Powered By Blogger

Rabu, 30 Desember 2020

MENCINTAI DAN DICINTAI KUNCI MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA

 

Sumber Gambar: https://www.asliindonesia.net/kata-bijak-cinta/

MENCINTAI DAN DICINTAI KUNCI MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Setiap orang pasti mengharapkan hidupnya bahagia. Setiap pasangan suami-istri pasti mencita-citakan dapat membangun kehidupan keluarga yang harmonis, bahagia, dan sejahtera. Tidak ada di dunia ini orang yang tidak ingin bahagia. Demikian juga tidak ada di dunia ini orang yang tidak membutuhkan cinta. Setiap insan Tuhan pastilah ingin mencintai orang yang dicintainya dan sebaliknya ia ingin dicintai oleh orang yang dicintainya tersebut. Dan dunia ini pun diciptakan karena cinta-Nya Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw.


Cinta dapat mendatangkan kebahagiaan. Cinta juga mampu membangkitkan semangat seseorang. Karena rasa cinta lah seorang laki-laki rela bekerja keras demi menafkahi keluarganya. Karena rasa cintalah seorang perempuan rela meninggalkan kedua orang tuanya dan ikut hidup bersama laki-laki lain. Pun demikian, karena rasa cintalah seorang perempuan mau menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi dan melayani suaminya serta menjaga kehormatan keluarganya. Cinta memang membawa energi luar biasa. Cinta adalah anugerah terbesar dari sang Maha Pencipta yang patut disyukuri.


Melalui rasa cintalah manusia di dunia ini berkembang biak dan bertambah banyak. Melalui rasa cintalah dunia ini masih dalam kondisi damai dan tenteram. Kalau bukan karena cinta, lantas apa yang menjadi alasan? Hanya cintalah yang mampu membangkitkan semangat seseorang untuk menembus gelapnya kehidupan demi mewujudkan dunia yang terang benderang, penuh warna dan diliputi rasa cinta dan kasih sayang.


Setiap orang yang memiliki rasa cinta dalam dirinya akan memiliki harapan besar untuk bahagia. Hanya rasa cintalah yang membuat setiap orang merasakan kebahagiaan. Tidak ada orang yang hidupnya bahagia tanpa didahului rasa cinta. Cinta yang suci nan tulus itulah yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap makhluknya. Hanya ketulusan hati dan kesucian cinta yang akan mampu mempersatukan dua insan di dunia tuk meraih kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang dihasilkan dari perpaduan cinta dan kesucian pastilah datang dari Allah swt, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Siapakah yang tidak berharap kasih dan cinta-Nya?


Kebahagiaan adalah puncak impian bagi setiap orang. Kebahagiaan adalah akhir dari harapan setiap orang. Berbagai upaya dilakukan orang hanya agar ia merasakan kebahagiaan. Apakah yang dimaksud bahagia itu? Apakah setiap orang pasti merasakan kebahagiaan? Mudahkah kita meraih kebahagiaan dalam hidup ini? Bagaimana cara kita agar mudah mencapai kebahagiaan? Apa saja tips-tips meraih hidup bahagia dan diridlai Allah swt?


Dalam buku Mindful Life karya Darmawan Aji dikisahkan bahwa pada suatu hari Socrates mengajukan sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya, “Apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?” Socrates ingin mengajak murid-muridnya berdiskusi tentang tujuan akhir kehidupan manusia. Salah satu muridnya, Aristippos dari Kyrene menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kenikmatan. Argumentasi Aristippos adalah bahwa manusia sejak kecilnya selalu mencari kenikmatan dan bila tidak mendapatkannya, dia akan mencari sesuatu yang lain lagi. Dari sinilah kemudian muncul filsafat hedonism yang diprakarsai oleh Aristippos. Istilah hedonisme berasal dari kata hedone (bahasa Yunani) yang berarti kenikmatan (pleasure). Filsafat hedonisme menyatakan kita hanya termotivasi oleh dua hal : kenikmatan dan kesengsaraan. Maka untuk mencapai hidup yang  bahagia kita perlu mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan (Aji, 2019).


Semua orang pasti mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tapi sayangnya ternyata tidak setiap orang mengetahui bagaimana cara menjalani hidup yang bahagia dan ternyata juga tidak setiap orang mampu  menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Ternyata tidak mudah mendapatkan kebahagiaan, Hal ini dikuatkan oleh Hendrik Ibsen, seorang filosof bangsa Norwegia (1828-1906) yang sampai berkeyakinan bahwa mencari bahagia itu hanya menghabiskan umur saja, karena jalan untuk menempuhnya sangat tertutup, dan setiap ikhtiar untuk melangkah ke sana senantiasa terbentur (Saputro, 2020).


Kebahagiaan merupakan perasaan jiwa yang sulit dikatakan. Perasaan bahagia itu begitu nyata tetapi sulit digambarkan. Muhammad Iqbal, seorang tokoh pemikir muslim modern berpendapat bahwa kebahagiaan yang agung akan diperoleh jika manusia telah mencapai taraf insan kamil, yaitu kesempurnaan proses kehidupan di dalam ego (pribadi). Semakin sempurna kepribadian, maka semakin sejati ego, dan semakin dekat pula kepada Tuhan (Iqbal, 1981).


Kebahagiaan dapat diraih dengan cinta. Orang yang memiliki rasa cinta akan mempunyai harapan untuk hidup bahagia. Hidup bahagia bukan hanya ketika kita memiliki segalanya, tetapi justru ketika kita bisa berbagi untuk sesama, maka hidup kita akan bahagia. Kebahagiaan hakiki adalah ketika kita dapat berbagi dan menebar manfaat kebaikan kepada sesama makhluk Tuhan.


Setiap orang pasti memiliki kebutuhan dalam perjalanan kehidupannya. Termasuk cinta adalah kebutuhan setiap insan di dunia. Tidak ada manusia yang tidak butuh cinta. Atas dasar inilah mencintai adalah sebuah kebutuhan. Orang yang hatinya memiliki cinta pasti membutuhkan sarana untuk membagikan rasa cintanya tersebut. Maka mencintai bukanlah kewajiban kita, tetapi justru menjadi kebutuhan kita.


Cinta bukan hanya untuk dimiliki, tetapi juga untuk dibagi. Kebahagiaan memiliki cinta masih kalah dengan kebahagiaan ketika kita bisa berbagi cinta. Cinta kepada sesama adalah manifestasi dari kebahagiaan. Berbagi cinta kepada orang-orang terkasih adalah awal dari kebahagiaan. Tetapi, ujung dari semua kebahagiaan adalah ketika seorang hamba mampu memberikan cintanya kepada Tuhan yang Maha Kasih, yakni Allah swt. Inilah kebahagiaan sejati. Jika kita mampu mencapai tahap ini, maka kenikmatan menjalankan ibadah niscaya akan kita rasakan. Kebahagiaan ketika menjalankan perintah Tuhan akan melahirkan keikhlasan. Dan ikhlas adalah puncak dari penghambaan kepada sang Khalik. 


Kita butuh memberikan cinta kita kepada seseorang. Melalui kebutuhan dan keinginan berbagi cinta dan kasih sayang inilah Allah menggerakkan roda kehidupan manusia. Hanya karena adanya rasa cintalah setiap orang memiliki spirit untuk membahagiakan diri sendiri dan orang lain (keluarga). Dengan rasa cinta yang dimilikinya, seseorang punya harapan untuk meraih kehidupan yang bahagia.


Mencintai dan dicintai adalah fitrah kehidupan manusia. Bahagia dan membahagiakan adalah tujuan manusia diciptakan ke dunia ini. Berbagi cinta dan kasih sayang adalah cara Tuhan menjaga kelangsungan hidup manusia di dunia. Masihkah engkau tidak percaya bahwa cinta itu berharga? Masihkah engkau beranggapan bahwa bahagia itu sulit dicapai? Kita semua memiliki harapan untuk bahagia selama masih ada rasa cinta di hati kita. Cinta dan bahagia adalah pasangan serasi yang tidak pernah terpisahkan. Maka jika engkau ingin bahagia, jaga dan peliharalah rasa cinta di hatimu. Berikanlah rasa cintamu kepada orang yang engkau cintai agar engkau merasakan arti sebenarnya kebahagiaan. Salam bahagia. []

 

Daftar Pustaka

Aji, D. (2019). Mindful Life: Seni Menjalani Hidup Bahagia dan Bermakna. Surakarta: Metagraf.

Iqbal, M. (1981). The Reconstruction of Religion Thought in Islam. New Delhi: Kitab Bhavan.

Saputro, A. N. C. (2020). Harmoni Kehidupan: Inspirasi Menjalani Kehidupan yang Seimbang. Sukabumi: Farha Pustaka.

 

____________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA di penerbit CV. Putra Nugraha, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer tersertifikasi ThinkBuzan Certified iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

JAMINAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN PASCA PANDEMI COVID-19

 

Sumber Gambar : Pandemi Covid-19 Mengancam Keberlangsungan Dunia Pendidikan | Suteki Tech

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

A.  Pendahuluan

Menurut Tripusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu bersumber pada tiga tempat yaitu rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat (Tilaar, 2015). Senada dengan Ki Hajar Dewantara, K.H.R. Zainuddin Fananie menyatakan bahwa tempat pendidikan itu meliputi rumah, sekolah, dan lingkungan dalam pergaulan masyarakat. Rumah merupakan tempat pertama dan utama dalam proses pendidikan, maka pendidikan rumah merupakan asas bagi segala pendidikan sesudahnya (Fananie, 2011).

Terjadinya musibah pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia-tidak terkecuali Indonesia- telah mengubah tatanan kehidupan manusia zaman kini dan memaksa kita harus mengubah pola dan gaya hidup. Banyak aktivitas yang semula kita lakukan di luar rumah (baca : tempat kerja), tetapi saat pandemi Covid-19 harus berpindah ke rumah (work from home, wfh). Termasuk juga proses pendidikan yang semula berlangsung di sekolah juga terpaksa dipindahkan ke rumah (belajar dari rumah, BDR) melalui moda pembelajaran daring melalui internet. Tiada seorang pun yang menyangka akan mengalami masa yang sangat berbeda ini. Banyak orang tua dan siswa yang terkaget-kaget dengan perubahan pola pendidikan ini, tetapi mereka mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus segera menyadari perubahan zaman dan segera menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Peralihan moda belajar dari luring berupa pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi belajar daring melalui internet pastilah menimbulkan banyak permasalahan. Memang tidak mudah mengubah pola dan gaya hidup masyarakat dari tidak biasa menggunakan teknologi internet menjadi menggantungkan pada teknologi internet. Maka munculnya berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan orang tua/wali siswa dan masalah kesiapan institusi pendidikan (baca : sekolah dan kampus) dalam menyikapi perubahan pola pelaksanaan pendidikan pasca pandemi Covid-19 di era new normal menarik untuk  dikaji.

Artikel ini akan mendiskusikan berbagai persoalan yang dihadapi siswa, orang tua, dan sekolah di masa pandemi Covid-19 maupun di era new normal. Bagaimana upaya sekolah untuk melaksanakan kembali pembelajaran secara luring di sekolah dan bagaimana tanggapan orang terhadap wacana siswa masuk sekolah kembali juga akan dibahas dalam artikel ini. Selamat membaca.

 

B.  Potret Kondisi Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 benar-benar telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Datangnya pandemi Covid-19 tidak pernah dibayangkan oleh siapaun. Sejak pandemi Covid-19 mendatangi negeri ini, perubahan drastis terjadi pada pola kehidupan orang-orang zaman sekarang. Banyak pusat-pusat perbelanjaan modern maupun tradisional yang berhenti beroperasi. Banyak tempat-tempat hiburan juga tidak ketinggalan menghentikan jam operasionalnya. Tidak terkecuali adalah lembaga pendidikan (baca : sekolah dan kampus) juga terkena imbasnya dengan dialihkannya proses pembelajaran ke moda pembelajaran daring dari rumah.

Sebelum pandemi Covid-19 orang banyak beraktivitas di berbagai tempat dan bahkan lintas wilayah dengan menggunakan berbagai moda transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara., dimana alat-alat transportasi tersebut beroperasi setiap hari sehingga menyumbang pada pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara. Tetapi sejak pandemi Covid-19 semuanya berubah drastis.

Kita pasti tahu bahwa sebelum pandemi Covid-19, sekadar mencari udara bersih di perkotaan itu bagaikan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami karena di mana-mana ada polusi udara. Sangat sedikit wilayah kota besar yang terbebas dari polusi asap kendaraan bermotor. Tetapi ketika pandemi Covid-19 datang, pemakaian kendaran bermotor menjadi turun drastis. Orang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan jarang ke luar rumah menggunakan kendaraan bermotor kecuali untuk keperluan yang sangat urgen seperti belanja kebutuhan pokok sehari-hari. Maka dampak positifnya sudah kita rasakan bersama, yaitu udara menjadi lebih bersih dan tingkat pencemaran udara turun drastis. Udara di kota-kota besar menjadi lebih bersih seakan-akan ada mesin penjernih udara super canggih yang menyingkirkan asap-asap hitam yang biasa memenuhi jalan-jalan raya.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan kestabilan perekonomian bangsa kita dan juga bangsa-bangsa lain di dunia. Banyak usaha yang tutup maupun gulung tikar karena rendahnya daya beli masyarakat. Apalagi adanya peraturan PSBB yang mengharuskan toko-toko dan rumah makan tutup semakin membuat melemahnya perekonomian rakyat. Pabrik-pabrik banyak yang terpaksa melakukan PHK secara besar-besaran karena tidak mampu lagi membiayai biaya operasional perusahaan karena turunnya omset secara drastis. Setiap hari jumlah korban positif Covid-19 yang meninggal dunia terus bertambah dalam angka ribuan. Rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan dalam menangani korban covid-19 yang terus bertambah. Karena keterbatasan peralatan medis yang dimiliki pihak RS, semakin menambah keterlambatan penanganan pasien korban Covid-19.

Hingga akhir tahun 2020 ini angka jumlah korban terinfeksi virus Covid-19 masih menunjukkan kecenderungan  naik terus. Di beberapa daerah sudah menjadi zona merah. Kalau awalnya hanya di kota-kota besar, bahaya virus Covid-19 sekarang sudah semakin meluas dan mendekat dengan masyarakat kecil, dan bahkan sudah masuk ke pelosok-pelosok desa. Penulis sendiri memiliki saudara yang juga meninggal akibat terpapar virus Covid-19. Pandemi Covid-19 benar-benar tidak bisa dianggap enteng, perlu penanganan yang serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun rakyat. Perlu kesadaran tinggi dari semua anggota masyarakat untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 dengan menerapkan aturan protokol kesehatan secara ketat, yaitu yang disingkat 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan Menjaga jarak atau social distancing). Hanya dengan menerapkan protokol kesehatan secara menyeluruh oleh masyarakat, maka laju penyebaran virus Covid-19 dapat ditekan. Saat ini beberapa perusahan farmasi telah berhasil membuat vaksin anti Covid-19 dan sudah mulai memproduksi secara massal. Pemerintah kita sendiri di akhir 2020 ini telah membeli 1,2 juta vaksin yang akan dipergunakan awal tahun 2021. Menurut penjelasan Menteri Kesehatan, pemerintah telah memesan 400 juta vaksin dari beberapa perusahaan farmasi di berbagai Negara. Semoga upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah dan keikutsertaan masyarakat dalam menghentikan pandemi Covid-19 dari negeri tercinta ini diridhai oleh Allah swt dan bangsa Indonesia segera terbebas dari virus Covid-19. Amin.  

 

C.  Permasalahan Orang Tua dalam Mendampingi Proses Belajar Anak di Masa Pandemi Covid-19

Dampak pandemi Covid-19 ternyata menimpa banyak pihak, termasuk orang tua/wali siswa terkait proses pembelajaran. Karena pandemi Covid-19 yang mengancam keselamatan semua orang termasuk anak-anak sekolah, maka pemerintah mengambil kebijakan bahwa proses pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 diselenggarakan dengan menggunakan moda daring. Pemerintah mendorong dan menghimbau semua sekolah mengalihkan proses pembelajaran dari tatap muka di kelas (luring) menjadi daring melalui berbagai aplikasi pembelajaran daring. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah memberikan bantuan kuota internet untuk pendidik (guru dan dosen) dan siswa/mahasiswa.

Walaupun bantuan kuota internet itu memang bukan satu-satunya solusi paling tepat dalam mensukseskan program belajar dari rumah, tetapi minimal dapat membantu meringankan beban para orang tua yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota internet. Selain permasalahan biaya kuota internet yang masih mahal, permasalahan lain yang dihadapi siswa dan orang tua/wali siswa adalah belum tersedianya fasilitas telepon seluluer (Handphone, HP) pada semua siswa. Tidak semua siswa/orang tua memiliki HP karena ada yang untuk makan sehari-hari saja masih kerepotan apalagi untuk membeli HP. Selain itu juga permasalahan jangkauan sinyal yang belum merata di semua daerah di Indonesia.

Beberapa permasalahan yang dihadapi orang tua/wali siswa terkait proses pendidikan anak selama masa pandemi Covid-19 antara lain adalah :

1.    Orang tua kurang memahami materi pelajaran yang diikuti anak.

2.    Orang tua kesulitan menumbuhkan minat belajar anak.

3.    Orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk mendampingi anak karena harus bekerja.

4.    Orang tua tidak sabar dalam menghadapi anak saat belajar di rumah.

5.    Orang tua kesulitan dalam mengoperasikan gadget.

6.    Kendala terkait jangkauan layanan internet.

(Wardani & Ayriza, 2021)

 

D.  Kesiapan Sekolah Menghadapi Era New Normal

Wacana akan dimulainya penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di sekolah telah menuai perdebatan di kalangan orang tua. Ada orang tua yang ingin segera anak-anaknya kembali masuk sekolah dengan alasan anak sudah terlalu bosan di rumah selama berbulan-bulan dan aktivitas yang monoton serta orang tua sudah kewalahan dalam mendampingi anak belajar secara daring. Sementara itu ada juga orang tua yang menyatakan tidak setuju jika anak masuk sekolah saat ini karena pandemi Covid-19 belum hilang. Para orang tua ini kawatir dengan keselamatan anak-anak jika dipaksakan masuk sekolah karena sifat anak-anak ketika sudah bertemu teman-temannya terkadang lupa menerapkan aturan protokol kesehatan.

Berkaitan dengan perbedaan tanggapan orang tua tersebut, maka menjadi kewajiban sekolah selaku pihak penyelenggara pendidikan untuk mengakomodir saran-saran dan masukan dari orang tua/wali siswa dan menghilangkan kekawatiran orang tua/wali siswa dengan membuat program-program pembelajaran tatap muka di sekolah yang memberikan jaminan keselamatan seluruh warga sekolah dan juga jaminan kualitas pembelajaran di masa era new normal.

Pihak sekolah harus mampu membuat rencana penyelenggaraan pembelajaran tatap muka dan mensosialisasikan kepada orang tua/wali siswa, bahkan kalau perlu membuatkan video simulasi terkait bagaimana upaya sekolah menjamin keselamatan siswa dari potensi tertulari virus Covid-19 selama di sekolah sejak siswa  datang ke sekolah hingga siswa pulang sekolah. Pihak sekolah juga harus memberikan panduan bagaimana seharusnya siswa datang ke sekolah untuk memastikan siswa selama perjalanan pergi dan pulang sekolah tidak tertulari virus Covid-19. Selain itu, pihak sekolah juga harus mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan jalur penularan virus Covid-19 ke seluruh sivitas sekolah, khususnya ke siswa yang masih anak-anak dan remaja yang terkadang lupa aturan protokol kesehatan karena terlalu gembiranya bertemu teman sekolah setelah sekian bulan tidak pernah bertemu. Juga penting untuk disampaikan kepada orang tua adalah bagaimana langkah-langkah atau prosedur sekolah menangani masalah jika ada salah satu sivitas sekolah baik guru, tenaga kependidikan maupun siswa yang menunjukkan gejala terinfeksi virus Covid-19 dan antisipasinya agar tidak menulari sivitas sekolah yang lain.

Memang banyak yang harus dipersiapkan oleh pihak sekolah untuk menghadapi era new normal dan menyelenggarakan proses pembelajaran tatap muka. Pihak sekolah harus serius dalam mempersiapkan segalanya untuk memberikan kepastian jaminan keselamatan seluruh sivitas sekolah dari kemungkinan tertulari virus Covid-19. Jangan sampai ada sekolah yang hanya mengandalkan slogan “sekolah akan menerapkan protokol kesehatan secara ketat” tanpa diikuti langkah-langkah yang strategis dan nyata. Menyelenggarakan proses pembelajaran itu penting karena itu core bisnis sekolah selaku lembaga pendidikan, tetapi keselamatan  seluruh sivitas sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) adalah yang paling utama dan pertama yang harus dijamin.

 

E.  Jaminan Mutu dan Keselamatan Sivitas Sekolah di Era New Normal

Sebelum sekolah memutuskan akan menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka, maka pimpinan sekolah harus terlebih dahulu mensosialisasikan kepada orang tua/wali siswa tentang langkah-langkah yang telah dilakukan pihak sekolah untuk menjamin keselamatan seluruh sivitas sekolah (guru dan siswa) jika nantinya dilaksanakan pembelajaran tatap muka. Langkah sosialisasi ini penting dilakukan untuk memberikan kesempatan para orang tua/wali siswa mengevaluasi kesiapan pihak sekolah dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka.

Ketika langkah-langkap yang dilakukan sekolah terkait jaminan mutu keselamtan warga sekolah terkhusus siswa telah layak dipercaya, pastilah orang tua akan mendukung langkah yang diambil sekolah tersebut. Sebaliknya jika orang tua tidak yakin dengan jaminan keselamatan siswa oleh pihak sekolah, maka dapat dipastikan semua orang tua tidak akan bersedia jika anak-ananya mengikuti pembelajaran tatap muka. Di sinilah pentingnya jaminan mutu terhadap keselamatan seluruh sivitas  sekolah.

Jadi keputusan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka bukan hanya sekadar mengobati kebosanan dan kejenuhan siswa serta mengurangi keluhan para orang tua yang kerepotan mendampingi anaknya belajar secara daring, tetapi benar-benar untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang alami seperti biasanya sebelum pandemi Covid-19 dengan memberikan jaminan keselamatan untuk seluruh sivitas  sekolah dari potensi tertulari virus Covid-19 sehingga secara bertahap kehidupan sekolah dan proses pembelajaran mengarah ke kehidupan normal.

Selama uji coba pembelajaran tatap muka, setiap hari harus dilakukan evaluasi secara ketat dampak dari pelaksanaan pembelajaran tatap muka terhadap psikis dan kesehatan seluruh warga sekolah. Pihak sekolah harus memiliki sistem monitoring terhadap warga sekolah yang memiliki indikasi positif Covid-19 untuk memberikan kepastian keselamatan bagi warga sekolah secara umum.

Lemahnya sistem monitoring ini akan berdampak pada terancamnya keselamatan warga sekolah dan akhirnya akan berujung pada muncul mosi tidak percaya dari para orang tua/wali siswa terhadap pihak sekolah. Jika kondisi seperti ini sampai terjadi, maka akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kredibilitas sekolah selaku lembaga formal penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, jaminan keselamatan seluruh warga sekolah bukan hal yang main-main dan coba-coba, tetapi harus benar-benar terkonsep dengan matang dan terimplementasi dengan terstruktur dan rapi serta termonitoring secara ketat.

 

F.   Penutup : Mewujudkan Harmonisasi untuk Kesuksesan Pendidikan Anak

Masa pandemi Covid-19 memang menyisakan banyak permasalahan termasuk di dunia pendidikan. Pendidikan yang selama ini seakan-akan hanya tertumpu di pundak para pendidik (baca : sekolah), tetapi ketika pandemi Covid-19 sekarang ini juga menjadi tanggung jawab orang tua/wali siswa karena anak belajar dari rumah melalui moda pembelajaran daring sehingga otomatis orang tua juga harus mendampingi dan memonitoring proses dan hasil belajar anaknya. Sebuah kondisi yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh para orang tua selama ini.

            Dari peristiwa pandemi Covid-19 ini bangsa kita (terutama orang tua/wali siswa) belajar banyak tentang sulit dan beratnya penyelenggaraan pendidikan. Para orang tua yang selama ini suka menyalahkan sekolah ketika hasil belajar anaknya rendah sekarang menyadari bahwa ternyata mengajar anak itu tidak mudah. Menanamkan karakter yang baik ke anak-anak itu ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan karena ternyata perlu waktu dan proses yang terus-menerus, tidak sekali dijelaskan anak langsung paham dan melaksanakan.

            Di era new normal ini, proses pembelajaran (pendidikan) harus disikapi dengan arif dan bijaksana oleh seluruh sivitas sekolah dan orang tua. Tidak boleh lagi ada lempar-lemparan tanggung jawab. Tidak boleh lagi ada penyerahan total tanggung jawab pendidikan anak-anak ke sekolah. Tidak boleh lagi ada perasaan bahwa orang tua sudah bayar mahal-mahal kok masih juga harus ikut mendidik anak. Yang harus muncul dan ada saat di era new normal sekarang ini adalah rasa kebersamaan dan kesadaran bersama bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara pendidik (sekolah) dan orang tua. Perlu ada harmonisasi hubungan dan interaksi antara sekolah dan orang tua.

Sekolah dan orang tua mengambil perannya masing-masing dalam mendukung proses pendidikan anak. Terkait kompetensi profesional yang menuntut keahlian khusus dan tidak semua orang tua memiliki kompetensi ini, maka tugas ini bisa menjadi tanggung jawab pendidik (sekolah). Tetapi untuk kompetensi berupa pengembangan karakter, norma-norma sosial, nilai-nilai kebaikan pada diri anak bisa disangga oleh pihak sekolah maupun orang tua. Ketika anak berada di sekolah, tanggung jawab proses penanaman karakter anak menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi ketika anak sudah berada di rumah maka tanggung jawab beralih kepada orang tua.

Kesadaran seperti itu harus dimiliki pihak sekolah maupun orang tua agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Hubungan sekolah dan orang tua bukanlah bagaikan hubungan antara pemimpin dan anak buah, tetapi hubungannya berupa kolegalian dan kolaborasi yang harmonis. Sekolah dan orang tua sama-sama memiliki tanggung jawab menyelenggarakan proses pendidikan bagi anak-anak sesuai kompetensi dan wewenang yang dimiliki masing-masing. Tidak ada yang namanya lempar tanggung jawab dari satu pihak ke pihak lain, tetapi yang ada adalah kerjasama dan kolaborasi dalam mensukseskan proses pendidikan anak. []

 

G. Daftar Pustaka

Fananie, K. H. R. Z. (2011). Pedoman pendidikan modern. Surakarta: Tinta Medina.

Tilaar, H. A. R. (2015). Pedagogik Teoritis untuk Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Wardani, A., & Ayriza, Y. (2021). Analisis Kendala Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19. 5(1), 772–782. doi: https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.705

 

 

---------------------------------------------------------------------

 

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc.,C.TBIL, ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Certified Non-fiction Book Writer from Indonesian Professional Certification Authority (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA di penerbit CV. Putra Nugraha, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified of ThinkBuzan iMindMap Leader-C.TBIL (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Kamis, 24 Desember 2020

DERAJAT MULIA SEORANG IBU DI HADAPAN ALLAH SWT

 



Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Setiap tanggal 22 Desember bangsa Indonesia memperingati peringatan Hari Ibu. Di era social media sekarang ini, setiap tanggal tersebut banyak orang membagikan status tentang kenangannya bersama ibu dengan tidak lupa disertai foto kebersamaan dengan sang ibu. Dari status dan foto yang banyak beredar di social media, mengesankan bahwa orang-orang tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya dan juga sangat menyayangi ibunya. Apakah memang demikian? Jawaban atas pertanyaan ini memerlukan kajian yang mendalam.

Ibu memang sosok yang  patut dihormati dan disayangi. Tetapi penghormatan tersebut tidak mutlak untuk semua ibu, hanya layak diberikan kepada seorang wanita yang benar-benar menjalankan peran sebagai ibu yang benar. Untuk ibu-ibu yang tidak menjalankan peran sebagai ibu yang baik, tentulah pemberian penghormatannya berbeda dengan penghormatan kepada ibu sejati. Jadi di dunia ini ada dua kategori ibu, yaitu ibu yang harus dihormati dan disayangi karena menjalankan perannya sebagai ibu dengan totalitas, dan kedua adalah sosok ibu yang tidak menjalankan perannya sebagai ibu, hanya mengandung dan melahirkan saja. Untuk ibu kategori kedua ini, kemuliaan yang dimiliki lebih rendah dibandingkan dengan ibu kategori kedua.

Kemuliaan derajat yang disandang sosok ibu bukan hanya karena ia mengandung dan melahirkan anak, tetapi juga bagaimana ia merawat dan mendidik anaknya. Seorang ibu yang melahirkan anak tetapi tidak mau merawat anaknya, maka ia mendapat kehormatan sebagai ibukandung saja. Sedangkan ibu yang mau merawat dan memelihara anak-anaknya dengan pebuh cinta dan kasih sayang serta mendidiknya dengan pendidikan yang baik, maka sosok ibu ini layak mendapatkan penghormatan dan derajat kemuliaan yang tinggi. Sosok ibu sejati inilah yang dimuliakan Allah swt. Bentuk kemuliaan dan kehormatan yang diberikan Allah swt kepada para ibu yang baik tersebut adalah ungkapan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Surga adalah simbol tertinggi kebaikan, maka ungkapan surga di bawah telapak kaki ibu mengandung makna bahwa kedudukan ibu mempunyai tingkat kehormatan dan kemuliaan yang sangat tinggi. Di sinilah terlihat bahwa tidak semua wanita yang melahirkan anak itu lebih baik dari surge, tetapi hanya wanita-wanita yang menjalankan peran sebagai ibu sejati yang memiliki kebaikan lebih dari surga. Anak yang tumbuh dan berkembang dalam limpahan cinta dan kasih sayang yang tulus dari ibunya pasti akan merasakan kehidupan yang sangat nyaman dan bahagia layaknya hidup di surga.

            Seorang wanita yang telah melahirkan anak tidak otomatis pantas memperoleh penghormatan sebagai ibu. Akan tetapi dia harus menjalankan peran sebagai orang tua yang benar. Dia harus merawat anaknya dengan limpahan kasih sayang dan mendidik anak-ananya menjadi anak yang berakhlak mulia. Berbeda halnya dengan wanita yang melahirkan anak tetapi tidak mau merawat anaknya dengan alasan belum siap punya anak atau anak tersebut hasil dari hubungan terlarang, atau karena faktor perekonomian, bahkan ia menelantarkan anaknya sendiri. Apakah wanita seperti ini layak mendapatkan penghormatan sebagai ibu?

            Sosok ibu memiliki keistimewaan di hadapan Allah swt. Kita pasti pernah mendengar cerita rakyat di daerah Sumatera Barat yang mengisahkan pentingnya menghormati dan menyayangi ibu. Di samping itu juga tentang begitu didengarnya doa ibu oleh Allah. Cerita rakyat tersebut sangat melegenda, yaitu legenda Malin Kundang.  Dalam legenda tersebut, diketahui bagaimana akhir dari seorang anak bernama Malin Kundang yang telah mendurhakai ibu kandungnya sendiri yang telah merawat dia sejak kecil hingga dewasa dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi ketika si anak telah sukses dan hidupnya mewah, dia melupakan ibunya dan bahkan menghinanya. Sakit hati dan kekecewaan yang teramat sangat yang dirasakan oleh sang ibu membuatnya sampai berdoa dan mengutuk si anak menjadi batu, dan doa sang ibu dikabulkan Allah swt. Begitu dahsyat doa seorang ibu[1].

            Dalam ajaran agama Islam, sosok  ibu mendapatkan kedudukan mulia dalam pandangan Allah Swt. Allah swt meninggikan derajat kemuliaan wanita yang menjadi ibu melebihi derajat laki-laki. Tentang tingginya kedudukan ibu di hadapan Allah swt, kita bisa juga membaca kisah sahabat Rasulullah saw yang bernama Alqomah. Alqomah adalah sahabat Nabi saw yang rajin sholat, rajin puasa dan banyak bersedekah, tetapi kemudian sakit keras yang mengalami kesusahan menjelang meninggalnya.

            Ketika para sahabat lainnya mengunjunginya dan mentalqin dengan kalimah Laa Ilaaha Illallah pada saat naza’, ternyata Alqomah tidak bisa mengucapkannya. Para sahabat kemudian mencari tahu apa penyebabnya. Akhirnya diketahui ternyata Ibu Alqomah pernah marah kepadanya, karena ibunya merasa tersinggung tidak dipedulikan oleh Alqomah, yang menurut ibunya Alqomah lebih mendahulukan istrinya daripada ibunya. Mengetahui hal itu, kemudian Rasulullah saw meminta ibunya Alqomah untuk memaaafkan Alqomah, agar kematiannya mudah, tetapi sang Ibu tidak mau memaafkan. Karena sang ibu tidak mau memaafkan anaknya, maka Rasulullah saw mengancam akan membakar Alqomah untuk mempercepat kematian dan menghilangkan penderitaannya. Mendengar ancaman Rasulullah saw tersebut, akhirnya tersentuh juga hati sang ibu sehingga mau memaafkan dan Alqomah pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. [1]

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda, “Seseorang datang kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

            Pendapat Imam Al-Qurthubi dalam menjelaskan hadits tersebut adalah“Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya (Tafsir Al-Qurthubi X : 239). [2]

            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menjadi ibu itu adalah sebuah keberuntungan bagi setiap wanita. Menjadi seorang ibu akan menjadikannya memiliki derajat kemuliaan yang tinggi di hadapan Allah swt. Penghormatan yang disandang seorang ibu dari anak bahkan tiga kali lebih banyak dibandingkan penghormatan ayah. Bukti tingginya kemuliaan ibu dinyatakan dengan ungkapan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Tetapi semua penghormatan dan kemuliaan yang dikaruniakan Allah swt tersebut hanya akan diperoleh oleh para wanita yang benar-benar memerankan sebagai sosok ibu yang sejati. Wallahu a’lam bissawab. []

 

Referensi :

[1]   V. Prashita, “Kedudukan Ibu dalam Islam,” Dream.co.id, 2015. https://www.dream.co.id/your-story/kedudukan-ibu-dalam-islam-1512284.html (accessed Dec. 23, 2020).

[2] Amir, “Kedudukan Ibu dalam islam,” islamudinblog, Mar. 08, 2012. https://islamudin69.wordpress.com/2012/03/08/kedudukan-ibu-dalam-islam/ (accessed Dec. 23, 2020).

 

 

____________________________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc.,C.TBIL, ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA di penerbit CV. Putra Nugraha, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified of ThinkBuzan iMindMap Leader-C.TBIL (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Postingan Populer