Powered By Blogger

Kamis, 20 Maret 2025

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI: MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

 



MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI:
MOMENTUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh:

Agung Nugroho Catur Saputro




Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari raya Idul Fitri merupakan momen membahagiakan bagi setiap orang Islam yang telah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Datangnya hari raya Idul Fitri di tangggal 1 syawal menjadi penanda bahwa mereka telah selesai menunaikan kewajibannya selama sebulan penuh dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan bersama bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan hati bahagia dan penuh riang gembira. Jangan sampai ada di antara umat Islam yang saat hari Raya Idul Fitri menampakan muka murung dan sedih.

Pada saat hari raya Idul Fitri, di pagi hari semua umat Islam berbondong-bondong pergi menuju tanah lapang atau masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Semua orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak, baik orang kaya maupun orang miskin, dan bahkan para perempuan yang sedang berhalangan sholat (datang bulan) pun juga dianjurkan untuk ikut datang ke tempat diselenggarakannya sholat Idul Fitri, walaupun mereka tidak ikut sholat. Hal itu disunnahkan agar semua umat Islam merasakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama menyambut datangnya hari raya Idul Fitri.

Di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi atau budaya kearifan lokal yaitu selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, umat Islam saling mengunjungi satu sama lain, mengunjungi dari satu rumah ke rumah lain untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan satu sama lain atas kesalahan dan kekhilafaan yang mungkin pernah dilakukan, baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Tradisi ini bisanya dinamakan “Halal bi Halal”. Tradisi Halal bi Halal ini memang tidak selalu ada di setiap daerah, dan mungkin bentuk kegiatannya bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.

Saat acara Halal bi Halal tersebut, tuan rumah yang dikunjungi para tetangga dan kerabatnya biasanya akan menyiapkan aneka hidangan makanan yang lezat untuk menjamu para tamu yang hadir. Semua itu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa keterpaksaan dan penuh suka cita atau kegembiraan karena mengharapkan keberkahan hari raya Idul Fitri. Para tamu dengan suka cita akan menyantap hidangan makanan yang disajikan oleh tuan rumah dan tuan rumah pun akan merasa bahagia ketika melihat para tamunya menyantap hidangan makanan yang dimasak dan disiapkannya dengan penuh kegembiraan.

Di hari raya Idul Fitri, bagi anak-anak, untuk menambah kegembiraan mereka menyambut hari raya Idul Fitri, selain mendapatkan baju baru (baju lebaran), umumnya para orang tua juga membagi-bagikan uang fitrah (sebutan lain untuk istilah THR sekarang) untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat  senang dan semakin gembira saat menerima uang fitrah. Intinya, hari raya Idul Fitri atau hari raya Lebaran adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan bersama umat Islam.  

Hari raya Idul Fitri memiliki makna tersendiri. Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Kata “Fitri” ada yang mengartikan fitrah atau suci. Idul Fitri artinya kembali suci. Jadi umat Islam yang selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, seluruh dosa-dosanya telah diampuni Allah Swt sehingga dirinya kembali suci bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Idul Fitri ada juga yang mengartikan kembali makan. Jadi hari raya Idul  Fitri adalah hari raya untuk makan-makan setelah selama sebulan penuh berpuasa Ramadan. Terlepas dari perbedaan pemaknaan arti Idul Fitri tersebut, Idul Fitri tetaplah hari raya bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan suka cita dan penuh kegembiraan.

Hari raya Idul Fitri memiliki nama lain yaitu hari raya Lebaran. Istilah “Lebaran” ini memiliki makna filosofis yang tinggi. Lebaran berasal dari kata “lebar” yang artinya pada hari raya Idul Fitri atau lebaran, umat Islam saling memaafkan dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Pada saat merayakan hari raya Idul Fitri atau lebaran inilah, banyak di daerah-daerah di Indonesia yang mengadakan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan dengan saling berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan saudara.

Di Indonesia, setiap kali hari raya Idul Fitri, ada tradisi saling meminta maaf  yang disebut “Halal bi Halal”. Halal bi halal memang tradisi yang ada di Indonesia, di negara asal agama Islam yaitu Arab Saudi tidak ada tradisi acara Halal bi Halal ini. Halal bi Halal merupakan bentuk tradisi kearifan lokal yang dirumuskan oleh para ulama nusantara zaman dulu. Walaupun merupakan budaya lokal di Indonesia, tradisi Halal bi Halal merupakan acara keagamaan yang banyak nilai positifnya. Karena adanya acara Halal bi Halal inilah, keluarga yang saling berjauhan dapat berkumpul kembali dan saling menjalin silaturahmi.

Momen Halal bi Halal ini dapat menjadi sarana penting untuk menyambung tali silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin hidup dan tinggal di luar kota yang belum tentu setiap waktu dapat berkumpul. Justru karena ada tradisi Halal bi Halal inilah dapat terjalin tali silaturahmi antar keluarga, antar tetangga, antar teman, antar kolega kerja, dan lain sebagainya. Pada acara Halal bi Halal inilah ada acara pembacaan ikrar Halal bi Halal yang berisi permintaan maaf dari anggota muda kepada anggota yang lebih tua dan sebaliknya. Jadi di akhir acara Halal bi Halal, semua anggota keluarga saling memaafkan dan semakin mempererat tali silaturahmi.

Peringatan hari raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal. Bulan Syawal memiliki arti bulan peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa ketika memasuki bulan Syawal, umat Islam yang telah menjalani proses penggemblengan diri selama sebulan penuh di bulan Ramadan diharapkan dapat mengalami peningkatan kualitas dirinya, baik kualitas keimanan, kualitas ketakwaan, kualitas ibadahnya, maupun kualitas etos kerjanya. Peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal dapat dimaknai bahwa umat Islam seyogyanya mengalami peningkatan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

        Puasa Ramadan selama sebulan penuh seharusnya telah membakar (sesuai arti Ramadan yaitu panas yang membakar) seluruh dosa-dosa dan membakar sifat-sifat kebinatangan setiap umat Islam, sehingga ketika memasuki bulan Syawal atau bulan peningkatan, maka umat Islam menjadi pribadi-pribadi yang baru yang memiliki semangat baru dan tingkat ketakwaan yang baru sebagaimana tujuan diperintahkannya puasa Ramadan untuk menjadikan orang yang bertakwa.

      Hari raya Idul Fitri bukanlah akhir dari proses penggeblengan diri menjadi pribadi yang bertakwa dan berkualitas tinggi, melainkan justru menjadi titik start untuk memulai memperbaiki kualitas diri dalam segala hal. Bulan Syawal seyogyanya menjadi bulan momentum untuk kembali memasang target-target kehidupan atau resolusi hidup untuk dua belas bulan yang aka datang.

      Mari kita jadikan peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal tahun ini sebagai momentum untuk meng-update dan meng-upgrade diri kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas tinggi dan pastinya juga menjadi pribadi-pribadi yang muttaqin karena itulah tujuan kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadahan selama satu bulan penuh. Semoga Allah Swt meridlai niat hati kita dan memudahkan langkah-langkah kaki kita untuk bertransformasi menjadi pribadi yang berkualitas tinggi dan mampu menggapai derajat muttaqin. Amin. []

           

Gumpang Baru, 16 Maret 2025

Tidak ada komentar:

Postingan Populer