MEMAKNAI
HARI RAYA IDUL FITRI:
MOMENTUM
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DIRI
Oleh:
Agung Nugroho Catur Saputro
Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari raya Idul Fitri merupakan momen membahagiakan bagi setiap orang Islam yang telah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Datangnya hari raya Idul Fitri di tangggal 1 syawal menjadi penanda bahwa mereka telah selesai menunaikan kewajibannya selama sebulan penuh dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hari raya Idul Fitri adalah hari kebahagiaan bersama bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan hati bahagia dan penuh riang gembira. Jangan sampai ada di antara umat Islam yang saat hari Raya Idul Fitri menampakan muka murung dan sedih.
Pada saat hari raya
Idul Fitri, di pagi hari semua umat Islam berbondong-bondong pergi menuju tanah
lapang atau masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Semua orang Islam,
baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak, baik orang
kaya maupun orang miskin, dan bahkan para perempuan yang sedang berhalangan
sholat (datang bulan) pun juga dianjurkan untuk ikut datang ke tempat
diselenggarakannya sholat Idul Fitri, walaupun mereka tidak ikut sholat. Hal itu
disunnahkan agar semua umat Islam merasakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama
menyambut datangnya hari raya Idul Fitri.
Di beberapa daerah di
Indonesia, ada tradisi atau budaya kearifan lokal yaitu selepas melaksanakan
sholat Idul Fitri, umat Islam saling mengunjungi satu sama lain, mengunjungi dari
satu rumah ke rumah lain untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan satu
sama lain atas kesalahan dan kekhilafaan yang mungkin pernah dilakukan, baik
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tradisi ini bisanya dinamakan “Halal bi Halal”.
Tradisi Halal bi Halal ini memang tidak selalu ada di setiap daerah, dan
mungkin bentuk kegiatannya bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.
Saat acara Halal bi Halal
tersebut, tuan rumah yang dikunjungi para tetangga dan kerabatnya biasanya akan
menyiapkan aneka hidangan makanan yang lezat untuk menjamu para tamu yang
hadir. Semua itu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa keterpaksaan dan penuh suka
cita atau kegembiraan karena mengharapkan keberkahan hari raya Idul Fitri. Para
tamu dengan suka cita akan menyantap hidangan makanan yang disajikan oleh tuan
rumah dan tuan rumah pun akan merasa bahagia ketika melihat para tamunya
menyantap hidangan makanan yang dimasak dan disiapkannya dengan penuh
kegembiraan.
Di hari raya Idul
Fitri, bagi anak-anak, untuk menambah kegembiraan mereka menyambut hari raya
Idul Fitri, selain mendapatkan baju baru (baju lebaran), umumnya para orang tua
juga membagi-bagikan uang fitrah (sebutan lain untuk istilah THR sekarang)
untuk anak-anak. Anak-anak akan sangat
senang dan semakin gembira saat menerima uang fitrah. Intinya, hari raya
Idul Fitri atau hari raya Lebaran adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan
bersama umat Islam.
Hari raya Idul Fitri
memiliki makna tersendiri. Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Kata “Fitri”
ada yang mengartikan fitrah atau suci. Idul Fitri artinya kembali suci. Jadi
umat Islam yang selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, seluruh
dosa-dosanya telah diampuni Allah Swt sehingga dirinya kembali suci bagaikan
bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Idul Fitri ada juga yang mengartikan
kembali makan. Jadi hari raya Idul Fitri
adalah hari raya untuk makan-makan setelah selama sebulan penuh berpuasa
Ramadan. Terlepas dari perbedaan pemaknaan arti Idul Fitri tersebut, Idul Fitri
tetaplah hari raya bagi umat Islam yang harus dirayakan dengan suka cita dan
penuh kegembiraan.
Hari raya Idul Fitri
memiliki nama lain yaitu hari raya Lebaran. Istilah “Lebaran” ini memiliki
makna filosofis yang tinggi. Lebaran berasal dari kata “lebar” yang artinya
pada hari raya Idul Fitri atau lebaran, umat Islam saling memaafkan dan membuka
pintu maaf selebar-lebarnya. Pada saat merayakan hari raya Idul Fitri atau
lebaran inilah, banyak di daerah-daerah di Indonesia yang mengadakan tradisi
saling meminta maaf dan memaafkan dengan saling berkunjung ke rumah-rumah
tetangga dan saudara.
Di Indonesia, setiap
kali hari raya Idul Fitri, ada tradisi saling meminta maaf yang disebut “Halal bi Halal”. Halal bi halal
memang tradisi yang ada di Indonesia, di negara asal agama Islam yaitu Arab
Saudi tidak ada tradisi acara Halal bi Halal ini. Halal bi Halal merupakan bentuk
tradisi kearifan lokal yang dirumuskan oleh para ulama nusantara zaman dulu. Walaupun
merupakan budaya lokal di Indonesia, tradisi Halal bi Halal merupakan acara
keagamaan yang banyak nilai positifnya. Karena adanya acara Halal bi Halal
inilah, keluarga yang saling berjauhan dapat berkumpul kembali dan saling menjalin
silaturahmi.
Momen Halal bi Halal
ini dapat menjadi sarana penting untuk menyambung tali silaturahmi antar
anggota keluarga yang mungkin hidup dan tinggal di luar kota yang belum tentu
setiap waktu dapat berkumpul. Justru karena ada tradisi Halal bi Halal inilah dapat
terjalin tali silaturahmi antar keluarga, antar tetangga, antar teman, antar
kolega kerja, dan lain sebagainya. Pada acara Halal bi Halal inilah ada acara
pembacaan ikrar Halal bi Halal yang berisi permintaan maaf dari anggota muda
kepada anggota yang lebih tua dan sebaliknya. Jadi di akhir acara Halal bi Halal,
semua anggota keluarga saling memaafkan dan semakin mempererat tali
silaturahmi.
Peringatan hari raya
Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal. Bulan Syawal memiliki arti
bulan peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa ketika memasuki bulan Syawal,
umat Islam yang telah menjalani proses penggemblengan diri selama sebulan penuh
di bulan Ramadan diharapkan dapat mengalami peningkatan kualitas dirinya, baik
kualitas keimanan, kualitas ketakwaan, kualitas ibadahnya, maupun kualitas etos
kerjanya. Peringatan hari raya Idul Fitri di bulan Syawal dapat dimaknai bahwa
umat Islam seyogyanya mengalami peningkatan kualitas hidupnya menjadi lebih
baik.
Gumpang Baru, 16 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar