Sumber Gambar : Alternatif Pembelajaran Daring 2020/2021 Disiapkan (mediaindonesia.com) |
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Pandemi
Covid-19 telah berlangsung hampir satu tahun, tetapi sampai saat ini belum ada
tanda-tanda akan berakhir. Pemerintah telah berusaha mengurangi dampak pandemi
covid-19 dengan berbagai program kebijakan yang bertujuan membantu meringankan
beban masyarakat walau hasilnya belum maksimal. Masyarakat memang tidak boleh
hanya mengandalkan pemerintah dalam menangani pandemi yang melanda seluruh
dunia ini, tetapi juga harus berinisiatif untuk berperan aktif dalam usaha
penanggulangan dampak negatif pandemi. Setiap warga negara harus mengambil
peran mendukung usaha pemerintah dalam menyelesaikan wabah dunia ini.
Pemerintah tidak akan berhasil mengusir virus Covid-19 ini dari bumi Indonesia
tanpa dukungan dan peran aktif setiap warga negara Indonesia. Setiap warga
negara harus berperan aktif mematuhi protokol kesehatan untuk memutus rantai
penularan virus Covid-19.
Pandemi
covid-19 ini adalah masalah bersama, masalah seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya
masalah individu ataupun hanya masalah pemerintah saja. Maka dukungan dan
kontribusi nyata dari setiap warga negara sangat dibutuhkan oleh negara saat
ini. Marilah kita dukung upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan
pandemi Covid-19 ini agar kita semua segera dapat kembali hidup normal dan
beraktivitas seperti sedia kala. Cepat atau lambatnya penyelesaian masalah pandemi
Covid-19 ini bergantung pada kita semua, warga negara Indonesia.
Salah
satu permasalahan yang dihadapi masyarakat umum dan pemerintah akibat dampak
pandemi Covid-19 adalah bidang pendidikan. Sejak adanya pandemi Covid-19, sektor
pendidikan juga terkena imbasnya secara langsung. Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan secara tatap muka di kelas (sekolah),
maka sejak ada pandemi Covid-19 harus dialihkan ke moda pembelajaran jarak jauh
secara daring (dalam jaringan, terjemahan dari kata online). Proses belajar mengajar yang semula di laksanakan di kelas
(sekolah) kemudian dialihkan menjadi dilakukan di rumah. Maka sejak pandemi
Covid-19 kita mengenal istilah baru yaitu BDR (Belajar Dari Rumah).
Pengalihan
kegiatan belajar mengajar dari sekolah ke rumah tujuannya adalah demi menjaga
keselamatan dan kesehatan peserta didik dari potensi tertulari virus Covid-19 saat
di sekolah. Tetapi tujuan baik tersebut ternyata juga menyisakan berbagai
persoalan yang tidak sederhana. Mengubah pembelajaran tatap muka di kelas
menjadi pembelajaran jarak jauh secara daring ternyata tidak sekadar memindahkan
kelas dari sekolah ke laptop atau handphone, tetapi juga harus memindahkan peserta
didik secara utuh, yaitu fisik dan psikisnya. Fisik peserta didik mudah
dipindahkan ke rumah saat kegiatan pembelajaran secara daring, tetapi psikisnya
belum tentu.
Perasaan
bosan bisa saja mendatangi para peserta didik karena belajar daring selama berbulan-bulan
di rumah. Peserta didik yang jiwanya senang dengan petualangan, eksplorasi dan
mencoba pengalaman-pengalaman baru seakan-akan terpenjara badannya di dalam
rumah dan psikisnya terkekang di penjara laptop/HP. Inilah efek lain yang
selama ini kurang terprediksi ketika proses pembelajaran hanya menggunakan
teknologi internet. Ternyata ada aspek lain yang tidak dapat digantikan oleh IT
ketika proses pembelajaran.
Selain
masalah psikis yaitu faktor kebosanan, ternyata praktik pembelajaran secara
daring selama pandemi Covid-19 ini meninggalkan beberapa persoalan. Dari mini
survey yang dilakukan, Suhubdy (2020 : 142) menemukan bahwa sebanyak 62,2% peserta didik
mengalami kesulitan dalam pembelajaran secara daring. Dari survei tersebut juga
terjaring beberapa alasan ayang mendukung tentang opini “kesulitan” melakukan pengajaran
daring, di antaranya:
1)
36% responden
menyatakan jaringan internet yang tidak
memadai;
2)
23,4% responden
menyatakan tidak tersedianya secara khusus fasilitas yang memadai;
3) 19,8% responden
menyatakan kurangnya pengetahuan tentang perangkat lunak yang dapat digunakan;
4)
8,1% responden
menyatakan lingkungan tempat bekerja (WFH) kurang kondusif; dan
5) 6,3% responden
menyatakan infrastruktur teknis pengajaran tidak memadai (kurang tersedianya
gawai canggih seperti komputer, handphone,
dll).
Sementara
itu, Puspaningtyas & Dewi (2020) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa mayoritas
peserta didik mengalami kendala terkait sinyal selama pembelajaran daring.
Banyak peserta didik juga belum dapat menguasai aplikasi pembelajaran daring
dengan baik sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Selain itu, peserta
didik menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dan lebih
menyukai berdiskusi secara tatap muka serta peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Padli & Rusdi (2020) menyimpulkan bahwa perilaku peserta didik dalam
pembelajaran daring cukup baik karena alasan proses pembelajaran yang lebih fleksibel
dan tidak menyita banyak waktu. Namun peserta didik tetap lebih memilih belajar
di sekolah daripada pembelajaran jarak jauh secara daring karena alasan
terkendala fasilitas dan biaya serta kurangnya interaksi kelas.
Menghadapi
perubahan model pembelajaran selama pandemi Covid-19 tersebut, para orang tua
dituntut untuk siap mendukung program sekolah daring. Bentuk dukungan dan peran
aktif orang tua dalam mendukung kesuksesan proses belajar-mengajar anak-anaknya
di rumah adalah dengan mendampingi proses belajar anak. Kata mendampingi tidak hanya
diartikan dengan mendampingi secara fisik, tetapi juga dapat diartikan dalam
arti spirit dan motivasi serta pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang
dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran daring menggunakan internet.
Dalam
pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19, para orang tua hendaknya
mendampingi proses belajar anak dengan mendampingi secara fisik (bagi peserta
didik TK dan SD), maupun mendampingi secara spirit yaitu memberikan motivasi
dan semangat kepada anaknya agar tetap belajar selayaknya belajar secara tatap
muka di sekolah (bagi peserta didik SMP, SMA dan mahasiswa). Orang tua juga
hendaknya memberikan sarana prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses
belajar mengajar secara daring yaitu laptop atau hand phone dan kuota internet. Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI telah memberikan bantuan kuota internet untuk peserta
didik/mahapeserta didik dan guru/dosen setiap bulan. Walaupun bantuan kuota
internet dari pemerintah tersebut tidak seratus persen menyelesaikan
permasalahan dalam pembelajaran daring, dan juga terlambat pemberian bantuannya
karena baru bulan Oktober ada bantuan kuota internet, tetapi minimal dapat membantu
sedikit mengurangi beban keuangan para orang tua dalam penyediaan kuota
internet.
Penulis
sendiri dalam mendampingi proses belajar anak penulis yang baru kelas 7 SMP
adalah dengan menyediakan fasilitas wifie di rumah sehingga anak tidak
mengalami kendala dalam akses internet. Selain itu juga fasilitas laptop dan handphone juga penulis sediakan. Alhamdulillah
sebelum terjadi pandemi Covid-19 penulis telah berlangganan akses internet di
rumah sehingga ketika dilaksanakan pembelajaran daring anak tidak mengalami
kendala. Untuk laptop juga tidak mengalami kendala karena sejak awal sebelum pandemi
Covid-19, sekolah sudah mewajibkan anak memiliki laptop untuk pembelajaran
secara daring.
Penulis
tidak mengalami kendala berarti dalam mendampingi anak belajar secara daring.
Karena penulis juga work from home
dan istri juga berada di rumah, maka selama pandemi Covid-19 ini penulis sekeluarga
justru dapat berkumpul di rumah setiap hari. Kebersamaan bersama keluarga
setiap hari selama berbulan-bulan ini merupakan berkah tersendiri bagi penulis.
Selama ini setiap hari penulis bepergian ke luar kota karena sedang menempuh
studi lanjut tingkat doktor sehingga kesempatan bertemu dan berinteraksi dengan
anak hanya setelah pulang di sore hari. Tetapi ketika pandemi Covid-19 ini
penulis dapat bertemu dan berinteraksi dengan anak setiap hari dan setiap
waktu. Selama berbulan-bulan belajar dan beraktivitas di rumah, apakah anak merasa
bosan? Suatu ketika penulis bertanya ke anak, pilih mana antara belajar di
rumah atau belajar di sekolah? Ternyata anak menjawab lebih suka belajar di
rumah. Hal ini menunjukkan anak tidak merasa bosan berada di rumah selama berbulan-bulan.
Dalam
mensikapi kondisi pandemi Covid-19, pihak sekolah anak juga mengadakan serangkaian
program pembelajaran untuk menjamin anak tetap belajar dan terpantau
aktivitasnya. Sekolah membuat program pembelajaran setiap bulan dengan
pembagian minggu pertama untuk pembelajaran menggunakan zoom meeting, minggu
kedua untuk pembelajaran dengan menggunakan Edmodo, minggu ketiga adalah
visiting guru ke rumah, dan minggu ke empat untuk tes. Dengan variasi metode
pembelajaran tersebut, sekolah berharap anak tidak mengalami kebosanan karena
metode belajarnya bervariasi dan juga tidak terlalu banyak menghabiskan kuota
internet. Hanya di minggu pertama saja penggunaan kuota internet cukup besar karena
pembelajarannya bersifat sinkronus dengan media zoom meeting, sedangkan di
minggu kedua dengan media Edmodo, peserta didik hanya membuka Edmodo untuk
mengakses tugas-tugas yang harus dikerjakan dan mengirimkannya. Dengan program
sekolah seperti itu, pihak sekolah berharap tetap dapat memberikan layanan
pendidikan yang memuaskan tanpa terlalu membebani orang tua terkait kuota
internet. Penulis pun mendukung sepenuhnya program dari sekolah tersebut dengan
terus mendampingi dan memantau proses belajar anak di rumah. []
Gumpang Baru, 29
Januari 2021
Daftar Pustaka
Padli, F., &
Rusdi. (2020). Respon Peserta didik Dalam Pembelajaran Online Selama Pandemi. Social
Landscape Journal, 1(3), 1–7.
Puspaningtyas,
N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran
Berbasis Daring. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3(6),
703–712. doi: http://dx.doi.org/10.22460/infinity.v6i1.234
Suhubdy. (2020).
Penyiapan dan Pengemasan Materi Perkuliahan Daring di Masa Pandemi Covid-19:
Kendala, Tantangan, dan Solusi. In Potret Pendidikan Tinggi di Masa Covid-19
(1st ed., pp. 135–155). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
------------------------------------------------------------------------------------
BIODATA
Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., ICT adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana Master (M. Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahapeserta didik doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan 46 judul buku, Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP), serta Trainer MindMap Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar