Sumber Gambar: https://jatim.nu.or.id/keislaman/berikut-8-hal-yang-disarankan-saat-hari-raya-idul-fitri-ajPyI |
IDUL FITRI: AWAL KEHIDUPAN DENGAN STANDAR BARU
Oleh:
Agung
Nugroho Catur Saputro
Ramadan merupakan bulan yang
diistimewakan oleh umat Islam. Ramadan dianggap istimewa karena diyakini di
dalam bulan Ramadan banyak kebaikan dan keutamaan, pahala kebaikan
dilipatgandakan, dan dosa-dosa diampuni. Oleh karena itu, setiap kali memasuki
bulan Ramadan, umat Islam berbondong-bondong menyambutnya dengan suka cita dan
penuh harap. Di dalam bulan Ramadan, umat Islam seperti jor-joran dalam
beribadah dan beramal kebaikan. Mereka tidak
eman-eman mengeluarkan banyak uang dan harta benda demi mendapatkan kemuliaan
bulan Ramadan.
Ketika memasuki bulan Ramadan, banyak
orang Islam yang berubah drastis menjadi baik. Banyak orang Islam yang seperti
menjalani hidup yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Mereka
bagaikan ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka benar-benar
meninggalkan sikap hidup sehari-hari dan menjalani sikap hidup yang benar-benar
baru dan berbeda. Ramadan bagaikan momentum untuk bertransformasi menjadi
pribadi yang baru dan berbeda. Walaupun harus melalui perjuangan yang berat,
banyak orang yang tidak merasa berat dan bahkan senang menjalaninya. Semua itu
karena mereka sangat mengharapkan keridaan, keberkahan dan maghfirah dari Allah
Swt. Mereka ingin menggapai derajat muttaqin
atau orang yang bertakwa.
Saat Ramadan, muncul beberapa fenomena
baru di kalangan umat Islam. Ada orang-orang yang rutin bangun tengah malam
setiap hari selama bulan Ramadan untuk salat tahajud dan membaca Al-Qur’an yang
mana sebelum Ramadan tidak rutin dilakukannya. Ada orang-orang yang rutin bersedekah
makanan setiap hari dengan menyediakan menu berbuka puasa bagi orang-orang yang
berpuasa, padahal sebelum Ramadan mereka tidak rutin bersedekah. Ada juga
orang-orang yang setiap hari rutin membaca Al-Qur’an dan bahkan mentargetkan
bisa khatam beberapa kali selama bulan Ramadan, dimana sebelumnya tidak ada
target tersebut. Dan fenomena lainnya.
Amalan-amalan ibadah tersebut mungkin
jarang atau tidak dilakukannya di luar bulan Ramadan. Mereka memang
mengkhususkan mengerjakan amalan-amalan ibadah tersebut di bulan Ramadan karena
ingin mendapatkan ampunan dan keberkahan dari bulan Ramadan. Mereka seolah-olah
ingin meraup keuntungan dari bulan Ramadan sebanyak-banyaknya. Makanya mereka
berani jor-joran melakukannya.
Apakah melakukan ibadah dan amalan
kebaikan secara jor-joran secara khusus di bulan Ramadan merupakan keutamaan? Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat kembali panduan beribadah dan
beramal dari Rasulullah Saw. Berkaitan dengan bagaimana kita mengerjakan amalan
ibadah, Rasulullah Saw. telah memberikan panduan. Dari ’Aisyah radhiyallahu
’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda, “Amalan yang paling dicintai
oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR.
Muslim No. 783). Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab, ”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.” (HR. Muslim no.
782).
Berdasarkan dua hadis Nabi Saw. di atas,
dapat kita pahami bahwa amalan yang paling baik adalah amalan yang dikerjakan
secara rutin (kontinu), walaupun amalan tersebut sedikit. Penekanan dari kedua
hadis tersebut adalah pada amalan yang rutin (kontinu), bukan pada amalan
sedikit. Hadis tersebut merupakan panduan minimal dalam beramal. Jika mampu,
lebih diutamakan mengerjakan amalan yang banyak dan rutin (kontinu). Tetapi
jika tidak mampu mengerjakan amalan yang banyak, tidak apa-apa mengerjakan
amalan yang sedikit, yang terpenting dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan.
Dengan demikian, sekarang kita sudah
mengetahui panduan terbaik bagaimana kita beribadah dan beramal, yaitu harus
rutin dan terus-menerus. Amalan terbaik bukan tergantung pada banyaknya amalan,
melainkan bergantung pada rutin dan kesinambungan amalan tersebut dikerjakan. Dari
sini terlihat bahwa kualitas ibadah dan amalan kebaikan itu tidak bergantung
pada kuantitas tetapi pada berkesinambungan. Artinya, amalan kebaikan itu
merupakan amalan yang dinamis, yang merepresentasikan dari sebuah proses atau
perjalanan. Jadi untuk dapat dipandang sebagai hamba yang taat pada Allah Swt,
bukan dilihat dari banyaknya ibadah dan amal kebaikan yang dikerjakan,
melainkan kepada bagaimana proses kita menjalankan ibadah dan amal kebaikan. Proses
dinamisnya ibadah dan amalan kebaikan menggambarkan sebuah spirit perjuangan
yang tiada putus.
Kita kembali pada topik pembahasan tentang
adanya fenomena mengkhususkan ibadah dan amalan kebaikan hanya di bulan Ramadan.
Jika merujuk pada panduan beribadah dan beramal yang disabdakan oleh Rasulullah
Saw. di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa melakukan ibadah dan amalan
kebaikan secara berlebih-lebihan (bahasa Jawa : jor-joran) di bulan Ramadan itu
tidak masalah (dibolehkan), asalkan setelah selesai bulan Ramadan ibadah dan
amalan kebaikan tersebut tetap terus dikerjakan agar syarat aspek
berkesinambungannya (rutin, kontinu) dapat terpenuhi. Dengan demikian, dapat
penulis ungkapkan dengan kalimat lain bahwa ibadah dan amalan di bulan Ramadan
dapat dijadikan sebagai titik awal (start) bagaimana kita beribadah dan beramal
di bulan-bulan selanjutnya. Ibadah dan amalan yang dilakukan selama bulan
Ramadan dapat menjadi standar baru dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Bulan setelah Ramadan adalah bulan Syawal. Syawal adalah
bulan ke 10 dalam kalender Islam setelah bulan suci Ramadhan. Hari pertama di
bulan Syawal dirayakan sebagai Idul Fitri. “Syawal” berasal dari kata Arab Sawaal yang berarti “dibesarkan”. Syawal
berarti naik atau meninggi. Pada bulan Syawal ini, kedudukan dan derajat kaum
Muslimin meninggi di sisi Allah SWT karena telah melewati bulan ujian dan
ibadah selama Ramadan. Diyakini, penamaan Syawal diberikan untuk menandakan
waktu tahun di mana unta betina akan mengandung bayinya. Ini merupakan simbol
kehidupan baru dan pembaruan setelah sebulan pembersihan spiritual (Sendari, 2022).
Berdasarkan uraian pembahasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa bulan Syawal merupakan bukti tindakan nyata dari
perjuangan di bulan Ramadan. Bulan Ramadan adalah awal atau start dari
perjuangan menjadi hamba Allah Swt. yang taat dengan menjalankan ibadah dan
amalan-amalan kebaikan sebanyak-banyaknya dan berlatih rutin melakukannya
sebulan penuh selama bulan Ramadan agar setelah keluar dari Ramadan sudah
terbiasa melakukan ibadah dan amalan sesuai standar di bulan Ramadan.
Syawal dapat diibaratkan sebagai awalan kita
menapaki kehidupan nyata dengan standar ibadah dan kehidupan yang baru yang
dibentuk selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Momentum hari raya Idul Fitri
dapat kita jadikan sebagai awal menjalani kehidupan dengan standar dan target
baru demi meraih kemuliaan Allah Swt. Idul Fitri adalah hari raya umat Islam
yang harus kita rayakan dengan penuh suka cita dan bahagia. Suka cita selain
karena kita telah mampu menjalankan kewajiban ibadah puasa Ramadan sebulan
penuh, juga bergembira karena kita telah membuat standar kehidupan yang baru yang
lebih baik dibandingkan sebelum memasuki bulan Ramadan, dan bahkan kita telah berlatih
menjalaninya selama sebulan penuh.
Kebiasaan dan standar hidup baru yang
telah kita desain selama bulan Ramadan inilah yang seharusnya menjadi standar
kehidupan kita yang nyata dan layak untuk kita teruskan di bulan-bulan
selanjutnya. Bertepatan dengan momentum perayaan hari raya Idul Fitri di bulan
Syawal yang berarti bulan peningkatan ini, marilah kita menjalani kehidupan
nyata kita dengan pola dan standar yang baru. Wallahu a’lam bish-shawab. []
Gumpang Baru, 14 Maret 2023
Daftar
Bacaan
Sendari, A. A.
(2022, May 2). Makna Bulan Syawal dan Keistimewaannya, Ketahui Amalan Baiknya.
Retrieved March 14, 2023, from Liputan6.com website:
https://www.liputan6.com/hot/read/4947915/makna-bulan-syawal-dan-keistimewaannya-ketahui-amalan-baiknya
________________________________
*Agung Nugroho Catur Saputro, Dosen di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Penulis buku Berpikir untuk Pendidikan (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022), Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku (Yogyakarta: KBM Indonesia, 2023), dan 90-an buku lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar