Powered By Blogger

Senin, 24 Januari 2022

IMPIAN, REALITAS, DAN PRODUKTIVITAS


IMPIAN, REALITAS, DAN PRODUKTIVITAS

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Selalu berusaha untuk tetap berada di jalan spirit perjuangan menuju perbaikan dan peningkatan kualitas diri adalah tekad hidupku. Tetapi terkadang diri ini selalu merasa ada bayang-bayang rasa putus asa dan rasa letih menghadapi hambatan dan rintangan yang selalu menghadang tiada henti.

 

Menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah, menerjang berbagai aral melintang yang menghadang ternyata tidaklah mudah. Perlu lebih banyak keringat yang harus bercucuran untuk bisa sampai pada akhir tujuan.

 

Puncak kesuksesan memang selalu tampak mengesankan. Jalan menuju puncak kesuksesan terkadang tampak halus, tetapi kenyataannya penuh dengan kerikil dan batu tajam yang menghadang. Sanggupkah diri ini menapaki jalan ke puncak kesuksesan yang menawan tersebut?

 

Hidup memang penuh cobaan. Kesuksesan memang harus diperjuangkan. Tidak ada yang sia-sia dengan doa dan ikhtiar. Hanya kepada Allah Swt saja tempat berserah dan berharap, tempat menggantungkan harapan dan impian dari setiap makhluk.

 

Beberapa tahun terakhir ini, di tengah-tengah himpitan beban berat akan tanggung jawab selaku pembelajar, diri ini tetap berusaha untuk mencatatkan prestasi. Menjadi pribadi yang produktif mengukir karya.

 

Alhamdulillah, akhirnya perjuangan itu mulai menampakkan hasil. Walau bukan prestasi yang luar biasa, hanya sebuah catatan kecil dari serpihan proses kehidupan ini, diri ini merasakan kepuasan. Puas bukan karena berhasil mencatatkan angka-angka indeks yang entah apa manfaatnya, tetapi puas karena diri ini bisa membuktikan mampu berkarya.

 

Memang kehidupan itu hanyalah "sawang sinawang". Kita mengira hidup orang lain lebih beruntung dari kita. Pun demikian orang lain juga mengira hidup kita lebih baik dari mereka. Itulah realita kehidupan. Oleh karena itu, sikap terbaik menjalani kehidupan adalah menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dan selalu berpikiran positif.

 

Setiap orang memiliki jalan perjuangan masing-masing. Maka menyibukkan diri dengan perjuangan sendiri adalah langkah terbaik. Yakin bahwa setiap perjuangan akan membuahkan hasil. Seberapa manis hasil perjuangan yang akan kita raih bergantung pada seberapa keras perjuangan kita. Wallahu A'lam. []

 

Gumpang Baru, 24 Januari 2022

 

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 70 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia di Kementerian Agama RI (2007), Peraih SPK Award Kategori “Anggota Teraktif” peringkat 1 (2021), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), ThinkBuzan Certified iMindMap Leader (UK), ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan Indomindmap Certified Growth Mindset Coach-GMC. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

 

Rabu, 19 Januari 2022

BELAJAR SPIRIT MENULIS DARI PROF. DR. NGAINUN NAIM


 

BELAJAR SPIRIT MENULIS DARI PROF. DR. NGAINUN NAIM

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Menulis merupakan kemampuan yang masih dianggap langka. Menulis tidak ada keterkaitannya dengan gelar akademik. Terbukti tidak semua orang yang memiliki gelar akademik tinggi mampu menghasilkan karya tulis, selain skripsi, tesis maupun disertasi. Padahal dunia akademik itu sangat erat dengan aktivitas menulis. Masih banyak para sarjana, magister, dan doktor yang mempunyai karya tulis hanya dari tugas akhir pendidikannya. Setelah selesai menempuh pendidikan tingginya dan menyandang gelar kesarjanaan, mereka tidak mampu menghasilkan karya tulis lagi. Pernyataan ini dapat didukung dengan fenomena perbandingan yang sangat jauh berbeda antara jumlah sarjana dengan jumlah karya tulis. Setiap tahun jutaan sarjana diwisuda oleh institusi pendidikan tinggi, tetapi tidak setiap tahun jutaan karya tulis dihasilkan dari para sarjana tersebut. Sebagai ilustrasi kita bisa melihat data hasil survei yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut data Survei Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan Strata 1 (sarjana) hingga Strata 3 (doktoral) hanya 6,4 juta atau 3,77 persen dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas. Namun berdasarkan hasil Sakernas tahun 2021, penduduk Indonesia yang berhasil menyelesaikan pendidikan di level yang sama sudah 17,06 juta atau 8,31 persen dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas. Data ini menunjukkan persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 pada 2021 naik 2,2 kali lipat dibandingkan kondisi 10 tahun sebelumnya (suara.com 2022). Selama 10 tahun jumlah penduduk Indonesia yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 sebanyak 10,66 juta orang atau rata-rata 1,06 juta  orang pertahun. Bandingkan dengan jumlah terbitan buku di Indonesia yang tidak sampai 18.000 judul buku pertahun (Kompas.com 2012). Membaca dua data ini tampak sekali bahwa perbandingan jumlah lulusan sarjana dengan jumlah buku yang ditulis memang sangat tidak seimbang. Hal ini memperkuat kebenaran hipotesis bahwa tidak ada keterkaitan antara gelar akademik dengan kemampuan menulis.

             Kemampuan menulis bisa dikatakan unik, yaitu bisa dikatakan sulit dan juga bisa  dikatakan mudah. Menulis itu terasa sangat sulit bagi orang yang belum pernah menulis atau orang yang baru sedang belajar memulai menulis. Para penulis pemula pasti membenarkan anggapan ini karena memang menulis itu tidak mudah. Sedangkan bagi para penulis professional ataupun orang yang sudah menulis banyak karya tulis, maka menurut mereka menulis itu mudah. Para penulis professional mungkin tidak mengalami kesulitan berarti ketika mereka mau menulis. Bahkan terkadang mereka bisa menulis seketika walaupun dengan tema yang bukan minat atau bidang keahlian mereka. Para penulis hebat yang memiliki jam terbang tinggi umumnya juga pembaca yang hebat. Oleh karena itu, wawasan dan pengetahuan mereka relatif luas, dimana mereka tidak hanya mengetahui bidang keilmuan mereka saja tetapi juga bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan langsung maupun yang kurang berkaitan langsung dengan ilmu keahlian mereka. Mereka bisa melayani pembuatan tulisan tema apapun dari penerbit buku atau media massa. Jadi, memang kemampuan menulis itu bersifat relatif. Tetapi yang pasti adalah menulis itu berkaitan dengan kemauan dan komitmen, bukan berkaitan langsung dengan gelar akademik.

            Penulis mulai mengawali menulis buku sejak tahun 2004. Hingga saat artikel ini ditulis, penulis telah menerbitkan 72 judul buku, baik berupa karya buku solo maupun buku-buku kolaborasi (antologi, book chapter) dengan berbagai tema. Akhir-akhir ini penulis lebih konsentrasi pada penulisan buku-buku referensi bidang pendidikan secara berkolaborasi dengan para akademisi. Setiap bulan minimal satu buku referensi pendidikan yang penulis tulis bersama para akademisi diterbitkan. Untuk dapat rutin setiap bulan menghasilkan karya buku, penulis bergabung di grup kolaborasi menulis yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit buku. Dengan bergabung di grup penulis, penulis memiliki aktivitas rutin untuk menulis buku setiap bulan. Dari keaktifan dan komitmen serta konsistensi dalam menulis tersebut, sejak empat tahun terakhir ini penulis telah menghasilkan puluhan buku setiap tahunnya. Tahun 2018 penulis menerbitkan 6 judul buku, tahun 2019 menerbitkan 6 judul buku, tahun 2020 menerbitkan 15 judul buku, dan terakhir tahun 2021 mampu menerbitkan 34 judul buku. Kebanyakan buku-buku penulis berupa buku kolaborasi, meskipun juga ada beberapa buku solo. Alhamdulillah berkat keseriusan dan komitmen untuk terus berkarya, selama empat tahun ini tren jumlah karya buku yang penulis hasilkan terus meningkat. Lantas, dari manakah penulis mendapatkan spirit menulis yang luar biasa itu? Spirit menulis yang luar biasa itu tidak lain datang dari guru, senior, motivator, dan inspirator menulis penulis yaitu bapak Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau adalah seorang penulis dan dosen di UIN Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung.

Bagaimana awalnya penulis bisa mengenal dan berinteraksi dengan beliau? Penulis mengenal, berinteraksi dan akhirnya bisa bertemu secara langsung dengan bapak Prof. Dr. Ngainun Naim sejak tahun 2017. Penulis pertama kali berinteraksi dengan beliau saat penulis mengikuti Pelatihan Menulis Buku Ajar (PMBA) secara daring melalui aplikasi Telegram yang diselenggarakan oleh yayasan Matapena School. Dalam kegiatan pelatihan menulis buku ajar tersebut, bapak Prof. Dr. Ngainun Naim (waktu itu beliau belum menjadi profesor) berlaku sebagai narasumber sedangkan penulis sendiri menjadi peserta pelatihan. Dalam pelatihan menulis tersebut, penulis sangat tertarik dengan filosofi menulis beliau. Berkat ketertarikan penulis pada filosofi menulis beliau tersebut, akhirnya penulis mampu menerbitkan satu buku solo tentang motivasi menulis. Filosofi menulis Prof. Dr. Ngainun Naim yang sangat menginspirasi penulis tersebut adalah menulis bagi beliau bagaikan sebuah klangenan. Penulis tahu bahwa kata klangenan itu merujuk pada sesuatu aktivitas yang menyenangkan atau membahagiakan. Hal itu berarti jika Prof. Dr. Ngainun Naim menganggap aktivitas menulis itu sebuah klangenan, maka bagi beliau kegiatan menulis itu bukan kegiatan yang berat dan membosankan, tetapi justru menjadi kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan beliau. Jadi praktis bagi beliau menulis itu kegiatan yang mudah dan ringan; dan bahkan membahagiakan (Saputro 2020a). Sungguh sebuah filosofi menulis yang sangat menarik dan menggelitik. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk ingin mencoba menerapkan filosofi menulis sebagai klangenan dalam aktivitas menulis penulis sendiri.

            Penulis pun akhirnya menerapkan filosofi klangenan menulis dari Prof. Dr. Ngainun Naim tersebut. Selama enam bulan lebih penulis berusaha menulis setiap harinya. Setiap hari penulis berusaha menulis minimal satu artikel. Terkadang ketika sedang banyak ide berseliweran di pikiran, penulis mampu menulis 2 sampai 3 artikel dalam satu hari. Jika karena sesuatu hal ada satu hari yang penulis terlewatkan menulis satu artikel, maka di hari lain penulis menyaur utang menulis arttikel tersebut dengan menulis doble artikel. Demikianlah penulis berusaha  menerapkan inspirasi menulis dari Prof. Dr. Ngainun Naim tersebut dengan konsisten dan komitmen tinggi. Penulis berusaha menikmati aktivitas menulis setiap hari tersebut dengan tanpa merasa berat atau bosan.

Ternyata dari kebiasaan menulis artikel setiap hari tersebut, bukan rasa capek atau rasa bosan yang penulis rasakan, tetapi justru muncul rasa ketagihan untuk terus menulis setiap hari. Penulis merasakan rasa nikmat ketika proses menulis dan merasakan datangnya rasa puas ketika tulisan sudah selesai. Jika ada satu hari yang terlewatkan menulis, maka penulis merasakan seperti ada sesuatu yang hilang dari diri penulis dan sesuatu tersebut mengganggu pikiran. Jika ada sehari yang penulis tidak menulis, maka penulis tidak bisa tidur nyenyak dan seperti ada beban pikiran di bawah alam bawah sadar penulis. Inilah efek dari klangenan menulis yang mulai merasuki diri penulis. Penulis akhirnya ketagihan untuk terus menulis. Hingga akhirnya satu tahun berikutnya sejak mengikuti pelatihan menulis bersama Prof. Dr. Ngainun Naim, penulis berhasil menerbitkan empat buku solo. Sebuah pencapaian yang luar biasa menurut penulis pribadi. Dulu penulis hanya mampu menulis satu buku solo dalam beberapa tahun, tetapi semenjak bertemu dan mendapatkan spirit menulis dari Prof. Dr. Ngainun Naim, dalam waktu satu tahun penulis mampu menulis dan menerbitkan empat buku solo sekaligus.

            Pada bulan Januari 2019, bapak Prof. Dr. Ngainun Naim menjadi tuan rumah penyelenggaraan seminar literasi dalam rangka acara Kopdar 2 grup menulis Sahabat Pena Kita (SPK). Beliau secara pribadi mengundang penulis untuk dapat hadir mengikuti acara seminar literasi tersebut di kampus UIN Sayyid Ali Ramatullah Tulungagung (saat itu masih bernama IAIN Tulungagung). Penulis pun memberitahu beliau bahwa penulis insyaAllah bisa hadir dalam seminar literasi tersebut. Itulah pertama kalinya penulis dapat bertemu secara langsung face to face dengan Prof. Dr. Ngainun Naim setelah sebelumnya hanya berinteraksi secara maya melalui aplikasi WhatsApp, Telegram maupun social media Facebook. Dalam kesempatan acara seminar literasi tersebut, selesai acara seminar penulis menyempatkan diri untuk menghadiahkan dua karya buku solo penulis yang berjudul Kimia Kehidupan (Saputro 2018b) dan Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan (Saputro 2018a) kepada beliau. Buku Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan merupakan buku tentang motivasi menulis yang terinspirasi dari filosofi menulis beliau yaitu menulis sebagai klangenan (Saputro 2020b).

            Demikianlah kisah perkenalan dan pertemuan penulis dengan bapak Prof. Dr. Ngainun Naim. Berkat inspirasi, motivasi dan spirit menulis beliau, penulis mampu menikmati proses kreatif menulis dan menjadi produktif menulis. Dalam tiga tahun terakhir ini, penulis mampu menulis lebih dari 50 judul buku, baik buku solo maupun buku kolaborasi. Capaian produktivitas penulis dalam berkarya ini tidak lepas dari peranan Prof. Dr. Ngainun Naim yang telah membuka kesadaran penulis tentang tujuan menulis. Beliau pernah mengatakan bahwa tujuan menulis itu sebaiknya diniatkan bukan untuk mencari keuntungan finansial belaka, tetapi untuk berbagi ilmu dan manfaat kepada orang lain. Jika dari buku yang kita terbitkan akhirnya menghasilkan keuntungan finansial berupa royalty, maka itu hanyalah bonus dari Allah Swt saja. Penulis pun mencoba mengikuti jejak langkah beliau untuk menikmati aktivitas menulis dan bukan bertujuan untuk mencari uang semata.

Alhamdulillah akhirnya penulis bisa menikmati proses kreatif menulis tersebut dengan hati senang, bahagia dan perasaan puas. Penulis sangat bersyukur dapat menikmati proses kreatif menulis buku ini secara alami. Dan penulis lebih bersyukur lagi karena ternyata dari aktivitas menulis buku ini Allah Swt memberikan bonus rezeki berupa uang yang lumayan besar bagi penulis dan keluarga penulis. Dalam tiga tahun terakhir ini, dari aktivitas menulis buku penulis mendapatkan bonus rezeki puluhan juta rupiah. Tahun 2021 kemarin penulis mendapatkan bonus rezeki dari aktivitas menulis buku bahkan melebihi gaji penulis selama satu tahun sebagai seorang dosen PNS. Alhamdulillah…terima kasih ya Allah atas kemurahan-Mu mengkaruniai hamba dan keluarga hamba bonus rezeki yang halal dan barokah. Terima kasih juga kepada bapak Prof. Dr. Ngainun Naim yang telah menginspirasi dan membangkitkan spirit menulis penulis serta membuka kesadaran penulis tentang tujuan menulis. Semoga Prof. Dr. Ngainun Naim selalu dikaruniai kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan. Selamat atas capaian prestasinya memperoleh anugerah gelar akademik tertinggi sebagai Profesor. Semoga semakin sukses dan bermanfaat. Amin. []

 

Gumpang Baru, 19 Januari 2022

 

 

Referensi

Kompas.com. 2012. “Jumlah Terbitan Buku di Indonesia Rendah.” KOMPAS.com. Retrieved January 19, 2022 (https://edukasi.kompas.com/read/2012/06/25/08121853/~Edukasi~News).

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2018a. Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Ciamis: CV. Tsaqiva Publishing.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2018b. Kimia Kehidupan : Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2020a. “Belajar Inspirasi Menulis dari Dr. Ngainun Naim : Kisah Awal Perkenalan dengan Sang Inspirator Menulis.” Pp. 4–8 in Literasi Diri : Tentang Aku dan Buku-Bukuku. Tulungagung: Akademia Pustaka.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2020b. “Klangenan, Literasi, dan Tulungagung : Catatan Pertemuan dengan Sang Inspirator Literasi di Kopdar II SPK.” Pp. 11–15 in Mendulang Literasi di Kampus Dakwah dan Peradaban. Tulungagung: Akademia Pustaka.

suara.com. 2022. “Jumlah Sarjana di Indonesia Naik Tiga Kali Lipat Dibandingkan 2010.” suara.com. Retrieved January 19, 2022 (https://www.suara.com/partner/content/dialeksis/2021/07/09/141959/jumlah-sarjana-di-indonesia-naik-tiga-kali-lipat-dibandingkan-2010).

 

 

 

Biodata Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 70 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan buku pelajaran kimia di Kementerian Agama RI (2007), Peraih SPK Award Peringkat 1 Kategori “Anggota Teraktif” (2021), Penulis buku non fiksi tersertifikasi BNSP, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan trainer tersertifikasi Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), ThinkBuzan Certified iMindMap Leader (UK), ThinkBuzan Certified Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner (UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan Indomindmap Certified Growth Mindset Coach-GMC. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com

            

Postingan Populer