Powered By Blogger

Rabu, 14 Oktober 2020

MENGENAL ANAK UNDERACHIEVER

Sumber gambar : https://curhattekeh.blogspot.com/2016/03/pengertian-dan-penyebab.html


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 


A.      Pendahuluan

Seorang ibu tiba-tiba merasa kepalanya berkunang-kunang setelah melihat nilai rapor hasil ujian akhir semester putra kesayangannya yang sedang duduk di bangku kelas 7 SMP. Pasalnya nilai mata pelajaran anaknya banyak yang di bawah KKM alias belum tuntas. Sang ibu kaget dan bingung, kok bisa nilai tes anaknya banyak yang rendah padahal anaknya termasuk anak berprestasi. Hal itu didasarkan pada prestasi belajar anaknya sewaktu di SD yang selalu masuk rangking lima besar terbaik di kelasnya. Apakah sahabat pembaca ada yang pernah mendengar kisah kejadian seperti  ini? Atau bahkan pernah mengalami sendiri?

Penulis sendiri punya pengalaman yang mirip seperti itu ketika melihat nilai rapor anak pertama yang baru kelas 8 SMP yang memperlihatkan beberapa nilai mata pelajaran yang belum tuntas. Padahal dilihat dari rekam jejak sekolahnya waktu di Madrasah Ibtidaiyah, dia termasuk anak yang cukup prestasinya dan nilai UN juga lumayan tinggi. Tetapi setelah dia duduk di bangku sekolah SMP, mengapa seolah-olah prestasi belajarnya menurun? Saat ini kami sedang menelusuri apa penyebab prestasi belajar dan motivasi belajar anak kami ada kecenderungan menurun. Teknik komunikasi dan diskusi coba kami pergunakan untuk mengungkap masalah apa yang sebenarnya terjadi pada diri putra kami.

            Kejadian seperti cerita di atas merupakan kejadian yang umum menimpa anak-anak sekolah. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi tetapi mengalami kegagalan dalam prestasi akademik termasuk kelompok anak underachiever. Apakah yang dimaksud anak underachiever? Apa penyebab terjadinya under achiever pada anak-anak sekolah? Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat anak menjadi underachiever? Bagaimana solusi alternatif untuk menangani anak-anak underachiever? Bagaimana nasib anak-anak underachiever ke depannya, apakah mereka bisa sukses? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas di dalam artikel ini. Yuk kita bahas bersama!

 

B.       Pengertian Underachiever

Underachiever merupakan fenomena yang bisaa terjadi pada anak sekolah. Umumnya anak-anak yang mengalami underachiever berada di sekolah menengah tingkat pertama. Fenomena murid pintar dengan prestasi belajar rendah dikenal sebagai underachiever. Dalam diri murid underachiever terdapat kesenjangan antara potensi akademisnya dengan prestasi belajar secara riil yang tampak dari hasil penilaian guru (Sofia, 2019).

Victor Cogen (1992) dalam bukunya Boosting the Adolescent Underachiever : How Parents Can Change a “C” Student into an “A” Student mendefinisikan underachiever sebagai siswa yang prestasi akademiknya merosot secara signifikan di bawah potensinya yang asli, dan dia tidak mengalami gangguan anatomis, inderawi, maupun system syaraf yang mengganggu daya pikirnya, dan juga tidak menghadapi masalah ketidakbahagiaan. Singkatnya, anak kurang berprestasi (underachiever) adalah anak normal yang tidak memperoleh nilai yang seharusnya bisa dia peroleh (Cogen, 2006 : 18).

Menurut Evy Sofia dalam bukunya Underachiever (2019), fenomena underachiever tidak hanya melanda Indonesia saja, tetapi juga di negara-negara lain. Penelitian Seeley menunjukkan bahwa di Amerika Serikat terdapat sekitar 15-40% anak berbakat yang termasuk golongan murid underachiever. Ahli lain yaitu Peterson dan Colangelo (1996) memperkirakan jumlah murid yang sesungguhnya berkemampuan tinggi tetapi berprestasi rendah mencapai 50%. Di Belanda ditemukan kasus underachiever pada murid sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama sebanyak 30%, sedangkan di Inggris kasus serupa ditemukan sebanyak 23%. Di Indonesia sediri menurut penelitian Yaumil Achir ditemukan kasus underachiever pada murid SMA sebanyak 39% (Sofia, 2019).

Underachiever adalah sebutan untuk peserta didik yang mengalami underachievement, yaitu suatu kondisi dimana angka prestasi seorang pelajar berada jauh di bawah yang diperkirakan (perkiraan dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan prediktor atau alat tertentu) (Thorndike dalam (Smith, 2005). Reis dan McCoach (dalam (Dang, 2014) menyebutkan bahwa underachiever adalah suatu kondisi dimana peserta didik menunjukkan adanya perbedaan antara prestasi yang diharapkan atau expected achievement (diukur melalui tes akademis terstandar atau pemeriksaan intelektual) dengan prestasi aktualnya (diukur melalui evaluasi guru atau kesesuaian tingkatan kelas / school grade).

M. Dalyono (2005) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengungkapkan bahwa anak yang tergolong underachiever adalah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata). Secara potensial anak yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar, karena potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, dan kebisaaan belajar, ciri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orang tuanya serta suasana rumah tangga pada umumnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatiannya yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan sekolah (Dalyono, 2005: 258)

Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Menurut Prayitno dan Amti (1999:280) underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal”. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar sering menjadi penghambat anak dalam belajar. Artinya, jika di dalam diri siswa kurang memiliki motivasi berprestasi bisa jadi ia akan menjadi anak underachiever (Ramadhan, 2008).

Berdasarkan definisi-definisi tentang underachiever di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa underachiever adalah gejala yang terjadi pada anak ketika prestasi akademiknya lebih rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya dan si anak tidak merasa memiliki masalah dengan proses belajarnya.

 

C.      Ciri-ciri Anak Undrachiever

Underachiever banyak dialami oleh siswa di sekolah mereka menentukan prestasi yang tidak sesuai dengan IQ yang dimilikinya. Menurut Whitmore (dalam Munandar, 2004: 243) menyebutkan ada beberapa ciri atau kriteria yang biasanya ada pada siswa underachiever, yaitu:

1.     Nilai rendah pada prestasi.

2.  Mencapai nilai rata-rata atau dibawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.

3.     Pekerjaan sehari-hari tidak lengkap atau buruk.

4.     Memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat.

5.   Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara lisan lebih baik).

6.     Pengetahuan faktual sangat luas.

7.     Daya imajinasi kuat.

8.     Selalu tidak puas dengan pekerjaannya.

9.     Kecenderungan perfeksionisme dan mengkritik diri sendiri, menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna.

10.   Menunjukkan prakarsa lain mengerjakan proyek di rumah yang dipilih diri sendiri.

11.  Mempunyai minat yang luas dan keahlian yang khusus dalam suatu bidang penelitian.

12.  Rasa harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas.

13.   Tidak berfungsi konstruktif di dalam kelompok.

14.   Menunjukkan kepekaan dalam persepsi terhadap diri sendiri, orang lain, dan hidup pada umumnya.

15.   Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk dirinya sendiri (terlalu tingggi atau terlalu rendah).

16.  Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan.

17.  Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas.

18.  Mempunyai sikap negative terhadap sekolah.

19.  Menolak upaya guru untuk mermotivasi atau mendisiplinkan perilaku di dalam kelas.

20. Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya, kurang dapat mempertahankan persahabatan

(Khasanah, 2013).

D.      Karakteristik Anak Underachiever

Menurut Reis dan Coach (2000) dalam (Sofia, 2019), murid underachiever memiliki sejumlah karakteristik yang dapat muncul baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Berat ringannya karakteristik yang muncul tersebut berbeda antara murid satu dengan murid yang lain.

Dalam buku Underachiever (2019) karya Evy Sofia dipaparkan beberapa karakteristik yang dimiliki murid underachiever, yaitu:

1.        Bersikap negatif terhadap sekolah

2.        Memiliki konsep diri yang kurang baik

3.        Cemas untuk berkompetisi

4.        Mencari kambing hitam atas kegagalan

5.        Memilih teman dengan kondisi sejenis

6.        Konsentrasi belajar yang mudah terganggu

Sedangkan menurut Clark (1992: 471) dalam (Rahmawati, 2013) ada beberapa karakeristik yang ditunjukan siswa underachiever, yaitu sebagai berikut:

1.             Menunjukan prestasi yang berlawanan dengan harapan

2.             atau potensi yang dimilikinya.

3.             Merasa tidak senang dengan sekolah atau gurunya dan cenderung

4.             bergabung dengan teman yang juga memiliki sikap negatif

5.             terhadap sekolah.

6.             Kurang termotivasi untuk belajar, tidak mengerjakan tugas, sering

7.             mengantuk ketika belajar dan tidak tuntas dalam mengerjakan

8.             tugas.

9.             Kurang mampu melakukan penyesuaian intelektual.

10.         Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut

11.         di kelas.

12.         Memiliki disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan

13.         mengerjakan tugas, sering ribut, dan mudah terpengaruh.

14.         Tidak memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan untuk mengisi

15.         waktu luang.

16.         Takut ujian dan berprestasi rendah.

 

E.       Faktor-faktor Penyebab Anak Underachiever

Underachiever bukanlah fenomena yang terjadi begitu saja di ruang hampa. Beberapa penyebab saling berkait sehingga memunculkan kasus ini. Jika dilihat secara jeli, ada beberapa factor yang menjadi akar permasalahannya.

Evy Sofia (2019) membedakan factor-faktor penyebab underachiever menjadi dua, yaitu factor dari dalam diri dan factor dari luar. Beberapa faktor dari dalam diri anak yang mungkin menjadi penyebab terjadinya underachiever pada anak, yaitu:

1.        Gangguan penglihatan.

2.        Gangguan pendengaran.

3.        Riwayat kesehatan buruk.

4.        Motivasi rendah.

5.        Tidak ada target yang jelas.

6.        Prokratinasi (kebisaaan menunda-nunda pekerjaan).

7.        Cemas sukses, cemas gagal.

(Sofia, 2019 : 18-27)

Sedangkan faktor-faktor dari luar yang menyebabkan terjadinya underachiever antara lain :

1.        Keluarga

a.         Standar ganda orang tua.

b.         Sikap negative orang tua terhadap sekolah.

c.         Situasi rumah tidak kondusif.

d.        Orang tua tidak mendukung.

e.         Pemberian wewenang berlebih.

f.          Harapan terlalu tinggi.

g.         Harapan terlalu rendah.

h.         Pengawasan kurang.

2.        Sekolah

a.         Beban kurikulum

b.         Ketidaksesuaian gaya belajar

c.         Tantangan tidak sesuai

d.        Kurangnya penghargaan

e.         Fasilitas belajar kurang memadai

f.          Salah strategi belajar

3.        Teman

a.       Tekanan teman

b.      Pengaruh jejaring

F.       Solusi Menghadapi Anak Underachiever

Underachiever bukanlah kutukan dari Tuhan. Ini hanyalah sebuah fenomena biasa yang terjadi pada banyak anak sekolah. Kemampuan dan prestasi bukanlah fenomena statis yang tidak dapat diubah, tetapi bersifat spesifik terhadap konten dan situasi tertentu. Selama dilakukan intervensi yang tepat, underachievement dapat ditekan peluang kejadiannya. Demikianlah yang ditegaskan Evy Sofia (Sofia, 2019 : 68).

Secara garis besar, bentuk intervensi anak underachiever dapat dikelompokkan menjadi  dua bagian, yaitu dari orang tua dan dari guru. Dua pihak ini harus dilibatkan secara aktif karena keluarga dan sekolah adalah lingkungan terdekat si anak underachiever.

1.        Orang tua

a.       Penerimaan diri

b.      Samakan standar

c.       Ajak anak bicara

d.      Temukan hal menarik

e.       Buat aturan main

f.       Bicara perkembangan, bukan hasilnya

g.      Beri kail, bukan ikan

h.      Jeli melihat bakat dan minat

i.        Jalin kerjasama dengan guru

j.        Alih tangan kasus

2.        Guru

a.       Tepat tempat

b.      Beda gaya, beda cara

c.       Dibawa asyik saja

d.      Komunikasi adalah kunci

e.       Perbanyak memuji, kurangi mencaci

(Sofia, 2019 : 69-91)

G.      Penutup : Kisah Kesuksean Adam Khoo, Seorang Anak Underachiever

Apakah anak underachiever nantinya masih bisa sukses? Tentu saja bisa. Anak-anak underachiever pada dasarnya adalah anak-anak yang memiliki potensi tinggi untuk sukses. Permasalahannya hanyalah mereka belum mengetahui bahwa mereka bisa berprestasi tinggi. Bisa juga mereka belum mengenali bakat dan minat mereka yang sesungguhnya. Hanya dengan menyadarkan mereka akan potensi terpendam dalam dirinya dan membangkitkan kessadaran mereka untuk membangun kesuksesannya, maka anak-anak underachiever akan mampu mewujudkan kesuksesannya di masa depan.

Di dalam buku Underachiever : Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Karya Evy Sofia,S.Psi.,M.Si., pada halaman 115-121 dipaparkan kisah kesuksesan seorang anak underachiever bernama Adam Khoo. Semenjak dari anak kecil Adam Khoo dicap sebagai anak yang nakal, malas, dan bodoh, dan pernah dikeluarkan dari sekolahnya waktu SD kelas 4. Tetapi setelah menemukan kesadaran akan potensi dirinya, Adam Khoo akhirnya mampu meraih prestasi tinggi dan menjadi pengusaha sukses dengan omset US $20 juta per tahun. Selanjutnya Adam Khoo lebih dikenal dengan bisnis seminar dan pelatihan dengan bayaran dia sebagai trainer mencapai US $10.000 per jam.  []

 

Referensi

Cogen, V. (2006). Melejitkan Prestasi Anak: Bagaimana Meningkatkan Nilai Siswa “C” Menjadi “A” (Terjemahan dari Boosting the Adolescent Underachiever: How Parents Can Change a “C” Student into an “A” Student, Victor Cogen, Perseus Publishing, USA, 1992). Bandung: How-Pres.

Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Dang. (2014). Tinjauan Pustaka tentang Pengertian Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from http://edutaka.blogspot.com/2014/10/pengertian-underachiever.html

Khasanah, A. Z. (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SD Negeri PEKUNDEN Semarang. Skripsi.  Universitas Negeri Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Bimbingan dan Konseling. 238.

Rahmawati, R. (2013). Bimbingan dan Konseling untuk Anak Underachiever. Paradigma, VIII(15).

Ramadhan, T. (2008, November 19). Underachiever. Retrieved October 14, 2020, from Tarmizi Ramadhan’s Blog website: https://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/underachiever/

Smith, E. (2005). Analysing Underachievement in Schools. New York: Continuum International Publishing Group.

Sofia, E. (2019). Underachiever: Murid Pintar, kok Prestasinya Rendah? Surakarta: Metagraf.

 

Gumpang Baru, 14 Oktober 2020

 

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.

  

Tidak ada komentar:

Postingan Populer