Powered By Blogger

Minggu, 31 Januari 2021

BAGAIMANA MENCITRAKAN DIRI SEBAGAI ORANG ISLAM?

 

Sumber Gambar : Mengucap Saya Mu’min Insya Allah, Tidak Semudah Berbasa Basi (gadingpesantren.id)

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Pendahuluan

Islam adalah agama yang dibawa dan didakwahkan oleh baginda Rasulullah Muhammad Saw., berdasarkan wahyu yang diterima dari Allah Swt. Rasulullah Muhammad Saw.  mendakwahkan Islam secara damai dan disertai akhlakul karimah sehingga Islam dapat diterima di jazirah Arab dan akhirnya sampai ke seluruh penjuru dunia.

Dakwah Islam secara damai dan disertai suri tauladan yang baik. Islam tidak diajarkan dengan cara-cara yang melanggar hak asasi kemanusiaan. Ingat ketika peristiwa fathul makkah, dimana posisi umat Islam waktu itu sedang berada di puncak kemenangan, Rasulullah Saw., tidak memaksakan semua penduduk Mekkah harus masuk Islam. Rasulullah Saw., memberikan kebebasan kepada penduduk kota Mekkah- yang dulu pernah menghina, mencaci maki, dan menyakiti beliau dan umat Islam- untuk masuk Islam secara suka rela tanpa ada paksaan. Di situlah Rasulullah Saw., menerapkan prinsip dalam beragama yaitu “laa ikraaha fii ad-diin” yang artinya tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Agama tidak dapat dipaksakan. Orang masuk Islam harus secara sadar dan dengan kemauannya sendiri, bukan karena paksaan, iming-iming maupun intimidasi, tetapi karena ia melihat sendiri kebenaran ajaran Islam.

Hingga tahun 2020 jumlah umat Islam di seluruh dunia telah mencapai 1,9 milyar orang yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Jumlah umat Islam di seluruh dunia menempati urutan kedua terbesar setelah umat Kristen sebanyak 2,3 milyar yang merupakan gabungan dari umat Protestan dan Katolik (Yasmin, 2020). Data ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang bisa diterima oleh bangsa manapun. Islam diturunkan memang bukan hanya untuk penduduk Arab saja tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia. Walaupun termasuk kategori agama paling muda dibandingkan agama-agama pendahulunya, ternyata Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam hal jumlah pemeluknya mengalahkan beberapa agama lain.

Sejak dulu hingga sekarang, Islam selalu dicitrakan dengan kekerasan, kekejaman, dan terorisme. Seakan-akan di dunia ini Islam adalah agama yang paling disalahpahami oleh manusia, bahkan oleh pemeluknya sendiri. Pasca tragedi 11 September 2001 yang meruntuhkan menara WTC dan Pentagon, Islam di mana-mana diidentikan sebagai agama perang, agama teroris, agama kekerasan, dan gelar-gelar buruk lainnya (Marzuq, 2015 : xxii).

Saat ini, Islam dan Barat sering diposisikan berhadap-hadapan, Islam dan Barat seakan menjadi musuh yang tidak mungkin menyatu. Ada ribuan pandangan salah tentang Islam yang disebarkan ke penjuru dunia dengan berbagai cara, baik melalui media elektronik, media cetak, maupun media-media lainnya. Hasilnya adalah pandangan masyarakat internasional terhadap Islam pun semakin jauh dari hakikat Islam (Marzuq, 2015 : xxiii).

Di samping orang luar yang salah memahami Islam, memang disadari bahwa di kalangan umat Islam sendiri masih banyak yang belum paham dengan agamanya sendiri. Tidak sedikit kaum muslimin yang mengaku berpegang teguh dengan Islam, tapi mereka tidak tahu apa itu Islam. Mereka mengetahui Islam hanya berdasarkan berita-berita di internet, media sosial, dan media massa yang kebenarannya tidak terjamin. Akibatnya, pemahaman mereka terhadap Islam pun dengan mudah terpengaruh oleh apa yang digaungkan oleh tuduhan-tuduhan di luar Islam. Di samping tidak tahu, banyak juga kaum muslimin yang fanatik terhadap golongannya sehingga menimbulkan ekstremisme. Mereka ini jauh lebih berbahaya dari yang tidak tahu. Mereka itulah yang sering konflik dengan sesama muslim (Marzuq, 2015 : xxv).

Munculnya fenomena orang-orang mualaf -yang seharusnya lebih banyak belajar lagi tentang Islam- malah dianggap sebagai “ustadz” dan diberikan mimbar untuk berbicara tentang Islam- yang pastinya pengetahuan dan pemahamannya tentang Islam masih minim-, menunjukkan fakta bahwa ada sebagian umat Islam yang tidak paham Islam. Apakah logis, orang Islam belajar tentang agama Islam kepada orang yang baru masuk Islam? Seharusnya belajar Islam itu kepada para ulama yang ahli ilmu agama Islam, bukan kepada orang yang baru masuk Islam. Fenomena lain adalah munculnya ustadz-ustadz yang kalau ceramah provokatif dan berisi ujaran-ujaran kebencian. Inilah permasalahan di kalangan kaum muslimin sendiri.

Dari berbagai persoalan di atas, mengakibatkan citra Islam menjadi buruk dan terpuruk. Islam diidentikkan dengan terorisme dan kejahatan kemanusiaan. Kondisi semacam ini harus segera dihilangkan. Pandangan bahwa umat Islam itu jahat dan suka kekerasan harus segera diubah menjadi umat yang suka perdamaian dan penuh kasih sayang. Islam harus kembali dicitrakan sebagai agama yang cinta damai dan keselamatan. Lantas, bagaimana cara umat Islam mencitrakan diri sebagai umat yang baik, ramah dan damai?

Makna Islam

Sebelum kita membahas bagaimana seharusnya orang Islam bersikap dan berperilaku, maka kita harus memahami dahulu makna dari kata Islam. Jangan sampai kita mengaku umat Islam tapi tidak tahu dan tidak paham arti dari agama sendiri.

Definisi Islam dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang bahasa dan sudut pandang istilah. Bagaimana pengertian Islam menurut bahasa? Islam secara bahasa berarti tunduk dan pasrah. Menurut Abu Bakar Muhammad Basyar, seorang ulama Islam abad ke-2 H, seorang muslim memiliki dua pengertian, yaitu pertama, orang yang tunduk terhadap perintah Allah Swt., dan kedua, orang yang memasrahkan dan mengikhlaskan segala ibadahnya hanya kepada Allah Swt. Berdasarkan definisi secara bahasa ini, maka semua nabi- dari nabi Adam as. hingga nabi Muhammad Saw.- adalah muslim (orang yang berserah diri), karena para nabi adalah orang-orang dengan tingkatan penyerahan diri kepada Allah Swt., paling tinggi (Marzuq, 2015 : 5).

Beberapa ayat Al-Qur’an yang mendukung pendapat bahwa semua nabi adalah muslim adalah sebagai berikut.

1.        Perkataan nabi Nuh as. dalam QS. Yunus : 72

2.        Doa nabi Ibrahim as. dalam QS. Al-Baqarah : 128

3.        Pesan nabi Ya’qub as. kepada anak keturunannya dalam QS. Al-Baqarah : 132

4.        Perintah nabi Musa as. kepada umatnya dalam QS. Yunus : 84

5.        Doa nabi Yusuf as. dalam QS. Yusuf : 101

Adapun secara istilah Islam diartikan sebagai ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., dari Allah Swt., melalui perantara malaikat Jibril as. Dengan menggunakan dasar pengertian Islam secara istilah ini, maka seorang muslim hanyalah orang-orang yang mengakui dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Siapa saja yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad Saw. tidak dapat disebut muslim. Atas dasar ini, maka nabi-nabi sebelum Rasulullah Muhammad Saw., dan pengikutnya tidak bisa diartikan sebagai muslim karena bagaimana mungkin mereka dikatakan muslim padahal agama Islam baru lahir pada masa Rasulullah Saw., sedangkan mereka hidup jauh sebelum Rasulullah Saw (Marzuq, 2015 : 7).

Jauhar Ridloni Marzuq dalam bukunya “Inilah Islam” menegaskan bahwa betapa pun kepasrahan seseorang, jika dia tidak mengakui ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., maka dia tidak bisa dikatakan sebagai seorang muslim. Inilah pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh seorang muslim. Jangan sampai orang Islam itu bingung dengan perkataan “Pemeluk agama lain juga pasrah dan tunduk pada Tuhan, berarti mereka juga disebut muslim dong?” Harus kita tegaskan bahwa meskipun pemeluk agama lain tersebut pasrah dan tunduk pada Tuhan, selama mereka tidak mau mengakui dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw., maka mereka bukanlah seorang muslim (Marzuq, 2015 : 7 & 9).

Mengambil Hikmah dari Tujuan Agama Islam

Islam diturunkan ke umat manusia untuk tujuan menyebarkan rahmatan lil’alamin. Dari sini kita pasti paham bahwa agama Islam itu adalah agama yang menjunjung tinggi kedamaian, keselamatan, kerukunan, dan ketenteraman. Maka menjadi orang Islam berarti menjadi orang yang selalu mengedepankan keselamatan dan perdamaian. Orang Islam adalah orang yang menjadi penyelamat dan keamanan bagi orang lain.

Kata “Islam” sendiri, dari sisi bahasa berasal dari kata yang sama dengan “salam” (kedamaian), yaitu sin, lam, mim. Selain kedamaian, salam juga berarti keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan. Ketika Nabi Saw., dan para sahabat pertama kali memasuki kota Madinah, beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, sambunglah silaturahim, berilah makan orang yang membutuhkan, dan sholat malamlah ketika manusia terlelap, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

As-salam (kedamaian) adalah salah satu prinsip utama yang ditanamkan Islam dalam jiwa pemeluknya. Kedamaian haruslah menjadi bagian penting dari kepribadian setiap muslim, karena kehadiran Islam tak lain adalah untuk menyucikan kehidupan pemeluknya. Mari kita perhatikan sabda Rasulullah Saw berikut ini. “Seorang muslim adalah orang yang terbebas dari (kejahatan) lisan dan tangannya. Dan muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah darinya”. (HR. Bukhari). Juga hadis Rasulullah Saw., berikut ini, “Seorang mukmin bukanlah pencaci, penghina, pelaku perbuatan munkar, dan tidak pula pembual perkataan kotor”. (HR. Ahmad). (Marzuq, 2015 : 31 & 33)

Jadi jelas sekali bahwa orang Islam yang tidak suka perdamaian, jiwanya selalu tidak tenteram, pikirannya tidak pernah tenang, batinnya selalu cemas, dan hidupnya selalu dipenuhi kecurigaan dan permusuhan, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut salah dalam memahami ajaran Islam.

Menjadi Pribadi yang Bercitra Islam

Orang Islam adalah orang baik dan suka kebaikan. Orang Islam adalah orang baik yang cinta perdamaian. Orang Islam adalah orang yang ramah yang suka berbuat manfaat untuk orang lain. Prof. Quraish Shihab menyatakan bahwa dalam kehidupan keseharian, jika tidak dapat memberi manfaat kepada orang lain, seorang muslim paling tidak jangan sampai mencelakakannya; kalau tidak dapat memasukkan rasa gembira ke hati orang lain, paling tidak jangan sampai meresahkannya; dan kalau tidak dapat memujinya, paling tidak jangan mencelanya (Shihab, 2017 : 265). Jadi, sikap seorang muslim adalah selalu melakukan kebaikan, yaitu melakukan kebaikan manfaat bagi orang lain, tetapi jika tidak mampu lebih baik memilih melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri, yaitu dengan cara mencegah dirinya dari melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Dalam berbicara pun, seorang muslim harus mampu berkata-kata yang baik dan bermanfaat, jika tidak mampu maka lebih baik diam. Diam adalah lebih baik daripada berkata-kata tapi menyakiti orang lain. Jadi, semua sikap dan akhlak seorang muslim hanya ada kebaikan dan kebaikan, tidak ada perbuatan tidak baik. Islam memerintahkan orang Islam selalu melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia. Hal ini ditegaskan oleh Sayyidina Ali ra., “Kalau dia bukan saudaramu seagama, maka dia adalah saudaramu  sekemanusiaan”. Jadi tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak berbuat baik kepada siapapun sesama umat manusia (Shihab, 2017 : 264).

Beberapa ajaran Islam yang harus menjadi panduan umat muslim dalam bersikap dan berperilaku adalah sebagai berikut:

1. Islam adalah agama damai. Umat Islam adalah umat yang cinta perdamaian dan keselamatan.

Sabda Rasulullah Saw.

Seorang muslim adalah orang yang terbebas dari (kejahatan) lisan dan tangannya”. (HR. Bukhari)

Seorang mukmin bukanlah pencaci, penghina, pelaku perbuatan munkar, dan tidak pula pembuat perkataan kotor”. (HR. Ahmad)

2.  Islam adalah agama yang mudah dan tidak membebani melebihi kemampuan manusia. Islam suka kemudahan dan tidak mempersulit.

Firman Allah Swt.

Aku tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS. Al-Baqarah [2] : 286)

Sabda Rasulullah Saw.

Permudahlah dan jangan kau persulit. Berilah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti. Saling bantu-membantulah dan jangan saling berselisih”. (HR. Bukhari)

3.   Islam adalah agama yang fleksibel.

Di antara hal yang membuat Islam mudah adalah ajaran-ajarannya yang sebagian besar bersifat fleksibel dan bisa berubah seiring dengan perbedaan waktu, tempat, dan kondisi. Perintah sholat dilakukan dengan berdiri, tetapi seseorang yang tidak bisa berdiri maka boleh ia sholat dengan duduk, jika duduk tidak bisa maka boleh dengan berbaring, atau posisi lain yang ia bisa lakukan. Puasa Ramadhan wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimat, tetapi bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan wajib mengganti di hari lain di luar bulan Ramadhan. Demikian fleksibelnya ajaran agama Islam. Ajaran-ajarannya mudah dan tidak mempersulit umatnya. Dalam buku Inilah Islam, Jauhar Ridloni Marzuq (2015 : 45) mengisahkan bahwa dulu iman Syafi’i mempunyai kumpulan fatwa ketika beliau di Irak. Tetapi ketika beliau berada di Mesir, kumpulan fatwa tersebut sebagiannya berubah karena memang terdapat perbedaan kondisi antara Irak dan Mesir.

4.         Islam adalah agama toleran. Islam sangat menghargai perbedaan. Dalam Islam, perbedaan adalah rahmat. Islam melarang saling berselisih. Berbeda-beda adalah takdir Allah. Allah Swt. menegaskan adanya perbedaan dalam ciptaan-Nya.

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki  dan seorang perempuan dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

5.   Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kebebasan. Islam tidak memaksakan orang masuk Islam.

Firman Allah Swt.

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2] : 256).

6.    Islam adalah agama moderat.

Islam adalah agama yang moderat yang selalu mengajak kepada keseimbangan dalam segala hal. Ekstremisme (tatharruf) dan berlebih-lebihan (ghuluw adalah masalah yang sangat ditentang oleh Islam, apa pun sebab dan alasannya. Berlebih-lebihan dalam beragama adalah sebuah fenomena yang dilakukan oleh pemeluk agama-agam sebelum Islam yang membuat mereka musnah dan punah. Allah Swt., mencegah umat Islam, sebagai umat agama terakhir dan satu-satunya agama yang diridlai-Nya, dari perbuatan yang berlebih-lebihan, agar umat-Nya tidak terperosok ke dalam lubang yang pernah menjerat para pemeluk agama-agama sebelumnya.

Di kalangan umat Islam memang tidak dinafikan bahwa telah terjadi fenomena ekstremisme dan berlebih-lebihan dalam beragama. Contohnya aliran Muktazilah yang terlalu berlebihan dalam menggunakan logika sehingga membuat dalil-dalil agama terpinggirkan. Di sisi lain ada kelompok Dzahiriyah yang hanya terpaku pada teks, sehingga mengesampingkan hokum-hukum akal, seperti qiyas, yang sejatinya berfungsi menghukumi teks tersebut.

Ketika ada tiga orang sahabat yang mengatakan ada yang akan sholat sepanjang malam tanpa tidur, ada yang akan berpuasa sepanjang tahun, dan ada yang tidak akan menikahi wanita agar dapat beribadah secara totalitas, maka Rasulullah Saw., bersabda kepada mereka.

Demi Allah, aku adalah orang paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, sekaligus paling bertakwa kepada-Nya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku sholat dan tidur pula, dan aku pun menikahi wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunahku, tidaklah ia termasuk dari bagianku.” (HR. Bukhari)

7.    Islam adalah agama yang sangat mendorong umatnya untuk selalu berpikir.

Firman Allah Swt.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah [88] : 17-20)

8.    Islam adalah agama yang anti kemalasan. Islam sangat menjunjung tinggi orang-orang yang bekerja keras.

Firman Allah Swt.

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9] : 105)

9.    Islam adalah agama yang mendorong umatnya menjadi umat yang maju, pandai dengan menjunjung tinggi orang yang menuntut ilmu.

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah [58] : 11)

10.  Dan lain sebagainya.

Beginilah seharusnya profil sosok orang Islam. Setiap orang Islam harus mencitrakan diri sebagai umat Islam yang sebenarnya. Siapapun yang dekat dan bergaul dengan orang Islam harusnya merasa tenang, tenteram, dan damai serta merasa aman.

Penutup

Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin). Islam turun dibawakan oleh baginda Rasulullah saw melalui dakwah yang mengutamakan akhlakul karimah. Islam disampaikan secara damai karena Islam adalah agama perdamaian. Maka setiap orang Islam harus mencitrakan dirinya sebagai orang Islam dengan sikap dan perilakunya  penuh kebaikan. Aura orang Islam adalah aura kedamaian, ketenteraman, dan ketenangan. Siapapun yang berinteraksi dengan orang Islam harus merasa aman dan damai tanpa rasa takut dan kawatir sedikitpun. Inilah profil sosok orang Islam yang seharusnya. WaAllahu a’alam. []

 

Daftar Pustaka

Marzuq, J. R. (2015). Inilah Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Shihab, M. Q. (2017). Islam yang Saya Pahami: Keragaman Itu Rahmat. Tangerang: Lentera Hati.

Yasmin, P. (2020, Des   14:55 WIB). Agama Terbesar di Dunia 2020 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya. Retrieved January 31, 2021, from Detiknews website: https://news.detik.com/berita/d-5279850/agama-terbesar-di-dunia-2020-berdasarkan-jumlah-pemeluknya

 

 __________________________

Profil Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahapeserta didik doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 46 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Jumat, 29 Januari 2021

MUNGKINKAH MOTIVASI BELAJAR SISWA BERUBAH?

 

Sumber Gambar : Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa » PUSTAKA EDUKASI (lamaccaweb.com)

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

             Jika kita perhatikan bayi yang sedang tumbuh dan berkembang, maka kita akan melihat bagaimana bayi kecil tersebut belajar melakukan hal-hal yang baru, seperti belajar tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan lain sebagainya. Bayi menunjukkan keinginan yang besar untuk mengenali potensi pada dirinya dan mengenali dunia sekitarnya. Apakah kita pernah melihat bayi putus asa dari belajar mengenal dunia sekitarnya? Jawabannya adalah tidak. Hal itu menunjukkan bahwa bayi memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari kemampuan-kemampuan baru dan mengenali dunia sekitarnya.

            Tetapi perhatikan anak remaja yang menunjukkan keengganan untuk belajar atau mencoba hal-hal baru. Mengapa seseorang yang ketika masih bayi punya semangat yang tinggi untuk belajar dan mencoba hal-hal baru, tetapi ketika besar semangatnya menjadi kendor? Mungkinkah motivasi itu bisa berubah? Kalau motivasi seseorang bisa berubah karena faktor lain, berarti sebaliknya motivasi seseorang itu juga bisa dibangkitkan kembali.

            Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bersifat fluktuatif, kadang naik dan kadang turun. Motivasi sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor dari luar diri sendiri. Dengan demikian, dalam konteks pembelajaran, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar maupun motivasi berprestasi pada peserta didik menjadi sangat penting. Baik guru maupun peserta didik perlu mengenali faktor-faktor apa saja yang dapat membuat motivasi belajar peserta didik turun dan faktor apa saja yang mampu membangkitkan atau meningkatkan motivasi belajar dan motivasi berprestasi peserta didik.

Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (KBBI Online, 2021). Sedangkan menurut Robb & Letts (2004 : 3), motivasi adalah hasrat untuk bergerak, antusiasme untuk melakukan suatu perubahan, dan tekad untuk mencari cara untuk memulai.

Ibarat motor penggerak, motivasi diperlukan oleh peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi yang dimiliki seorang peserta didik akan meningkatkan usaha, inisiatif, dan prestasi belajar. Motivasi yang datang dari dalam diri atau dikenal sebagai motivasi intrinsik memiliki daya dorong lebih kuat daripada motivasi dari luar diri atau motivasi ekstrinsik (Sofia, 2019 : 22). Schunk (1991) dalam Sofia, (2019 : 22) menyatakan bahwa peserta didik yang termotivasi secara intrinsik menunjukkan keterlibatan yang lebih dalam aktivitas pembelajaran, mengerjakan tugas dengan sukarela, berhasrat mempelajari materi pelajaran, memproses informasi lebih efektif, dan memperoleh hasil lebih baik.

            Robb & Letts (2004) memberikan ciri-ciri anak yang mempunyai motivasi belajar tinggi, yaitu :

1.        Memiliki keinginan untuk belajar.

2.        Memberi kesempatan dirinya untuk belajar.

3.        Ingin tahu seberapa jauh mereka dapat mengambil sesuatu.

4.        Mengetahui bahwa mencoba itu lebih baik daripada mundur.

5.        Merasa yakin bahwa mereka dapat memikirkan sesuatu.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Guru dan peserta didik perlu mengetahui fakto apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, baik pengaruh positif (meningkatkan) maupun pengaruh negatif (menurunkan). Dengan mengenali factor-faktor tersebut, peserta didik maupun guru mampu mengantisipasi dan memperbaiki jika motivasi belajar peserta didik menurun.

Motivasi berasal dari dalam diri (faktor internal) dan dari luar diri (faktor eksternal). Robb & Letts (2004) dalam bukunya “Creating Motivated Kids” menjelaskan bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri kita adalah berasal dari sesuatu yang kita anggap : mungkin, masuk akal, kita dapat melakukannya, dan kita harus melakukannya. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri kita adalah apa yang kita anggap : kita mungkin dapat memperolehnya, atau kita mungkin dapat kehilangan (Robb & Letts, 2004 : 4).

Pada umumnya kita ingin dapat memotivasi diri kita sendiri untuk melakukan lebih dari apa yang kita lakukan pada saat itu. Kita memotivasi diri kita dengan memikirkan imbalan, misalnya kehidupan kita akan lebih baik, prestasi belajar kita akan meningkat, penghasilan kita akan bertambah, bisnis kita akan lebih menguntungkan, keluarga kita akan lebih harmonis, dan lain sebagainya. Kadang-kadang motivasi kita itu berhasil. Kita terus bergulir. Segala sesuatu tampak mungkin. Kita mulai mencari berbagai cara untuk memperbaiki kehidupan kita. Tetapi kadang-kadang motivasi lenyap.

Ternyata motivasi itu bersifat fluktuatif, kadang muncul dan kadang hilang. Andai saja kita dapat menemukan motivasi yang berhasil memacu kita setiap saat, maka alangkah indahnya kehidupan kita ini. Tapi, mungkinkah? Apakah ada cara untuk memotivasi diri kita setiap saat? Jawabannya adalah tidak. Mengapa? Karena kita manusia. Menjadi manusia artinya keinginan kita lebih besar daripada waktu, tenaga dan uang kita untuk mewujudkan keinginan itu. Apa yang dapat kita lakukan hanyalah kita pandai-pandai memotivasi diri kita untuk melakukan hal-hal tertentu, bukan semua hal (Robb & Letts, 2004).

Lantas, bagaimana cara kita mempertahankan motivasi diri? Penting untuk kita pahami bahwa motivasi itu bisa berbahaya. Bisa saja kita baru memulai melakukan sesuatu, tapi tiba-tiba berhenti. Kita tiba-tiba tidak ingin melanjutkan melakukan sesuatu tersebut, padahal awalnya kita sangat bersemangat melakukannya. Menurut Robb & Letts (2004 : 8), memahami apa yang dapat menghilangkan motivasi itu sama pentingnya dengan mengetahui apa yang dapat memotivasi kita, dan memahami apa yang menghilangkan motivasi juga akan membantu kita untuk mengetahui kapan motivasi kita terancam. Jika tidak, kita akan kehilangan motivasi sendiri tanpa tahu mengapa. Ketika kita mengetahui apa yang dapat menghilangkan motivasi, kita dapat melakukan sedikit penyesuaian untuk melindungi motivasi kita.

Apa saja yang dapat menghilangkan motivasi kita? Robb & Letts (2004:8) telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat menghilangkan motivasi seseorang, yaitu :

1.        Kejenuhan.

2.        Kegagalan.

3.        Memutuskan bahwa sesuatu terlalu sulit.

4.        Tidak ada kesempatan.

5.        Tidak ada waktu.

6.        Tidak ada bahan.

7.        Tidak ada ide.

8.        Tidak ada dukungan.

9.        Kebingungan.

10.    Keletihan.

11.    Hal-hal lain yang perlu dikerjakan.

12.    Kecemburuan.

13.    Tidak mengetahui bagaimana sesuatu akan memberikan manfaat.

14.    Tidak mau ambil risiko.

15.    Tidak mau mencoba.

16.    Tidak tahu bagaimana melakukannya.

17.    Kekecewaan.

18.    Tidak dipuji.

19.    Tidak diberi imbalan.

20.    Tidak menjadi yang terbaik.

21.    Merasa bahwa apa yang perlu dilakukan tidak berharga untuk dilakukan.

22.    Merasa dimanfaatkan oleh orang lain.

23.    Merasa tidak dihargai.

Dengan mengetahui daftar penghilang motivasi yang begitu panjang, maka adalah hal yang luar biasa jika seseorang berhasil mempertahankan motivasinya. Ternyata untuk menghindarkan diri dari perasaan di daftar tersebut di atas adalah usaha yang tidak mudah. Tanpa ada factor penyeimbang atau penetral dari perasaan negatif di atas, maka mustahil seseorang mampu mempertahankan motivasinya. Lalu, faktor apakah yang membuat seseorang tetap mampu mempunyai motivasi? Robb & Letts (2004 : 9) memberikan petunjuk perasaan yang mampu membuat seseorang tetap mempunyai motivasi, yaitu perasaan :

1.        Gembira.

2.        Puas.

3.        Lega.

4.        Bangga.

5.        Terlibat.

6.        Suka.

7.        Aman.

8.        Siap.

9.        Seimbang.

10.    Senang.

11.    Terhormat.

12.    Dipercaya.

13.    Dihargai.

Robb & Letts (2004 : 11) menambahkan, agar motivasi berhasil maka hal-hal penting yang perlu diingat setiap orang adalah :

1.        Tetap optimis.

2.        Membuat keputusan.

3.        Tidak membiarkan diri dihantui oleh kemunduran.

4.        Mengenali dan menggunakan sumber daya yang dimiliki.

 

Daftar Pustaka

KBBI Online. (2021). Arti kata motivasi—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Retrieved January 21, 2021, from https://kbbi.web.id/motivasi

Robb, J., & Letts, H. (2004). Creating Motivated Kids. Yogyakarta: Torrent Books.

Sofia, E. (2019). Underachiever: Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Surakarta: Metagraf.

 

 

BIODATA

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahapeserta didik doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 46 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Postingan Populer