Oleh :
Agung
Nugroho Catur Saputro
Setiap tanggal 10 November, kita -bangsa
Indonesia- memperingati Hari Pahlawan Nasional. Mengapa hari pahlawan penting
kita peringati? Dan mengapa pahlawan perlu diberikan penghormatan berupa
peringatan hari pahlawan? Tentu kita semua mengetahui bahwa bangsa Indonesia
tidak akan bisa merdeka tanpa perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa
yang telah rela dan ikhlas gugus di medan perang demi mewujudkan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Para pahlawan yang telah gugur di medan
perang tersebut mungkin tidak pernah memikirkan apakah suatu saat nanti
diberikan gelar pahlawan atau tidak. Mereka dulu mungkin yang dipikirkan
hanyalah bagaimana dapat mendarmabaktikan hidupnya untuk memerdekakan bangsanya
yang telah ratusan tahun dijajah oleh bangsa asing. Mereka mungkin dulu tidak pernah
memikirkan apakah perjuangan mereka akan berhasil atau tidak, tetapi yang pasti
mereka telah ikut berkontribusi dalam upaya memerdekakan bangsanya sendiri dari
penjajahan bangsa lain. Kebanggaan dalam hidup mereka adalah ketika dapat
berguna bagi bangsanya.
Para pahlawan dalam berjuang merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia mungkin tidak berpikir apa yang akan mereka
dapatkan jika bangsanya telah merdeka. Mereka mungkin tidak memikirkan apakah
di kemudian hari mereka akan memperoleh piagam penghargaan sebagai pahlawan
nasional. Mereka dulu mungkin juga tidak memikirkan apakah setelah Indonesia
nanti merdeka, hidup mereka akan lebih baik? Mereka mungkin hanya berpikir
bagaimana caranya bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa lain. Mereka
mungkin hanya berpikir bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalani
kehidupan dengan tenang, damai, dan tenteram. Mereka dulu mungkin hanya berpikir
bahwa jika bangsa Indonesia merdeka, mereka dapat menjalankan ibadahnya dengan
tenang dan tanpa gangguan.
Lantas, sekarang bagaimana dengan kita
yang hidup di zaman ketika bangsa Indonesia telah merdeka. Bagaimana dengan
kita yang sejak dilahirkan tidak merasakan peperangan merebut kemerdekaan?
Bagaimana dengan kita yang sejak melihat dunia ini tidak pernah merasakan kejam
dan pedihnya penjajahan. Akankah kita masih tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan
ini? Akankah kita masih berpikir bahwa kemerdekaan itu tidak memerlukan
perjuangan? Akankah kita masih mempertanyakan mengapa bangsa Indonesia harus
memperingati hari pahlawan nasional?
Sebagai orang yang telah menikmati rasa
kebebasan dan kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawab bangsa, kita hendaknya
mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan memberikan kontribusi positif bagi
bangsa Indonesia. Rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan ini kita wujudkan
dalam bentuk berkarya dan berinovasi yang mendukung kemajuan bangsa Indonesia.
Apapun profesi yang kita jalani, seyogyanya dapat kita pergunakan untuk
memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Kita harus selalu
berprinsip bahwa dalam kehidupan ini apa yang telah kita berikan untuk bangsa
Indonesia, bukan malah sebaliknya apa yang telah diberikan bangsa Indonesia ke
kita. Kita harus menyadari bahwa kita dapat menikmati kemerdekaan sejak lahir
tanpa harus berjuang dulu untuk meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, tugas kita
hanyalah bagaimana cara kita membalas budi jasa para pahlawan bangsa dengan
mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dengan aktivitas-aktivitas yang positif
dan menciptakan kreasi dan inovasi untuk turut serta memajukan bangsa
Indonesia.
Dalam lingkup kenegaraan, kita memiliki
banyak pahlawan nasional yang telah gugur di medan perang melawan penjajah
untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Sedangkan dalam lingkup personal, setiap
orang pasti juga memiliki sosok pahlawan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupannya. Setiap tahap kehidupan yang sudah kita jalani, kita pasti
mempunyai sosok seseorang yang menjadi pahlawan. Jika kita melihat pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia daring, maka pengertian pahlawan adalah orang yang
menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang
yang gagah berani. Jika merujuk pengertian pahlawan menurut KBBI tersebut, maka
dapat kita pahami bahwa pahlawan itu tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui
negara. Pahlawan tidak terbatas pada orang yang gugur di medan perang merebut
kemerdekaan RI. Pengertian pahlawan dalam konteks personal lebih luas lagi.
Merujuk pada pengertian pahlawan menurut
KBBI di atas, maka setiap orang pasti memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa
pada kehidupannya. Sosok pahlawan tersebut telah berkorban sangat banyak demi
kepentingan orang lain. Pahlawan tersebut rela menomorduakan kebutuhan dan
keinginan pribadinya demi mendahulukan kepentingan orang lain. Siapakah sosok
pahlawan kehidupan tersebut? Siapakah seseorang yang telah mengabdikan sebagian
besar hidupnya hanya demi kepentingan orang yang ditolongnya? Bagaimana kita
seharusnya memperlakukan sosok pahlawa kehidupan tersebut? Bagaimana cara kita
mengenali sosok pahlawan kehidupan kita?
Untuk mengenali siapakah sosok pahlawan
kehidupan kita, langkahnya adalah pikirkan dan renungkan siapakah orang yang
sangat berjasa terhadap kehidupan kita? Siapakah orang yang paling banyak
berkorban untuk kepentingan hidup kita? Mungkin ada yang berpendapat bahwa
orang yang paling berjasa dan paling banyak pengorbanannya untuk kehidupannya
adalah orang tuanya. Pendapat ini bisa tepat dan bisa pula kurang tepat.
Mengapa? Karena tidak semua orang beruntung memiliki sosok orang tua yang
sangat peduli dengan kehidupan anaknya. Terjadinya kasus bayi dibuang
membuktikan bahwa orang tua belum tentu menjadi sosok pahlawan kehidupan. Bagi
orang-orang yang mengalami nasib kurang beruntung tersebut, bisa jadi sosok
yang menjadi pahlawan kehidupannya adalah orang tua angkatnya atau siapapun
yang telah menolongnya dan merawatnya dengan limpahan rasa cinta dan kasih
sayang hingga ia dewasa.
Apakah pahlawan kehidupan bagi setiap
orang itu hanya satu orang saja? Tidak ada batasan jumlah sosok pahlawan
kehidupan. Siapapun yang menurut pertimbangan kita telah sangat berjasa dan
melakukan pengorbanan yang sangat besar bagi perjalanan hidup kita, maka
orang-orang tersebut yang mungkin lebih dari seorang merupakan sosok pahlawan
kehidupan kita. Kepada orang-orang tersebut yang telah mengorbankan sebagian
besar hidupnya untuk kelangsungan hidup kita, maka kita hendaknya memperlaukan
mereka dengan sangat baik dan terhormat. Mereka layak mendapatkan penghormatan
tertinggi kita atas dedikasinya dalam membentuk kehidupan kita. Kita layak menempatkan
mereka di posisi tinggi dan terhormat dalam kehidupan kita.
Bagi penulis pribadi, yang menjadi sosok
pahlawan dalam kehidupan adalah orang tua penulis sendiri. Dalam perjalanan
kehidupan penulis, dalam perjalanan karier penulis, tidak ada sosok yang paling
berkorban demi penulis selain kedua orang tua. Selama meniti karier pekerjaan,
penulis merasa tidak pernah meminta tolong atau mendapatkan bantuan dari orang
lain. Semua jenjang karier yang penulis jalani sampai sekarang karena kompetensi
penulis, bulan karena jasa orang lain. Makanya sampai saat ini, penulis tidak
merasa mempunyai utang jasa kepada orang lain. Dalam bekerja, penulis merasa
bebas dari ikatan jasa orang lain. Dampaknya adalah penulis enjoy dalam
melakukan tugas-tugas pekerjaan tanpa mengkawatirkan apapun dan siapapun.
Bagi penulis, kedua orang tua penulis
adalah sosok pahlawan karena merekalah penulis bisa meraih capaian seperti
sekarang ini. Karena ajaran nilai-nilai
kehidupan yang mereka praktikkan langsung dalam kehidupan berkeluarga
sehari-hari, maka penulis mengerti dan memahami apa itu arti perjuangan, apa
itu arti keluarga, apa itu arti kebaikan, dan apa itu arti kehidupan. Orang tua
penulis tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, tetapi mereka bersemnagat
menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Walau untuk hidup
sehari-hari saja masih sering kekurangan, tetapi mereka bertekat anak-anaknya
harus melanjutkan kuliah, masalah biaya itu nanti saja dipikir. Yang penting
anak-anaknya bisa melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.
Karena
tekat dan keteguhan niat orang tua untuk mengkuliahkan anak-anaknya, maka kami
(anak-anak) juga berusaha meringankan beban orang tua dalam hal biaya kuliah. Penulis
sendiri berusaha menjalani proses belajar di perguruan tinggi dengan serius dan
harus mendapatkan prestasi yang baik. Alhamdulillah, karena serius dalam
belajar maka penulis memperoleh nilai IPK yang cukup tinggi sehingga akhirnya
mendapatkan beasiswa. Penulis pernah memperoleh dua jenis beasiswa, yaitu satu
tahun beasiswa Supersemar dan satu tahun beasiswa kerja mahasiswa. Dari uang
beasiswa tersebut, Alhamdulillah penulis mampu membiayai sebagian biaya kuliah
dan keperluan tugas akhir skripsi, sehingga penulis tidak pernah meminta uang kepada
orang tua untuk biaya penelitian skripsi. Untuk biaya wisuda pun penulis juga
hanya meminta sebagian saja kepada orang tua, sisanya penulis biayai sendiri. Selain
dapat beasiswa selama dua tahun, penulis ketika kuliah S1 juga telah nyambi
bekerja yaitu mengajar di MTs di desa sehingga penulis mempunyai pendapatan
sendiri walau kecil.
Ada kejadian yang cukup menarik tentang
pendidikan yang dijalankan orang tua untuk anak-anaknya. Sejak penulis sekolah
tingkat SMA ke kota, penulis mulai dapat uang saku sebulan sekali, yaitu di
awal bulan bersamaan dengan uang SPP. Sampai ketika kuliah S1 penulis tetap
setiap bulannya mendapat uang saku yang masih diberikan sekali sebulan di awal
bulan. Setelah wisuda bulan Maret, penulis tidak mempunyai firasat apa-apa. Penulis
mengira semua akan tetap sama seperti saat belum wisuda. Tetapi ketika masuk
bulan April, orang tua tidak memberikan uang saku lagi. Orang tua juga tidak
mengatakan apa-apa kepada penulis kalau akan menghentikan pemberian uang saku
bulanan, dan penulis pun juga tidak pernah menanyakan kepada orang tua. Penulis
hanya menduga, mungkin karena sudah wisuda dan menjadi sarjana, maka sudah
waktunya penulis harus mencari uang sendiri.
Orang tua penulis juga tidak pernah menyuruh
penulis untuk segera melamar pekerjaan atau mencarikan informasi lowongan
pekerjaan. Setelah acara wisuda seolah-olah kehidupan kembali seperti biasanya.
Orang tua kembali dengan aktivitas seperti biasanya dan penulis sendiri juga
kembali sibuk dengan aktivitas sendiri. Jadi seakan-akan orang tua sudah tidak
peduli lagi dengan kelanjutan kehidupan penulis, padahal sebenarnya adalah oang
tua justru menyerahkan sepenuhnya kepada penulis apa yang sebaiknya penulis lakukan.
Orang tua memberikan kepercayaan dan tanggung jawab besar kepada penulis untuk
berusaha sendiri dan menggunakan bekal ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk
mencari pekerjaan.
Menyadari keinginan dan maksud orang tua
agar penulis mampu hidup mandiri, maka penulis segera membuat beberapa surat
lamaran pekerjaan dan mengirimkan ke beberapa sekolah atau lembaga pendidikan. Setelah
wisuda penulis tetap setiap hari Ahad mengajar di MTs, sekolah almamater
penulis. Selama rentang waktu menunggu kabar surat lamaran, penulis menyibukkan
diri dengan aktivitas literasi yaitu membaca dan menulis. Hingga akhirnya tiga
bulan kemudian satu persatu datang surat panggilan wawancara dari salah satu
sekolah yang dulu penulis pernah memasukkan surat lamaran kerja. Setelah itu
datang lagi beberapa tawaran untuk mengajar di beberapa sekolah. Hingga kalau
penulis hitung, waktu itu total ada 5 kesempatan dan/atau tawaran bekerja dari
beberapa sekolah. Dari 5 kesempatan tersebut, penulis hanya mengambil 2
kesempatan yang kemudian hari akhirnya penulis hanya mengambil 1 kesempatan
saja bekerja sebagai guru kimia di SMA swasta di Solo.
Demikian cerita singkat tentang sosok
pahlawan dalam kehidupan penulis yang tdak lain adalah orang tua penulis
sendiri. Orang tua penulis memiliki gaya mendidik yang unik, yaitu menciptakan
suasana yang demokratis dalam keluarga dan anak diberikan kesempatan dan
tanggung jawab sendiri untuk mengembangkan diri potensi yang dimilikinya dan
merancang masa depannya sendiri. Orang tua hanya membantu biaya pendidikan
sampai lulus sarjana, setelah itu anak diberikan tanggung jawab untuk
menyiapkan dan merencanakan masa depannya sendiri dengan mencari pekerjaan yang
disukai sesuai bidang keahlian yang
dimiliki. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan dapat menginspirasi para
pembaca yang budiman. Amin. []
Gumpang
Baru, 21 Desember 2020
____________________________________
*) Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd.,M.Sc.,
ICT adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan
buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi tersertifikasi
BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 36 judul buku,
Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah
terakreditasi SINTA 2, serta Trainer MindMap tersertifikasi ThinkBuzan iMindMap
Leader dan Indomindmap Certified Trainer-ICT. Penulis dapat dihubungi melalui
nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun
Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar