Powered By Blogger

Rabu, 03 Februari 2021

MENIKMATI PROSES MENULIS, KUNCI UNTUK MENJADI PENULIS BERKUALITAS

 


Oleh: 
Agung Nugroho Catur Saputro

 



Sejak mengikuti Pelatihan Menulis Buku Ajar (PMBA) tahun 2017 yang diselenggarakan secara online oleh Mata Pena School dengan narasumber Dr. Ngainun Naim, saya berkomitmen ingin menjadi seorang penulis yang berkualitas. Untuk merealisasikan komitmen tersebut, saya menempuh beberapa strategi agar komitmen tersebut benar-benar terwujud. Strategi yang saya tempuh untuk mewujudkan komitmen menjadi seorang penulis yang berkualitas dipengaruhi dan didukung oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah motivasi dari dalam diri saya sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah dukungan dari penulis lain.

Strategi pertama adalah menguatkan komitmen dan motivasi diri sendiri (faktor internal). Pada tahap ini, saya belajar menulis setiap harinya dan memposting tulisan di akun media sosial Facebook. Menulis satu artikel setiap hari adalah komitmen saya sendiri untuk memantapkan diri agar bisa menjadi seorang penulis yang berkualitas. Dalam perjalanan menjalankan komitmen menulis tersebut, terkadang saya mampu secara rutin menghasilkan satu artikel per hari, tetapi terkadang baru bisa menulis satu artikel dalam dua sampai tiga hari. Namun di saat yang lain, sehari bisa menulis dua artikel. Memang untuk menjaga komitmen pada diri sendiri itu berat, tapi tetap harus saya jaga komitmen tersebut.

Selama menjalani proses kehidupan seperti itu, yakni menulis setiap harinya, keuntungan apa yang saya peroleh? Apa yang saya rasakan? Apakah saya  tidak merasakan capek dengan hidup dikejar-kejar target pribadi tersebut? Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul di pikiran pembaca. Menurut saya pribadi, setelah mencoba hidup di bawah bayang-bayang target menulis setiap harinya, ternyata bukannya membuat saya merasa bosan, tersiksa, atau jenuh, tetapi justru saya merasakan perasaan lain yang berbeda. Saya menemukan suatu perasaan yang aneh, menggairahkan dan begitu hidup. Ada semacam perasaan senang dan bahagia ketika berhasil menyelesaikan sebuah artikel tulisan dan mempostingnya di akun media sosial. Saya merasakan adanya perasaan ketagihan yang menyeruak di hati untuk segera dipuaskan dengan menulis. Ada kepuasan batin yang sulit diutarakan ketika berhasil menyelesaikan artikel tulisan dan mempostingnya. Ada semacam perasaan rindu yang sangat kuat di hati saya yang mendorong untuk terus menulis. Dan rasa-rasa lain yang bercampur aduk muncul di hati dan pikiran penulis. Mengapa bisa sampai saya merasakan perasaan-perasaan tersebut? Mungkin semua itu karena didasari atas tujuan awal menulis. Saya sejak awal berkomitmen untuk menulis setiap hari karena bertujuan ingin belajar menulis. Tujuan akhir penulis adalah menjadi penulis yang berkualitas.

Setiap hari saya belajar mencoba meningkatkan kualitas artikel tulisan yang saya hasilkan. Saya sangat menikmati proses belajar tersebut dan sama sekali tidak merasa terpaksa karena memang tidak ada yang memaksa. Saya memercayai bahwa suatu aktivitas walau berat jika dijalani dengan sukarela dan hati senang maka akan terasa nikmat dan muncul rasa ketagihan.

Strategi kedua adalah memcari dukungan dan motivasi dari penulis lain (faktor eksternal). Untuk tahap ini, saya memutuskan bergabung dengan teman-teman sesama penulis di beberapa komunitas literasi. Di komunitas literasi tersebut saya bisa mengenal para penulis hebat dan belajar dari mereka. Melalui berkenalan dan berinteraksi langsung dengan para penulis hebat tersebut, saya berharap "tertulari" kehebatan mereka sehingga mampu menghasilkan karya-karya tulis yang berkualitas. Ya, untuk menjadi seorang penulis hebat, saya harus mau belajar langsung dari ahlinya. Inilah caraku untuk mewujudkan cita-citaku menjadi seorang penulis berkualitas. Inilah jalan hidup yang kupilih untuk mewujudkan keinginanku. Bagaimana dengan Anda?

Strategi ketiga yang saya tempuh untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang penulis berkualitas adalah berusaha menikmati proses menulis. Untuk bisa menikmati proses menulis, kita mencoba membayangkan aktivitas menulis dengan aktivitas lain yang menyenangkan sehingga menulis itu menjadi menyenangkan. Seorang penulis profesional bisa dianalogikan dengan seorang chef restoran. Seorang chef sebuah restoran mewah ketika akan menyajikan suatu menu makanan istimewa kepada pengunjung restoran, dia pasti akan menggunakan segala keterampilan memasak yang dimilikinya, pengalamannya memasaknya dan  segenap pengetahuannya tentang bahan-bahan dasar masakan, bumbu-bumbu terbaik, komposisi bumbu, dan cita rasa makanan high class.

Demikian juga halnya dengan aktivitas menulis. Menulis itu ibaratnya adalah memasak. Ketika kita memasak, kita pasti menyiapkan semua bahan-bahannya, semua bumbu-bumbunya, peralatan masak yang diperlukan, piring-piring cantik untuk menyajikannya, dan garnish untuk mempercantik sajian masakan kita. Hal yang sama juga kita perlukan ketika kita menulis. Sebelum kita memulai menulis, kita harus memiliki bahan-bahan yang berupa ide-ide yang akan ditulis, kita menyiapkan sarana untuk menulis, kita menyiapkan cara bagaimana menyajikan tulisan kita dalam sajian tulisan yang enak, mengalir dan tidak menyiksa pembaca.

Seorang penulis ketika mau menulis pasti ia sudah memiliki ide-ide apa yang akan ditulis, jika belum memiliki ide-ide pasti ia mengalami kebuntuan dalam menulis. Lalu, bagaimana agar kita memiliki banyak ide untuk tulisan-tulisan kita? Ada banyak cara untuk memiliki ide, di antaranya melatih diri untuk peka terhadap permasalahan di lngkungan sekitar. Kita harus terus melatih kepekaan dan ketajaman hati dan pikiran kita agar dapat menangkap bersitan-bersitan ide yang terkadang melintas di hati kita secepat kilat. Kalau pikiran kita tidak peka dan tajam dalam mengenali adanya bersitan ide tersebut, maka pasti ide yang melintasi pikiran kita tadi akan hilang tak berbekas.

Selain memiliki  kepekaan dan ketajaman pikiran dan hati, jika ingin dapat menulis kita juga harus memiliki keluasan pikiran. Kita harus membuka pikiran yang terbuka, siap menerima adanya perbedaan pendapat dan pandangan di luar sana. Seorang penulis jangan berpikiran sempit dan merasa paling benar, sementara pendapat dan pandangan orang lain itu salah. Pandangan yang sempit dan merasa paling benar ini akan membuat seseorang itu selalu spanengan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Edi AH Iyubenu dalam bukunya Cerita Pilu Manusia Kekinian bahwa “orang yang spanengan selalu tidak punya waktu untuk merenungi diri, lantaran selalu merasa telah purna. Purna benarnya, purna pintarnya.”

Seseorang jika ingin menjadi seorang penulis harus sering-sering bergaul dan berkomunikasi dengan penulis-penulis profesional. Jika hanya ingin menulis, seseorang dapat saja tidak ke mana-mana, cukup di rumah saja sambil menulis apa saja yang ingin ditulis. Tetapi jika ingin menjadi seorang penulis, ia harus sering berjumpa dan atau berkomunikasi dengan sesama penulis bahkan penulis lain yang lebih profesional. Untuk dapat selalu berjumpa dan berkomunikasi dengan sesama penulis, kita dapat bergabung dalam grup-grup atau komunitas penulis, misalnya grup Facebook Dosen Menulis. Di dalam grup atau komunitas penulis tersebut, kita dapat saling sharing tulisan dan berbagi pengalaman menulis sehingga sekaligus dapat melatih kita untuk terus menulis. Selain itu, di grup atau komunitas penulis tersebut, kita juga dapat menambah wawasan dan perbendaharaan kosakata kita dengan membaca tulisan-tulisan penulis lain yang selalu di posting di grup atau komunitas tersebut. Ada semacam adagium yang pernah disinggung oleh Mas Iben di kelas Menulis Efektif, yaitu “penulis yang baik adalah pembaca yang baik”. Jadi untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik, kita juga harus dapat menjadi seorang pembaca yang baik. Membaca adalah langkah awal untuk dapat menulis.

Selain berbagai persiapan yang harus disiapkan di atas, ada dua hal yang tidak boleh kita hilangkan dari aktivitas kita menulis, yaitu yang pertama adalah perasaan senang. Aktivitas menulis seyogyanya kita lakukan dengan perasaan senang, tidak terpaksa, bukan kewajiban bahkan suatu kebutuhan. Dengan perasaan seperti ini, kita akan mampu melakukan aktivitas menulis dengan rasa “enjoy”. Hal kedua yang tidak boleh kita lupakan ketika menjalani aktivitas menulis adalah meluruskan niat dan tujuan kita menulis. Aktivitas kita menulis sebaiknya kita niatkan untuk tujuan mulia, yaitu menyebarkan ilmu pengetahuan. Kalau seandainya dari aktivitas menulis tersebut, kita memperoleh keuntungan, misalnya royalti, itu kita syukuri dan mungkin itu berkah dari Allah Swt atas ketekunan kita dalam menyebarkan ilmu-ilmu-Nya. []

 

Gumpang Baru, 3 Februari 2021

 

---------------------------------------------------------------

BIODATA PENULIS

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor internal Certified Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer