Sumber Gambar: https://cdn-radar.jawapos.com/uploads/radarkudus/news/2021/07/19/ada-ppkm-darurat-salat-idul-adha-di-blora-ditiadakan_m_276386.jpg
IBADAH KURBAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Pandemi Covid-19 telah
melanda dunia selama satu tahun lebih. Telah dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan
menyebarnya pandemi ini dengan menelan biaya yang sangat besar, tetapi hingga
detik ini belum juga terlihat tanda-tanda akan segera berakhir. Setelah
dilakukan vaksinasi yang diharapkan akan mampu menekan angka jumlah orang yang
terpapar virus corona, tetapi hasilnya belum juga terlihat. Bahkan di
pertengahan tahun 2021 ini angka jumlah orang yang terpapar virus corona justru
menunjukkan kecenderungan naik terus. Menurut data pantauan virus Corona di
Indonesia update tanggal 24 Juli 2021 pukul 02:45 WIB, jumlah orang yang
positif bertambah 49.071 orang sehingga total jumlah orang yang positif
sebanyak 3.082.410 orang dan jumlah orang yang meninggal bertambah 1.566 orang
sehingga total jumlah orang meninggal karena Covid-19 sebanyak 80.598 orang.
Walaupun angka ini memiliki penafsiran makna yang relatif, akan tetapi tetap
menuntut keprihatinan kita bersama. Setiap hari terdapat ribuan orang meninggal
karena virus covid-19 ini. Kondisi ini menuntut rasa empati kita terhadap
orang-orang yang sedang menjalani isoma (isolasi mandiri) akibat terpapar virus
corona dan menuntut kepedulian kita bersama untuk saling menjaga diri dan
masyarakat dari bahaya virus corona dengan mengingatkan terus untuk menjaga
kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.
Di masa pandemi
Covid-19 ini, banyak sektor kehidupan yang terdampak, mulai dari mahalnya harga
barang-barang kebutuhan terkait prokes, banyaknya usaha yang gulung tikar
karena minim pelanggan hingga terjadinya PHK secara besar-besaran. Maka yang
terjadi adalah meningkatnya angka pengangguran dan angka kemiskinan serta
menurunnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Banyak masyarakat kecil yang
kesulitan untuk mendapatkan makanan pokok karena tidak memiliki uang untuk
membeli bahan makanan kebutuhan pokok akibat sudah tidak bekerja lagi. Rakyat kecil sangat membutuhkan bantuan dan
uluran tangan dari pemerintah maupun orang-orang yang mampu.
Berkaitan dengan
kondisi rakyat kecil di masa pandemi Covid-19 yang sangat memperihatinkan
tersebut, peringatan hari raya Idul adha atau Idul Kurban justru menemukan
momentumnya. Penyembelihan hewan Kurban (kambing, sapi, atau kerbau) sangat
berkaitan erat dengan kondisi dan situasi saat ini. Oleh karena itu, peringatan
hari raya Idul Adha di masa pandemi Covid-19 ini harusnya dilakukan dengan
lebih semangat (semangat untuk berkurban) dan bermakna oleh sebagian umat Islam
yang memiliki kemampuan harta kekayaan. Di masa pandemi Covid-19 ini jumlah
calon penerima daging hewan Kurban akan semakin banyak dibandingkan sebelum
masa pandemi akibat meningkatkan jumlah orang yang masuk kategori prasejahtera (miskin)
karena kehilangan mata pencahariannya atau karena kena PHK.
Daging hewan Kurban
merupakan makanan sumber protein yang tinggi. Daging adalah bahan makanan
simbol kemakmuran. Masyarakat yang kehidupannya makmur dicirikan dari
makanannya yang banyak mengandung protein dari daging. Sebaliknya, masyarakat prasejahtera dicirikan dari makanannya yang rendah protein
atau jarang makan daging. Maka penyembelihan hewan Kurban di hari raya Idul
Adha dan membagikannya ke masyarakat sekitar merupakan perwujudan dari upaya
mewujudkan ketahanan pangan di bidang daging. Setiap tahun siapapun, baik orang
kaya maupun orang miskin bisa menikmati daging kambing ataupun daging sapi
dengan mudah. Hanya saat peringatan hari raya Idul Adha sajalah semua lapisan
masyarakat secara serentah makan makanana olahan dari daging kambing atau
daging sapi. Maka momentum peringatan hari raya Idul Adha inilah saat rakyat
kecil bergembira dan berbahagia karena bisa menikmati makanan yang biasanya
hanya dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Perayaan hari raya Idul Adha
merupakan wujud dari adanya keadilan dan kepedulian sosial dalam ajaran agama
Islam.
Ibadah Kurban menjadi momentum yang
menggembirakan, baik secara ibadah maupun sosial. Distribusi daging kurban pun
menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat prasejahtera di masa Covid-19
ini. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar memiliki
potensi kurban yang signifikan. Pada tahun 2020, Institute for Demographic and Poverty
Studies (IDEAS) memproyeksikan bahwa potensi ekonomi kurban Indonesia
mencapai setara dengan 117 ribu ton daging yang berasal dari 2,3 juta orang
pekurban. Fakta ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi dari ibadah
tahunan kurban tidak dapat dipandang kecil. Asumsi berat kambing atau domba
antara 20-80 kg dengan berat karkas 42,5 persen. Sementara asumsi berat sapi
atau kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 50 persen (ACT
News, 2020).
Seorang peneliti di Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Askar
Muhammad menyatakan bahwa potensi ekonomi kurban nasional tahun 2020 diperkirakan
dapat mencapai Rp 20,5 triliun, yang berasal dari 2,3 juta orang pekurban
(Shahibul Qurban) di seluruh Indonesia. Angka Rp. 20,5 triliun tersebut
bersumber dari perkiraan 62,4 juta keluarga Muslim, dimana 9 persen (5,6 juta
keluarga) di antaranya adalah kelas menengah-atas dengan pengeluaran per kapita
di atas Rp 2,5 juta per bulan, yang merupakan keluarga Muslim sejahtera (Sandi,
2020).
Berdasarkan data
potensi ekonomi dari penyembelihan hewan kurban setiap tahun saat perayaan hari
raya Idul Adha di atas, maka jika dikelola dengan baik akan sangat berdampak
positif bagi kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan ibadah kurban setiap tahun
mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat, baik masyarakat kelas
atas-menengah maupun masyarakat kelas bawah. Peternak kambing, domba, sapi dan
kerbau akan mendapatkan keuntungan besar karena banyak pembeli yang membeli
hewan peliharaannya. Masyarakat kelas atas-menengah akan diuntuungkan dengan
harga daging kambing maupun sapi yang relatif lebih murah karena ketersediaan
daging di masyarakat yang melimpah sehingga menurunkan tingkat pembelian daging oleh masyarakat sehingga
berakibat menurunnya harga daging. Sedangkan masyarakat kelas bawah dan kelas
prasejahtera juga diuntungkan dengan mendapatkan daging hewan kurban secara
gratis sehinga mereka bisa ikut merasakan nikmatnya masakan daging kambing atau
daging sapi yang belum tentu bisa mereka rasakan setiap harinya.
Dalam konteks hubungan
kemasyarakatan, hari raya Idul Adha atau Idul Kurban adalah hari raya bersama,
tidak hanya hari raya khusus umat Islam saja. Mengapa? Karena masyarakat non
muslim pun juga dapat ikut merasakan kebahagiaan dan keberkahan dari hari raya
Idul Kurban dari pembagian daging kurban yang diberikan kepada semua anggota
masyarakat. Berbeda dengan harta zakat yang hanya boleh diberikan kepada
orang-orang tertentu saja sesuai aturan agama, maka daging hewan kurban boleh
diberikan kepada siapapun, bahkan kepada umat non muslim. Hal ini menunjukkan
bahwa ibadah kurban merupakan bentuk ibadah yang lebih berorientasi kepada
ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah kurban di hari raya Idul Adha di samping
menunjukkan ketaatan umat Islam dalam menjalankan ibadah juga memberikan dampak
positif terhadap tingkat kesejahteraan umat Islam dan masyarakat pada umumnya
serta menggerakkan roda perekonomian masyarakat. []
Referensi
ACT
News. (2020). Potensi Kurban dalam Perekonomian dan Ketahanan Pangan. Retrieved
July 27, 2021, from ACT News website:
https://news.act.id/berita/potensi-kurban-dalam-perekonomian-dan-ketahanan-pangan
Sandi,
F. (2020, July 15). Diam-Diam Potensi Kurban Bisa Putar Ekonomi Tembus Rp 20 T.
Retrieved July 27, 2021, from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200715154806-4-172947/diam-diam-potensi-kurban-bisa-putar-ekonomi-tembus-rp-20-t
Gumpang Baru, 28 Juli 2021
_____________________________________
Biodata Penulis
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 60 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), Internatioal Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK), International Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation (UK), International Certified ThinkBuzan Practitioner in Speed Reading (UK), dan International Certified ThinkBuzan Practitioner in Memory (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar