BUKU KE-100
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Beberapa hari yang lalu, di salah satu grup
buku kolaborasi dimana saya menjadi salah satu penulisnya, baru saja diposting buku
yang telah terbit. Buku hasil kolaborasi di bidang pendidikan tersebut berjudul
Revolusi Pembelajaran Berkarakter. Saya memang sudah cukup lama mengikuti acara
nubar (nulis bareng) atau menulis buku kolaborasi yang diselenggarakan
komunitas penulis maupun penerbit buku. Saya aktif mengikuti program menulis buku
kolaborasi di samping untuk menambah rekam jejak menulis juga untuk memelihara
spirit menulis saya. Dengan ikut di program menulis buku kolaborasi, maka saya terpacu
untuk menulis.
Saya dalam beberapa tahun ini memang lumayan
aktif mengikuti program menulis buku kolaborasi. Walaupun begitu, saya tetap
berkomitmen untuk bisa menghasilkan buku solo. Mengikuti program menulis buku
kolaborasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sarana untuk memelihara
spirit menulis. Tujuan akhirnya adalah tetap menulis buku solo. Alhamdulillah
sejak tahun 2018 hingga sekarang, saya mampu menerbitkan minimal satu buku
solo. Hanya di tahun 2021 saja saya tidak menerbitkan buku solo walaupun sudah memiliki
draf bukunya, tetapi bisa ikut menulis puluhan judul buku kolaborasi.
Pada tahun 2023 ini, produktivitas saya dalam
menulis buku menurun drastis. Jika di tahun-tahun sebelumnya, saya bisa
menerbitkan satu atau dua judul buku solo dan puluhan buku kolaborasi, maka di
tahun ini yang sudah berjalan lebih dari setengah tahun, saya baru bisa
menerbitkan 7 judul buku yang terdiri atas 2 judul buku solo dan 5 judul buku
kolaborasi. Hal itu tidak terlepas dari kondisi kesehatan saya yang sedang sakit.
Tahun ini saya lebih fokus ke menjalani proses
pengobatan. Selama hampir 10 bulan ini saya telah menjalani lebih dari 5 kali
tindakan operasi di Rumah Sakit dan setiap minggu rutin kontrol ke dokter. Kondisi
kesehatan yang tidak sehat tersebut membuat saya kurang nyaman dan kurang
maksimal dalam menulis. Hanya di sela-sela waktu di saat kondisi tubuh lumayan sehat
dan nyaman untuk menulis, saya bisa konsentrasi menuliskan ide-ide gagasan
pemikiran saya dalam bentuk tulisan.
Di awal tahun 2023 kemarin, saya memang
membuat resolusi yang berbeda dengan resolusi di tahun-tahun sebeumnya. Kalau di
tahun-tahun sebelumnya, resolusi saya adalah bisa lebih produktif menulis buku
dengan target sekian buku, maka di tahun 2023 ini saya hanya membuat resolusi
untuk bisa sembuh dari penyakit yang sudah bertahun-tahun bersemayam di tubuh
saya dan kembali bisa beraktivitas normal. Itulah resolusi tahun 2023 yang saya
buat, saya hanya ingin sembuh total dari segala penyakit yang menghinggapi
tubuh saya dan bisa sehat walafiat sehingga bisa kembali menjalani aktivitas
kehidupan secara normal tanpa gangguan rasa sakit.
Sekarang ini di tigaperempat perjalanan
waktu tahun 2023, alhamdulillah kondisi kesehatan saya semakin membaik dan
mulai bisa untuk beraktivitas normal. Walaupun belum sembuh total, minimal saya
sudah mulai bisa beraktivitas seperti umumnya orang sehat walaupun masih
menjalani pengobatan rawat jalan dan rutin setiap minggu sekali kontrol ke
dokter. Terkait aktivitas menulis, pelan-pelan saya mulai melatih kembali untuk
rutin menulis. Tidak mudah memulai kembali aktivitas yang sudah cukup lama
ditinggalkan atau jarang dilakukan. Ternyata walaupun sudah pernah rutin
menulis, ketika beberapa waktu lamanya berhenti menulis, otak menjadi beku dan
sulit menemukan ide tulisan. Perlu ekstra tenaga, usaha dan pikiran untuk
membiasakan diri kembali setiap hari mencari ide tulisan.
Sebagaimana saya jelaskan di awal tulisan
ini bahwa beberapa hari yang lalu baru saja terbit kembali buku kolaborasi saya
bersama para akademisi nusantara. Terbitnya buku kolaborasi tersebut, selain
sebagai penanda bahwa saya mulai bisa beradaptasi kembali dengan aktivitas
menulis, ada sesuatu yang istimewa dengan terbitnya buku tersebut. Buku
kolaborasi tersebut terasa istimewa bagi saya pribadi karena buku tersebut
merupakan buku saya yang ke-100 yang berhasil saya terbitkan sejak saya
menekuni aktivitas menulis buku di tahun 2006. Berarti selama 17 tahun menjalani
aktivitas menulis buku, saya telah mencetakan prestasi diri dengan menulis buku
baik buku solo mapun buku kolaborasi sebanyak 100 judul.
Mungkin bagi seorang penulis buku profesional
yang memiliki jam terbang tinggi dalam produktivitas menulis buku, bisa menerbitkan
100 judul buku selama 17 tahun itu termasuk kategori biasa atau bahkan mungkin masih
kurang produktif, tetapi bagi saya pribadi capaian tersebut termasuk sangat
luar biasa. Mengapa? Karena sebelumnya saya tidak pernah membayangkan akan bisa
menulis buku sebanyak 100 judul. Dulu, saya merasa menulis buku itu sesuatu
yang sangat sulit dan berat. Boro-boro menulis 100 judul buku, menulis satu
judul buku saja waktu itu belum ada bayangan. Pokoknya waktu itu, dalam pikiran
saya menulis buku itu perlu kerja keras, perlu banyak membaca, perlu banyak
ilmu, dan perlu keseriusan yang tinggi.
Walaupun sudah mencapai pada level
sekarang ini dengan capaian rekam jejak menulis 100 judul buku, saya tetap merasa
belum menjadi seorang penulis profesional. Mengapa? Karena istilah penulis profesional
sering diasosiasikan dengan penulis yang menjadikan aktivitas menulisnya
sebagai profesi utama dan telah menghasilkan banyak uang dari aktivitas
menulisnya. Pandangan ini didukung dengan penjelasan tentang perbedaan antara
penulis profesional dan penulis amatir di website penerbit Deepublish, bahwa penulis
profesional adalah penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi.
Sebaliknya penulis amatir, yaitu mereka yang menulis hanya sekadar
hobi saja (Intan, 2019).
Penulis profesional adalah orang yang menjadikan
aktivitas menulisnya sebagai profesi (profesi sebagai penulis), yang artinya menulis
sebagai sumber penghasilan, Dengan merujuk kepada definisi ini, maka saya belum
termasuk kategori penulis profesional karena aktivitas menulis yang saya jalani
selama ini bukan sebagai profesi utama, melainkan baru sebatas hobi saja. Profesi
utama saya saat ini adalah sebagai dosen. Saya menulis masih sekadar
menyalurkan hobi, belum menjadi profesi utama dan sebagai sumber penghasilan
utama. Jadi saya masih kategori penulis amatir, bukan penulis profesional.
Walaupun saya telah memiliki rekam kekak
menulis 100 judul buku dan telah memperoleh sejumlah uang hingga ratusan juta
rupiah dari aktivitas menulis buku sehingga saya bisa membeli rumah dan motor
baru, saya masih tetap merasa belum menjadi seorang penulis profesional. Itulah
yang saya rasakan sampai saat ini karena saya merasa masih tahap belajar dalam menulis.
Saya masih perlu banyak belajar dari para penulis senior yang jauh lebih
produktif dan pastinya profesional. Walaupun sejak tahun 2020 saya telah tersertifikasi
sebagai penulis profesional dengan memiliki sertifikat kompetensi sebagai
penulis buku nonfiksi dari BNSP (Badan
Nasional Sertifikasi Profesi), tapi saya tetap merasa masih seorang penulis
amatir. Entah akan sampai kapan saya akan merasa telah menjadi seorang penulis profesional.
Biarlah waktu yang akan membuktikannya. []
Gumpang Baru, 24 Agustus 2023
Sumber
bacaan:
Intan, N. (2019, March 17). Perbedaan Penulis Pemula
dan Profesional Dalam Menulis Buku. Penerbit Deepublish.
https://penerbitdeepublish.com/pemula-profesional-menulis-buku/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar