Sumber Gambar : 6 TIPS BELAJAR MENULIS DENGAN CEPAT | Naskah Buku (caramenulisnaskahbuku.blogspot.com) |
Oleh
:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Menulis bukanlah sebuah
aktivitas yang sederhana. Dalam proses menulis melibatkan serangkaian tahapan,
seperti berpikir menemukan ide, mengumpulkan ide-ide, menganalisis ide,
mengurutkan ide agar sistematis dan terstruktur, menuangkan ide menjadi
tulisan, menulis, mengurutkan tulisan agar alur tulisan sistematis dan
terstruktur, memilih diksi, mengkaitkan keterkaitan antar kalimat dan antar paragraf,
menulis sampai akhir tulisan, membaca kembali tulisan, mengedit tulisan,
mereview ulang tulisan untuk memastikan tulisan tidak ada yang keliru, menyusun
tulisan menjadi satu naskah utuh, mengirimkan ke publisher atau memosting di
media social. Dengan segitu banyak tahapan dalam proses menulis, apakah bisa disebut
menulis itu aktivitas sederhana? Yang tepat adalah menulis itu aktivitas
kompleks.
Banyak orang yang ingin
dan mau menulis tapi tidak jadi tulisannya karena sudah mengalami kesulitan di
awal dan menemui kegagalan di tahap pertama, yaitu menemukan ide tulisan. Padahal menemukan ide tulisan merupakan tahap penting
dan menetukan dari keberlanjutan dalam proses menulis. Tanpa memiliki
ide tulisan, seseorang pasti tidak akan mampu menulis karena ia akan bingung
mau menulis apa. Di sinilah pentingnya keterampilan menjaring dan menemukan ide
tulisan. Dari manakah ide tulisan itu ditemukan?
Sebenarnya ide tulisan
dapat ditemukan di mana pun dan kapan pun. Dalam kondisi dan situasi apapun
sebenarnya seseorang dapat menemukan ide tulisan. Tetapi sayangnya banyak orang
yang kurang bisa memanfaatkan berbagai momentum kejadian sehari-hari sebagai
bahan untuk tulisan. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa ide tulisan
hanya dapat ditemukan di buku atau bacaan lainnya. Anggapan ini tidak salah,
tapi juga tidak benar seratus persen. Memang bacaan adalah sumber untuk menemukan
ide tulisan, tapi bukan satu-satunya sumber. Masih banyak sumber ide tulisan
yang lain yang belum dieksplor. Nah, di sinilah tugas seseorang yang mau
belajar menulis untuk berlatih mengeksplorasi ide-ide dan gagasan menulis dari
berbagai sumber.
Ide tulisan memang bisa
didapatkan dari aktivitas membaca, tetapi bukan berarti aktivitas lain tidak
dapat dimanfaatkan untuk menemukan ide tulisan. Selain melalui membaca, kita
dapat menemukan ide tulisan dari mengamati dan memikirkan peristiwa
sehari-hari. Atau bisa juga ide tulisan kita peroleh dari apa yang sedang kita
rasakan, entah saat galau, sedih, marah, senang, bahagia, dan lain-lain. Atau
bisa juga ide tulisan berasal dari pemikiran dan gagasan kita tentang sesuatu
hal. Pokoknya apapun isi hati dan pikiran kita dapat kita jadikan ide untuk
menulis.
Ketika kita mau
menulis, apa boleh kita menulis perasaan hati kita sendiri? Boleh dong. Emang
siapa yang melarang? Tidak ada larangan menuliskan isi hati kita menjadi
tulisan bertema curhatan hati. Sudah banyak kok penulis yang menulis
berdasarkan curhatan isi hatinya. Justru dengan mencurahkan rasa isi hati ke
dalam bentuk tulisan akan mampu membuat hati menjadi “plong” seolah-olah sedang
curhat kepada orang lain. Dari sinilah maka dikatakan menulis dapat sebagai
terapi atau obat hati, juga menulis dapat sebagai obat penghilang stress. Stress
itu karena pikiran kita ruwet sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Nah,
dengan mengubah isi pikiran di otak kita menjadi tulisan, maka kita sebenarnya
sedang mengurai pikiran-pikiran kita menjadi bagian-bagian yang sistematis dan
teratur. Dengan demikian pikiran kita menjadi lebih jernih dan akhirnya dapat mengetahui
apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu menurut skala prioritas dan urgensitasnya.
Terkait aktivitas
menulis, banyak orang yang bercita-cita ingin memiliki (baca : menulis dan
menerbitkan) buku karya sendiri. Tetapi ternyata cita-cita tersebut banyak yang
hanya tinggal angan-angan saja. Cita-cita saja tanpa diikuti dengan aksi nyata
menulis sama saja bohong. Sebesar apapun cita-cita seseorang jika tidak ada
langkah nyata untuk mewujudkannya maka cita-cita tersebut hanyalah sebuah mimpi
belaka. Sebenarnya, bagaimana sih caranya agar kita dapat menerbitkan buku karya
sendiri?
Untuk bisa menerbitkan
buku karya sendiri sebenarnya tidaklah sulit. Benarkah? Ya, karena memang bisa
dilakukan dengan mudah. Caranya bagaimana? Caranya adalah dengan bekerjasama
atau kolaborasi dengan orang lain. Jadi sebelum mampu menulis buku solo (buku
penulis tunggal), bisa dimulai dengan menulis buku antologi, yaitu buku yang
ditulis banyak orang dimana setiap kontributor (sebutan untuk penulis buku
antologi) menulis satu bab saja, kemudian kumpulan naskah tulisan dijadikan
satu, ditata menurut kemiripan tema, dan diterbitkan menjadi satu buku. Setiap penulis
yang berkontribusi tulisan tercantum namanya di bab yang ia tulis. Jadi penulis
seperti ini adalah penulis book chapter. Dalam penilaian angka kredit (PAK)
dosen, penulis book chapter ada poinnya. Tetapi dalam persyaratan mengikuti
sertifikasi kompetensi penulis buku nonfiksi di Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) melalui jalur portofolio, buku antologi atau book chapter tidak
diakui sebagai karya buku. Hanya buku mandiri yang diakui sebagai berkas persyaratan
mengikuti sertifikasi kompetensi penulis buku nonfiksi.
Penulis buku book
chapter atau antologi memang belum bisa disebut penulis buku karena ia memang
belum menulis buku, ia baru menulis bab buku. Yang disebut buku itu ya
keseluruhan isi buku yang terdiri dari judul buku, cover buku, kata pengantar,
daftar isi, isi buku, daftar pustaka, dan biografi penulis. Sedangkan penulis
buku antologi hanya menulis satu bab dalam buku. Oleh karena itu, penulis buku
antologi belum bisa dikatakan penulis buku, tetapi hanya kontributor naskah
buku book chapter.
Penghargaan penulis
buku dengan kontributor buku book chapter memang berbeda karena kompetensi yang
dimiliki memang berbeda. Penulis buku solo misalnya, ia memiliki kompetensi
menulis buku secara keseluruhan, mulai dari judul, kata pengantar, daftar isi, isi
buku, hingga daftar pustaka. Sementara kontributor buku book chapter hanya
mempunyai kompetensi menulis satu bab saja. Kalau seperti itu, lalu apa
untungnya menulis buku antologi atau book chapter kalau tidak diakui sebagai
penulis buku? Lho, memang menulis buku antologi itu bukan untuk gaya-gayaan
biar disebut sebagai penulis buku, tetapi sebagai ajang latihan menulis agar
nantinya bisa menulis buku solo sendiri.
Keuntungan dari sering
menulis buku antologi adalah kita akan terbiasa menulis berbagai tema sehingga
akhirnya kita mampu menulis buku solo secara penuh secara mandiri. Jadi bergabung
menjadi kontributor buku-buku antologi adalah jembatan kita untuk menghasilkan
karya buku solo. Apakah sekarang mengerti? Jadi jangan pernah menganggap remeh
para penulis buku antologi. Para kontributor buku-buku antologi itu adalah
calon-calon penulis buku solo (jika kemudian diikuti dengan menulis secara
mandiri hingga menjadi buku solo). Hebat bukan? Makanya jangan berkecil hati
jika baru bisa menulis buku antologi. Karya besar itu tidak pernah langsung
jadi, pasti berangkat dari karya-karya kecil dulu. Penulis professional yang
terkenal itu dulu pasti juga awalnya adalah penulis amatiran atau penulis
pemula.
Bagaimana caranya agar
kita dapat menulis banyak buku antologi sehingga menjadi terbiasa menulis untuk
bekal menulis buku solo nantinya? Jawabannya adalah bergabunglah dengan
komunitas atau grup menulis yang aktif menerbitkan buku antologi. Saat ini
banyak sekali komunitas-komunitas literasi yang secara rutin menerbitkan buku
antologi karya anggotanya. Masuklah ke salah satu atau beberapa grup literasi
tersebut dan jadilah anggota yang aktif menulis sehingga akan dapat memiliki
karya sendiri dalam wujud buku antologi yang diterbitkan oleh komunitas. Selain
bergabung dalam komunitas literasi, kita juga bisa mengikuti undangan menulis
buku antologi yang diselenggarakan oleh penerbit buku. Sekarang sudah banyak
penerbit yang memfasilitasi penerbitan buku-buku kolaborasi maupun buku antologi.
Dengan sering mengikuti undangan menulis buku bersama (nubar = nulis bareng),
lambat laun kita akan memiliki karya buku antologi yang banyak. Bekal dari
banyak menulis buku antologi akan menjadi modal untuk menulis buku solo. Maksudnya
bukan modal tulisan, tetapi modal kedisplinan dan komitmen serta kompetensi
menulisnya sehingga akhirnya tidak mengalami kesulitan ketika menulis buku solo
sendiri dengan ketebalan ratusan halaman.
Demikianlah pengalaman
yang pernah penulis jalani sekarang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku,
baik buku solo maupun buku antologi. Setiap tahun penulis rutin mampu
menerbitkan buku solo rata-rata 2-3 judul sedangkan buku antologi bisa mencapai
puluhan judul. Tahun 2020 kemarin penulis bisa menerbitakan 4 judul buku
mandiri (3 judul buku solo dan 1 judul buku tim) dan 11 judul buku antologi. Bagaimana
strategi penulis sehingga bisa menerbitkan buku solo sebanyak 3 judul?
Modal dasar untuk bisa
menerbitkan buku solo adalah memiliki stok banyak tulisan. Maka untuk bisa
menerbitkan buku solo, kita harus menyiapkan bahan-bahan tulisan yang akan kita
ramu menjadi satu sajian dalam bentuk buku solo. Oleh karena itu, satu-satunya
cara agar bisa menerbitkan buku solo adalah berlatih dan membiasakan diri untuk
menulis setiap hari. Tulisan-tulisan yang kita tulis setiap hari tersebut suatu
saat kalau sudah cukup banyak bisa kita kumpulkan jadi satu dan kita terbitkan
menjadi buku solo. Kalau sudah mempunyai simpanan tulisan yang banyak, kita
tinggal menata dan mengurutkan menurut kemiripan tema dan hierarki tema
pembahasan. Dengan cara demikian, maka impian menerbitkan buku solo bukanlah
hal yang mustahil. Mudah bukan? Tertarik untuk mencoba strategi ini? Ayo
sekarang menulis!
Penulis sendiri juga menerapkan
strategi tersebut. Setiap hari penulis berusaha menulis dengan tema yang
berbeda-beda tergantung ide yang muncul di pikiran. Tetapi apa yang penulis
tulis setiap hari tersebut memang diniatkan untuk dijadikan buku. Oleh karena
itu, agar nantinya memudahkan dalam penataan menjadi bahan buku solo, maka
setiap tulisan sudah penulis berikan tema atau calon judul buku dan diberi
penomoran yang urut. Dengan melihat nomor urut tulisan, maka penulis bisa tahu
mana topi tulisan yang sudah siap untuk dibukukan. Misalnya ada tema yang sudah
sampai nomor 30, maka sudah cukup bisa dibukukan menjadi buku solo dengan
ketebalan sekitar 150-200 halaman.
Demikianlah strategi
penulis agar mampu menerbitkan buku solo setiap tahunnya. Buku solo yang terbit
tahun berjalan adalah berasal dari bahan-bahan tulisan penulis di tahun
sebelumnya. Jadi setiap tahun penulis menyiapkan “tabungan” naskah buku untuk
diterbitkan di tahun depan. Selama tiga tahun terakhir ini penulis menerapkan
strategi ini dan hasilnya adalah penulis bisa setiap tahun rata-rata
menerbitkan 2-3 judul buku solo.
Sekian sedikit sharing
pengalaman menulis buku solo dari penulis. Penulis berharap semoga tulisan
sederhana ini bermanfaat dan dapat menginspirasi pembaca yang sedang bermimpi ingin
menerbitkan buku solo sendiri. Amin. []
Gumpang Baru, 01 Februari 2021
---------------------------------------------------------------
BIODATA PENULIS
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT. adalah
dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI
Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan
sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan
pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di
Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis
yang telah menerbitkan 36 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada
lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis
buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal
ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), Auditor
internal Certified
Internal Quality Audit SMM ISO 9001:2008, dan Trainer MindMap Certified
ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT
(Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan
email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel
penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
3 komentar:
Terima kasih pak doktor Ngainun Naim.
Bapak DR Agung Nugroho Catur Saputro,Salam kenal dengan Nuhung (Pendidik Kab.Bone)dengan Blog Museum Guru dengan Alamat Web.https://tekukurlayang.blogspot.com
Senang menyimak materi dari Bpk Dr ketika sharing Ilmu Via Zoom di Ruang Sahabat Guru Kelas Kab.Bone.Trims
Posting Komentar