Powered By Blogger

Jumat, 30 Juli 2021

IBADAH KURBAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19

Sumber Gambar: https://cdn-radar.jawapos.com/uploads/radarkudus/news/2021/07/19/ada-ppkm-darurat-salat-idul-adha-di-blora-ditiadakan_m_276386.jpg

 

IBADAH KURBAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP 

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 

DI MASA PANDEMI COVID-19

 

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Pandemi Covid-19 telah melanda dunia selama satu tahun lebih. Telah dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan menyebarnya pandemi ini dengan menelan biaya yang sangat besar, tetapi hingga detik ini belum juga terlihat tanda-tanda akan segera berakhir. Setelah dilakukan vaksinasi yang diharapkan akan mampu menekan angka jumlah orang yang terpapar virus corona, tetapi hasilnya belum juga terlihat. Bahkan di pertengahan tahun 2021 ini angka jumlah orang yang terpapar virus corona justru menunjukkan kecenderungan naik terus. Menurut data pantauan virus Corona di Indonesia update tanggal 24 Juli 2021 pukul 02:45 WIB, jumlah orang yang positif bertambah 49.071 orang sehingga total jumlah orang yang positif sebanyak 3.082.410 orang dan jumlah orang yang meninggal bertambah 1.566 orang sehingga total jumlah orang meninggal karena Covid-19 sebanyak 80.598 orang. Walaupun angka ini memiliki penafsiran makna yang relatif, akan tetapi tetap menuntut keprihatinan kita bersama. Setiap hari terdapat ribuan orang meninggal karena virus covid-19 ini. Kondisi ini menuntut rasa empati kita terhadap orang-orang yang sedang menjalani isoma (isolasi mandiri) akibat terpapar virus corona dan menuntut kepedulian kita bersama untuk saling menjaga diri dan masyarakat dari bahaya virus corona dengan mengingatkan terus untuk menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.

Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak sektor kehidupan yang terdampak, mulai dari mahalnya harga barang-barang kebutuhan terkait prokes, banyaknya usaha yang gulung tikar karena minim pelanggan hingga terjadinya PHK secara besar-besaran. Maka yang terjadi adalah meningkatnya angka pengangguran dan angka kemiskinan serta menurunnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Banyak masyarakat kecil yang kesulitan untuk mendapatkan makanan pokok karena tidak memiliki uang untuk membeli bahan makanan kebutuhan pokok akibat sudah tidak bekerja lagi.  Rakyat kecil sangat membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari pemerintah maupun orang-orang yang mampu.

Berkaitan dengan kondisi rakyat kecil di masa pandemi Covid-19 yang sangat memperihatinkan tersebut, peringatan hari raya Idul adha atau Idul Kurban justru menemukan momentumnya. Penyembelihan hewan Kurban (kambing, sapi, atau kerbau) sangat berkaitan erat dengan kondisi dan situasi saat ini. Oleh karena itu, peringatan hari raya Idul Adha di masa pandemi Covid-19 ini harusnya dilakukan dengan lebih semangat (semangat untuk berkurban) dan bermakna oleh sebagian umat Islam yang memiliki kemampuan harta kekayaan. Di masa pandemi Covid-19 ini jumlah calon penerima daging hewan Kurban akan semakin banyak dibandingkan sebelum masa pandemi akibat meningkatkan jumlah orang yang masuk kategori prasejahtera (miskin) karena kehilangan mata pencahariannya atau karena kena PHK.

Daging hewan Kurban merupakan makanan sumber protein yang tinggi. Daging adalah bahan makanan simbol kemakmuran. Masyarakat yang kehidupannya makmur dicirikan dari makanannya yang banyak mengandung protein dari daging. Sebaliknya, masyarakat prasejahtera  dicirikan dari makanannya yang rendah protein atau jarang makan daging. Maka penyembelihan hewan Kurban di hari raya Idul Adha dan membagikannya ke masyarakat sekitar merupakan perwujudan dari upaya mewujudkan ketahanan pangan di bidang daging. Setiap tahun siapapun, baik orang kaya maupun orang miskin bisa menikmati daging kambing ataupun daging sapi dengan mudah. Hanya saat peringatan hari raya Idul Adha sajalah semua lapisan masyarakat secara serentah makan makanana olahan dari daging kambing atau daging sapi. Maka momentum peringatan hari raya Idul Adha inilah saat rakyat kecil bergembira dan berbahagia karena bisa menikmati makanan yang biasanya hanya dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Perayaan hari raya Idul Adha merupakan wujud dari adanya keadilan dan kepedulian sosial dalam ajaran agama Islam.

  Ibadah Kurban menjadi momentum yang menggembirakan, baik secara ibadah maupun sosial. Distribusi daging kurban pun menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat prasejahtera di masa Covid-19 ini. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar memiliki potensi kurban yang signifikan. Pada tahun 2020, Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan bahwa potensi ekonomi kurban Indonesia mencapai setara dengan 117 ribu ton daging yang berasal dari 2,3 juta orang pekurban.  Fakta ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi dari ibadah tahunan kurban tidak dapat dipandang kecil. Asumsi berat kambing atau domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 42,5 persen. Sementara asumsi berat sapi atau kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 50 persen (ACT News, 2020).

Seorang peneliti di Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Askar Muhammad menyatakan bahwa potensi ekonomi kurban nasional tahun 2020 diperkirakan dapat mencapai Rp 20,5 triliun, yang berasal dari 2,3 juta orang pekurban (Shahibul Qurban) di seluruh Indonesia. Angka Rp. 20,5 triliun tersebut bersumber dari perkiraan 62,4 juta keluarga Muslim, dimana 9 persen (5,6 juta keluarga) di antaranya adalah kelas menengah-atas dengan pengeluaran per kapita di atas Rp 2,5 juta per bulan, yang merupakan keluarga Muslim sejahtera (Sandi, 2020).

Berdasarkan data potensi ekonomi dari penyembelihan hewan kurban setiap tahun saat perayaan hari raya Idul Adha di atas, maka jika dikelola dengan baik akan sangat berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan ibadah kurban setiap tahun mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat, baik masyarakat kelas atas-menengah maupun masyarakat kelas bawah. Peternak kambing, domba, sapi dan kerbau akan mendapatkan keuntungan besar karena banyak pembeli yang membeli hewan peliharaannya. Masyarakat kelas atas-menengah akan diuntuungkan dengan harga daging kambing maupun sapi yang relatif lebih murah karena ketersediaan daging di masyarakat yang melimpah sehingga menurunkan tingkat  pembelian daging oleh masyarakat sehingga berakibat menurunnya harga daging. Sedangkan masyarakat kelas bawah dan kelas prasejahtera juga diuntungkan dengan mendapatkan daging hewan kurban secara gratis sehinga mereka bisa ikut merasakan nikmatnya masakan daging kambing atau daging sapi yang belum tentu bisa mereka rasakan setiap harinya.

Dalam konteks hubungan kemasyarakatan, hari raya Idul Adha atau Idul Kurban adalah hari raya bersama, tidak hanya hari raya khusus umat Islam saja. Mengapa? Karena masyarakat non muslim pun juga dapat ikut merasakan kebahagiaan dan keberkahan dari hari raya Idul Kurban dari pembagian daging kurban yang diberikan kepada semua anggota masyarakat. Berbeda dengan harta zakat yang hanya boleh diberikan kepada orang-orang tertentu saja sesuai aturan agama, maka daging hewan kurban boleh diberikan kepada siapapun, bahkan kepada umat non muslim. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah kurban merupakan bentuk ibadah yang lebih berorientasi kepada ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah kurban di hari raya Idul Adha di samping menunjukkan ketaatan umat Islam dalam menjalankan ibadah juga memberikan dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan umat Islam dan masyarakat pada umumnya serta menggerakkan roda perekonomian masyarakat. []

 

Referensi

ACT News. (2020). Potensi Kurban dalam Perekonomian dan Ketahanan Pangan. Retrieved July 27, 2021, from ACT News website: https://news.act.id/berita/potensi-kurban-dalam-perekonomian-dan-ketahanan-pangan

Sandi, F. (2020, July 15). Diam-Diam Potensi Kurban Bisa Putar Ekonomi Tembus Rp 20 T. Retrieved July 27, 2021, from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200715154806-4-172947/diam-diam-potensi-kurban-bisa-putar-ekonomi-tembus-rp-20-t

 

 Gumpang Baru, 28 Juli 2021

 

 _____________________________________

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 60 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), Internatioal Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK), International Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation (UK), International Certified ThinkBuzan Practitioner in Speed Reading (UK), dan International Certified ThinkBuzan Practitioner in Memory (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Minggu, 18 Juli 2021

PRESTASI ANAK MENCERMINKAN PRESTASI ORANG TUA : PAPARAN PRA LAUNCHING BUKU “TRIBUTE TO AYAH” KARYA ADRINAL TANJUNG

 



 PRESTASI ANAK MENCERMINKAN PRESTASI ORANG TUA : PAPARAN PRA LAUNCHING BUKU “TRIBUTE TO AYAH” KARYA ADRINAL TANJUNG

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro*

 

Saat ini, menulis masih menjadi kemampuan yang istimewa dan unik. Mengapa? Karena ternyata tidak semua orang mampu menulis. Walaupun banyak orang yang berpendidikan, tetapi tidak banyak yang mampu menghasilkan tulisan. Mengapa orang yang berpendidikan yang berarti pernah menulis tugas-tugas studi atau tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi) tidak otomatis menjadikannya mahir menulis? Jawabannya karena menulis bukan hanya tentang mampu atau tidak mampu, tetapi lebih dominan pada mau atau tidak mau.

Seseorang yang memiliki kemampuan menulis tetapi tidak mau menulis, maka dipastikan tidak akan pernah menghasilkan sebuah tulisan. Sampai kapan pun orang ini tidak akan pernah bisa menulis (menghasilkan tulisan) karena ia tidak memiliki kemauan. Sebaliknya,seseorang yang belum memiliki kemampuan menulis tetapi mempunyai keinginan atau kemauan untuk menulis, maka orang ini punya peluang untuk mampu menulis selama ia mau belajar dan berlatih menulis secara konsisten.

Banyak orang mengaku sulit menulis karena tidak mempunyai ide atau bahan untuk ditulis. Apalagi seorang ASN atau birokrat, aneh rasanya kalau tidak memiliki ide untuk bahan tulisan.  Ide tulisan ada di mana-mana. Di kantor atau tempat kerja, tugas dari atasan, interaksi dengan orang lain, aktivitas sehari-hari dirinya, kehidupan keluarganya, peristiwa yang dilihat di jalan, pemikiran yang muncul di pikiran, dan lain sebagainya.

Di kantor, seorang birokrat atau ASN bisa saja menulis tentang aktivitas pekerjaannya.  Mungkin kalau tulisan/buku tentang job deskripsi suatu jabatan tertentu mungkin sudah ada buku-buku yang membahasnya, tetapi untuk aktivitas yang dilakukan orang yang menduduki jabatan tertentu, saya kira ini belum banyak dan tulisan/buku seperti ini akan sangat bermanfaat bagi orang lain yang ingin/akan menduduki jabatan tersebut. Tulisan/buku yang berisi pengalaman nyata yang ditulis langsung oleh seorang pejabat di suatu instansi pasti memiliki keunikan yang berbeda dengan pejabat lainnya. Pengalaman riel inilah yang tidak ada di buku manapun. Maka buku-buku yang “unik” dan khusus ini pasti sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan oleh orang lain.

Selain tentang pekerjaannya, seorang ASN atau birokrat juga bisa menuliskan aktivitas sehari-harinya yang secara langsung tidak berkaitan dengan tupoksinya tetapi sangat mewarnai aktivitas pekerjaanya. Hal ini telah dilakukan oleh bapak Adrinal Tanjung dengan tulisan-tulisannya yang berisi seputar aktivitas sehari-harinya dan apa yang dirasakan atau dipikirkannya dalam buku-buku beliau seperti Birokrat Menulis 1, 2, 3, Bukan Birokrat Biasa, dan Sabi Sabu : Bukan Birokrat Biasa #2. Dan sekarang beliau akan melaunching buku baru beliau yang berjudul “Tribute to Ayah”. Buku ini adalah buku ke-33 beliau.

Saya merasa terhormat karena diberikan kehormatan oleh pak Adrinal Tanjung untuk membaca draft buku baru beliau ini.  “Tribute to Ayah”, judul buku karya bapak Adrinal ini membuat saya teringat kembali pada ayah saya yang telah berpulang beberapa tahun yang lalu. Ayah saya adalah sosok laki-laki sederhana yang sangat menginspirasi saya. Beliau memiliki semangat yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya, walaupun kehidupan keluarganya jauh dari kecukupan, tapi impiannya untuk kesuksesan anak-anaknya melewati batas ruang dan waktu. Beliau adalah sosok ayah yang ingin anak-anaknya sukses dan tidak mengalami hidup susah seperti dirinya. Sosok orang tua yang sangat perhatian terhadap masa depan anak-anaknya. Dan tak henti berjuang agar anak-anaknya menjadi 'orang'. Bagi saya, ayah adalah sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan ini. Ibarat mata air sejuk yang tak pernah kering, begitu pula peran ayah dalam memberikan kesejukan dan kecemerlangan di dalam kehidupan saya.

Secara umum, buku beliau ini gaya penulisannya tidak berbeda dengan buku-buku beliau sebelumnya, yaitu berisi catatan-catatan lepas sehari-hari beliua selalu seorang birokrat di instansi pemerintahan. Efek dari kesibukan pekerjaan sehari-hari beliau yang mempengaruhi sikap dan perilaku beliau, beliau tulisakan dalam catatan-catatan singkat. Catatan-cattatan inilah yang menjadi modal dari penulisan buku ini. Jadi buku ini adalah gambaran riel apa yang beliau lakukan, pikirkan, rasakan. Buku beliau ini adalah representasi dari sikap kehidupan beliau.

Dalam buku Tribute to Ayah ini, bapak Adrinal Tanjung lebih mengkhususkan pembahasan isinya untuk persembahan bagi ayahnya. Apa yang tertulis di dalam buku ini merepresentasikan atas apa yang telah ayah beliau ajarkan. Nasihat-nasihat dan ketauladanan dalam menjalani kehidupan telah membentuk seorang anak bernama Adrinal menjadi sosok yang tangguh dan tidak mudah putus asa. Pendidikan keluarga yang dijalankan oleh kedua orang tuanya telah mampu membentuk dirinya menjadi sosok pribadi yang sekarang ini. Sikap dan perilaku Adrinal Tanjung sekarang ini pada hakikatnya  merupakan gambaran dari sikap dan perilaku yang diajarkan oleh orang tuanya, khususnya ayah beliau. Jadi dalam buku ini, bapak Adrinal seolah-olah ingin menunjukkan bagaimana sang ayah telah membentuk dirinya hingga seperti sekarang ini. Kisah-kisah dalam buku ini adalah fakta kehidupan beliau dan fakta kehidupan keluarga beliau. Membaca buku beliau ini, pembaca akan menemukan cara pandang lain tentang  bagaimana sistem pendidikan keluarga sangat mempengaruhi kehdupan anak-anak.

Beliau membagi pembahasan bukunya ke dalam tiga bagian besar. Bagian pertama membahas tentang kehdupan masa lalu beliau di kampungnya, tentang keluarga beliau, masa sekolah beliau, saudara-saudara beliau, dan lain-lain yang dilatar belakangi oleh kerinduan beliau pada sang ayah. Beliau ingin berbincang-bincang lagi dengan sang ayah, tetapi karena kondisi ayahya yang tidak memungkinkan lagi, maka beliau mencurahkannya dalam wujud buku “Tribute To Ayah”. Buku ini adalah perwujudan rasa syukur dan terima kasih beliau kepada sang ayah. Buku ini merupakan persembahan istimewa beliau untuk ayah beliau.

Bagian kedua tentang Hidup Sebagai Birokrat dan Penulis , Kehidupan beliau sebagai Birokrat dan juga seorang penulis. Bagian kedua ini mendeskripsikan bagaimana beliau menjalankan kehidupan dengan dua profesi, yaitu menjadi seorang birokrat dan sekaligus seorang penulis. Umumnya birokrat itu identik dengan aktivitas rutin dan monoton, serta kesibukan yang tinggi. Tetapi beliau dengan piawainya menjalankan aktivitas menulis di sela-sela kesibukan aktivitasnya. Beliau memberikan contoh bagaimana antara profesi dan hobi bisa jalan beriringan dan bahkan saling mendukung.

Bagian Ketiga tentang, yang terucap akan sirna, yang tertulis akan abadi. Bagian ketiga ini berisi tentang motivasi dan tips-tips beliau dalam menulis, cita-cita beliau untuk menggerakan literasi di kalangan birokrat,dan kejutan-kejutan yang beliau dapatkan dari aktivitas beliau menulis.

Buku karya sahabat saya ini, merupakan perwujudan dari rasa syukur dan terima kasihnya kepada sang ayah yang telah mendidik dan membentuknya menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. Nilai-nilai baik yang diwariskan melalui nasihat-nasihat tentang kehidupan dan keteladanan seperti bangun pagi, senantiasa sabar, banyak mengalah, kerja keras, dan jangan pernah meninggalkan salat lima waktu. Buku ini memang tidak melulu bercerita tentang ayah sang penulis, tetapi juga berisi banyak kisah tentang segala kehidupan bapak Adrinal, baik kisah kehidupan bersama orang tua, saudara-saudara, keluarganya maupun kisah-kisah perjalanan hidup pribadinya, baik dalam meniti karier maupun dalam menghadapi berbagai permasalahan hidupnya.

Buku ini mengisahkan lika-liku kehidupan Adrinal, saat masa kecil, saat bersama ayah ibunya, saat bersama saudara-saudaranya, saat menempuh karier, saat bersama keluarganya, dan saat mengejar cita-citanya membangun gerakan literasi SabiSabu. Kisah kehidupan pak Adrinal ini memang tidak mengkhususkan cerita yang berkaitan dengan ayahnya, tetapi lebih banyak cerita tentang dirinya sendiri. Tetapi semua yang diraih Adrinal sampai saat ini adalah cerminan perjuangan orang tuanya, khususnya ayahnya. Maka judul “Tribute to Ayah” sangat cocok menggambarkan isi buku ini karena pada hakikatnya sang penulis sedang mempersembahkan rekam jejak sang ayah melalui cerminan prestasi dan perjalanan kehidupan dirinya.

Membaca buku “luar biasa” ini, Anda akan merasakan seolah-olah mengalami kembali kenangan-kengan indah bersama ayah Anda. Membaca buku ini akan membuka cara pandang Anda tentang bagaimana cara bersyukur kepada orang tua. Mensyukuri nikmat kehidupan yang Anda rasakan saat ini yang hakikatnya adalah representasi dari hasil perjuangan orang tua Anda. Beginilah cara Adrinal mengungkapkan rasa syukurnya kepada sang ayah melalui persembahan buku berjudul “Tribute to Ayah”. Sebuah persembahan yang menginspirasi dan menggugah nurani.

Buku ini adalah karya nonfiksi karena ditulis berdasarkan fakta. Umumnya karya-karya nonfiksi selalu ada halaman daftar pustakanya, tetapi tidak demikian dengan buku ini. Buku ini tidak ada daftar pustakanya karena sumber primer data dari buku ini adalah sang penulisnya sendiri. Buku ini adalah kisah kehidupan sebenarnya dari sang penulisnya yang didedikasikan untuk sang ayah.

Sebagai penutup, saya mengucapkan selamat kepada pak Adrinal Tanjung untuk penerbitan buku barunya yang ke-33 yang berjudul “Tribute to Ayah”. Semoga buku ini dapat menginspirasi para ASN dan birokrat lain untuk semangat mengabadikan momen-momen berharga dalam kehidupannya ke dalam bentuk tulisan dan buku. Demikian pula selamat kepada komunitas Sabisabu (satu birokrat satu buku) yang telah sukses menyelenggarakan acara pra launching buku Tribute To Ayah ini. Salam sehat dan sukses selalu. []

 

Sukoharjo, 16 Juli 2021

 

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), Internatioal Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK), International Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation (UK), Internatioal Certified ThinkBuzan Practitioner in Speed Reading (UK), dan Internatioal Certified ThinkBuzan Praktitioner in Memory (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

Postingan Populer