BELAJAR SPIRIT MENULIS DARI PROF. DR. NGAINUN NAIM
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Menulis merupakan kemampuan
yang masih dianggap langka. Menulis tidak ada keterkaitannya dengan gelar akademik.
Terbukti tidak semua orang yang memiliki gelar akademik tinggi mampu
menghasilkan karya tulis, selain skripsi, tesis maupun disertasi. Padahal dunia
akademik itu sangat erat dengan aktivitas menulis. Masih banyak para sarjana,
magister, dan doktor yang mempunyai karya tulis hanya dari tugas akhir
pendidikannya. Setelah selesai menempuh pendidikan tingginya dan menyandang
gelar kesarjanaan, mereka tidak mampu menghasilkan karya tulis lagi. Pernyataan
ini dapat didukung dengan fenomena perbandingan yang sangat jauh berbeda antara
jumlah sarjana dengan jumlah karya tulis. Setiap tahun jutaan sarjana diwisuda
oleh institusi pendidikan tinggi, tetapi tidak setiap tahun jutaan karya tulis
dihasilkan dari para sarjana tersebut. Sebagai ilustrasi kita bisa melihat data
hasil survei yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut data Survei
Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun
2010 jumlah penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas yang menamatkan
pendidikan Strata 1 (sarjana) hingga Strata 3 (doktoral) hanya 6,4 juta atau
3,77 persen dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas. Namun berdasarkan
hasil Sakernas tahun 2021, penduduk Indonesia yang berhasil menyelesaikan
pendidikan di level yang sama sudah 17,06 juta atau 8,31 persen dari total
penduduk berusia 15 tahun ke atas. Data ini menunjukkan persentase penduduk
yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 pada 2021 naik 2,2 kali lipat
dibandingkan kondisi 10 tahun sebelumnya (suara.com
2022).
Selama 10 tahun jumlah penduduk Indonesia yang menyelesaikan pendidikan S1
hingga S3 sebanyak 10,66 juta orang atau rata-rata 1,06 juta orang pertahun. Bandingkan dengan jumlah
terbitan buku di Indonesia yang tidak sampai 18.000 judul buku pertahun (Kompas.com 2012). Membaca dua data
ini tampak sekali bahwa perbandingan jumlah lulusan sarjana dengan jumlah buku
yang ditulis memang sangat tidak seimbang. Hal ini memperkuat kebenaran hipotesis
bahwa tidak ada keterkaitan antara gelar akademik dengan kemampuan menulis.
Kemampuan menulis bisa dikatakan unik, yaitu
bisa dikatakan sulit dan juga bisa dikatakan mudah. Menulis itu terasa sangat sulit
bagi orang yang belum pernah menulis atau orang yang baru sedang belajar memulai
menulis. Para penulis pemula pasti membenarkan anggapan ini karena memang
menulis itu tidak mudah. Sedangkan bagi para penulis professional ataupun orang
yang sudah menulis banyak karya tulis, maka menurut mereka menulis itu mudah. Para
penulis professional mungkin tidak mengalami kesulitan berarti ketika mereka
mau menulis. Bahkan terkadang mereka bisa menulis seketika walaupun dengan tema
yang bukan minat atau bidang keahlian mereka. Para penulis hebat yang memiliki
jam terbang tinggi umumnya juga pembaca yang hebat. Oleh karena itu, wawasan
dan pengetahuan mereka relatif luas, dimana mereka tidak hanya mengetahui
bidang keilmuan mereka saja tetapi juga bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan langsung
maupun yang kurang berkaitan langsung dengan ilmu keahlian mereka. Mereka bisa
melayani pembuatan tulisan tema apapun dari penerbit buku atau media massa. Jadi,
memang kemampuan menulis itu bersifat relatif. Tetapi yang pasti adalah menulis
itu berkaitan dengan kemauan dan komitmen, bukan berkaitan langsung dengan
gelar akademik.
Penulis
mulai mengawali menulis buku sejak tahun 2004. Hingga saat artikel ini ditulis,
penulis telah menerbitkan 72 judul buku, baik berupa karya buku solo maupun
buku-buku kolaborasi (antologi, book chapter) dengan berbagai tema. Akhir-akhir
ini penulis lebih konsentrasi pada penulisan buku-buku referensi bidang
pendidikan secara berkolaborasi dengan para akademisi. Setiap bulan minimal
satu buku referensi pendidikan yang penulis tulis bersama para akademisi
diterbitkan. Untuk dapat rutin setiap bulan menghasilkan karya buku, penulis
bergabung di grup kolaborasi menulis yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit
buku. Dengan bergabung di grup penulis, penulis memiliki aktivitas rutin untuk
menulis buku setiap bulan. Dari keaktifan dan komitmen serta konsistensi dalam
menulis tersebut, sejak empat tahun terakhir ini penulis telah menghasilkan
puluhan buku setiap tahunnya. Tahun 2018 penulis menerbitkan 6 judul buku, tahun
2019 menerbitkan 6 judul buku, tahun 2020 menerbitkan 15 judul buku, dan
terakhir tahun 2021 mampu menerbitkan 34 judul buku. Kebanyakan buku-buku
penulis berupa buku kolaborasi, meskipun juga ada beberapa buku solo. Alhamdulillah
berkat keseriusan dan komitmen untuk terus berkarya, selama empat tahun ini
tren jumlah karya buku yang penulis hasilkan terus meningkat. Lantas, dari
manakah penulis mendapatkan spirit menulis yang luar biasa itu? Spirit menulis
yang luar biasa itu tidak lain datang dari guru, senior, motivator, dan inspirator
menulis penulis yaitu bapak Prof. Dr.
Ngainun Naim. Beliau adalah seorang penulis dan dosen di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung.
Bagaimana awalnya penulis
bisa mengenal dan berinteraksi dengan beliau? Penulis mengenal, berinteraksi
dan akhirnya bisa bertemu secara langsung dengan bapak Prof. Dr. Ngainun Naim
sejak tahun 2017. Penulis pertama kali berinteraksi dengan beliau saat penulis
mengikuti Pelatihan Menulis Buku Ajar (PMBA) secara daring melalui aplikasi
Telegram yang diselenggarakan oleh yayasan Matapena School. Dalam kegiatan
pelatihan menulis buku ajar tersebut, bapak Prof. Dr. Ngainun Naim (waktu itu
beliau belum menjadi profesor) berlaku sebagai narasumber sedangkan penulis sendiri
menjadi peserta pelatihan. Dalam pelatihan menulis tersebut, penulis sangat
tertarik dengan filosofi menulis beliau. Berkat ketertarikan penulis pada
filosofi menulis beliau tersebut, akhirnya penulis mampu menerbitkan satu buku solo
tentang motivasi menulis. Filosofi menulis Prof. Dr. Ngainun Naim yang sangat
menginspirasi penulis tersebut adalah menulis bagi beliau bagaikan sebuah
klangenan. Penulis tahu bahwa kata klangenan itu merujuk pada sesuatu aktivitas
yang menyenangkan atau membahagiakan. Hal itu berarti jika Prof. Dr. Ngainun
Naim menganggap aktivitas menulis itu sebuah klangenan, maka bagi beliau
kegiatan menulis itu bukan kegiatan yang berat dan membosankan, tetapi justru
menjadi kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan beliau. Jadi praktis bagi
beliau menulis itu kegiatan yang mudah dan ringan; dan bahkan membahagiakan (Saputro 2020a). Sungguh sebuah
filosofi menulis yang sangat menarik dan menggelitik. Oleh karena itu, penulis
sangat tertarik untuk ingin mencoba menerapkan filosofi menulis sebagai
klangenan dalam aktivitas menulis penulis sendiri.
Penulis
pun akhirnya menerapkan filosofi klangenan menulis dari Prof. Dr. Ngainun Naim
tersebut. Selama enam bulan lebih penulis berusaha menulis setiap harinya. Setiap
hari penulis berusaha menulis minimal satu artikel. Terkadang ketika sedang
banyak ide berseliweran di pikiran, penulis
mampu menulis 2 sampai 3 artikel dalam satu hari. Jika karena sesuatu hal ada
satu hari yang penulis terlewatkan menulis satu artikel, maka di hari lain penulis
menyaur utang menulis arttikel tersebut dengan menulis doble artikel. Demikianlah
penulis berusaha menerapkan inspirasi
menulis dari Prof. Dr. Ngainun Naim tersebut dengan konsisten dan komitmen
tinggi. Penulis berusaha menikmati aktivitas menulis setiap hari tersebut
dengan tanpa merasa berat atau bosan.
Ternyata dari kebiasaan
menulis artikel setiap hari tersebut, bukan rasa capek atau rasa bosan yang penulis
rasakan, tetapi justru muncul rasa ketagihan untuk terus menulis setiap hari. Penulis
merasakan rasa nikmat ketika proses menulis dan merasakan datangnya rasa puas
ketika tulisan sudah selesai. Jika ada satu hari yang terlewatkan menulis, maka
penulis merasakan seperti ada sesuatu yang hilang dari diri penulis dan sesuatu
tersebut mengganggu pikiran. Jika ada sehari yang penulis tidak menulis, maka penulis
tidak bisa tidur nyenyak dan seperti ada beban pikiran di bawah alam bawah
sadar penulis. Inilah efek dari klangenan menulis yang mulai merasuki diri penulis.
Penulis akhirnya ketagihan untuk terus menulis. Hingga akhirnya satu tahun
berikutnya sejak mengikuti pelatihan menulis bersama Prof. Dr. Ngainun Naim, penulis
berhasil menerbitkan empat buku solo. Sebuah pencapaian yang luar biasa menurut
penulis pribadi. Dulu penulis hanya mampu menulis satu buku solo dalam beberapa
tahun, tetapi semenjak bertemu dan mendapatkan spirit menulis dari Prof. Dr.
Ngainun Naim, dalam waktu satu tahun penulis mampu menulis dan menerbitkan
empat buku solo sekaligus.
Pada
bulan Januari 2019, bapak Prof. Dr. Ngainun Naim menjadi tuan rumah
penyelenggaraan seminar literasi dalam rangka acara Kopdar 2 grup menulis Sahabat
Pena Kita (SPK). Beliau secara pribadi mengundang penulis untuk dapat hadir
mengikuti acara seminar literasi tersebut di kampus UIN Sayyid Ali Ramatullah
Tulungagung (saat itu masih bernama IAIN Tulungagung). Penulis pun memberitahu
beliau bahwa penulis insyaAllah bisa hadir dalam seminar literasi tersebut. Itulah
pertama kalinya penulis dapat bertemu secara langsung face to face dengan Prof. Dr. Ngainun Naim setelah sebelumnya hanya
berinteraksi secara maya melalui aplikasi WhatsApp, Telegram maupun social media
Facebook. Dalam kesempatan acara seminar literasi tersebut, selesai acara
seminar penulis menyempatkan diri untuk menghadiahkan dua karya buku solo penulis
yang berjudul Kimia Kehidupan (Saputro 2018b)
dan Ketika
Menulis Menjadi Sebuah Klangenan (Saputro 2018a) kepada beliau. Buku
Ketika
Menulis Menjadi Sebuah Klangenan merupakan buku tentang motivasi menulis
yang terinspirasi dari filosofi menulis beliau yaitu menulis sebagai klangenan (Saputro 2020b).
Demikianlah
kisah perkenalan dan pertemuan penulis dengan bapak Prof. Dr. Ngainun Naim.
Berkat inspirasi, motivasi dan spirit menulis beliau, penulis mampu menikmati
proses kreatif menulis dan menjadi produktif menulis. Dalam tiga tahun terakhir
ini, penulis mampu menulis lebih dari 50 judul buku, baik buku solo maupun buku
kolaborasi. Capaian produktivitas penulis dalam berkarya ini tidak lepas dari
peranan Prof. Dr. Ngainun Naim yang telah membuka kesadaran penulis tentang
tujuan menulis. Beliau pernah mengatakan bahwa tujuan menulis itu sebaiknya
diniatkan bukan untuk mencari keuntungan finansial belaka, tetapi untuk berbagi
ilmu dan manfaat kepada orang lain. Jika dari buku yang kita terbitkan akhirnya
menghasilkan keuntungan finansial berupa royalty, maka itu hanyalah bonus dari
Allah Swt saja. Penulis pun mencoba mengikuti jejak langkah beliau untuk menikmati
aktivitas menulis dan bukan bertujuan untuk mencari uang semata.
Alhamdulillah akhirnya penulis
bisa menikmati proses kreatif menulis tersebut dengan hati senang, bahagia dan perasaan
puas. Penulis sangat bersyukur dapat menikmati proses kreatif menulis buku ini
secara alami. Dan penulis lebih bersyukur lagi karena ternyata dari aktivitas
menulis buku ini Allah Swt memberikan bonus rezeki berupa uang yang lumayan
besar bagi penulis dan keluarga penulis. Dalam tiga tahun terakhir ini, dari
aktivitas menulis buku penulis mendapatkan bonus rezeki puluhan juta rupiah. Tahun
2021 kemarin penulis mendapatkan bonus rezeki dari aktivitas menulis buku bahkan
melebihi gaji penulis selama satu tahun sebagai seorang dosen PNS. Alhamdulillah…terima
kasih ya Allah atas kemurahan-Mu mengkaruniai hamba dan keluarga hamba bonus
rezeki yang halal dan barokah. Terima kasih juga kepada bapak Prof. Dr. Ngainun
Naim yang telah menginspirasi dan membangkitkan spirit menulis penulis serta
membuka kesadaran penulis tentang tujuan menulis. Semoga Prof. Dr. Ngainun Naim
selalu dikaruniai kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan. Selamat atas capaian prestasinya
memperoleh anugerah gelar akademik tertinggi sebagai Profesor. Semoga semakin
sukses dan bermanfaat. Amin. []
Gumpang Baru, 19 Januari 2022
Referensi
Kompas.com.
2012. “Jumlah Terbitan Buku di Indonesia Rendah.” KOMPAS.com. Retrieved
January 19, 2022
(https://edukasi.kompas.com/read/2012/06/25/08121853/~Edukasi~News).
Saputro, Agung Nugroho Catur. 2018a. Ketika
Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Ciamis: CV. Tsaqiva Publishing.
Saputro, Agung Nugroho Catur. 2018b. Kimia
Kehidupan : Model Integrasi Sains-Agama sebagai Panduan Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Saputro, Agung Nugroho Catur. 2020a.
“Belajar Inspirasi Menulis dari Dr. Ngainun Naim : Kisah Awal Perkenalan dengan
Sang Inspirator Menulis.” Pp. 4–8 in Literasi Diri : Tentang Aku dan
Buku-Bukuku. Tulungagung: Akademia Pustaka.
Saputro, Agung Nugroho Catur. 2020b.
“Klangenan, Literasi, dan Tulungagung : Catatan Pertemuan dengan Sang
Inspirator Literasi di Kopdar II SPK.” Pp. 11–15 in Mendulang Literasi di
Kampus Dakwah dan Peradaban. Tulungagung: Akademia Pustaka.
suara.com. 2022. “Jumlah Sarjana di
Indonesia Naik Tiga Kali Lipat Dibandingkan 2010.” suara.com. Retrieved
January 19, 2022
(https://www.suara.com/partner/content/dialeksis/2021/07/09/141959/jumlah-sarjana-di-indonesia-naik-tiga-kali-lipat-dibandingkan-2010).
Biodata
Penulis
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh
di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.)
ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis
tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain sebagai dosen, beliau juga seorang
pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 70 judul buku
(baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan
buku pelajaran kimia di Kementerian Agama RI (2007), Peraih SPK Award Peringkat
1 Kategori “Anggota Teraktif” (2021), Penulis buku non fiksi tersertifikasi
BNSP, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah
terakreditasi SINTA 2 dan 3, dan trainer tersertifikasi Indomindmap Certified
Trainer-ICT (Indonesia), ThinkBuzan Certified iMindMap Leader (UK), ThinkBuzan Certified
Applied Innovation Facilitator (UK), ThinkBuzan Certified Speed Reading Practitioner
(UK), ThinkBuzan Certified Memory Practitioner (UK), dan Indomindmap Certified Growth
Mindset Coach-GMC. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp
+6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-tulisan penulis
dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website :
https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar