Powered By Blogger

Senin, 21 Desember 2020

MENGENAL SOSOK PAHLAWAN KEHIDUPAN


 

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro



Setiap tanggal 10 November, kita -bangsa Indonesia- memperingati Hari Pahlawan Nasional. Mengapa hari pahlawan penting kita peringati? Dan mengapa pahlawan perlu diberikan penghormatan berupa peringatan hari pahlawan? Tentu kita semua mengetahui bahwa bangsa Indonesia tidak akan bisa merdeka tanpa perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa yang telah rela dan ikhlas gugus di medan perang demi mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Para pahlawan yang telah gugur di medan perang tersebut mungkin tidak pernah memikirkan apakah suatu saat nanti diberikan gelar pahlawan atau tidak. Mereka dulu mungkin yang dipikirkan hanyalah bagaimana dapat mendarmabaktikan hidupnya untuk memerdekakan bangsanya yang telah ratusan tahun dijajah oleh bangsa asing. Mereka mungkin dulu tidak pernah memikirkan apakah perjuangan mereka akan berhasil atau tidak, tetapi yang pasti mereka telah ikut berkontribusi dalam upaya memerdekakan bangsanya sendiri dari penjajahan bangsa lain. Kebanggaan dalam hidup mereka adalah ketika dapat berguna bagi bangsanya.

Para pahlawan dalam berjuang merebut kemerdekaan bangsa Indonesia mungkin tidak berpikir apa yang akan mereka dapatkan jika bangsanya telah merdeka. Mereka mungkin tidak memikirkan apakah di kemudian hari mereka akan memperoleh piagam penghargaan sebagai pahlawan nasional. Mereka dulu mungkin juga tidak memikirkan apakah setelah Indonesia nanti merdeka, hidup mereka akan lebih baik? Mereka mungkin hanya berpikir bagaimana caranya bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa lain. Mereka mungkin hanya berpikir bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalani kehidupan dengan tenang, damai, dan tenteram. Mereka dulu mungkin hanya berpikir bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang dan tanpa gangguan.

Lantas, sekarang bagaimana dengan kita yang hidup di zaman ketika bangsa Indonesia telah merdeka. Bagaimana dengan kita yang sejak dilahirkan tidak merasakan peperangan merebut kemerdekaan? Bagaimana dengan kita yang sejak melihat dunia ini tidak pernah merasakan kejam dan pedihnya penjajahan. Akankah kita masih tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan ini? Akankah kita masih berpikir bahwa kemerdekaan itu tidak memerlukan perjuangan? Akankah kita masih mempertanyakan mengapa bangsa Indonesia harus memperingati hari pahlawan nasional?

Sebagai orang yang telah menikmati rasa kebebasan dan kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawab bangsa, kita hendaknya mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan ini kita wujudkan dalam bentuk berkarya dan berinovasi yang mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Apapun profesi yang kita jalani, seyogyanya dapat kita pergunakan untuk memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Kita harus selalu berprinsip bahwa dalam kehidupan ini apa yang telah kita berikan untuk bangsa Indonesia, bukan malah sebaliknya apa yang telah diberikan bangsa Indonesia ke kita. Kita harus menyadari bahwa kita dapat menikmati kemerdekaan sejak lahir tanpa harus berjuang dulu untuk meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, tugas kita hanyalah bagaimana cara kita membalas budi jasa para pahlawan bangsa dengan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dengan aktivitas-aktivitas yang positif dan menciptakan kreasi dan inovasi untuk turut serta memajukan bangsa Indonesia.

Dalam lingkup kenegaraan, kita memiliki banyak pahlawan nasional yang telah gugur di medan perang melawan penjajah untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.  Sedangkan dalam lingkup personal, setiap orang pasti juga memiliki sosok pahlawan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Setiap tahap kehidupan yang sudah kita jalani, kita pasti mempunyai sosok seseorang yang menjadi pahlawan. Jika kita melihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, maka pengertian pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Jika merujuk pengertian pahlawan menurut KBBI tersebut, maka dapat kita pahami bahwa pahlawan itu tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui negara. Pahlawan tidak terbatas pada orang yang gugur di medan perang merebut kemerdekaan RI. Pengertian pahlawan dalam konteks personal lebih luas lagi.

Merujuk pada pengertian pahlawan menurut KBBI di atas, maka setiap orang pasti memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa pada kehidupannya. Sosok pahlawan tersebut telah berkorban sangat banyak demi kepentingan orang lain. Pahlawan tersebut rela menomorduakan kebutuhan dan keinginan pribadinya demi mendahulukan kepentingan orang lain. Siapakah sosok pahlawan kehidupan tersebut? Siapakah seseorang yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya hanya demi kepentingan orang yang ditolongnya? Bagaimana kita seharusnya memperlakukan sosok pahlawa kehidupan tersebut? Bagaimana cara kita mengenali sosok pahlawan kehidupan kita?

Untuk mengenali siapakah sosok pahlawan kehidupan kita, langkahnya adalah pikirkan dan renungkan siapakah orang yang sangat berjasa terhadap kehidupan kita? Siapakah orang yang paling banyak berkorban untuk kepentingan hidup kita? Mungkin ada yang berpendapat bahwa orang yang paling berjasa dan paling banyak pengorbanannya untuk kehidupannya adalah orang tuanya. Pendapat ini bisa tepat dan bisa pula kurang tepat. Mengapa? Karena tidak semua orang beruntung memiliki sosok orang tua yang sangat peduli dengan kehidupan anaknya. Terjadinya kasus bayi dibuang membuktikan bahwa orang tua belum tentu menjadi sosok pahlawan kehidupan. Bagi orang-orang yang mengalami nasib kurang beruntung tersebut, bisa jadi sosok yang menjadi pahlawan kehidupannya adalah orang tua angkatnya atau siapapun yang telah menolongnya dan merawatnya dengan limpahan rasa cinta dan kasih sayang hingga ia dewasa.

Apakah pahlawan kehidupan bagi setiap orang itu hanya satu orang saja? Tidak ada batasan jumlah sosok pahlawan kehidupan. Siapapun yang menurut pertimbangan kita telah sangat berjasa dan melakukan pengorbanan yang sangat besar bagi perjalanan hidup kita, maka orang-orang tersebut yang mungkin lebih dari seorang merupakan sosok pahlawan kehidupan kita. Kepada orang-orang tersebut yang telah mengorbankan sebagian besar hidupnya untuk kelangsungan hidup kita, maka kita hendaknya memperlaukan mereka dengan sangat baik dan terhormat. Mereka layak mendapatkan penghormatan tertinggi kita atas dedikasinya dalam membentuk kehidupan kita. Kita layak menempatkan mereka di posisi tinggi dan terhormat dalam kehidupan kita.

Bagi penulis pribadi, yang menjadi sosok pahlawan dalam kehidupan adalah orang tua penulis sendiri. Dalam perjalanan kehidupan penulis, dalam perjalanan karier penulis, tidak ada sosok yang paling berkorban demi penulis selain kedua orang tua. Selama meniti karier pekerjaan, penulis merasa tidak pernah meminta tolong atau mendapatkan bantuan dari orang lain. Semua jenjang karier yang penulis jalani sampai sekarang karena kompetensi penulis, bulan karena jasa orang lain. Makanya sampai saat ini, penulis tidak merasa mempunyai utang jasa kepada orang lain. Dalam bekerja, penulis merasa bebas dari ikatan jasa orang lain. Dampaknya adalah penulis enjoy dalam melakukan tugas-tugas pekerjaan tanpa mengkawatirkan apapun dan siapapun.

Bagi penulis, kedua orang tua penulis adalah sosok pahlawan karena merekalah penulis bisa meraih capaian seperti sekarang ini.  Karena ajaran nilai-nilai kehidupan yang mereka praktikkan langsung dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari, maka penulis mengerti dan memahami apa itu arti perjuangan, apa itu arti keluarga, apa itu arti kebaikan, dan apa itu arti kehidupan. Orang tua penulis tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, tetapi mereka bersemnagat menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Walau untuk hidup sehari-hari saja masih sering kekurangan, tetapi mereka bertekat anak-anaknya harus melanjutkan kuliah, masalah biaya itu nanti saja dipikir. Yang penting anak-anaknya bisa melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.

 Karena tekat dan keteguhan niat orang tua untuk mengkuliahkan anak-anaknya, maka kami (anak-anak) juga berusaha meringankan beban orang tua dalam hal biaya kuliah. Penulis sendiri berusaha menjalani proses belajar di perguruan tinggi dengan serius dan harus mendapatkan prestasi yang baik. Alhamdulillah, karena serius dalam belajar maka penulis memperoleh nilai IPK yang cukup tinggi sehingga akhirnya mendapatkan beasiswa. Penulis pernah memperoleh dua jenis beasiswa, yaitu satu tahun beasiswa Supersemar dan satu tahun beasiswa kerja mahasiswa. Dari uang beasiswa tersebut, Alhamdulillah penulis mampu membiayai sebagian biaya kuliah dan keperluan tugas akhir skripsi, sehingga penulis tidak pernah meminta uang kepada orang tua untuk biaya penelitian skripsi. Untuk biaya wisuda pun penulis juga hanya meminta sebagian saja kepada orang tua, sisanya penulis biayai sendiri. Selain dapat beasiswa selama dua tahun, penulis ketika kuliah S1 juga telah nyambi bekerja yaitu mengajar di MTs di desa sehingga penulis mempunyai pendapatan sendiri walau kecil.

Ada kejadian yang cukup menarik tentang pendidikan yang dijalankan orang tua untuk anak-anaknya. Sejak penulis sekolah tingkat SMA ke kota, penulis mulai dapat uang saku sebulan sekali, yaitu di awal bulan bersamaan dengan uang SPP. Sampai ketika kuliah S1 penulis tetap setiap bulannya mendapat uang saku yang masih diberikan sekali sebulan di awal bulan. Setelah wisuda bulan Maret, penulis tidak mempunyai firasat apa-apa. Penulis mengira semua akan tetap sama seperti saat belum wisuda. Tetapi ketika masuk bulan April, orang tua tidak memberikan uang saku lagi. Orang tua juga tidak mengatakan apa-apa kepada penulis kalau akan menghentikan pemberian uang saku bulanan, dan penulis pun juga tidak pernah menanyakan kepada orang tua. Penulis hanya menduga, mungkin karena sudah wisuda dan menjadi sarjana, maka sudah waktunya penulis harus mencari uang sendiri.

Orang tua penulis juga tidak pernah menyuruh penulis untuk segera melamar pekerjaan atau mencarikan informasi lowongan pekerjaan. Setelah acara wisuda seolah-olah kehidupan kembali seperti biasanya. Orang tua kembali dengan aktivitas seperti biasanya dan penulis sendiri juga kembali sibuk dengan aktivitas sendiri. Jadi seakan-akan orang tua sudah tidak peduli lagi dengan kelanjutan kehidupan penulis, padahal sebenarnya adalah oang tua justru menyerahkan sepenuhnya kepada penulis apa yang sebaiknya penulis lakukan. Orang tua memberikan kepercayaan dan tanggung jawab besar kepada penulis untuk berusaha sendiri dan menggunakan bekal ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk mencari pekerjaan.

Menyadari keinginan dan maksud orang tua agar penulis mampu hidup mandiri, maka penulis segera membuat beberapa surat lamaran pekerjaan dan mengirimkan ke beberapa sekolah atau lembaga pendidikan. Setelah wisuda penulis tetap setiap hari Ahad mengajar di MTs, sekolah almamater penulis. Selama rentang waktu menunggu kabar surat lamaran, penulis menyibukkan diri dengan aktivitas literasi yaitu membaca dan menulis. Hingga akhirnya tiga bulan kemudian satu persatu datang surat panggilan wawancara dari salah satu sekolah yang dulu penulis pernah memasukkan surat lamaran kerja. Setelah itu datang lagi beberapa tawaran untuk mengajar di beberapa sekolah. Hingga kalau penulis hitung, waktu itu total ada 5 kesempatan dan/atau tawaran bekerja dari beberapa sekolah. Dari 5 kesempatan tersebut, penulis hanya mengambil 2 kesempatan yang kemudian hari akhirnya penulis hanya mengambil 1 kesempatan saja bekerja sebagai guru kimia di SMA swasta di Solo.

Demikian cerita singkat tentang sosok pahlawan dalam kehidupan penulis yang tdak lain adalah orang tua penulis sendiri. Orang tua penulis memiliki gaya mendidik yang unik, yaitu menciptakan suasana yang demokratis dalam keluarga dan anak diberikan kesempatan dan tanggung jawab sendiri untuk mengembangkan diri potensi yang dimilikinya dan merancang masa depannya sendiri. Orang tua hanya membantu biaya pendidikan sampai lulus sarjana, setelah itu anak diberikan tanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan masa depannya sendiri dengan mencari pekerjaan yang disukai  sesuai bidang keahlian yang dimiliki. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca yang budiman. Amin. []

 

Gumpang Baru, 21 Desember 2020

 

____________________________________

*) Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc., ICT adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 36 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2, serta Trainer MindMap tersertifikasi ThinkBuzan iMindMap Leader dan Indomindmap Certified Trainer-ICT. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer