Oleh :
Agung
Nugroho Catur Saputro
Waktu terus berjalan
tanpa sedetikpun jeda beristirahat. Siang dan malam terus silih berganti
menghampiri kita. Matahari dan bulan tiada lelah selalu menyapa kita secara
bergantian. Waktu memang akan terus berjalan tanpa mampu kita kendalikan. Kita
pun tiada kuasa untuk menghentikan sang waktu. Yang mampu kita lakukan seiring
berjalannya waktu hanyalah bagaimana kita mengisi hari-hari dengan
aktivitas-aktivitas yang positif dan bermanfaat.
Dalam sebuah hadis,
Rasulullah Saw pernah bersabda terkait waktu. Beliau bersabda, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di
dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (HR. Bukhari, Turmidzi,
dan Ibnu Majah). Hadis Rasulullah Saw ini menegaskan bahwa banyak orang yang
terlena dengan nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang. Banyak orang yang
kurang memanfaatkan waktu sehatnya untuk melakukan aktivitas positif dan
bermanfaat. Juga banyak orang yang kurang optimal dalam memanfaatkan waktu
luangnya dan masih suka menunda-nunda pekerjaan. Banyak orang yang suka
menunda-nunda pekerjaan sampai mendekati batas waktunya, sehingga ketika sudah
mendekati batas waktu (dateline) penyelesaian
pekerjaan, maka pekerjaan tersebut dikerjakan asal-asalan dan tidak maksimal
dengan alasan waktunya mepet dan tidak sempat memeriksa kembali. Inilah
fenomena yang banyak terjadi di masyarakat, baik masyarakat umum maupun
masyarakat akademisi.
Ada sebuah guyonan yang menggambarkan fenomena
tersebut, yaitu diberi waktu berapapun bahkan diperpanjang waktunya pun
sebenarnya tidak berpengaruh karena pada akhirnya orang-orang mengerjakan di
akhir batas waktu atau mendekati dateline. Inilah fenomena kurang baik yang
terjadi di masyarakat. Pola pikir seperti ini harus diubah. Kita harus
memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya agar kita bisa tertib dalam
menjalankan aktivitas pekerjaan. Kita ingat salah satu firman Allah swt.
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Al-insyirah [94] : 7).
Sebagian ahli tafsir
menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadatlah
kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka
kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang menafsirkan apabila telah selesai
mengerjakan shalat maka bersungguh-sungguhlah berdoalah. Kitab tafsir Jalalayn
menuliskan “(Maka apabila kamu telah selesai) dari salat (bersungguh-sungguhlah
kamu) di dalam berdoa”. Prof. Dr. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Mishbah
menafsirkan ayat tersebut dengan kalimat “Maka, apabila kamu telah selesai
dalam urusan dakwah dan jihad, lakukanlah ibadah dengan sungguh- sungguh.
Lakukanlah ibadah sampai dirimu merasa lelah”.
Firman Allah swt
tersebut menngingatkan kita untuk tertib dalam mengerjakan sesuatu, yaitu
selesai dari satu aktivitas dilanjutkan ke aktivitas berikutnya. Artinya ketika
kita menunda-nunda suatu pekerjaan -padahal sudah terjadwal- maka secara otomatis
kita juga menunda pekerjaan lain. Atau dengan bahasa lebih sederhana kita telah
mengeser jadwal pekerjaan padahal waktu tidak pernah bergeser atau bertambah
lama. Satu jam tetap 60 menit, sehari tetap 24 jam, dan seminggu tetap 7 hari.
Jadi kalau ada pengunduran jadwal atau perpanjangan waktu penyelesaian suatu pekerjaan,
maka sebenarnya itu bukanlah menambah waktu tetapi justru mengurangi waktu
dengan aktivitas yang tidak produktif.
Waktu (luang) memang
nikmat Allah swt yang banyak diabaikan orang. Banyak orang menganggap enteng waktu
luang dengan mengisinya dengan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif atau
bahkan tidak melakukan apa-apa. Padahal walau kita tidak melakukan apa-apa atau
dalam bahasa anak muda istilahnya “gabut”, waktu tetaplah berjalan. Waktu
kemarin tidak pernah akan kita jumpai lagi. Waktu yang akan datang juga tidak
akan pernah kita jumpai. Waktu yang benar-benar kita jumpai dan miliki adalah
waktu sekarang. Maka kita hakikatnya hanya memiliki satu waktu saja yaitu waktu
sekarang. Kalau waktu sekarang kita lewatkan secara sia-sia tanpa melakukan
aktivitas yang positif dan membawa manfaat, maka kita sebenarnya telah
kehilangan waktu dengan sesungguhnya. Sayang sekali kalau nikmat waktu luang
yang sangat berharga itu hilang percuma. Tanyakan pada seorang atlit lari
cepat, betapa berharganya waktu satu detik itu karena itu dapat membuatnya
menjadi juara atau tidak sama sekali.
Setiap orang pasti
memiliki penilaian yang berbeda-beda tentang harga waktu luang. Ada orang yang mengganggap waktu satu detik
itu sangat berharga. Ada orang yang menganggap waktu satu menit itu sangat
berharga. Ada orang yang menganggap waktu satu jam itu sangat berharga karena
denan waktu satu jam ia dapat melakukan banyak aktivitas berharga. Ada orang
yang beranggapan waktu satu hari itu nilainya tiada tara karena dengan waktu
satu hari itu ia mampu melakukan banyak aktivitas berharga dan menghasilkan
karya-karya inovasi. Dan seterusnya. Intinya seberaga tinggi kita menghargai
waktu, maka itulah indikator seberapa besar produktivitas kita dalam mengisi
waktu dengan aktivitas-aktivitas positif yang membawa manfaat bagi diri sendiri
maupun untuk orang lain.
Setiap orang dikaruniai
waktu luang yang sama dalam skala waktu. Dalam satu hari semua orang sama-sama
memiliki waktu luang 24 jam dan dalam satu minggu semua orang sama-sama memiliki
waktu luang 7 hari. Walaupun memiliki waktu luang yang sama, ternyata cara
orang menggunakan nikmat waktu luangnya berbeda-beda dan apa yang dihasilkan
juga berbeda-beda. Ada yang dalam waktu satu hari mampu menyelesaikan satu
pekerjaan, tetapi sebaliknya ada juga yang justru sama sekali tidak
menyelesaikan pekerjaan apapun. Ada yang dalam seminggu mampu menghasilkan
sebuah produk hasil karya yang bermutu, tetapi juga ada orang yang selama
seminggu hanya membuang-buang waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat dan
bahkan merugikan.
Memang harga waktu
luang bukan bergantung pada bagaimana waktu itu dipergunakan, tetapi bergantung
pada bagaimana seseorang memandang atau menghargai waktu luang tersebut. Jika
seseorang menghargai waktunya dengan harga yang sangat tinggi, maka pastilah ia
akan menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang positif,
bermanfaat dan membahagiakan. Lamanya waktu terkadang bergantung pada suasana
hati kita. Orang yang sedang kasmaran pada kekasih hatinya, maka waktu beberapa
jam bersama kekasih tercintanya serasa sangat sebentar. Sebaliknya bagi orang
yang sedang menunggu kedatangan seseorang, maka waktu satu menit laksana satu
jam. Jadi nilai waktu memang sangat dipengaruhi oleh suasana hati kita. Maka
kita harus belajar menata suasana hati agar selalu bahagia sehingga kita akan
selalu menghargai waktu. Kita pasti tidak ingin kehilangan waktu saat-saat
bahagia, kita pasti inginnya waktu terus membersamai kita dalam kebahagiaan
tersebut. Maka dapat digaris bawahi bahwa waktu luang akan memiliki nilai yang
tinggi atau sangat berharga bagi orang-orang yang hidupnya bahagia. Orang yang
hidupnya tidak atau kurang bahagia pasti tidak akan menganggap waktu luang itu
berharga, bahkan mungkin justru dianggap menyebalkan.
Kita baru saja
meninggalkan tahun 2020 yang identik dengan tahun pandemi Covid-19, tahun
perubahan tatanan kehidupan dunia, dan tahun guncangnya perekonomian dunia.
Sekarang kita memasuki awal tahun 2021. Siapapun pasti menaruh harapan besar di
tahun 2021 ini. Semua orang pasti berharap tahun 2021 ini pandemi Covid-19 akan
berakhir dan perekonomian mulai kembali bangkit. Semua orang memiliki harapan agar
di tahun 2021 ini semuanya menjadi semakin baik dan meningkat kualitasnya.
Tidak terkecuali penulis sendiri juga menaruh harapan besar agar di tahun ini
penulis semakin baik dalam berpikiran, berpandangan, bersikap, dan beraktivitas
dalam proses menjalani kehidupan ini. Penulis berharap pada Sang Maha Pemberi
Harapan, Allah Swt, agar selalu dikaruniakan kesehatan dan ketahanan tubuh yang
prima sehingga selalu sehat dan tidak mudah sakit. Penulis berharap kondisi
kesehatan selalu prima sehingga penyakit yang menghinggapi tubuh penulis jarang
kambuh dan suatu saat semoga bisa sembuh total sehingga mendukung aktivitas
penulis secara maksimal.
Terkait aktivitas,
penulis berharap agar di tahun 2021 ini penulis mampu menyelesaikan tugas-tugas
penulis selaku mahasiswa doktoral. Penulis sangat berharap semoga diberikan
kemauan dan keinginan yang besar serta kendali penuh terhadap tubuh sehingga
mampu mengendalikan agar tubuh tidak merespon berlebihan - tiba-tiba asam
lambung naik, kepala pusing, perut mual dan lain-lain- setiap kali penulis mau
menulis tugas akhir studi doktoral. Penulis berharap agar tubuh tetap sehat dan
nyaman untuk mengerjakan disertasi.
Berkaitan dengan
produktivitas berkarya, penulis tetap berharap mampu mempertahankan tingkat
produktivitas karya tulis dan bahkan dapat meningkat produktivitasnya, baik
kuantitas dan terlebih kualitas. Jika di tahun 2020 penulis mampu meraih
capaian prestasi berupa menerbitkan 4 judul buku mandiri, menerbitkan 11 judul
buku antologi dan kolaborasi, Reviewer 2
artikel jurnal nasional terakreditasi SINTA 2, Reviewer 1 artikel jurnal
internasional, lulus uji kompetensi sertifikasi penulis buku non fiksi oleh
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), lulus sertifikasi trainer Mindmap dengan
memperoleh sertifikat sebagai Official ThinkBuzan iMindMap Leader (UK) dan sebagai
official Indomindmap Certified Trainer (Indonesia), dan mengikuti berbagai
workshop dan webinar. Maka di tahun 2021 ini penulis berharap semakin dekat
dengan Allah swt, selalu sehat walafiat sehingga mampu meningkatkan lagi
kompetensi maupun produktivitas karya, semakin banyak menjalin silaturahim, kolaborasi
dan kerjasama dengan kolega lain, dan terus bersemangat menebar manfaat
kebaikan untuk sesama melalui karya-karya yang bermutu. Inilah resolusiku,
bagaimana resolusimu? []
Gumpang Baru, 4 Januari 2021
----------------------------------------------------------------------------------------------
BIODATA PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar