakan pengertiannya sebagai
mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk
mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan tersebut (Syahidin, 2009).
Contoh amtsal dalam Al-Quran adalah firman Allah Swt :
"Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat". (QS. Al-Baqarah [2] : 17). Dalam
amtsal ini, Allah Swt menjelaskan hakikat, sifat dan keadaan orang-orang
munafik yang tidak dapat mengambil manfaat dan petunjuk dari Allah. Mereka
diibaratkan dengan orang yang menyalakan api, yang kemudian api itu dipadamkan
oleh Allah sehingga mereka kegelapan dan tidak dapat melihat apa-apa lagi
(Syahidin, 2009).
Tujuan paedagogis dari penggunaan metode " Amtsal"
dalam pembelajaran sebagaimana dijelaskan oleh Syahidin (2009) antara lain
adalah :
1. Peserta
didik akan lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak jika digunakan
perumpamaan sesuatu yang konkrit (lihat contoh di QS. Al-Baqarah [2] : 275).
2. Dengan
perumpamaan dan perbandingan, pikiran peserta didik akan terlatih untuk
beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar (lihat contoh di QS. Al-Hasyr
[59] : 18-21).
3. Pemberian
perumpamaan akan mendorong peserta didik untuk berbuat sesuai dengan isi
perumpamaan itu jika ia merupakan yang disenangi jiwa (lihat contoh di QS.
Al-Baqarah [2] : 261).
4. Pemberian
"tamtsil" akan mendorong peserta didik untuk tidak berbuat seperti
yang di-tamtsil-kan (kebalikan). Hal ini terjadi jika yang di-tamtsil-kan itu
merupakan sesuatu yang dibenci oleh jiwa (lihat contoh di QS. Al-Hujurat [49] :
12).
5. Pemberian
"tamtsil" bisa digunakan untuk memuji peserta didik yang melakukan
tindakan atau memperoleh suatu prestasi (lihat contoh di QS. Al-Fath [48] :
29).
6. Pemberian
"tamtsil" dapat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dipandang
buruk oleh banyak orang (lihat contoh di QS. Al-Ankabut [29] : 41).
Demikian, semoga bermanfaat. Salam Literasi. []
Sumber Bacaan :
Syahidin,
2009, Menelusuri Metode Pendidikan dalam
Al-Quran, Bandung : Penerbit Alfabeta.
____________________________________
*) Penulis adalah
staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
(UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran
MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis
dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan
buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.
Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email :
anc_saputro@yahoo.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar