Powered By Blogger

Kamis, 27 Mei 2021

KARENA BUKU, KINI KEHIDUPAN KELUARGAKU LEBIH SEJAHTERA

 

Foto Diplay Buku Karya Penulis (Dokumen Pribadi).

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

 

Kehidupan keluarga saya dulu di desa jauh dari kecukupan. Kami sekeluarga lebih sering mengalami kekurangan karena rendahnya tingkat perekonomian keluarga. Orang tua saya bukan orang kaya, bukan pejabat ataupun orang yang berpengaruh. Orang tua saya hanyalah rakyat kecil biasa. Ayah seorang pegawai negeri sipil golongan rendah, hingga memasuki usia pensiun hanya sampai golongan IIc karena beliau hanya lulusan sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama, setingkat SMA), sedangkan ibu tidak lulus SR (Sekolah Rakyat, setingkat SD) dan menjadi ibu rumah tangga. Maka, praktis kehidupan saya dan empat saudara saya hanya bergantung pada gaji ayah yang tidak seberapa. Berkat keprigelan ibu dalam mengatur keuangan dan memenuhi kebutuhan keluarga lah kami sekeluarga tetap bisa menjalani kehidupan, walau dengan kondisi yang jauh dari kata layak. Setiap gajian, ayah selalu membelikan susu kental manis untuk anak-anaknya. Mungkin itulah cara beliau untuk memberikan gizi kepada anak-anaknya untuk mendukung kelancaran sekolahnya walau sebulan sekali karena untuk makanan sehari-hari lebih sering kurang bergizi. 


Ayah bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan golongan rendah, ibu hanya seorang ibu rumah tangga, sedangkan anak-anaknya berjumlah lima orang. Karena hanya menggantungkan pendapatan dari gaji ayah yang gak seberapa, maka ayah sering gali lubang tutup lubang alias berhutang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ayah sering mengambil hutang ke koperasi di kantornya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oh ya, walau kehidupan keluarga kekurangan, ayah sangat semangat membiayai pendidikan anak-anaknya. Semua anak-anaknya disekolahkan di sekolah keagamaan (madrasah) di desa. Untuk menjamin kelancaran pembiayaan sekolah kelima anak, ayah saya bergiliran dalam membayar biaya SPP sekolah anak-anaknya. Misalnya bulan ini ayah membayar SPP kakak pertama untuk beberapa bulan ke depan, maka pada bulan ini SPP adik-adiknya nunggak dulu. Bulan berikutnya gantian kakak kedua yang dibayar SPPnya. Begitu seterusnya cara ayah saya mengelola dan mengatur keuangan untuk biaya pendidikan anak-anaknya hingga sebagian anak-anaknya lulus sarjana.


Awalnya ayah adalah seorang guru SD sebelum akhirnya menjadi pegawai di kantor KUA di kabupaten Karanganyar. Karena pernah menjadi guru, maka ayah memiliki koleksi buku-buku bacaan yang kebanyakan berupa buku-buku agama Islam. Selain mengoleksi buku-buku bacaan, ayah juga berlangganan majalah setiap bulannya. Oleh karena itu, di rumah terdapat koleksi buku-buku bacaan milik ayah dan kumpulan majalah yang datang setiap bulannya. Aktivitas rutin yang ayah lakukan setiap sore bakda sholat Ashar adalah membaca, entah membaca buku ataupun membaca majalah. Aktivitas rutin yang ayah lakukan tersebut akhirnya berdampak juga pada anak-anaknya. Semua anak akhirnya juga suka membaca. Hampir setiap hari suasana rumah tidak pernah sepi dari aktivitas membaca. Ada kejadian lucu, yaitu ketika datang majalah baru maka anak-anak cepet-cepetan berebut membacanya hingga terkadang ayah kalah cepat untuk membaca majalah tersebut. Kalau teringat memori masa kecil tersebut, saya merasakan betapa bahagianya suasana rumah waktu itu. Setiap sore kami duduk di teras maupun ruang tamu untuk membaca buku atau majalah.


Karena suasana rumah yang mendukung kegiatan literasi tersebut, maka saya yang waktu itu masih sekolah di MI (Madrasah Ibtidaiyah, sekolah keagamaan setingkat SD) sudah terbiasa membaca buku-buku pelajaran kakak saya yang duduk di bangku MTs (setingkat SMP) dan buku-buku keagamaan milik ayah dan kakak mbarep yang kuliah di STAIN. Oleh karena itu, pengetahuan agama saya relatif jauh lebih tinggi dibandingkan anak-anak seusia saya. Saya suka membaca buku-buku yang tingkatannya lebih tinggi. Hal inilah yang berdampak pada bertambah luasnya wawasan pengetahuan dan ilmu keagamaan saya. Tradisi suka membaca buku inilah yang menyebabkan keluarga saya memiliki pemahaman agama yang moderat, tidak berpikiran sempit dan tidak terlalu mengkhultuskan tokoh ataupun pendapat tertentu.


Satu hal yang sangat saya banggakan dari orang tua saya adalah pandangan mereka tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Semua anak-anak disekolahkan di sekolah keagamaan (madrasah) yang kebanyakan sekolah swasta. Pada pendidikan jenjang sekolah MI dan MTs, semua anaknya disekolahkan di sekolah swasta di desa. Hanya anak laki-laki saja yang disekolahkan di sekolah negeri (MAN) di kota Solo ketika melanjutkan ke jenjang SMA, dimana harus ditempuh dengan naik sepeda dari desa sampai kota kurang lebih satu jam lamanya. Untuk anak-anak perempuan semuanya sekolah di desa. Demikian pula untuk jenjang pendidikan tinggi, hanya anak laki-laki saja yang disekolahkan sampai sarjana. Mengapa hanya anak laki-laki saja yang dikuliahkan, ada pertimbangan tersendiri dari orang tua dan yang pasti juga berkaitan dengan faktor ekonomi.


Walaupun tingkat perekonomian keluarga rendah, ayah tetap semangat mendorong anak-anaknya untuk sekolah. Ayah pernah berpesan bahwa beliau tidak dapat mewarisi harta benda, tetapi hanya bisa mewarisi ilmu yaitu pendidikan. Maka beliau berpesan agar anak-anaknya belajar dengan rajin dan sekolah dengan benar. Hanya melalui pendidikanlah yang diharapkan nanti dapat memperbaiki taraf kehidupan keluarga. Mendengar pesan ayah tersebut, saya pun berjanji akan belajar dengan giat dan serius dalam mencari ilmu di sekolah. Saya menyadari betul bahwa hanya bekal ilmu dari sekolah saja yang dapat saya andalkan untuk dapat menjadi sarana saya memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarga. Hanya melalui jalur keilmuan (pendidikan) saja saya berharap kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga. Pengalaman hidup dalam keterbatasan ekonomi sudah cukup untuk menjadi penyemangat agar kelak tidak mengalami kondisi yang sama. Oleh karena itu, saya harus belajar dengan giat dan harus bisa sukses dalam menempuh pendidikan agar kelak dapat menjalani profesi pekerjaan yang terhormat. Itulah tekat saya waktu itu.


Di samping dorongan dan dukungan orang tua dalam bidang pendidikan, saya juga bersyukur karena orang tua saya meninggalkan tradisi keluarga yang baik, yaitu suka membaca buku. Dari kebiasaan membaca buku inilah akhirnya saya menyukai buku. Saya selalu senang jika melihat rumah yang di dalamnya ada rak-rak buku yang berisi jejeran buku-buku koleksi. Saya dulu bercita-cita suatu saat ingin memiliki koleksi buku-buku yang banyak. Ada kebanggaan dan kepuasaan tersendiri ketika bisa memiliki banyak koleksi buku-buku pribadi. Oleh karena itu, sejak kuliah S1 saya sedikit demi sedikit membeli buku untuk menambah koleksi buku di perpustakaan pribadi di rumah. Setiap pulang dari kampus saya sering mampir ke toko buku di kampus hanya untuk sekadar melihat-lihat buku yang didisplay, siapa tahu ada buku yang menarik. Setiap bulan saya rutin membeli buku di toko buku tersebut. Terkadang saya juga berburu buku-buku bekas di lapak penjualan buku-buku bekas di dekat alun-alun utara keraton Solo.


Saya suka membaca buku, walaupun bukan pembaca yang rakus. Saya membaca buku sekadarnya saja untuk menambah wawasan keilmuan. Sejak remaja saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah dengan membaca buku dibandingkan bermain dengan teman-teman sebaya di kampung. Ketika teman-teman sebaya suka bermain dan bepergian, saya justru lebih suka di rumah dan membaca buku. Akibatnya saya tidak memiliki teman akrab di kampung. Ketika duduk di bangku sekolah MAN, saya mulai suka menulis di buku diary. Saya menulis berbagai hal yang saya alami di sekolah. Memang tulisan saya di buku diary tersebut lebih banyak merupakan curhatan hati saya. Karena tidak memiliki teman yang akrab, maka saya melampiaskan perasaan hati saya dalam bentuk tulisan di buku diary. Kebiasaan menulis hasil perenungan peristiwa sehari-hari di buku diary inilah yang nantinya menjadi cikal bakal saya menekuni dunia literasi tulis-menulis.


Saya suka membeli dan mengkoleksi buku berbagai genre. Saya senang membaca buku berbagai genre karena dapat memperluas wawasan saya tentang berbagai permasalahan kehidupan. Selain koleksi buku-buku akademik, saya juga mengoleksi buku-buku keagamaan dan pengembangan diri. Saya tidak mengkhususkan mengkoleksi buku tema tertentu ataupun penulis tertentu. Bagi saya, semua buku itu baik dan bermanfaat karena mengandung ilmu dari penulisnya. Maka saya pun tidak punya penulis idola maupun buku favorite karena saya tidak membeda-bedakan buku. Semua jenis buku saya sukai dan akan saya baca selama saya merasa tertarik membacanya dan akan mendapatkan manfaat keilmuan dari membaca buku tersebut. Menurut saya, dengan membaca buku berbagai genre dan dari banyak penulis akan dapat memperkaya wawasan dan cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Kita tidak akan terjebak pada pemikiran yang sempit jika kita mau membaca berbagai buku atau berbagai pemikiran dari para tokoh.


Saya selalu kagum dengan penulis yang mampu menulis buku tebal-tebal ratusan hingga ribuan halaman. Saya membayangkan jika buku setebal seribu halaman, bagaimana cara penulisnya menulisnya? Betapa banyak ilmu yang dimiliki penulis buku tersebut hingga mampu menuliskannya dalam bentuk buku hingga seribu halaman. Saya ingin suatu saat bisa menulis buku yang tebal dengan ratusan halaman. Sampai saat ini saya baru mampu menulis buku di kisaran 200an halaman. Saya bermimpi suatu saat nanti harus bisa menghasilkan buku masterpiece yang cukup tebal hingga ribuan halaman. Saya membayangkan betapa bahagianya saya nanti ketika mampu mewujudkan mimpi tersebut. Semoga Allah Swt memudahkan saya dalam mewujudkan mimpi saya tersebut. Amin.


Mencintai buku ternyata telah membuka jalan datangnya rezeki untuk saya dan keluarga. Hobi mengkoleksi buku dan membaca buku ternyata telah menjadi sarana saya mendapatkan hidup yang lebih sejahtera. Dari hasil menulis buku, akhirnya saya bisa mendapatkan uang ratusan juta rupiah hingga saya bisa membeli sebuah rumah untuk keluarga saya. Dari hasil menulis buku saya juga bisa membelikan sebuah motor baru untuk istri tercinta. Dan juga dari hasil menulis buku saya mendapatkan uang yang cukup besar untuk biaya merenovasi rumah. Boleh dibilang rumah yang sekarang saya tinggali bersama keluarga saya adalah berkah dari menulis buku. Oleh karena itu, keluarga saya sangat mendukung aktivitas saya dalam menulis buku. Aktivitas sampingan saya tersebut yang awalnya hanyalah sebuah hobi ternyata mampu menjadi sarana datangnya rezeki yang tidak disangka-sangka. Sungguh benar sekali janji Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah : 11 bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah [58] : 11).


Saya menekuni aktivitas menulis buku hanyalah sebagai pekerjaan sampingan saja karena saya memiliki pekerjaan utama sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi. Aktivitas menulis buku yang merupakan hobi tersebut ternyata sangat mendukung profesi saya selaku dosen. Hobi yang saya jalani bersesuaian dan bahkan sangat mendukung pada pengembangan karier saya. Maka, saya akan terus menekuni aktivitas menulis buku ini. Mungkin menulis buku adalah jalan yang ditunjukkan Allah swt untuk saya untuk dapat memperbaiki tingkat perekonomian dan kesejahteraan keluarga saya.


Melalui menulis buku inilah, dalam beberapa tahun ini saya rutin setiap tahun mendapatkan tambahan rezeki hingga puluhan juta rupiah di luar pendapatan rutin saya selaku dosen PNS setiap bulannya. Terakhir di awal tahun ini saya mendapatkan rezeki dari menulis buku hingga hampir setara dengan gaji saya selama satu tahun. Saya sangat bersyukur atas karunia Allah Swt yang begitu besar ini. Sungguh, Allah Swt telah begitu baik pada saya dan keluarga saya. Dengan tambahan rezeki uang puluhan juta rupiah tersebut setiap tahunnya, kondisi keuangan keluarga saya yang sempat down akhirnya perlahan bangkit kembali. Terima kasih ya Allah. Semoga nikmat rezeki yang ENGKAU karuniakan kepada kami ini tidak membuat kami lalai, tetapi justru semakin mendekatkan kami kepada-MU. Amin. []

 

Gumpang Baru, 18 Mei 2021

 

________________________________________________________________________

Tentang Penulis

Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pendidikan dasar dan menengah dijalani di madrasah, yaitu MI Al-Islam 1 Ngesrep, MTs Nurul Islam 2 Ngesrep, dan MAN 1 Surakarta. Pendidikan sarjana (S.Pd) ditempuh di Universitas Sebelas Maret dan pendidikan pascasarjana tingkat Master (M.Sc.) ditempuh di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mulai tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Program Studi S3 Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga seorang pegiat literasi dan penulis yang telah menerbitkan lebih dari 50 judul buku (baik buku solo maupun buku antologi), Peraih Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku non fiksi yang telah tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2 dan SINTA 3, Auditor internal Certified Internal Quality Audit ISO 9001 : 2008, Certified ThinkBuzan iMindMap Leader (UK),  Indomindmap Certified Trainer-ICT (Indonesia), dan Certified ThinkBuzan Facilitator in Applied Innovation-CTFAI (UK). Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id. Tulisan-artikel penulis dapat dibaca di akun Facebook : Agung   Nugroho Catur Saputro, website : https://sahabatpenakita.id dan blog : https://sharing-literasi.blogspot.com.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer