Powered By Blogger

Jumat, 22 Januari 2021

URGENSI MERDEKA [DALAM] BELAJAR BAGI ANAK DIDIK

 

Sumber Gambar : MERDEKA BELAJAR, BELAJAR MERDEKA | Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (disdikkbb.org)


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Belajar merupakan kebutuhan asasi manusia. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali potensi diri dan kemampuan oleh Allah Swt, Tuhan yang Maha Menciptakan, agar seiring pertumbuhan dan perkembangannya anak dapat belajar mengoptimalkan kemampuannya tersebut untuk menjalani kehidupan. Potensi kemampuan yang dititipkan oleh Allah swt tersebut bersifat laten, maksudnya adalah kemampuan tersebut masih terpendam dalam diri anak, dimana potensi tersebut tidak akan muncul jika anak tidak  mengeksplorasi dirinya sendiri dalam lingkungan belajar yang tepat dan kondusif.

Potensi diri dikaruniakan oleh Allah swt, Tuhan yang Maha Adil, kepada semua makhluk-Nya tersebut hanya akan dapat berkembang dengan baik jika setiap anak berada di lingkungan yang mendukung terjadinya proses belajar dan ada keinginan dari masing-masing anak untuk belajar. Tanpa ada keinginan untuk belajar dan keberadaan lingkungan belajar yang mendukung, maka potensi diri yang dimiliki setiap anak  hanyalah sebatas potensi yang terpendam dan tidak akan bermanfaat apa-apa bagi pemiliknya. Di sinilah pentingnya motivasi belajar dan lingkungan belajar yang tepat.

Setiap orang tua harus memahami konsep tempat atau lingkungan belajar. Orang tua harus dapat menyediakan tempat belajar yang tepat bagi anak agar anak dapat mengeksplorasi kemampuan atau potensi dirinya. Tanpa keberadaan lingkungan belajar yang tepat, anak akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Jika proses belajarnya terhambat, maka anak tidak akan dapat mengeksplorasi dan mengenali kemampuan-kemampuan dirinya yang masih terpendam.

Setiap anak berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sebebas-bebasnya dan kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengenali potensi diri apa saja yang telah dikaruniakan oleh Tuhannya dan mengoptimalkan potensi dirinya tersebut untuk kemanfaatan kehidupannya. Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anaknya dalam mengenali potensi dirinya dan memberikan dukungan agar anak-anaknya dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal dengan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif atau mengirimkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga pendidikan yang mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik dan mampu menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi anak.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi orang tua untuk pembenaran diri karena tidak bisa mendampingi anaknya belajar dengan alasan tidak paham materi pelajaran anak atau karena mereka sibuk bekerja. Jika orang tua mempunyai kemampuan untuk mendampingi proses belajar anaknya, maka itu adalah pilihan terbaik. Tetapi jika orang tua tidak memiliki kompetensi yang mendukung atau kurang memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi anak-anaknya belajar, maka mereka dapat meminta tolong pihak lain yaitu lembaga pendidikan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya dengan konsekuensi mengganti biaya operasional pendidikan.

Tempat atau lingkungan belajar (tempat pendidikan) sebenarnya tidak hanya sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pemahaman tentang tempat pendidikan ini penting dimiliki setiap orang tua agar tidak salah dalam mendidik atau memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Tanpa mengetahui dan memahami konsep tempat belajar yang benar, maka kemungkinan besar orang tua akan memiliki mind set yang keliru tentang tempat pendidikan, dan dampaknya ke anak-anak karena mereka tidak mendapatkan tempat atau lingkungan belajar dan bahkan suasana belajar yang seharusnya.

Di manakah tempat pendidikan (tempat belajar) itu? Semua tempat merupakan tempat belajar bagi anak. Di rumah (keluarga) anak bisa belajar. Ketika bermain dengan teman-temannya, anak juga bisa belajar. Ketika anak remaja aktif di kegiatan Karang Taruna sebenarnya ia juga sedang belajar. Seorang pemuda aktif di ikatan remaja masjid juga termasuk sedang belajar. Anak berada di sekolah, pondok pesantren, madrasah, bimbingan belajar, dll juga termasuk sedang belajar. Jadi pengertian tempat atau lingkungan belajar itu sangat luas sekali.

Karena pengertian tempat belajar itu sangat luas dan jenisnya banyak sekali, maka perlu ada pengelompokkan agar lebih mudah dipahami oleh para orang tua. Sejak 1935, Ki Hajar Dewantara telah mengemukakan pendapatnya mengenai “Tripusat Pendidikan”, yaitu keluarga, sekolah, dan gerakan kepemudaan. Menurut Ki Hajar Dewantara, masing-masing pusat pendidikan tersebut mempunyai tujuan yang khas, namun tetap berhubungan satu dengan yang lain (Tilaar, 2015).

Sementara itu, K.H. Zainuddin Fananie (1934) menyatakan bahwa tempat pendidikan terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu rumah, sekolah, dan di luar dari keduanya tersebut, yaitu lingkungan dalam pergaulan masyarakat umum (sosial). Pendidikan rumah adalah asas bagi segala pendidikan sesudahnya. Asas pendidikan dalam rumah ialah ‘kasih sayang” dan “kecintaan”. Asas hidup dalam dunia pergaulan umum ialah “keadilan” dan “kebenaran”. Sedangkan asas pendidikan sekolah ialah kedua-duanya, yaitu “kasih sayang” dan “keadilan” atau “kecintaan” dan “kebenaran” sebagai jembatan untuk menghubungkan kedua ruangan tersebut. Di dalam rumah, orang tualah yang menjadi pendidik. Di sekolah, gurulah yang mempunyai tanggung jawab pendidikan. Dalam dunia pergaulan, masing-masing diri yang mengalamilah yang menjadi pendidik, yang mempunyai kewajiban mengatur diri dan bertanggung jawab atas segala sesuatunya. Itulah pendidik yang paling berkuasa dan yang paling penting (Fananie, 2011).

Setiap anak memerlukan kebebasan atau kemerdekaan dalam proses belajarnya. Anak-anak akan mampu belajar dengan maksimal dalam mengembangkan potensi dirinya hanya jika mereka merasa aman dari segala macam tekanan dan intimidasi. Proses belajar anak akan bisa maksimal hanya jika mereka merasa merdeka menjadi diri sendiri. Mereka belajar apa yang mereka sukai. Mereka belajar sesuatu karena mereka enjoy dan senang mempelajarinya. Perhatikan perilaku anak-anak balita. Mereka cepat sekali menyerap pengetahuan dari lingkungan sekitarnya. Anak balita bahkan mudah sekali mengimitasi (meniru) ucapan orang tuanya. Mengapa anak-anak balita bisa melakukan itu semua? Jawabannya karena mereka belajar dengan merdeka dan tanpa tekanan apapun.

Dr. Francois L. Severe (2005) dalam bukunya “Simple Step for Succesful Kids” memberikan saran-saran sederhana bagi para orang tua agar anaknya dapat mencetak kesuksesannya, yaitu pilihlah model peran yang baik, kembangkan irama kehidupan yang tertata, manfaatkan apa yang telah dimiliki semaksimal mungkin, bertahanlah dan berusahalah sekeras mungkin, janganlah pernah takut mencoba hal baru, jadilah seorang teman yang setia, dan jadilah seorang pemain tim yang berkualitas (Severe, 2005). Itulah daftar langkah-langkah sederhana yang disarankan oleh beliau kepada para orang tua agar mampu mendampingi dan memberikan kemerdekaan kepada anak-anaknya untuk belajar dan mencetak prestasi dirinya.

Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa setiap anak memerlukan kebebesan dan kemerdekaan dalam belajarnya. Setiap anak membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif bagi proses kembang dirinya guna mengeksplorasi dan mengembangkan potensi diri dan bakat minatnya. Peran orang tua adalah memberikan kebebasan dan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan mengenali potensi dirinya agar ia mampu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Orang tua cukup memberikan panduan atau rambu-rambu pada anak ketika belajar. Lingkungan belajar yang merdeka, kondusif akan mendukung terjadinya proses belajar yang baik dan akan mampu menjadikan setiap anak dapat mengeksplorasi sebanyak-banyaknya potensi diri karunia Tuhannya dan menjadikan dirinya manusia-manusia yang berkualitas di kemudian hari. WaAllahu A’lam. []

 

Daftar Pustaka

Fananie, K. H. R. Z. (2011). Pedoman Pendidikan Modern. Surakarta: Tinta Medina.

Severe, F. L. (2005). Langkah Sederhana Mencetak Anak Sukses (Translate from Simple Step for Succesful Kids). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Tilaar, H. A. R. (2015). Pedagogik Teoritis untuk Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

  

 

BIODATA PENULIS

 

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menegah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd.) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA di penerbit CV. Putra Nugraha, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), dan Auditor internal Certified Internal Quality Audit (CIQA) ISO 9001 : 2008, serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader-C.TBIL (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer