Sumber Gambar : Pandemi Covid-19 Mengancam Keberlangsungan Dunia Pendidikan | Suteki Tech |
Oleh :
Agung
Nugroho Catur Saputro
A. Pendahuluan
Menurut Tripusat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara, pendidikan itu bersumber pada tiga tempat yaitu rumah, sekolah, dan
lingkungan masyarakat (Tilaar, 2015). Senada dengan
Ki Hajar Dewantara, K.H.R. Zainuddin Fananie menyatakan bahwa tempat pendidikan
itu meliputi rumah, sekolah, dan lingkungan dalam pergaulan masyarakat. Rumah
merupakan tempat pertama dan utama dalam proses pendidikan, maka pendidikan
rumah merupakan asas bagi segala pendidikan sesudahnya (Fananie, 2011).
Terjadinya musibah pandemi Covid-19 yang
melanda seluruh negara di dunia-tidak terkecuali Indonesia- telah mengubah
tatanan kehidupan manusia zaman kini dan memaksa kita harus mengubah pola dan
gaya hidup. Banyak aktivitas yang semula kita lakukan di luar rumah (baca : tempat
kerja), tetapi saat pandemi Covid-19 harus berpindah ke rumah (work from home, wfh). Termasuk juga
proses pendidikan yang semula berlangsung di sekolah juga terpaksa dipindahkan
ke rumah (belajar dari rumah, BDR) melalui moda pembelajaran daring melalui
internet. Tiada seorang pun yang menyangka akan mengalami masa yang sangat
berbeda ini. Banyak orang tua dan siswa yang terkaget-kaget dengan perubahan
pola pendidikan ini, tetapi mereka mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus
segera menyadari perubahan zaman dan segera menyesuaikan dengan perkembangan
zaman.
Peralihan moda belajar dari luring
berupa pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi belajar daring melalui
internet pastilah menimbulkan banyak permasalahan. Memang tidak mudah mengubah
pola dan gaya hidup masyarakat dari tidak biasa menggunakan teknologi internet
menjadi menggantungkan pada teknologi internet. Maka munculnya berbagai
permasalahan yang dihadapi siswa dan orang tua/wali siswa dan masalah kesiapan
institusi pendidikan (baca : sekolah dan kampus) dalam menyikapi perubahan pola
pelaksanaan pendidikan pasca pandemi Covid-19 di era new normal menarik
untuk dikaji.
Artikel ini akan mendiskusikan berbagai
persoalan yang dihadapi siswa, orang tua, dan sekolah di masa pandemi Covid-19
maupun di era new normal. Bagaimana upaya sekolah untuk melaksanakan kembali
pembelajaran secara luring di sekolah dan bagaimana tanggapan orang terhadap
wacana siswa masuk sekolah kembali juga akan dibahas dalam artikel ini. Selamat
membaca.
B. Potret Kondisi Masyarakat di Masa
Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 benar-benar telah mengubah
tatanan kehidupan masyarakat. Datangnya pandemi Covid-19 tidak pernah
dibayangkan oleh siapaun. Sejak pandemi Covid-19 mendatangi negeri ini,
perubahan drastis terjadi pada pola kehidupan orang-orang zaman sekarang.
Banyak pusat-pusat perbelanjaan modern maupun tradisional yang berhenti
beroperasi. Banyak tempat-tempat hiburan juga tidak ketinggalan menghentikan
jam operasionalnya. Tidak terkecuali adalah lembaga pendidikan (baca : sekolah
dan kampus) juga terkena imbasnya dengan dialihkannya proses pembelajaran ke
moda pembelajaran daring dari rumah.
Sebelum pandemi Covid-19 orang banyak
beraktivitas di berbagai tempat dan bahkan lintas wilayah dengan menggunakan
berbagai moda transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara., dimana
alat-alat transportasi tersebut beroperasi setiap hari sehingga menyumbang pada
pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara. Tetapi sejak pandemi Covid-19
semuanya berubah drastis.
Kita pasti tahu bahwa sebelum pandemi
Covid-19, sekadar mencari udara bersih di perkotaan itu bagaikan seperti mencari
jarum dalam tumpukan jerami karena di mana-mana ada polusi udara. Sangat
sedikit wilayah kota besar yang terbebas dari polusi asap kendaraan bermotor.
Tetapi ketika pandemi Covid-19 datang, pemakaian kendaran bermotor menjadi
turun drastis. Orang lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan jarang ke
luar rumah menggunakan kendaraan bermotor kecuali untuk keperluan yang sangat urgen
seperti belanja kebutuhan pokok sehari-hari. Maka dampak positifnya sudah kita
rasakan bersama, yaitu udara menjadi lebih bersih dan tingkat pencemaran udara
turun drastis. Udara di kota-kota besar menjadi lebih bersih seakan-akan ada
mesin penjernih udara super canggih yang menyingkirkan asap-asap hitam yang
biasa memenuhi jalan-jalan raya.
Pandemi Covid-19 telah menghancurkan kestabilan
perekonomian bangsa kita dan juga bangsa-bangsa lain di dunia. Banyak usaha
yang tutup maupun gulung tikar karena rendahnya daya beli masyarakat. Apalagi
adanya peraturan PSBB yang mengharuskan toko-toko dan rumah makan tutup semakin
membuat melemahnya perekonomian rakyat. Pabrik-pabrik banyak yang terpaksa
melakukan PHK secara besar-besaran karena tidak mampu lagi membiayai biaya
operasional perusahaan karena turunnya omset secara drastis. Setiap hari jumlah
korban positif Covid-19 yang meninggal dunia terus bertambah dalam angka ribuan.
Rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan dalam menangani korban covid-19 yang
terus bertambah. Karena keterbatasan peralatan medis yang dimiliki pihak RS,
semakin menambah keterlambatan penanganan pasien korban Covid-19.
Hingga akhir tahun 2020 ini angka jumlah
korban terinfeksi virus Covid-19 masih menunjukkan kecenderungan naik terus. Di beberapa daerah sudah menjadi
zona merah. Kalau awalnya hanya di kota-kota besar, bahaya virus Covid-19
sekarang sudah semakin meluas dan mendekat dengan masyarakat kecil, dan bahkan
sudah masuk ke pelosok-pelosok desa. Penulis sendiri memiliki saudara yang juga
meninggal akibat terpapar virus Covid-19. Pandemi Covid-19 benar-benar tidak
bisa dianggap enteng, perlu penanganan yang serius dari semua pihak, baik
pemerintah maupun rakyat. Perlu kesadaran tinggi dari semua anggota masyarakat
untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 dengan menerapkan aturan protokol
kesehatan secara ketat, yaitu yang disingkat 3M (Memakai masker, Mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun, dan Menjaga jarak atau social distancing). Hanya
dengan menerapkan protokol kesehatan secara menyeluruh oleh masyarakat, maka
laju penyebaran virus Covid-19 dapat ditekan. Saat ini beberapa perusahan
farmasi telah berhasil membuat vaksin anti Covid-19 dan sudah mulai memproduksi
secara massal. Pemerintah kita sendiri di akhir 2020 ini telah membeli 1,2 juta
vaksin yang akan dipergunakan awal tahun 2021. Menurut penjelasan Menteri
Kesehatan, pemerintah telah memesan 400 juta vaksin dari beberapa perusahaan
farmasi di berbagai Negara. Semoga upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah
dan keikutsertaan masyarakat dalam menghentikan pandemi Covid-19 dari negeri
tercinta ini diridhai oleh Allah swt dan bangsa Indonesia segera terbebas dari
virus Covid-19. Amin.
C. Permasalahan Orang Tua dalam
Mendampingi Proses Belajar Anak di Masa Pandemi Covid-19
Dampak pandemi Covid-19 ternyata menimpa
banyak pihak, termasuk orang tua/wali siswa terkait proses pembelajaran. Karena
pandemi Covid-19 yang mengancam keselamatan semua orang termasuk anak-anak
sekolah, maka pemerintah mengambil kebijakan bahwa proses pembelajaran selama
masa pandemi Covid-19 diselenggarakan dengan menggunakan moda daring.
Pemerintah mendorong dan menghimbau semua sekolah mengalihkan proses
pembelajaran dari tatap muka di kelas (luring) menjadi daring melalui berbagai
aplikasi pembelajaran daring. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah
memberikan bantuan kuota internet untuk pendidik (guru dan dosen) dan siswa/mahasiswa.
Walaupun bantuan kuota internet itu memang
bukan satu-satunya solusi paling tepat dalam mensukseskan program belajar dari
rumah, tetapi minimal dapat membantu meringankan beban para orang tua yang
harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota internet. Selain permasalahan
biaya kuota internet yang masih mahal, permasalahan lain yang dihadapi siswa
dan orang tua/wali siswa adalah belum tersedianya fasilitas telepon seluluer
(Handphone, HP) pada semua siswa. Tidak semua siswa/orang tua memiliki HP
karena ada yang untuk makan sehari-hari saja masih kerepotan apalagi untuk
membeli HP. Selain itu juga permasalahan jangkauan sinyal yang belum merata di
semua daerah di Indonesia.
Beberapa permasalahan yang dihadapi
orang tua/wali siswa terkait proses pendidikan anak selama masa pandemi
Covid-19 antara lain adalah :
1. Orang
tua kurang memahami materi pelajaran yang diikuti anak.
2. Orang
tua kesulitan menumbuhkan minat belajar anak.
3. Orang
tua tidak memiliki cukup waktu untuk mendampingi anak karena harus bekerja.
4. Orang
tua tidak sabar dalam menghadapi anak saat belajar di rumah.
5. Orang
tua kesulitan dalam mengoperasikan gadget.
6. Kendala
terkait jangkauan layanan internet.
(Wardani & Ayriza, 2021)
D. Kesiapan Sekolah Menghadapi Era New
Normal
Wacana akan dimulainya penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka di sekolah telah menuai perdebatan di kalangan orang
tua. Ada orang tua yang ingin segera anak-anaknya kembali masuk sekolah dengan
alasan anak sudah terlalu bosan di rumah selama berbulan-bulan dan aktivitas
yang monoton serta orang tua sudah kewalahan dalam mendampingi anak belajar
secara daring. Sementara itu ada juga orang tua yang menyatakan tidak setuju
jika anak masuk sekolah saat ini karena pandemi Covid-19 belum hilang. Para
orang tua ini kawatir dengan keselamatan anak-anak jika dipaksakan masuk
sekolah karena sifat anak-anak ketika sudah bertemu teman-temannya terkadang
lupa menerapkan aturan protokol kesehatan.
Berkaitan dengan perbedaan tanggapan
orang tua tersebut, maka menjadi kewajiban sekolah selaku pihak penyelenggara
pendidikan untuk mengakomodir saran-saran dan masukan dari orang tua/wali siswa
dan menghilangkan kekawatiran orang tua/wali siswa dengan membuat
program-program pembelajaran tatap muka di sekolah yang memberikan jaminan
keselamatan seluruh warga sekolah dan juga jaminan kualitas pembelajaran di
masa era new normal.
Pihak sekolah harus mampu membuat
rencana penyelenggaraan pembelajaran tatap muka dan mensosialisasikan kepada
orang tua/wali siswa, bahkan kalau perlu membuatkan video simulasi terkait
bagaimana upaya sekolah menjamin keselamatan siswa dari potensi tertulari virus
Covid-19 selama di sekolah sejak siswa
datang ke sekolah hingga siswa pulang sekolah. Pihak sekolah juga harus
memberikan panduan bagaimana seharusnya siswa datang ke sekolah untuk
memastikan siswa selama perjalanan pergi dan pulang sekolah tidak tertulari
virus Covid-19. Selain itu, pihak sekolah juga harus mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan jalur penularan virus Covid-19 ke seluruh sivitas
sekolah, khususnya ke siswa yang masih anak-anak dan remaja yang terkadang lupa
aturan protokol kesehatan karena terlalu gembiranya bertemu teman sekolah
setelah sekian bulan tidak pernah bertemu. Juga penting untuk disampaikan kepada
orang tua adalah bagaimana langkah-langkah atau prosedur sekolah menangani
masalah jika ada salah satu sivitas sekolah baik guru, tenaga kependidikan
maupun siswa yang menunjukkan gejala terinfeksi virus Covid-19 dan
antisipasinya agar tidak menulari sivitas sekolah yang lain.
Memang banyak yang harus dipersiapkan
oleh pihak sekolah untuk menghadapi era new normal dan menyelenggarakan proses
pembelajaran tatap muka. Pihak sekolah harus serius dalam mempersiapkan
segalanya untuk memberikan kepastian jaminan keselamatan seluruh sivitas
sekolah dari kemungkinan tertulari virus Covid-19. Jangan sampai ada sekolah
yang hanya mengandalkan slogan “sekolah akan menerapkan protokol kesehatan
secara ketat” tanpa diikuti langkah-langkah yang strategis dan nyata. Menyelenggarakan
proses pembelajaran itu penting karena itu core bisnis sekolah selaku lembaga
pendidikan, tetapi keselamatan seluruh
sivitas sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) adalah yang paling utama dan
pertama yang harus dijamin.
E. Jaminan Mutu dan Keselamatan
Sivitas Sekolah di Era New Normal
Sebelum sekolah memutuskan akan
menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka, maka pimpinan sekolah harus
terlebih dahulu mensosialisasikan kepada orang tua/wali siswa tentang
langkah-langkah yang telah dilakukan pihak sekolah untuk menjamin keselamatan
seluruh sivitas sekolah (guru dan siswa) jika nantinya dilaksanakan
pembelajaran tatap muka. Langkah sosialisasi ini penting dilakukan untuk
memberikan kesempatan para orang tua/wali siswa mengevaluasi kesiapan pihak
sekolah dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka.
Ketika langkah-langkap yang dilakukan
sekolah terkait jaminan mutu keselamtan warga sekolah terkhusus siswa telah
layak dipercaya, pastilah orang tua akan mendukung langkah yang diambil sekolah
tersebut. Sebaliknya jika orang tua tidak yakin dengan jaminan keselamatan siswa
oleh pihak sekolah, maka dapat dipastikan semua orang tua tidak akan bersedia
jika anak-ananya mengikuti pembelajaran tatap muka. Di sinilah pentingnya
jaminan mutu terhadap keselamatan seluruh sivitas sekolah.
Jadi keputusan penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka bukan hanya sekadar mengobati kebosanan dan kejenuhan siswa
serta mengurangi keluhan para orang tua yang kerepotan mendampingi anaknya
belajar secara daring, tetapi benar-benar untuk menyelenggarakan proses
pembelajaran yang alami seperti biasanya sebelum pandemi Covid-19 dengan
memberikan jaminan keselamatan untuk seluruh sivitas sekolah dari potensi tertulari virus Covid-19
sehingga secara bertahap kehidupan sekolah dan proses pembelajaran mengarah ke
kehidupan normal.
Selama uji coba pembelajaran tatap muka,
setiap hari harus dilakukan evaluasi secara ketat dampak dari pelaksanaan
pembelajaran tatap muka terhadap psikis dan kesehatan seluruh warga sekolah. Pihak
sekolah harus memiliki sistem monitoring terhadap warga sekolah yang memiliki
indikasi positif Covid-19 untuk memberikan kepastian keselamatan bagi warga
sekolah secara umum.
Lemahnya sistem monitoring ini akan
berdampak pada terancamnya keselamatan warga sekolah dan akhirnya akan berujung
pada muncul mosi tidak percaya dari para orang tua/wali siswa terhadap pihak
sekolah. Jika kondisi seperti ini sampai terjadi, maka akan menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi kredibilitas sekolah selaku lembaga formal
penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, jaminan keselamatan seluruh warga
sekolah bukan hal yang main-main dan coba-coba, tetapi harus benar-benar
terkonsep dengan matang dan terimplementasi dengan terstruktur dan rapi serta
termonitoring secara ketat.
F.
Penutup
: Mewujudkan Harmonisasi untuk Kesuksesan Pendidikan Anak
Masa pandemi Covid-19 memang menyisakan
banyak permasalahan termasuk di dunia pendidikan. Pendidikan yang selama ini
seakan-akan hanya tertumpu di pundak para pendidik (baca : sekolah), tetapi
ketika pandemi Covid-19 sekarang ini juga menjadi tanggung jawab orang tua/wali
siswa karena anak belajar dari rumah melalui moda pembelajaran daring sehingga
otomatis orang tua juga harus mendampingi dan memonitoring proses dan hasil
belajar anaknya. Sebuah kondisi yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh
para orang tua selama ini.
Dari peristiwa pandemi Covid-19 ini
bangsa kita (terutama orang tua/wali siswa) belajar banyak tentang sulit dan
beratnya penyelenggaraan pendidikan. Para orang tua yang selama ini suka menyalahkan
sekolah ketika hasil belajar anaknya rendah sekarang menyadari bahwa ternyata
mengajar anak itu tidak mudah. Menanamkan karakter yang baik ke anak-anak itu
ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan karena ternyata perlu waktu
dan proses yang terus-menerus, tidak sekali dijelaskan anak langsung paham dan
melaksanakan.
Di era new normal ini, proses
pembelajaran (pendidikan) harus disikapi dengan arif dan bijaksana oleh seluruh
sivitas sekolah dan orang tua. Tidak boleh lagi ada lempar-lemparan tanggung
jawab. Tidak boleh lagi ada penyerahan total tanggung jawab pendidikan
anak-anak ke sekolah. Tidak boleh lagi ada perasaan bahwa orang tua sudah bayar
mahal-mahal kok masih juga harus ikut mendidik anak. Yang harus muncul dan ada
saat di era new normal sekarang ini adalah rasa kebersamaan dan kesadaran
bersama bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara pendidik
(sekolah) dan orang tua. Perlu ada harmonisasi hubungan dan interaksi antara
sekolah dan orang tua.
Sekolah dan orang tua mengambil perannya
masing-masing dalam mendukung proses pendidikan anak. Terkait kompetensi profesional
yang menuntut keahlian khusus dan tidak semua orang tua memiliki kompetensi
ini, maka tugas ini bisa menjadi tanggung jawab pendidik (sekolah). Tetapi untuk
kompetensi berupa pengembangan karakter, norma-norma sosial, nilai-nilai
kebaikan pada diri anak bisa disangga oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Ketika anak berada di sekolah, tanggung jawab proses penanaman karakter anak
menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi ketika anak sudah berada di rumah maka
tanggung jawab beralih kepada orang tua.
Kesadaran seperti itu harus dimiliki
pihak sekolah maupun orang tua agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik.
Hubungan sekolah dan orang tua bukanlah bagaikan hubungan antara pemimpin dan
anak buah, tetapi hubungannya berupa kolegalian dan kolaborasi yang harmonis.
Sekolah dan orang tua sama-sama memiliki tanggung jawab menyelenggarakan proses
pendidikan bagi anak-anak sesuai kompetensi dan wewenang yang dimiliki
masing-masing. Tidak ada yang namanya lempar tanggung jawab dari satu pihak ke
pihak lain, tetapi yang ada adalah kerjasama dan kolaborasi dalam mensukseskan
proses pendidikan anak. []
G. Daftar Pustaka
Fananie,
K. H. R. Z. (2011). Pedoman pendidikan modern. Surakarta: Tinta Medina.
Tilaar, H. A. R.
(2015). Pedagogik Teoritis untuk Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Wardani, A.,
& Ayriza, Y. (2021). Analisis Kendala Orang Tua dalam Mendampingi Anak
Belajar di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19. 5(1), 772–782. doi:
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.705
---------------------------------------------------------------------
BIODATA PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar