Sumber Gambar : Mengucap Saya Mu’min Insya Allah, Tidak Semudah Berbasa Basi (gadingpesantren.id) |
Oleh :
Agung
Nugroho Catur Saputro
Pendahuluan
Islam adalah agama yang
dibawa dan didakwahkan oleh baginda Rasulullah Muhammad Saw., berdasarkan wahyu
yang diterima dari Allah Swt. Rasulullah Muhammad Saw. mendakwahkan Islam secara damai dan disertai akhlakul karimah sehingga Islam dapat
diterima di jazirah Arab dan akhirnya sampai ke seluruh penjuru dunia.
Dakwah Islam secara
damai dan disertai suri tauladan yang baik. Islam tidak diajarkan dengan
cara-cara yang melanggar hak asasi kemanusiaan. Ingat ketika peristiwa fathul makkah, dimana posisi umat Islam
waktu itu sedang berada di puncak kemenangan, Rasulullah Saw., tidak memaksakan
semua penduduk Mekkah harus masuk Islam. Rasulullah Saw., memberikan kebebasan
kepada penduduk kota Mekkah- yang dulu pernah menghina, mencaci maki, dan
menyakiti beliau dan umat Islam- untuk masuk Islam secara suka rela tanpa ada
paksaan. Di situlah Rasulullah Saw., menerapkan prinsip dalam beragama yaitu “laa ikraaha fii ad-diin” yang artinya tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).
Agama tidak dapat dipaksakan. Orang masuk Islam harus secara sadar dan dengan
kemauannya sendiri, bukan karena paksaan, iming-iming maupun intimidasi, tetapi
karena ia melihat sendiri kebenaran ajaran Islam.
Hingga tahun 2020 jumlah
umat Islam di seluruh dunia telah mencapai 1,9 milyar orang yang tersebar di
berbagai penjuru dunia. Jumlah umat Islam di seluruh dunia menempati urutan
kedua terbesar setelah umat Kristen sebanyak 2,3 milyar yang merupakan gabungan
dari umat Protestan dan Katolik (Yasmin, 2020). Data ini
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang bisa diterima oleh bangsa manapun. Islam
diturunkan memang bukan hanya untuk penduduk Arab saja tetapi untuk seluruh
umat manusia di dunia. Walaupun termasuk kategori agama paling muda
dibandingkan agama-agama pendahulunya, ternyata Islam mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam hal jumlah pemeluknya mengalahkan beberapa agama lain.
Sejak dulu hingga
sekarang, Islam selalu dicitrakan dengan kekerasan, kekejaman, dan terorisme. Seakan-akan
di dunia ini Islam adalah agama yang paling disalahpahami oleh manusia, bahkan
oleh pemeluknya sendiri. Pasca tragedi 11 September 2001 yang meruntuhkan
menara WTC dan Pentagon, Islam di mana-mana diidentikan sebagai agama perang,
agama teroris, agama kekerasan, dan gelar-gelar buruk lainnya (Marzuq, 2015 : xxii).
Saat ini, Islam dan
Barat sering diposisikan berhadap-hadapan, Islam dan Barat seakan menjadi musuh
yang tidak mungkin menyatu. Ada ribuan pandangan salah tentang Islam yang
disebarkan ke penjuru dunia dengan berbagai cara, baik melalui media
elektronik, media cetak, maupun media-media lainnya. Hasilnya adalah pandangan
masyarakat internasional terhadap Islam pun semakin jauh dari hakikat Islam (Marzuq, 2015 : xxiii).
Di samping orang luar
yang salah memahami Islam, memang disadari bahwa di kalangan umat Islam sendiri
masih banyak yang belum paham dengan agamanya sendiri. Tidak sedikit kaum
muslimin yang mengaku berpegang teguh dengan Islam, tapi mereka tidak tahu apa
itu Islam. Mereka mengetahui Islam hanya berdasarkan berita-berita di internet,
media sosial, dan media massa yang kebenarannya tidak terjamin. Akibatnya,
pemahaman mereka terhadap Islam pun dengan mudah terpengaruh oleh apa yang
digaungkan oleh tuduhan-tuduhan di luar Islam. Di samping tidak tahu, banyak
juga kaum muslimin yang fanatik terhadap golongannya sehingga menimbulkan
ekstremisme. Mereka ini jauh lebih berbahaya dari yang tidak tahu. Mereka itulah
yang sering konflik dengan sesama muslim (Marzuq, 2015 : xxv).
Munculnya fenomena orang-orang
mualaf -yang seharusnya lebih banyak belajar lagi tentang Islam- malah dianggap
sebagai “ustadz” dan diberikan mimbar untuk berbicara tentang Islam- yang
pastinya pengetahuan dan pemahamannya tentang Islam masih minim-, menunjukkan fakta
bahwa ada sebagian umat Islam yang tidak paham Islam. Apakah logis, orang Islam
belajar tentang agama Islam kepada orang yang baru masuk Islam? Seharusnya
belajar Islam itu kepada para ulama yang ahli ilmu agama Islam, bukan kepada
orang yang baru masuk Islam. Fenomena lain adalah munculnya ustadz-ustadz yang kalau
ceramah provokatif dan berisi ujaran-ujaran kebencian. Inilah permasalahan di
kalangan kaum muslimin sendiri.
Dari berbagai persoalan
di atas, mengakibatkan citra Islam menjadi buruk dan terpuruk. Islam
diidentikkan dengan terorisme dan kejahatan kemanusiaan. Kondisi semacam ini
harus segera dihilangkan. Pandangan bahwa umat Islam itu jahat dan suka
kekerasan harus segera diubah menjadi umat yang suka perdamaian dan penuh kasih
sayang. Islam harus kembali dicitrakan sebagai agama yang cinta damai dan
keselamatan. Lantas, bagaimana cara umat Islam mencitrakan diri sebagai umat yang
baik, ramah dan damai?
Makna
Islam
Sebelum kita membahas
bagaimana seharusnya orang Islam bersikap dan berperilaku, maka kita harus
memahami dahulu makna dari kata Islam. Jangan sampai kita mengaku umat Islam
tapi tidak tahu dan tidak paham arti dari agama sendiri.
Definisi Islam dapat
ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang bahasa dan sudut pandang
istilah. Bagaimana pengertian Islam menurut bahasa? Islam secara bahasa berarti
tunduk
dan pasrah.
Menurut Abu Bakar Muhammad Basyar, seorang ulama Islam abad ke-2 H, seorang
muslim memiliki dua pengertian, yaitu pertama, orang yang tunduk terhadap
perintah Allah Swt., dan kedua, orang yang memasrahkan dan mengikhlaskan segala
ibadahnya hanya kepada Allah Swt. Berdasarkan definisi secara bahasa ini, maka
semua nabi- dari nabi Adam as. hingga nabi Muhammad Saw.- adalah muslim (orang
yang berserah diri), karena para nabi adalah orang-orang dengan tingkatan
penyerahan diri kepada Allah Swt., paling tinggi (Marzuq, 2015 : 5).
Beberapa ayat Al-Qur’an
yang mendukung pendapat bahwa semua nabi adalah muslim adalah sebagai berikut.
1.
Perkataan nabi Nuh as. dalam QS. Yunus :
72
2.
Doa nabi Ibrahim as. dalam QS.
Al-Baqarah : 128
3.
Pesan nabi Ya’qub as. kepada anak
keturunannya dalam QS. Al-Baqarah : 132
4.
Perintah nabi Musa as. kepada umatnya
dalam QS. Yunus : 84
5.
Doa nabi Yusuf as. dalam QS. Yusuf : 101
Adapun secara istilah
Islam diartikan sebagai ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., dari
Allah Swt., melalui perantara malaikat Jibril as. Dengan menggunakan dasar
pengertian Islam secara istilah ini, maka seorang muslim hanyalah orang-orang
yang mengakui dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Siapa
saja yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad Saw. tidak dapat disebut muslim.
Atas dasar ini, maka nabi-nabi sebelum Rasulullah Muhammad Saw., dan
pengikutnya tidak bisa diartikan sebagai muslim karena bagaimana mungkin mereka
dikatakan muslim padahal agama Islam baru lahir pada masa Rasulullah Saw.,
sedangkan mereka hidup jauh sebelum Rasulullah Saw (Marzuq, 2015 : 7).
Jauhar Ridloni Marzuq
dalam bukunya “Inilah Islam” menegaskan
bahwa betapa pun kepasrahan seseorang, jika dia tidak mengakui ajaran-ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., maka dia tidak bisa dikatakan sebagai
seorang muslim. Inilah pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh seorang
muslim. Jangan sampai orang Islam itu bingung dengan perkataan “Pemeluk agama
lain juga pasrah dan tunduk pada Tuhan, berarti mereka juga disebut muslim
dong?” Harus kita tegaskan bahwa meskipun pemeluk agama lain tersebut pasrah
dan tunduk pada Tuhan, selama mereka tidak mau mengakui dan mengikuti
ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw., maka mereka bukanlah
seorang muslim (Marzuq, 2015 : 7 & 9).
Mengambil
Hikmah dari Tujuan Agama Islam
Islam diturunkan ke
umat manusia untuk tujuan menyebarkan rahmatan
lil’alamin. Dari sini kita pasti paham bahwa agama Islam itu adalah agama
yang menjunjung tinggi kedamaian, keselamatan, kerukunan, dan ketenteraman.
Maka menjadi orang Islam berarti menjadi orang yang selalu mengedepankan
keselamatan dan perdamaian. Orang Islam adalah orang yang menjadi penyelamat
dan keamanan bagi orang lain.
Kata “Islam” sendiri,
dari sisi bahasa berasal dari kata yang sama dengan “salam” (kedamaian), yaitu sin, lam, mim. Selain kedamaian, salam
juga berarti keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan. Ketika Nabi Saw., dan
para sahabat pertama kali memasuki kota Madinah, beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, sambunglah
silaturahim, berilah makan orang yang membutuhkan, dan sholat malamlah ketika
manusia terlelap, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat”. (HR.
Ahmad dan Tirmidzi).
As-salam
(kedamaian) adalah salah satu prinsip utama yang ditanamkan Islam dalam jiwa
pemeluknya. Kedamaian haruslah menjadi bagian penting dari kepribadian setiap
muslim, karena kehadiran Islam tak lain adalah untuk menyucikan kehidupan
pemeluknya. Mari kita perhatikan sabda Rasulullah Saw berikut ini. “Seorang muslim adalah orang yang terbebas
dari (kejahatan) lisan dan tangannya. Dan muhajir adalah orang yang
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah darinya”. (HR. Bukhari). Juga
hadis Rasulullah Saw., berikut ini, “Seorang
mukmin bukanlah pencaci, penghina, pelaku perbuatan munkar, dan tidak pula
pembual perkataan kotor”. (HR. Ahmad). (Marzuq, 2015 : 31 & 33)
Jadi jelas sekali bahwa
orang Islam yang tidak suka perdamaian, jiwanya selalu tidak tenteram,
pikirannya tidak pernah tenang, batinnya selalu cemas, dan hidupnya selalu dipenuhi
kecurigaan dan permusuhan, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut salah
dalam memahami ajaran Islam.
Menjadi
Pribadi yang Bercitra Islam
Orang Islam adalah
orang baik dan suka kebaikan. Orang Islam adalah orang baik yang cinta perdamaian.
Orang Islam adalah orang yang ramah yang suka berbuat manfaat untuk orang lain.
Prof. Quraish Shihab menyatakan bahwa dalam kehidupan keseharian, jika tidak
dapat memberi manfaat kepada orang lain, seorang muslim paling tidak jangan
sampai mencelakakannya; kalau tidak dapat memasukkan rasa gembira ke hati orang
lain, paling tidak jangan sampai meresahkannya; dan kalau tidak dapat
memujinya, paling tidak jangan mencelanya (Shihab, 2017 : 265). Jadi, sikap
seorang muslim adalah selalu melakukan kebaikan, yaitu melakukan kebaikan
manfaat bagi orang lain, tetapi jika tidak mampu lebih baik memilih melakukan
kebaikan untuk dirinya sendiri, yaitu dengan cara mencegah dirinya dari
melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Dalam berbicara pun,
seorang muslim harus mampu berkata-kata yang baik dan bermanfaat, jika tidak
mampu maka lebih baik diam. Diam adalah lebih baik daripada berkata-kata tapi
menyakiti orang lain. Jadi, semua sikap dan akhlak seorang muslim hanya ada
kebaikan dan kebaikan, tidak ada perbuatan tidak baik. Islam memerintahkan
orang Islam selalu melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia. Hal ini
ditegaskan oleh Sayyidina Ali ra., “Kalau dia bukan saudaramu seagama, maka dia
adalah saudaramu sekemanusiaan”. Jadi
tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak berbuat baik kepada siapapun
sesama umat manusia (Shihab, 2017 : 264).
Beberapa ajaran Islam
yang harus menjadi panduan umat muslim dalam bersikap dan berperilaku adalah
sebagai berikut:
1. Islam
adalah agama damai. Umat Islam adalah umat yang cinta perdamaian dan
keselamatan.
Sabda Rasulullah Saw.
“Seorang muslim adalah orang yang terbebas dari (kejahatan) lisan dan
tangannya”. (HR. Bukhari)
“Seorang mukmin bukanlah pencaci, penghina, pelaku perbuatan munkar, dan
tidak pula pembuat perkataan kotor”. (HR. Ahmad)
2. Islam adalah agama yang mudah dan tidak
membebani melebihi kemampuan manusia. Islam suka kemudahan dan tidak
mempersulit.
Firman Allah Swt.
“Aku tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS. Al-Baqarah [2] : 286)
Sabda Rasulullah Saw.
“Permudahlah dan jangan kau persulit. Berilah kabar gembira dan jangan
menakut-nakuti. Saling bantu-membantulah dan jangan saling berselisih”.
(HR. Bukhari)
3. Islam adalah agama yang fleksibel.
Di antara hal yang membuat Islam
mudah adalah ajaran-ajarannya yang sebagian besar bersifat fleksibel dan bisa
berubah seiring dengan perbedaan waktu, tempat, dan kondisi. Perintah sholat
dilakukan dengan berdiri, tetapi seseorang yang tidak bisa berdiri maka boleh
ia sholat dengan duduk, jika duduk tidak bisa maka boleh dengan berbaring, atau
posisi lain yang ia bisa lakukan. Puasa Ramadhan wajib hukumnya bagi setiap
muslim dan muslimat, tetapi bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan
boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan wajib mengganti di hari lain di luar
bulan Ramadhan. Demikian fleksibelnya ajaran agama Islam. Ajaran-ajarannya
mudah dan tidak mempersulit umatnya. Dalam buku Inilah Islam, Jauhar Ridloni Marzuq (2015 : 45) mengisahkan bahwa
dulu iman Syafi’i mempunyai kumpulan fatwa ketika beliau di Irak. Tetapi ketika
beliau berada di Mesir, kumpulan fatwa tersebut sebagiannya berubah karena
memang terdapat perbedaan kondisi antara Irak dan Mesir.
4. Islam adalah agama toleran. Islam sangat
menghargai perbedaan. Dalam Islam, perbedaan adalah rahmat. Islam melarang
saling berselisih. Berbeda-beda adalah takdir Allah. Allah Swt. menegaskan
adanya perbedaan dalam ciptaan-Nya.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(QS. Al-Hujurat [49] : 13).
5. Islam adalah agama yang menjunjung
tinggi kebebasan. Islam tidak memaksakan orang masuk Islam.
Firman Allah Swt.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang
ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2] : 256).
6. Islam adalah agama moderat.
Islam adalah
agama yang moderat yang selalu mengajak kepada keseimbangan dalam segala hal. Ekstremisme
(tatharruf) dan berlebih-lebihan (ghuluw adalah masalah yang sangat ditentang
oleh Islam, apa pun sebab dan alasannya. Berlebih-lebihan dalam beragama adalah
sebuah fenomena yang dilakukan oleh pemeluk agama-agam sebelum Islam yang
membuat mereka musnah dan punah. Allah Swt., mencegah umat Islam, sebagai umat
agama terakhir dan satu-satunya agama yang diridlai-Nya, dari perbuatan yang
berlebih-lebihan, agar umat-Nya tidak terperosok ke dalam lubang yang pernah
menjerat para pemeluk agama-agama sebelumnya.
Di kalangan umat
Islam memang tidak dinafikan bahwa telah terjadi fenomena ekstremisme dan
berlebih-lebihan dalam beragama. Contohnya aliran Muktazilah yang terlalu
berlebihan dalam menggunakan logika sehingga membuat dalil-dalil agama
terpinggirkan. Di sisi lain ada kelompok Dzahiriyah yang hanya terpaku pada
teks, sehingga mengesampingkan hokum-hukum akal, seperti qiyas, yang sejatinya
berfungsi menghukumi teks tersebut.
Ketika ada tiga orang
sahabat yang mengatakan ada yang akan sholat sepanjang malam tanpa tidur, ada
yang akan berpuasa sepanjang tahun, dan ada yang tidak akan menikahi wanita
agar dapat beribadah secara totalitas, maka Rasulullah Saw., bersabda kepada
mereka.
“Demi Allah, aku adalah orang paling bertakwa kepada Allah di antara
kalian, sekaligus paling bertakwa kepada-Nya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka,
aku sholat dan tidur pula, dan aku pun menikahi wanita. Maka barangsiapa yang
membenci sunahku, tidaklah ia termasuk dari bagianku.” (HR. Bukhari)
7. Islam adalah agama yang sangat mendorong
umatnya untuk selalu berpikir.
Firman Allah Swt.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah [88] : 17-20)
8. Islam adalah agama yang anti kemalasan.
Islam sangat menjunjung tinggi orang-orang yang bekerja keras.
Firman Allah Swt.
“Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9] :
105)
9. Islam adalah agama yang mendorong
umatnya menjadi umat yang maju, pandai dengan menjunjung tinggi orang yang menuntut
ilmu.
“Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah
[58] : 11)
10. Dan
lain sebagainya.
Beginilah seharusnya
profil sosok orang Islam. Setiap orang Islam harus mencitrakan diri sebagai
umat Islam yang sebenarnya. Siapapun yang dekat dan bergaul dengan orang Islam
harusnya merasa tenang, tenteram, dan damai serta merasa aman.
Penutup
Islam adalah agama yang
membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil’alamin). Islam turun dibawakan oleh baginda Rasulullah saw melalui
dakwah yang mengutamakan akhlakul karimah. Islam disampaikan secara damai
karena Islam adalah agama perdamaian. Maka setiap orang Islam harus mencitrakan
dirinya sebagai orang Islam dengan sikap dan perilakunya penuh kebaikan. Aura orang Islam adalah aura
kedamaian, ketenteraman, dan ketenangan. Siapapun yang berinteraksi dengan
orang Islam harus merasa aman dan damai tanpa rasa takut dan kawatir
sedikitpun. Inilah profil sosok orang Islam yang seharusnya. WaAllahu a’alam. []
Daftar
Pustaka
Marzuq, J. R.
(2015). Inilah Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Shihab, M. Q.
(2017). Islam yang Saya Pahami: Keragaman Itu Rahmat. Tangerang: Lentera
Hati.
Yasmin, P.
(2020, Des 14:55 WIB). Agama Terbesar
di Dunia 2020 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya. Retrieved January 31, 2021, from
Detiknews website:
https://news.detik.com/berita/d-5279850/agama-terbesar-di-dunia-2020-berdasarkan-jumlah-pemeluknya
Profil
Penulis
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahapeserta didik doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 46 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar