Sumber gambar : https://curhattekeh.blogspot.com/2016/03/pengertian-dan-penyebab.html
Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
A.
Pendahuluan
Seorang ibu tiba-tiba
merasa kepalanya berkunang-kunang setelah melihat nilai rapor hasil ujian akhir
semester putra kesayangannya yang sedang duduk di bangku kelas 7 SMP. Pasalnya nilai
mata pelajaran anaknya banyak yang di bawah KKM alias belum tuntas. Sang ibu
kaget dan bingung, kok bisa nilai tes anaknya banyak yang rendah padahal
anaknya termasuk anak berprestasi. Hal itu didasarkan pada prestasi belajar
anaknya sewaktu di SD yang selalu masuk rangking lima besar terbaik di kelasnya.
Apakah sahabat pembaca ada yang pernah mendengar kisah kejadian seperti ini? Atau bahkan pernah mengalami sendiri?
Penulis sendiri punya
pengalaman yang mirip seperti itu ketika melihat nilai rapor anak pertama yang
baru kelas 8 SMP yang memperlihatkan beberapa nilai mata pelajaran yang belum
tuntas. Padahal dilihat dari rekam jejak sekolahnya waktu di Madrasah
Ibtidaiyah, dia termasuk anak yang cukup prestasinya dan nilai UN juga lumayan
tinggi. Tetapi setelah dia duduk di bangku sekolah SMP, mengapa seolah-olah
prestasi belajarnya menurun? Saat ini kami sedang menelusuri apa penyebab
prestasi belajar dan motivasi belajar anak kami ada kecenderungan menurun. Teknik
komunikasi dan diskusi coba kami pergunakan untuk mengungkap masalah apa yang sebenarnya
terjadi pada diri putra kami.
Kejadian
seperti cerita di atas merupakan kejadian yang umum menimpa anak-anak sekolah. Anak
yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi tetapi mengalami kegagalan dalam
prestasi akademik termasuk kelompok anak underachiever.
Apakah yang dimaksud anak underachiever?
Apa penyebab terjadinya under achiever pada anak-anak sekolah? Faktor-faktor
apa saja yang dapat membuat anak menjadi underachiever?
Bagaimana solusi alternatif untuk menangani anak-anak underachiever? Bagaimana nasib anak-anak underachiever ke depannya, apakah mereka bisa sukses? Pertanyaan-pertanyaan
ini akan kita bahas di dalam artikel ini. Yuk kita bahas bersama!
B.
Pengertian
Underachiever
Underachiever
merupakan fenomena yang bisaa terjadi pada anak sekolah. Umumnya anak-anak yang
mengalami underachiever berada di
sekolah menengah tingkat pertama. Fenomena murid pintar dengan prestasi belajar
rendah dikenal sebagai underachiever.
Dalam diri murid underachiever
terdapat kesenjangan antara potensi akademisnya dengan prestasi belajar secara
riil yang tampak dari hasil penilaian guru (Sofia, 2019).
Victor Cogen (1992)
dalam bukunya Boosting the Adolescent
Underachiever : How Parents Can Change a “C” Student into an “A” Student
mendefinisikan underachiever sebagai siswa yang prestasi akademiknya merosot
secara signifikan di bawah potensinya yang asli, dan dia tidak mengalami
gangguan anatomis, inderawi, maupun system syaraf yang mengganggu daya
pikirnya, dan juga tidak menghadapi masalah ketidakbahagiaan. Singkatnya, anak
kurang berprestasi (underachiever) adalah anak normal yang tidak memperoleh
nilai yang seharusnya bisa dia peroleh (Cogen, 2006 : 18).
Menurut Evy Sofia dalam
bukunya Underachiever (2019),
fenomena underachiever tidak hanya
melanda Indonesia saja, tetapi juga di negara-negara lain. Penelitian Seeley
menunjukkan bahwa di Amerika Serikat terdapat sekitar 15-40% anak berbakat yang
termasuk golongan murid underachiever.
Ahli lain yaitu Peterson dan Colangelo (1996) memperkirakan jumlah murid yang
sesungguhnya berkemampuan tinggi tetapi berprestasi rendah mencapai 50%. Di Belanda
ditemukan kasus underachiever pada
murid sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama sebanyak 30%, sedangkan di
Inggris kasus serupa ditemukan sebanyak 23%. Di Indonesia sediri menurut
penelitian Yaumil Achir ditemukan kasus underachiever
pada murid SMA sebanyak 39% (Sofia, 2019).
Underachiever
adalah sebutan untuk peserta didik yang mengalami underachievement, yaitu suatu
kondisi dimana angka prestasi seorang pelajar berada jauh di bawah yang
diperkirakan (perkiraan dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan prediktor
atau alat tertentu) (Thorndike dalam (Smith, 2005). Reis
dan McCoach (dalam (Dang, 2014) menyebutkan
bahwa underachiever adalah suatu
kondisi dimana peserta didik menunjukkan adanya perbedaan antara prestasi yang
diharapkan atau expected achievement (diukur melalui tes akademis
terstandar atau pemeriksaan intelektual) dengan prestasi aktualnya (diukur
melalui evaluasi guru atau kesesuaian tingkatan kelas / school grade).
M. Dalyono (2005) dalam
bukunya yang berjudul Psikologi
Pendidikan mengungkapkan bahwa anak yang tergolong underachiever adalah anak yang memiliki taraf intelegensi yang
tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah
(dibawah rata-rata). Secara potensial anak yang memiliki taraf intelegensi yang
tinggi mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar
yang tinggi, gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah
satu masalah dalam belajar, karena potensial mereka memiliki kemungkinan untuk
memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan
dengan aspek motivasi, minat, sikap, dan kebisaaan belajar, ciri-ciri
kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orang tuanya
serta suasana rumah tangga pada umumnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh
beberapa penelitian. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatiannya yang
sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan sekolah (Dalyono, 2005: 258)
Underachiever adalah
anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya.
Menurut Prayitno dan Amti (1999:280) underachiever
identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal”. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar
sering menjadi penghambat anak dalam belajar. Artinya, jika di dalam diri siswa
kurang memiliki motivasi berprestasi bisa jadi ia akan menjadi anak underachiever (Ramadhan, 2008).
Berdasarkan
definisi-definisi tentang underachiever
di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa underachiever
adalah gejala yang terjadi pada anak ketika prestasi akademiknya lebih rendah
dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya dan si anak tidak merasa memiliki
masalah dengan proses belajarnya.
C.
Ciri-ciri
Anak Undrachiever
Underachiever
banyak dialami oleh siswa di sekolah mereka menentukan prestasi yang tidak
sesuai dengan IQ yang dimilikinya. Menurut Whitmore (dalam Munandar, 2004: 243)
menyebutkan ada beberapa ciri atau kriteria yang biasanya ada pada siswa underachiever, yaitu:
1. Nilai rendah pada prestasi.
2. Mencapai nilai rata-rata atau dibawah
rata-rata kelas dalam keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.
3. Pekerjaan sehari-hari tidak lengkap atau
buruk.
4. Memahami dan mengingat konsep-konsep
dengan baik jika berminat.
5. Kesenjangan antara tingkat kualitatif
pekerjaan lisan dan tulisan (secara lisan lebih baik).
6. Pengetahuan faktual sangat luas.
7. Daya imajinasi kuat.
8. Selalu tidak puas dengan pekerjaannya.
9. Kecenderungan perfeksionisme dan
mengkritik diri sendiri, menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari
kinerja yang tidak sempurna.
10. Menunjukkan prakarsa lain mengerjakan
proyek di rumah yang dipilih diri sendiri.
11. Mempunyai minat yang luas dan keahlian
yang khusus dalam suatu bidang penelitian.
12. Rasa harga diri rendah nyata dalam
kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas.
13. Tidak berfungsi konstruktif di dalam
kelompok.
14. Menunjukkan kepekaan dalam persepsi
terhadap diri sendiri, orang lain, dan hidup pada umumnya.
15. Menetapkan tujuan yang tidak realistis
untuk dirinya sendiri (terlalu tingggi atau terlalu rendah).
16. Tidak menyukai pekerjaan praktis atau
hafalan.
17. Tidak mampu memusatkan perhatian dan
berkonsentrasi pada tugas-tugas.
18. Mempunyai sikap negative terhadap
sekolah.
19. Menolak upaya guru untuk mermotivasi
atau mendisiplinkan perilaku di dalam kelas.
20. Mengalami kesulitan dalam hubungan
dengan teman sebaya, kurang dapat mempertahankan persahabatan
(Khasanah, 2013).
D. Karakteristik Anak Underachiever
Menurut Reis dan Coach
(2000) dalam (Sofia, 2019), murid underachiever memiliki sejumlah karakteristik
yang dapat muncul baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Berat ringannya
karakteristik yang muncul tersebut berbeda antara murid satu dengan murid yang
lain.
Dalam buku Underachiever (2019) karya Evy Sofia
dipaparkan beberapa karakteristik yang dimiliki murid underachiever, yaitu:
1.
Bersikap negatif terhadap sekolah
2.
Memiliki konsep diri yang kurang baik
3.
Cemas untuk berkompetisi
4.
Mencari kambing hitam atas kegagalan
5.
Memilih teman dengan kondisi sejenis
6.
Konsentrasi belajar yang mudah terganggu
Sedangkan menurut Clark (1992: 471) dalam (Rahmawati, 2013) ada beberapa
karakeristik yang ditunjukan siswa underachiever,
yaitu sebagai berikut:
1.
Menunjukan prestasi yang
berlawanan dengan harapan
2.
atau potensi yang
dimilikinya.
3.
Merasa tidak senang dengan
sekolah atau gurunya dan cenderung
4.
bergabung dengan teman yang
juga memiliki sikap negatif
5.
terhadap sekolah.
6.
Kurang termotivasi untuk
belajar, tidak mengerjakan tugas, sering
7.
mengantuk ketika belajar dan
tidak tuntas dalam mengerjakan
8.
tugas.
9.
Kurang mampu melakukan
penyesuaian intelektual.
10.
Merasa kurang bersemangat,
kurang tegas dan sering ribut
11.
di kelas.
12.
Memiliki disiplin yang
rendah, sering telat sekolah, enggan
13.
mengerjakan tugas, sering
ribut, dan mudah terpengaruh.
14.
Tidak memiliki hobi atau
minat terhadap kegiatan untuk mengisi
15.
waktu luang.
16.
Takut ujian dan berprestasi
rendah.
E.
Faktor-faktor
Penyebab Anak Underachiever
Underachiever
bukanlah fenomena yang terjadi begitu saja di ruang hampa. Beberapa penyebab
saling berkait sehingga memunculkan kasus ini. Jika dilihat secara jeli, ada
beberapa factor yang menjadi akar permasalahannya.
Evy Sofia (2019) membedakan
factor-faktor penyebab underachiever menjadi dua, yaitu factor dari dalam diri
dan factor dari luar. Beberapa faktor dari dalam diri anak yang mungkin menjadi
penyebab terjadinya underachiever
pada anak, yaitu:
1.
Gangguan penglihatan.
2.
Gangguan pendengaran.
3.
Riwayat kesehatan buruk.
4.
Motivasi rendah.
5.
Tidak ada target yang jelas.
6.
Prokratinasi (kebisaaan menunda-nunda
pekerjaan).
7.
Cemas sukses, cemas gagal.
(Sofia, 2019 : 18-27)
Sedangkan faktor-faktor dari luar yang menyebabkan
terjadinya underachiever antara lain
:
1.
Keluarga
a.
Standar ganda orang tua.
b.
Sikap negative orang tua terhadap
sekolah.
c.
Situasi rumah tidak kondusif.
d.
Orang tua tidak mendukung.
e.
Pemberian wewenang berlebih.
f.
Harapan terlalu tinggi.
g.
Harapan terlalu rendah.
h.
Pengawasan kurang.
2.
Sekolah
a.
Beban kurikulum
b.
Ketidaksesuaian gaya belajar
c.
Tantangan tidak sesuai
d.
Kurangnya penghargaan
e.
Fasilitas belajar kurang memadai
f.
Salah strategi belajar
3.
Teman
a. Tekanan
teman
b. Pengaruh
jejaring
F.
Solusi
Menghadapi Anak Underachiever
Underachiever
bukanlah kutukan dari Tuhan. Ini hanyalah sebuah fenomena biasa yang terjadi
pada banyak anak sekolah. Kemampuan dan prestasi bukanlah fenomena statis yang
tidak dapat diubah, tetapi bersifat spesifik terhadap konten dan situasi
tertentu. Selama dilakukan intervensi yang tepat, underachievement dapat
ditekan peluang kejadiannya. Demikianlah yang ditegaskan Evy Sofia (Sofia, 2019 : 68).
Secara garis besar,
bentuk intervensi anak underachiever dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu dari orang tua dan dari
guru. Dua pihak ini harus dilibatkan secara aktif karena keluarga dan sekolah
adalah lingkungan terdekat si anak underachiever.
1.
Orang tua
a. Penerimaan
diri
b. Samakan
standar
c. Ajak
anak bicara
d. Temukan
hal menarik
e. Buat
aturan main
f. Bicara
perkembangan, bukan hasilnya
g. Beri
kail, bukan ikan
h. Jeli
melihat bakat dan minat
i.
Jalin kerjasama dengan guru
j.
Alih tangan kasus
2.
Guru
a. Tepat
tempat
b. Beda
gaya, beda cara
c. Dibawa
asyik saja
d. Komunikasi
adalah kunci
e. Perbanyak
memuji, kurangi mencaci
(Sofia, 2019 : 69-91)
G.
Penutup
: Kisah Kesuksean Adam Khoo, Seorang Anak Underachiever
Apakah
anak underachiever nantinya masih bisa sukses? Tentu saja bisa. Anak-anak underachiever pada dasarnya adalah
anak-anak yang memiliki potensi tinggi untuk sukses. Permasalahannya hanyalah
mereka belum mengetahui bahwa mereka bisa berprestasi tinggi. Bisa juga mereka
belum mengenali bakat dan minat mereka yang sesungguhnya. Hanya dengan
menyadarkan mereka akan potensi terpendam dalam dirinya dan membangkitkan
kessadaran mereka untuk membangun kesuksesannya, maka anak-anak underachiever akan mampu mewujudkan
kesuksesannya di masa depan.
Di
dalam buku Underachiever : Murid Pintar,
kok Prestasinya Rendah? Karya Evy Sofia,S.Psi.,M.Si., pada halaman 115-121
dipaparkan kisah kesuksesan seorang anak underachiever
bernama Adam Khoo. Semenjak dari anak kecil Adam Khoo dicap sebagai anak yang
nakal, malas, dan bodoh, dan pernah dikeluarkan dari sekolahnya waktu SD kelas
4. Tetapi setelah menemukan kesadaran akan potensi dirinya, Adam Khoo akhirnya
mampu meraih prestasi tinggi dan menjadi pengusaha sukses dengan omset US $20
juta per tahun. Selanjutnya Adam Khoo lebih dikenal dengan bisnis seminar dan
pelatihan dengan bayaran dia sebagai trainer mencapai US $10.000 per jam. []
Referensi
Cogen,
V. (2006). Melejitkan Prestasi Anak: Bagaimana Meningkatkan Nilai Siswa “C”
Menjadi “A” (Terjemahan dari Boosting the Adolescent Underachiever: How Parents
Can Change a “C” Student into an “A” Student, Victor Cogen, Perseus Publishing,
USA, 1992). Bandung: How-Pres.
Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Dang. (2014). Tinjauan Pustaka tentang Pengertian Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from http://edutaka.blogspot.com/2014/10/pengertian-underachiever.html
Khasanah, A. Z. (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SD Negeri PEKUNDEN Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Bimbingan dan Konseling. 238.
Rahmawati, R. (2013). Bimbingan dan Konseling untuk Anak Underachiever. Paradigma, VIII(15).
Ramadhan, T. (2008, November 19). Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from Tarmizi Ramadhan’s Blog website: https://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/underachiever/
Smith, E. (2005). Analysing Underachievement in Schools. New York: Continuum International Publishing Group.
Sofia, E. (2019). Underachiever: Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Surakarta: Metagraf.
Gumpang
Baru, 14 Oktober 2020
____________________________________
*) Penulis adalah
staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
(UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran
MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis
dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan
buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.
Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email :
anc_saputro@yahoo.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar