Powered By Blogger

Senin, 01 Februari 2021

STRATEGI JITU MENERBITKAN BUKU SOLO SETIAP TAHUN

 

Sumber Gambar : 6 TIPS BELAJAR MENULIS DENGAN CEPAT | Naskah Buku (caramenulisnaskahbuku.blogspot.com)

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

  

Menulis bukanlah sebuah aktivitas yang sederhana. Dalam proses menulis melibatkan serangkaian tahapan, seperti berpikir menemukan ide, mengumpulkan ide-ide, menganalisis ide, mengurutkan ide agar sistematis dan terstruktur, menuangkan ide menjadi tulisan, menulis, mengurutkan tulisan agar alur tulisan sistematis dan terstruktur, memilih diksi, mengkaitkan keterkaitan antar kalimat dan antar paragraf, menulis sampai akhir tulisan, membaca kembali tulisan, mengedit tulisan, mereview ulang tulisan untuk memastikan tulisan tidak ada yang keliru, menyusun tulisan menjadi satu naskah utuh, mengirimkan ke publisher atau memosting di media social. Dengan segitu banyak tahapan dalam proses menulis, apakah bisa disebut menulis itu aktivitas sederhana? Yang tepat adalah menulis itu aktivitas kompleks.

Banyak orang yang ingin dan mau menulis tapi tidak jadi tulisannya karena sudah mengalami kesulitan di awal dan menemui kegagalan di tahap pertama, yaitu menemukan ide tulisan.  Padahal  menemukan ide tulisan merupakan tahap penting dan menetukan dari   keberlanjutan dalam proses menulis. Tanpa memiliki ide tulisan, seseorang pasti tidak akan mampu menulis karena ia akan bingung mau menulis apa. Di sinilah pentingnya keterampilan menjaring dan menemukan ide tulisan. Dari manakah ide tulisan itu ditemukan?

Sebenarnya ide tulisan dapat ditemukan di mana pun dan kapan pun. Dalam kondisi dan situasi apapun sebenarnya seseorang dapat menemukan ide tulisan. Tetapi sayangnya banyak orang yang kurang bisa memanfaatkan berbagai momentum kejadian sehari-hari sebagai bahan untuk tulisan. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa ide tulisan hanya dapat ditemukan di buku atau bacaan lainnya. Anggapan ini tidak salah, tapi juga tidak benar seratus persen. Memang bacaan adalah sumber untuk menemukan ide tulisan, tapi bukan satu-satunya sumber. Masih banyak sumber ide tulisan yang lain yang belum dieksplor. Nah, di sinilah tugas seseorang yang mau belajar menulis untuk berlatih mengeksplorasi ide-ide dan gagasan menulis dari berbagai sumber.

Ide tulisan memang bisa didapatkan dari aktivitas membaca, tetapi bukan berarti aktivitas lain tidak dapat dimanfaatkan untuk menemukan ide tulisan. Selain melalui membaca, kita dapat menemukan ide tulisan dari mengamati dan memikirkan peristiwa sehari-hari. Atau bisa juga ide tulisan kita peroleh dari apa yang sedang kita rasakan, entah saat galau, sedih, marah, senang, bahagia, dan lain-lain. Atau bisa juga ide tulisan berasal dari pemikiran dan gagasan kita tentang sesuatu hal. Pokoknya apapun isi hati dan pikiran kita dapat kita jadikan ide untuk menulis.

Ketika kita mau menulis, apa boleh kita menulis perasaan hati kita sendiri? Boleh dong. Emang siapa yang melarang? Tidak ada larangan menuliskan isi hati kita menjadi tulisan bertema curhatan hati. Sudah banyak kok penulis yang menulis berdasarkan curhatan isi hatinya. Justru dengan mencurahkan rasa isi hati ke dalam bentuk tulisan akan mampu membuat hati menjadi “plong” seolah-olah sedang curhat kepada orang lain. Dari sinilah maka dikatakan menulis dapat sebagai terapi atau obat hati, juga menulis dapat sebagai obat penghilang stress. Stress itu karena pikiran kita ruwet sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Nah, dengan mengubah isi pikiran di otak kita menjadi tulisan, maka kita sebenarnya sedang mengurai pikiran-pikiran kita menjadi bagian-bagian yang sistematis dan teratur. Dengan demikian pikiran kita menjadi lebih jernih dan akhirnya dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu menurut skala prioritas dan urgensitasnya.

Terkait aktivitas menulis, banyak orang yang bercita-cita ingin memiliki (baca : menulis dan menerbitkan) buku karya sendiri. Tetapi ternyata cita-cita tersebut banyak yang hanya tinggal angan-angan saja. Cita-cita saja tanpa diikuti dengan aksi nyata menulis sama saja bohong. Sebesar apapun cita-cita seseorang jika tidak ada langkah nyata untuk mewujudkannya maka cita-cita tersebut hanyalah sebuah mimpi belaka. Sebenarnya, bagaimana sih caranya agar kita dapat menerbitkan buku karya sendiri?

Untuk bisa menerbitkan buku karya sendiri sebenarnya tidaklah sulit. Benarkah? Ya, karena memang bisa dilakukan dengan mudah. Caranya bagaimana? Caranya adalah dengan bekerjasama atau kolaborasi dengan orang lain. Jadi sebelum mampu menulis buku solo (buku penulis tunggal), bisa dimulai dengan menulis buku antologi, yaitu buku yang ditulis banyak orang dimana setiap kontributor (sebutan untuk penulis buku antologi) menulis satu bab saja, kemudian kumpulan naskah tulisan dijadikan satu, ditata menurut kemiripan tema, dan diterbitkan menjadi satu buku. Setiap penulis yang berkontribusi tulisan tercantum namanya di bab yang ia tulis. Jadi penulis seperti ini adalah penulis book chapter. Dalam penilaian angka kredit (PAK) dosen, penulis book chapter ada poinnya. Tetapi dalam persyaratan mengikuti sertifikasi kompetensi penulis buku nonfiksi di Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui jalur portofolio, buku antologi atau book chapter tidak diakui sebagai karya buku. Hanya buku mandiri yang diakui sebagai berkas persyaratan mengikuti sertifikasi kompetensi penulis buku nonfiksi.

Penulis buku book chapter atau antologi memang belum bisa disebut penulis buku karena ia memang belum menulis buku, ia baru menulis bab buku. Yang disebut buku itu ya keseluruhan isi buku yang terdiri dari judul buku, cover buku, kata pengantar, daftar isi, isi buku, daftar pustaka, dan biografi penulis. Sedangkan penulis buku antologi hanya menulis satu bab dalam buku. Oleh karena itu, penulis buku antologi belum bisa dikatakan penulis buku, tetapi hanya kontributor naskah buku book chapter.

Penghargaan penulis buku dengan kontributor buku book chapter memang berbeda karena kompetensi yang dimiliki memang berbeda. Penulis buku solo misalnya, ia memiliki kompetensi menulis buku secara keseluruhan, mulai dari judul, kata pengantar, daftar isi, isi buku, hingga daftar pustaka. Sementara kontributor buku book chapter hanya mempunyai kompetensi menulis satu bab saja. Kalau seperti itu, lalu apa untungnya menulis buku antologi atau book chapter kalau tidak diakui sebagai penulis buku? Lho, memang menulis buku antologi itu bukan untuk gaya-gayaan biar disebut sebagai penulis buku, tetapi sebagai ajang latihan menulis agar nantinya bisa menulis buku solo sendiri.

Keuntungan dari sering menulis buku antologi adalah kita akan terbiasa menulis berbagai tema sehingga akhirnya kita mampu menulis buku solo secara penuh secara mandiri. Jadi bergabung menjadi kontributor buku-buku antologi adalah jembatan kita untuk menghasilkan karya buku solo. Apakah sekarang mengerti? Jadi jangan pernah menganggap remeh para penulis buku antologi. Para kontributor buku-buku antologi itu adalah calon-calon penulis buku solo (jika kemudian diikuti dengan menulis secara mandiri hingga menjadi buku solo). Hebat bukan? Makanya jangan berkecil hati jika baru bisa menulis buku antologi. Karya besar itu tidak pernah langsung jadi, pasti berangkat dari karya-karya kecil dulu. Penulis professional yang terkenal itu dulu pasti juga awalnya adalah penulis amatiran atau penulis pemula.

Bagaimana caranya agar kita dapat menulis banyak buku antologi sehingga menjadi terbiasa menulis untuk bekal menulis buku solo nantinya? Jawabannya adalah bergabunglah dengan komunitas atau grup menulis yang aktif menerbitkan buku antologi. Saat ini banyak sekali komunitas-komunitas literasi yang secara rutin menerbitkan buku antologi karya anggotanya. Masuklah ke salah satu atau beberapa grup literasi tersebut dan jadilah anggota yang aktif menulis sehingga akan dapat memiliki karya sendiri dalam wujud buku antologi yang diterbitkan oleh komunitas. Selain bergabung dalam komunitas literasi, kita juga bisa mengikuti undangan menulis buku antologi yang diselenggarakan oleh penerbit buku. Sekarang sudah banyak penerbit yang memfasilitasi penerbitan buku-buku kolaborasi maupun buku antologi. Dengan sering mengikuti undangan menulis buku bersama (nubar = nulis bareng), lambat laun kita akan memiliki karya buku antologi yang banyak. Bekal dari banyak menulis buku antologi akan menjadi modal untuk menulis buku solo. Maksudnya bukan modal tulisan, tetapi modal kedisplinan dan komitmen serta kompetensi menulisnya sehingga akhirnya tidak mengalami kesulitan ketika menulis buku solo sendiri dengan ketebalan ratusan halaman.

Demikianlah pengalaman yang pernah penulis jalani sekarang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku, baik buku solo maupun buku antologi. Setiap tahun penulis rutin mampu menerbitkan buku solo rata-rata 2-3 judul sedangkan buku antologi bisa mencapai puluhan judul. Tahun 2020 kemarin penulis bisa menerbitakan 4 judul buku mandiri (3 judul buku solo dan 1 judul buku tim) dan 11 judul buku antologi. Bagaimana strategi penulis sehingga bisa menerbitkan buku solo sebanyak 3 judul?

Modal dasar untuk bisa menerbitkan buku solo adalah memiliki stok banyak tulisan. Maka untuk bisa menerbitkan buku solo, kita harus menyiapkan bahan-bahan tulisan yang akan kita ramu menjadi satu sajian dalam bentuk buku solo. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar bisa menerbitkan buku solo adalah berlatih dan membiasakan diri untuk menulis setiap hari. Tulisan-tulisan yang kita tulis setiap hari tersebut suatu saat kalau sudah cukup banyak bisa kita kumpulkan jadi satu dan kita terbitkan menjadi buku solo. Kalau sudah mempunyai simpanan tulisan yang banyak, kita tinggal menata dan mengurutkan menurut kemiripan tema dan hierarki tema pembahasan. Dengan cara demikian, maka impian menerbitkan buku solo bukanlah hal yang mustahil. Mudah bukan? Tertarik untuk mencoba strategi ini? Ayo sekarang menulis!

Penulis sendiri juga menerapkan strategi tersebut. Setiap hari penulis berusaha menulis dengan tema yang berbeda-beda tergantung ide yang muncul di pikiran. Tetapi apa yang penulis tulis setiap hari tersebut memang diniatkan untuk dijadikan buku. Oleh karena itu, agar nantinya memudahkan dalam penataan menjadi bahan buku solo, maka setiap tulisan sudah penulis berikan tema atau calon judul buku dan diberi penomoran yang urut. Dengan melihat nomor urut tulisan, maka penulis bisa tahu mana topi tulisan yang sudah siap untuk dibukukan. Misalnya ada tema yang sudah sampai nomor 30, maka sudah cukup bisa dibukukan menjadi buku solo dengan ketebalan sekitar 150-200 halaman.

Demikianlah strategi penulis agar mampu menerbitkan buku solo setiap tahunnya. Buku solo yang terbit tahun berjalan adalah berasal dari bahan-bahan tulisan penulis di tahun sebelumnya. Jadi setiap tahun penulis menyiapkan “tabungan” naskah buku untuk diterbitkan di tahun depan. Selama tiga tahun terakhir ini penulis menerapkan strategi ini dan hasilnya adalah penulis bisa setiap tahun rata-rata menerbitkan 2-3 judul buku solo.

Sekian sedikit sharing pengalaman menulis buku solo dari penulis. Penulis berharap semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan dapat menginspirasi pembaca yang sedang bermimpi ingin menerbitkan buku solo sendiri. Amin. []

 

Gumpang Baru, 01 Februari 2021

 

 

---------------------------------------------------------------

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

3 komentar:

Agung Nugroho Catur Saputro,S.Pd.,M.Sc. mengatakan...

Terima kasih pak doktor Ngainun Naim.

Nuhung Bone mengatakan...

Bapak DR Agung Nugroho Catur Saputro,Salam kenal dengan Nuhung (Pendidik Kab.Bone)dengan Blog Museum Guru dengan Alamat Web.https://tekukurlayang.blogspot.com

Nuhung Bone mengatakan...

Senang menyimak materi dari Bpk Dr ketika sharing Ilmu Via Zoom di Ruang Sahabat Guru Kelas Kab.Bone.Trims

Postingan Populer