MENULIS UNTUK MEMERDEKAKAN DIRI DAN MENGABDI UNTUK NEGERI
Oleh:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Menekuni dunia kepenulisan bukanlah
pilihan yang mudah. Perlu komitmen yang kuat dan konsistensi dalam menjaga
spirit menulis. Dunia menulis adalah dunia yang unik dan penuh tantangan. Tidak
semua orang yang bisa menulis mampu menekuni aktivitas menulis secara
konsisten. Bisa menulis tidaklah cukup menjadi bekal untuk menjadi seorang
penulis. Selain bisa menulis, perlu juga kemampuan menjaga komitmen dan
konsistensi dalam menjalani aktivitas menulis. Spirit menulis harus terus
dijaga dan dipelihara serta dihidupkan setiap waktu melalui konsisten menulis
sepanjang waktu.
Menulis ketika dijalani dengan hati
senang dan gembira, maka tidak akan terasa berat dan menyiksa. Banyak orang
yang mencoba menulis tetapi jiwanya tidak menyatu dengan aktivitas menulisnya.
Mereka menulis bukan karena dorongan dari dalam dirinya, melainkan karena
dorongan faktor dari luar dirinya. Ada faktor eksternal yang menjadi alasan
mengapa mereka menulis. Walaupun terasa berat dan kurang menikmati aktivitas
menulisnya, mereka tetap bertahan menjalaninya karena mereka punya kepentingan
dengan faktor eksternal tersebut. Faktor eksternal tersebut wujudnya beragam, misalnya
karena tuntutan pekerjaan ataupun untuk
mendapatkan penghasilan. Faktor eksternal seperti itu akan memaksa
seseorang untuk tetap menulis walaupun dirinya tidak merasakan kenikmatan saat
menulis. Walaupun terpaksa, mereka tetap
mau menulis karena iming-iming kenaikan pangkat atau tambahan penghasilan yang
akan diperolehnya setelah menyelesaikan naskah tulisannya.
Apakah semua orang yang menekuni
aktivitas menulis merasakan hal yang sama dengan para penulis tersebut di atas?
Tentu saja tidak. Masih banyak orang yang menekuni aktivitas menulis bukan
karena faktor dorongan finansial, tetapi karena mereka suka dan menikmati
proses kreatif menulis yang mereka jalani. Ketika menulis, mereka merasa bisa
menjadi diri sendiri. Ketika sedang menulis, mereka merasa menemukan jati
dirinya. Ketika sedang menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan, mereka
merasakan perasaan tenang dan damai. Ketika sedang mengeksplorasi ide-ide
tulisannya, mereka merasakan kebebasan yang seluas-luasnya. Mereka begitu
tenggelam dalam kebahagiaan ketika sedang menulis. Orang-orang seperti inilah yang
menekuni dunia menulis bukan karena faktor eksternal melainkan karena faktor
internal. Efek dorongan faktor internal dampaknya lebih kuat dan lebih lama bertahan
dibandingkan faktor eksternal.
Menulis itu perlu motivasi internal.
Menulis itu perlu menikmati prosesnya. Menulis itu perlu merasakan kemerdekaan
diri. Dengan menulis, seseorang dapat memerdekaan diri dari segala tekanan dan
kekangan di sekitarnya. Menulis itu bukan hanya masalah menuangkan ide dan
gagasan melainkan cara untuk memerdekakan diri. Saat kita menuangkan ide
gagasan pemikiran, pada hakikatnya kita sedang menikmati kemerdekaan kita. Saat
ide-ide dan gagasan mengalir dengan bebasnya di otak kita dan kita alirkan
menjadi deretan kata-kata yang menjelma menjadi sebuah tulisan, pada hakikatnya
kita sedang merayakan kemerdekaan diri. Menulis adalah cara untuk menikmati
kemerdekaan diri. Menulis adalah jalan meraih kebebasan diri. Menulis adalah
representasi dari kemerdekaan diri. Jadi, mengapa kita tidak merayakan
kemerdekaan diri melalui menulis?
Selain untuk mengaktualisasikan
kemerdekaan diri, menulis juga dapat dimanfaatkan untuk sarana mengadikan diri
pada negeri tercinta. Melalui tulisan-tulisan yang bermuatan positif dan
mendorong ke arah perbuatan baik, kita dapat mempersembahkan ilmu dan
pengetahuan kita untuk pembangunan negeri. Tulisan-tulisan kita dapat menjadi
wujud sumbangsih kita untuk memajukan negeri tercinta. Melalui gagasan-gagasan
pemikiran kita tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik, berguna dan
berdaya guna, kita dapat membantu kemajuan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
membutuhkan peran aktif kita selaku warga negara untuk ikut memajukan sumber
daya manusianya. Nah, melalui aktivitas menulis kita dapat memotivasi dan
menginspirasi orang untuk menjalani kehidupan dengan sikap positif dan semangat
berkarya. Kita tak ubahnya seperti telah berkontribusi positif bagi kemajuan
bangsa. Menulis dapat menjadi sarana kita mengabdi dan memberikan kontribusi
positif bagi bangsa Indonesia.
Bangsa yang memiliki tingkat literasi
tinggi akan berpeluang menjadi bangsa yang maju dan besar. Tingkat literasi
suatu negara dapat dilihat dari indikator seberapa tinggi warga negara
mengalokasikan waktu untuk membaca dan menulis. Ternyata di negara-negara yang
maju, membaca sudah menjadi kebutuhan warga negaranya. Sebagai misal di Jepang
yang merupakan salah satu negara maju di dunia. Jepang merupakan salah satu
negara dengan tingkat literasi masyarakatnya yang sangat tinggi. Membaca bagi
masyarakat Jepang bahkan dianggap sudah menjadi bagian dari kebutuhan
sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan. Uniknya, Jepang merupakan salah satu
negara dengan tingkat literasi masyarakatnya yang tetap tinggi di saat
teknologi sudah berkembang pesat. Hal ini disebabkan karena berbagai program
pendukung dari pemerintah Jepang yang ingin meningkatkan potensi literasi anak
bangsanya (Nasution, 2022).
Sebaliknya, di negara-negara yang belum
maju ataupun sedang berkembang sering dijumpai bahwa tingkat literasinya masih relatif
rendah. Kita ambil contoh kondisi di negara kita sendiri. UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari
bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data
UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%.
Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset
berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan
oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia
dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis
berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi
penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di
atas negara-negara Eropa (KOMINFO, 2017). Hal ini
memperkuat hipotesis bahwa ada korelasi positif antara tingkat literasi warga negara
dengan kemajuan negara. Untuk memajukan bangsa, tidak cukup hanya dengan
pembangunan fisik (infrastruktur) melainkan juga perlu digalakkan pembangunan
sumber daya manusianya melalui program-program peningkatan literasi.
Bangsa yang memliki tingkat literasi
tinggi cenderung memiliki pandangan positif tentang masa depan. Bangsa yang
tingkat literasinya tinggi relatif memandang masa depan dengan optimisme karena
mereka yakin bahwa masa depan adalah hasil dari kinerja sekarang. Jika sekarang
mereka bekerja dengan keras dan serius serta terukur dengan indikator
pencapaian yang jelas, maka mereka yakin bahwa masa depan mereka akan cerah. Pandangan
dan keyakinan yang positif terhadap masa depan akan berdampak pada peningkatan
kualitas kinerja sekarang sehingga secara berkesinambungan kemajuan bangsa
dapat diraih.
Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka
diperlukan sumbangsih ide, gagasan, dan pemikiran yang kreatif dan inovatif
tentang bagaimana meningkatkan tingkat literasi bangsa Indonesia. Kontribusi
positif dari setiap warga negara Indonesia tersebut dapat diwujudkan dalam aksi
nyata dan produktivitas karya-karya nyata yang kreatif dan inovatif sehingga
akan berdampak positif terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Setiap warga negara
harus memiliki tekad tinggi untuk menghasilkan karya-karya yang kreatif,
inovatif, dan berdampak positif bagi kemajuan bangsa. Apapun profesi dan jenis
pekerjaanya, setiap warga negara Indonesia melalui aktivitas pekerjaan dan
tupoksi keprofesiannya harus berusaha memberikan sumbangsih pemikiran dan karya
nyata untuk bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju,
sejahtera, dihormati bangsa lain hanya akan terwujud jika semua warga negaranya
mau dan sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara untuk memajukan
bangsa Indonesia melalui aksi-aksi dan karya nyata. Semoga kita semua
dimampukan dan diberikan kemudahan dalam memberikan kontribusi positif bagi
kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia tercinta. Amin. []
Surakarta, 18 Agustus 2023
Daftar
Bacaan
KOMINFO,
P. (2017, October 10). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet
di Medsos. Retrieved October 12, 2020, from Website Resmi Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI website:
http:///content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media
Nasution, I. S.
(2022, December 14). Jepang dan Tingginya Minat Baca. Retrieved August 19,
2023, from https://library.unida.gontor.ac.id/jepang-dan-tingginya-minat-baca/
_____________________________________
*Agung
Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia,
2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah
Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an
buku lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar