Powered By Blogger

Kamis, 24 Agustus 2023

BUKU KE-100

 


 BUKU KE-100

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Beberapa hari yang lalu, di salah satu grup buku kolaborasi dimana saya menjadi salah satu penulisnya, baru saja diposting buku yang telah terbit. Buku hasil kolaborasi di bidang pendidikan tersebut berjudul Revolusi Pembelajaran Berkarakter. Saya memang sudah cukup lama mengikuti acara nubar (nulis bareng) atau menulis buku kolaborasi yang diselenggarakan komunitas penulis maupun penerbit buku. Saya aktif mengikuti program menulis buku kolaborasi di samping untuk menambah rekam jejak menulis juga untuk memelihara spirit menulis saya. Dengan ikut di program menulis buku kolaborasi, maka saya terpacu untuk menulis.

 

Saya dalam beberapa tahun ini memang lumayan aktif mengikuti program menulis buku kolaborasi. Walaupun begitu, saya tetap berkomitmen untuk bisa menghasilkan buku solo. Mengikuti program menulis buku kolaborasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sarana untuk memelihara spirit menulis. Tujuan akhirnya adalah tetap menulis buku solo. Alhamdulillah sejak tahun 2018 hingga sekarang, saya mampu menerbitkan minimal satu buku solo. Hanya di tahun 2021 saja saya tidak menerbitkan buku solo walaupun sudah memiliki draf bukunya, tetapi bisa ikut menulis puluhan judul buku kolaborasi.

 

Pada tahun 2023 ini, produktivitas saya dalam menulis buku menurun drastis. Jika di tahun-tahun sebelumnya, saya bisa menerbitkan satu atau dua judul buku solo dan puluhan buku kolaborasi, maka di tahun ini yang sudah berjalan lebih dari setengah tahun, saya baru bisa menerbitkan 7 judul buku yang terdiri atas 2 judul buku solo dan 5 judul buku kolaborasi. Hal itu tidak terlepas dari kondisi kesehatan saya yang sedang sakit.

 

Tahun ini saya lebih fokus ke menjalani proses pengobatan. Selama hampir 10 bulan ini saya telah menjalani lebih dari 5 kali tindakan operasi di Rumah Sakit dan setiap minggu rutin kontrol ke dokter. Kondisi kesehatan yang tidak sehat tersebut membuat saya kurang nyaman dan kurang maksimal dalam menulis. Hanya di sela-sela waktu di saat kondisi tubuh lumayan sehat dan nyaman untuk menulis, saya bisa konsentrasi menuliskan ide-ide gagasan pemikiran saya dalam bentuk tulisan.

 

Di awal tahun 2023 kemarin, saya memang membuat resolusi yang berbeda dengan resolusi di tahun-tahun sebeumnya. Kalau di tahun-tahun sebelumnya, resolusi saya adalah bisa lebih produktif menulis buku dengan target sekian buku, maka di tahun 2023 ini saya hanya membuat resolusi untuk bisa sembuh dari penyakit yang sudah bertahun-tahun bersemayam di tubuh saya dan kembali bisa beraktivitas normal. Itulah resolusi tahun 2023 yang saya buat, saya hanya ingin sembuh total dari segala penyakit yang menghinggapi tubuh saya dan bisa sehat walafiat sehingga bisa kembali menjalani aktivitas kehidupan secara normal tanpa gangguan rasa sakit.

 

Sekarang ini di tigaperempat perjalanan waktu tahun 2023, alhamdulillah kondisi kesehatan saya semakin membaik dan mulai bisa untuk beraktivitas normal. Walaupun belum sembuh total, minimal saya sudah mulai bisa beraktivitas seperti umumnya orang sehat walaupun masih menjalani pengobatan rawat jalan dan rutin setiap minggu sekali kontrol ke dokter. Terkait aktivitas menulis, pelan-pelan saya mulai melatih kembali untuk rutin menulis. Tidak mudah memulai kembali aktivitas yang sudah cukup lama ditinggalkan atau jarang dilakukan. Ternyata walaupun sudah pernah rutin menulis, ketika beberapa waktu lamanya berhenti menulis, otak menjadi beku dan sulit menemukan ide tulisan. Perlu ekstra tenaga, usaha dan pikiran untuk membiasakan diri kembali setiap hari mencari ide tulisan.

 

Sebagaimana saya jelaskan di awal tulisan ini bahwa beberapa hari yang lalu baru saja terbit kembali buku kolaborasi saya bersama para akademisi nusantara. Terbitnya buku kolaborasi tersebut, selain sebagai penanda bahwa saya mulai bisa beradaptasi kembali dengan aktivitas menulis, ada sesuatu yang istimewa dengan terbitnya buku tersebut. Buku kolaborasi tersebut terasa istimewa bagi saya pribadi karena buku tersebut merupakan buku saya yang ke-100 yang berhasil saya terbitkan sejak saya menekuni aktivitas menulis buku di tahun 2006. Berarti selama 17 tahun menjalani aktivitas menulis buku, saya telah mencetakan prestasi diri dengan menulis buku baik buku solo mapun buku kolaborasi sebanyak 100 judul.

 

Mungkin bagi seorang penulis buku profesional yang memiliki jam terbang tinggi dalam produktivitas menulis buku, bisa menerbitkan 100 judul buku selama 17 tahun itu termasuk kategori biasa atau bahkan mungkin masih kurang produktif, tetapi bagi saya pribadi capaian tersebut termasuk sangat luar biasa. Mengapa? Karena sebelumnya saya tidak pernah membayangkan akan bisa menulis buku sebanyak 100 judul. Dulu, saya merasa menulis buku itu sesuatu yang sangat sulit dan berat. Boro-boro menulis 100 judul buku, menulis satu judul buku saja waktu itu belum ada bayangan. Pokoknya waktu itu, dalam pikiran saya menulis buku itu perlu kerja keras, perlu banyak membaca, perlu banyak ilmu, dan perlu keseriusan yang tinggi.

 

Walaupun sudah mencapai pada level sekarang ini dengan capaian rekam jejak menulis 100 judul buku, saya tetap merasa belum menjadi seorang penulis profesional. Mengapa? Karena istilah penulis profesional sering diasosiasikan dengan penulis yang menjadikan aktivitas menulisnya sebagai profesi utama dan telah menghasilkan banyak uang dari aktivitas menulisnya. Pandangan ini didukung dengan penjelasan tentang perbedaan antara penulis profesional dan penulis amatir di website penerbit Deepublish, bahwa penulis profesional adalah penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi. Sebaliknya penulis amatir, yaitu mereka yang menulis hanya sekadar hobi saja (Intan, 2019).

 

Penulis profesional adalah orang yang menjadikan aktivitas menulisnya sebagai profesi (profesi sebagai penulis), yang artinya menulis sebagai sumber penghasilan, Dengan merujuk kepada definisi ini, maka saya belum termasuk kategori penulis profesional karena aktivitas menulis yang saya jalani selama ini bukan sebagai profesi utama, melainkan baru sebatas hobi saja. Profesi utama saya saat ini adalah sebagai dosen. Saya menulis masih sekadar menyalurkan hobi, belum menjadi profesi utama dan sebagai sumber penghasilan utama. Jadi saya masih kategori penulis amatir, bukan penulis profesional.

 

Walaupun saya telah memiliki rekam kekak menulis 100 judul buku dan telah memperoleh sejumlah uang hingga ratusan juta rupiah dari aktivitas menulis buku sehingga saya bisa membeli rumah dan motor baru, saya masih tetap merasa belum menjadi seorang penulis profesional. Itulah yang saya rasakan sampai saat ini karena saya merasa masih tahap belajar dalam menulis. Saya masih perlu banyak belajar dari para penulis senior yang jauh lebih produktif dan pastinya profesional. Walaupun sejak tahun 2020 saya telah tersertifikasi sebagai penulis profesional dengan memiliki sertifikat kompetensi sebagai penulis buku nonfiksi dari  BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), tapi saya tetap merasa masih seorang penulis amatir. Entah akan sampai kapan saya akan merasa telah menjadi seorang penulis profesional. Biarlah waktu yang akan membuktikannya. []

 

 

Gumpang Baru, 24 Agustus 2023

 

Sumber bacaan:

Intan, N. (2019, March 17). Perbedaan Penulis Pemula dan Profesional Dalam Menulis Buku. Penerbit Deepublish. https://penerbitdeepublish.com/pemula-profesional-menulis-buku/

 

 

Jumat, 18 Agustus 2023

MENULIS UNTUK MEMERDEKAKAN DIRI DAN MENGABDI UNTUK NEGERI


MENULIS UNTUK MEMERDEKAKAN DIRI DAN MENGABDI UNTUK NEGERI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

 

Menekuni dunia kepenulisan bukanlah pilihan yang mudah. Perlu komitmen yang kuat dan konsistensi dalam menjaga spirit menulis. Dunia menulis adalah dunia yang unik dan penuh tantangan. Tidak semua orang yang bisa menulis mampu menekuni aktivitas menulis secara konsisten. Bisa menulis tidaklah cukup menjadi bekal untuk menjadi seorang penulis. Selain bisa menulis, perlu juga kemampuan menjaga komitmen dan konsistensi dalam menjalani aktivitas menulis. Spirit menulis harus terus dijaga dan dipelihara serta dihidupkan setiap waktu melalui konsisten menulis sepanjang waktu.

 

Menulis ketika dijalani dengan hati senang dan gembira, maka tidak akan terasa berat dan menyiksa. Banyak orang yang mencoba menulis tetapi jiwanya tidak menyatu dengan aktivitas menulisnya. Mereka menulis bukan karena dorongan dari dalam dirinya, melainkan karena dorongan faktor dari luar dirinya. Ada faktor eksternal yang menjadi alasan mengapa mereka menulis. Walaupun terasa berat dan kurang menikmati aktivitas menulisnya, mereka tetap bertahan menjalaninya karena mereka punya kepentingan dengan faktor eksternal tersebut. Faktor eksternal tersebut wujudnya beragam, misalnya karena tuntutan pekerjaan ataupun untuk  mendapatkan penghasilan. Faktor eksternal seperti itu akan memaksa seseorang untuk tetap menulis walaupun dirinya tidak merasakan kenikmatan saat menulis. Walaupun terpaksa, mereka  tetap mau menulis karena iming-iming kenaikan pangkat atau tambahan penghasilan yang akan diperolehnya setelah menyelesaikan naskah tulisannya.

 

Apakah semua orang yang menekuni aktivitas menulis merasakan hal yang sama dengan para penulis tersebut di atas? Tentu saja tidak. Masih banyak orang yang menekuni aktivitas menulis bukan karena faktor dorongan finansial, tetapi karena mereka suka dan menikmati proses kreatif menulis yang mereka jalani. Ketika menulis, mereka merasa bisa menjadi diri sendiri. Ketika sedang menulis, mereka merasa menemukan jati dirinya. Ketika sedang menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan, mereka merasakan perasaan tenang dan damai. Ketika sedang mengeksplorasi ide-ide tulisannya, mereka merasakan kebebasan yang seluas-luasnya. Mereka begitu tenggelam dalam kebahagiaan ketika sedang menulis. Orang-orang seperti inilah yang menekuni dunia menulis bukan karena faktor eksternal melainkan karena faktor internal. Efek dorongan faktor internal dampaknya lebih kuat dan lebih lama bertahan dibandingkan faktor eksternal.

 

Menulis itu perlu motivasi internal. Menulis itu perlu menikmati prosesnya. Menulis itu perlu merasakan kemerdekaan diri. Dengan menulis, seseorang dapat memerdekaan diri dari segala tekanan dan kekangan di sekitarnya. Menulis itu bukan hanya masalah menuangkan ide dan gagasan melainkan cara untuk memerdekakan diri. Saat kita menuangkan ide gagasan pemikiran, pada hakikatnya kita sedang menikmati kemerdekaan kita. Saat ide-ide dan gagasan mengalir dengan bebasnya di otak kita dan kita alirkan menjadi deretan kata-kata yang menjelma menjadi sebuah tulisan, pada hakikatnya kita sedang merayakan kemerdekaan diri. Menulis adalah cara untuk menikmati kemerdekaan diri. Menulis adalah jalan meraih kebebasan diri. Menulis adalah representasi dari kemerdekaan diri. Jadi, mengapa kita tidak merayakan kemerdekaan diri melalui menulis?

 

Selain untuk mengaktualisasikan kemerdekaan diri, menulis juga dapat dimanfaatkan untuk sarana mengadikan diri pada negeri tercinta. Melalui tulisan-tulisan yang bermuatan positif dan mendorong ke arah perbuatan baik, kita dapat mempersembahkan ilmu dan pengetahuan kita untuk pembangunan negeri. Tulisan-tulisan kita dapat menjadi wujud sumbangsih kita untuk memajukan negeri tercinta. Melalui gagasan-gagasan pemikiran kita tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik, berguna dan berdaya guna, kita dapat membantu kemajuan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia membutuhkan peran aktif kita selaku warga negara untuk ikut memajukan sumber daya manusianya. Nah, melalui aktivitas menulis kita dapat memotivasi dan menginspirasi orang untuk menjalani kehidupan dengan sikap positif dan semangat berkarya. Kita tak ubahnya seperti telah berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Menulis dapat menjadi sarana kita mengabdi dan memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indonesia.

 

Bangsa yang memiliki tingkat literasi tinggi akan berpeluang menjadi bangsa yang maju dan besar. Tingkat literasi suatu negara dapat dilihat dari indikator seberapa tinggi warga negara mengalokasikan waktu untuk membaca dan menulis. Ternyata di negara-negara yang maju, membaca sudah menjadi kebutuhan warga negaranya. Sebagai misal di Jepang yang merupakan salah satu negara maju di dunia. Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat literasi masyarakatnya yang sangat tinggi. Membaca bagi masyarakat Jepang bahkan dianggap sudah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan. Uniknya, Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat literasi masyarakatnya yang tetap tinggi di saat teknologi sudah berkembang pesat. Hal ini disebabkan karena berbagai program pendukung dari pemerintah Jepang yang ingin meningkatkan potensi literasi anak bangsanya (Nasution, 2022).

 

Sebaliknya, di negara-negara yang belum maju ataupun sedang berkembang sering dijumpai bahwa tingkat literasinya masih relatif rendah. Kita ambil contoh kondisi di negara kita sendiri.  UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa (KOMINFO, 2017). Hal ini memperkuat hipotesis bahwa ada korelasi positif antara tingkat literasi warga negara dengan kemajuan negara. Untuk memajukan bangsa, tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik (infrastruktur) melainkan juga perlu digalakkan pembangunan sumber daya manusianya melalui program-program peningkatan literasi.

 

Bangsa yang memliki tingkat literasi tinggi cenderung memiliki pandangan positif tentang masa depan. Bangsa yang tingkat literasinya tinggi relatif memandang masa depan dengan optimisme karena mereka yakin bahwa masa depan adalah hasil dari kinerja sekarang. Jika sekarang mereka bekerja dengan keras dan serius serta terukur dengan indikator pencapaian yang jelas, maka mereka yakin bahwa masa depan mereka akan cerah. Pandangan dan keyakinan yang positif terhadap masa depan akan berdampak pada peningkatan kualitas kinerja sekarang sehingga secara berkesinambungan kemajuan bangsa dapat diraih.

 

Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka diperlukan sumbangsih ide, gagasan, dan pemikiran yang kreatif dan inovatif tentang bagaimana meningkatkan tingkat literasi bangsa Indonesia. Kontribusi positif dari setiap warga negara Indonesia tersebut dapat diwujudkan dalam aksi nyata dan produktivitas karya-karya nyata yang kreatif dan inovatif sehingga akan berdampak positif terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Setiap warga negara harus memiliki tekad tinggi untuk menghasilkan karya-karya yang kreatif, inovatif, dan berdampak positif bagi kemajuan bangsa. Apapun profesi dan jenis pekerjaanya, setiap warga negara Indonesia melalui aktivitas pekerjaan dan tupoksi keprofesiannya harus berusaha memberikan sumbangsih pemikiran dan karya nyata untuk bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dihormati bangsa lain hanya akan terwujud jika semua warga negaranya mau dan sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara untuk memajukan bangsa Indonesia melalui aksi-aksi dan karya nyata. Semoga kita semua dimampukan dan diberikan kemudahan dalam memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia tercinta. Amin. []

 

Surakarta, 18 Agustus 2023

 

Daftar Bacaan

KOMINFO, P. (2017, October 10). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Retrieved October 12, 2020, from Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI website: http:///content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

Nasution, I. S. (2022, December 14). Jepang dan Tingginya Minat Baca. Retrieved August 19, 2023, from https://library.unida.gontor.ac.id/jepang-dan-tingginya-minat-baca/

 

_____________________________________

*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

 

Selasa, 15 Agustus 2023

GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI

 


GAYA BELAJAR BIDADARI KECIL KAMI

Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro



Anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah Swt. Kelahiran bidadari kecil setelah kami menunggu dan berharap selama sepuluh tahun lamanya telah menambah kebahagiaan di keluarga kami. Rumah kembali ramai dengan suara tangis si kecil dan suara tertawa kami karena tingkah lucu si kecil. Suara teriak-teriak si kecil sering terdengar karena digoda kakaknya. Terkadang si kecil sudah menangis masih juga tetap digoda karena gemasnya sang kakak. Kata sang kakak, "Lha adik lucu kalau menangis".

Sekarang, bidadari kecil kami telah tumbuh semakin besar dan berusia 5 tahun lebih. Ia telah duduk di sekolah TK B. Sejak duduk di sekolah TK, ia berubah aktivitas nya. Dulu biasanya ia lebih banyak bermain, tetapi sekarang aktivitas rutinnya selain bermain adalah belajar. Ia senang mewarnai gambar. Ia juga mulai belajar berhitung dan membaca. Proporsi waktu antara bermain dan belajar kami rasa masih wajar.

Satu lagi aktivitas yang dilakukan putri kecil kami adalah menonton YouTube Chanel anak-anak berbahasa Inggris. Setiap hari selain aktivitas bermain boneka, mewarnai gambar, dan menulis, ia meminjam HP papinya untuk menonton Chanel anak-anak di YouTube. Saya membolehkan ia mengakses YouTube karena yang ia lihat adalah Chanel acara anak-anak. Saya terkadang melihat acara apa yang ia tonton dan mengecek chanelnya. Ternyata memang Chanel yang ia tonton adalah Chanel bermain dan belajar untuk anak-anak.

Dari aktivitas menonton Chanel bermain anak-anak yang berbahasa Inggris, ternyata berdampak positif terhadap kemampuan si kecil dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris. Putri kecil kami secara autodidak belajar sendiri bagaimana berbicara dalam bahasa Inggris. Kami sempat kaget ketika tiba-tiba putri kecil kami berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris, sedangkan kami merasa belum pernah mengajarinya. Ketika kami tanya darimana adek belajar bahasa Inggris, dia menjawab dari HP papi, yang maksudnya adalah dari channel Youtube yang ia tonton di HP papinya. Sekarang dia sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jumlah vocabolary yang dihafal juga terus bertambah banyak. Untuk percakapan-percakapan pendek tema kehidupan sehari-hari, si kecil sudah mampu melakukannya dalam bahasa Inggris. Maminya terus mendorong mengenalkan vocabolary baru dengan cara bertanya ke dia dan si kecil akan meresponnya.

Mengikuti perkembangan kognitif putri kecil kami, terkait penggunaan gadget oleh anak kecil, kami merasa tidak semuanya membawa dampak negatif ke anak. Kami kira selama anak didampingi orang tua saat mengakses internet dan situs atau channel yang diakses adalah berkaitan dengan dunia anak-anak yang ada unsur pendidikannya, maka mengenalkan gadget ke anak-anak adalah tidak masalah. Selama ada pendampingan dan monitoring serta pengarahan orang tua ke anak ketika mengakses internet, maka dampak negatif efek penggunaan gadget oleh anak dapat diminimalisir.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa munculnya efek negatif penggunaan gadget oleh anak-anak karena kurang adanya pendampingan dan monitoring dari orang tua. Ketika orang tua berperan aktif dalam mengarahkan anak dalam menggunakan gadget, maka justru dampak positif yang akan diperolehnya. Jalan pikiran anak masih polos. Anak belum tahu mana tayangan yang baik dan mana tayangan yang tidak baik. Oleh karena itu, kehadiran orang tua dalam mendampingi proses belajar anak menjadi sangat penting.

Dalam proses belajar anak, orang tua harus hadir dalam proses tumbuh kembang anaknya. Orang tua harus menyediakan "ruangan belajar" yang luas bagi anak-anaknya agar proses eksplorasi dan pengenalan potensi diri anak dapat berlangsung dengan baik. Orang tua justru harus mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif agar anak-anaknya dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri dan bakat minatnya secara maksimal. Lingkungan belajar yang tepat akan dapat mendorong proses belajar anak mencapai tujuan secara maksimal. []


Ruang tunggu RS UNS, 15 Agustus 2023

___________________________________ 
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.

Postingan Populer